Anda di halaman 1dari 10

PERENCANAAN TAMBANG

NET PRESENT VALUE (NPV)


RATE OF RETURN (ROR)

Oleh :
LAURA SINTA KRISTI
1031611034

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2019
Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi dengan tujuan
tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat berbagai alternatif yang dapat
dipilih. Pertimbangan untuk memilih alternatif yang terbaik adalah yang
membutuhkan biaya minimum atau yang menghasilkan keuntungan maksimum
atau yang waktu pengembalian investasinya paling singkat.
Secara umum investasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Investasi yang menghasilkan pendapatan (revenue) atau penghematan
(saving). Pertimbangan yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi ini
adalah keuntungan yang maksimum.
b. Investasi yang tidak menghasilkan revenue atau saving. Pertimbangan yang
digunakan untuk menilai kelayakan investasi ini adalah biaya yang minimum.
Analisis mutually exclusive adalah menganalisis beberapa alternatif dimana
hanya ada satu alternatif yang akan dipilih, yaitu alternatif yang akan
menghasilkan pelayanan (service) terbaik, atau yang akan memperbaiki,
memperluas, mengembangkan operasi yang ada, atau yang akan menghasilkan
pemasukan (income) terbesar.
Alternatif yang dipilih adalah yang mempunyai ROR, NPV, BCR, atau PVR
yang paling tinggi dibandingkan alternatif yang lain. Akan tetapi terkadang suatu
alternatif mempunyai ROR yang lebih tinggi dibanding alternatif yang lain tetapi
NPV nya lebih rendah. Untuk kondisi tersebut maka indikator kelayakan tersebut
harus dihitung nilai inkrementalnya.
1. Pada umumnya, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
pengambilan keputusan investasi adalah sebagai berikut:
Adanya usulan investasi (proposal investasi).
2. Memperkirakan arus kas (cash flow) dari usulan investasi tersebut.
3. Mengevaluasi profitabilitas investasi dengan menggunakan beberapa
metode penilaian kelayakan investasi.
4. Memutuskan menerima atau menolak usulan investasi tersebut.
I. Net Present Value (NPV)
NPV (Net Present Value) merupakan selisih antara pengeluaran dan
pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of
capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang
diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini. Untuk
menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi,
dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan.
Adapun pengertian NPV (Net Present Value) menurut beberapa ahli yaitu
Pengertian NPV (Net Present Value) menurut Dr. Sobarsa Kosasih dalam buku
Manajemen Operasi (2009:99), NPV adalah Kelebihan Present Value (PV) dari
cash inflow yang dihasilkan oleh suatu proyek atas sejumlah investasi awal.
Pengertian NPV (Net Present Value) menurut Dian Wijayanto dalam buku
Pengantar Manajemen (2012:246), Net Present Value (NPV) merupakan
kombinasi antara present value penerimaan dan present value pengeluaran.
Pengertian NPV (Net Present Value) menurut R. Agus Sartono (2010:195),
Net Present Value adalah Selisih antara present value aliran kas bersih atau sering
disebut juga dengan procceed dengan present value Investasi.
Rumus NPV

Dimana:
N = Jumlah periode
t = Waktu arus kas yang diukur
Rt = Arus kas pada waktu t
Pada tabel berikut ditunjukkan arti dari perhitungan NPV terhadap keputusan
investasi yang akan dilakukan.
Langkah menghitung NPV:
1. Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus masuk dan arus
keluar, yang didiskontokan pada biaya modal proyek,
2. Jumlahkan arus kas yang didiskontokan ini, hasil ini didefinisikan sebagai
NPV proyek,
3. Jika NPV adalah positif, maka proyek harus diterima, sementara jika NPV
adalah negatif, maka proyek itu harus ditolak. Jika dua proyek dengan
NPV positif adalah mutually exclusive, maka salah satu dengan nilai NPV
terbesar harus dipilih .
NPV sebesar nol menyiratkan bahwa arus kas proyek sudah mencukupi untuk
membayar kembali modal yang diinvestasikan dan memberikan tingkat
pengembalian yang diperlukan atas modal tersebut. Jika proyek memiliki NPV
positif, maka proyek tersebut menghasilkan lebih banyak kas dari yang
dibutuhkan untuk menutup utang dan memberikan pengembalian yang diperlukan
kepada pemegang saham perusahaan.
Contoh kasus NPV dan Penyelesaiannya:
Manjemen Perusahaan AAZZ ingin membeli mesin produksi untuk meningkatkan
jumlah produksi produknya. Harga Mesin produksi yang baru tersebut adalah
sebesar Rp. 150 juta dengan suku bunga pinjaman sebesar 12% per tahun. Arus
Kas yang masuk diestimasikan sekitar Rp. 50 juta per tahun selama 5 tahun.
Apakah rencana investasi pembelian mesin produksi ini dapat dilanjutkan?
Penyelesaiannya :
Diketahui :
Ct = Rp. 50 juta
C0 = Rp. 150 juta
r = 12% (0,12)
Jawaban :
NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0
NPV = ((50/1+0,12) + (50/1+0,12)2 + (50/1+0,12)3 + (50/1+0,12)4 +
(50/1+0,12)5) – 150
NPV = (44,64 + 39,86 + 35,59 + 31,78 + 28,37) – 150
NPV = 180,24 – 150
NPV = 30,24
Jadi nilai NPV-nya adalah sebesar Rp. 30,24 juta.
Dari hasil perhitungan contoh soal kita diatas, nilai bersih saat ini atau
nilai Net Present Value (NPV) adalah Positif dengan nilai sebesar Rp. 30,24 juta.
Ini berarti Mesin Produksi yang bersangkutan dapat menghasilkan sekitar
Rp.30,24 juta setelah melunasi biaya pembelian mesin dan juga biaya bunga.
Sesuai dengan perhitungan tersebut, maka dapat diputuskan bahwa rencana
investasi pembelian mesin produksi baru dapat dilanjutkan.
II. Rate of Return (RoR)
Rate of return adalah tingkat pengembalian atau tingkat bunga yang diterima
investor atas investasi yang tidak di amortisasikan. Namun ada juga yang
mendefinisikan sebagai bunga rata-rata yang dibayarkan kepada saldo yang
belum lunas dalam suatu pinjaman sehingga saldo yang belum dibayarkan
tersebut secara berkala sama dengan nol pada akhir pembayaran.
Rate of Return (ROR) adalah tingkat pengembalian saham atas investasi yang
dilakukan oleh investor. Komposisi penghitungan rate of return (return total)
adalah capital gain (loss) dan yield.
Capital gain (loss) merupakan selisih laba/rugi karena perbedaan harga
sekarang yang lebih tinggi atau lebih rendah bila dibandingkan dengan harga
periode waktu sebelumnya.
Sedangkan yield merupakan persentase penerimaan kas secara periodik
terhadap harga investasi periode tertentu dari sebuah investasi. Untuk saham,
yield merupakan persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya.
Untuk obligasi, yield merupakan prosentase bunga pinjaman yang diperoleh
terhadap harga obligasi sebelumnya (Jogiyanto 2003:111).
Pengertian rate of return dapat dilihat dari 2 sisi. Dari pihak investor, tinggi
rendahnya tingkat laba yang disyaratkan merupakan pencerminan oleh tingkat
resiko aktiva yang dimiliki dan struktur modal serta faktor lain seperti
manajemen. Sedangkan di pihak perusahaan, tingkat laba yang diminta.
Merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal dari
pemegang saham secara umum bahwa resiko perusahaan yang tinggi berakibat
bahwa tingkat keuntungan yang diminta oleh investor juga tinggi dan biaya modal
juga tinggi. Tinggi rendahnya tingkat keuntungan yang diminta dipengaruhi oleh
tingkat keuntungan bebas resiko (risk free rate) (Rf) dan risk premium untuk
mengkompensasikan resiko yang melekat pada surat berharga itu.
Rp = Rf + risk premium.
Rp merupakan tingkat keuntungan yang diminta. Rp dipengaruhi oleh 2 faktor
yaitu :
1. Tingkat inflasi yang diharapkan
2. Demand dan supply dana
Dalam menghitung rate of return dapat digunakan rumus sebagai berikut :
ROR = Capital gain (loss) +Yield
= ( Pt – Pt-1 / Pt-1 ) + Dt / Pt-1
= ( Pt – Pt-1+ Dt / Pt-1 ) x 100%
Keterangan :
Pt = Harga saham sekarang
Pt – 1 = Harga saham periode lalu
Dt - 1 = Deviden yang dibayarkan sekarang
Macam- macam Rate of Return, yaitu:
1. Average Rate of Return
Average Rate of Return disebut juga accounting rate of return atau
accounting return to investment adalah metode penilaian investasi yang berusaha
menunjukkan ratio atau perbandingan antara keuntungan neto tahunan terhadap
nilai investasi yang diperlukan untuk memperoleh laba/keuntungan tersebut baik
diperhitungkan dengan nilai investasi ( initial investment ) atau rata – rata
investasi (average investment ). Jadi average rate of return dapat dihitung
dengan keuntungan neto tahunan / nilai investasi awal = nett income / initial
investment
Metode ARR mempunyai kelemahan – kelemahan antara lain :
 Perhitungan ARR tidak memperhatikan time value of money
 Menitikberatkan pada perhitungan accounting dan bukan pada cash flow
dari investasi yang bersangkutan, sehingga suatu investasi yang
mempunyai umur penyusutan lebih cepat akan mengakibatkan keuntungan
neto yang lebih rendah dan di satu pihak meninggikan cash flow, oleh
karena penyusutan bukan merupakan pengeluaran kas.
 ARR dapat dianalisa dengan beberapa cara, sehingga diperlukan standar
perbandingan yang sesuai dengan cara – cara tersebut dan dimungkinkan
dapat terjadi kesalahan memperbandingkan.
2.Internal Rate of Return
Internal Rate of Return dalah tingkat diskonto ( discount rate ) yang
menjadikan sama antara present value dari penerimaan cash dan present value
dari nilai investasi discount rate/tingkat diskonto yang menunjukkan net present
value atau sama besarnya dengan nol.
Oleh karena itu, IRR adalah merupakan tingkat diskonto dari persamaan di bawah
ini :
IO = [ P1 / ( 1 + i )1 ] + [ P2 / ( 1 + i )2 ] + [ P3 / ( 1 + i )3 ] + ,.,.,.,[ Pn / ( 1 + i )n]
dimana :
IO = Initial Outlays ( Nilai Investasi mula – mula )
Pt = Net Cash Flow ( Proceed ) pada tahun ke – t
i = Tingkat diskonto
n = Lama waktu / periode umur investasi
Kelemahan – kelemahan pada metode IRR adalah :
1. Tingkat diskonto yang dihitung akan merupakan nilai yang sama untuk
setipatahun ekonomisnya. Metode IRR tidak memungkinkan menghitung
IRR yang mungkin berbeda stiap tahunnya. Padahal secara teoritis
dimungkinkan terjadi tingkat bunga yang berbeda setiap tahun.
2. .Bisa diperoleh i yang lebih dari satu angka ( multiple IRR ). Dengan
demikian timbul masalah, yaitu i mana yang akan kita pergunakan.
3. Pada saat perusahaan harus memilih proyek yang bersifat mutually
exclusive, kita mungkin salah memilih proyek kalau kita menggunakan
kriteria IRR. Penggunaan IRR akan tepat kalau dipergunakan Incremental
IRR.
Contoh kasus RoR dan Penyelesaiannya:
Sebuah perusahaan bermaksud untuk membeli dan mengimplementasikan
sistem ERP untuk membantu manajemen dalam memonitor dan mengawasi
pekerjaan karyawannya. Alasan sistem ini diimplementasikan karena melihat
kenyataan bahwa produktifitas penjualan tidak berkembang yang diakibatkan
karena banyak pengurusan administrasi penjualan barang yang memakan waktu
lama. Sehingga perusahaan mengalami ”kehilangan” banyak uang karena harus
membiayai penalti kepada pelanggan yang diakibatkan karena hal tersebut.
Diharapkan dengan diimplementasikannya sistem ERP tersebut,
perusahaan dapat menghemat misalnya sekitar Rp 75 juta per bulan, hasil dari
proses penalti terhadap keterlambatan administrasi yang tidak perlu.
Berdasarkan keterangan yang didapat bahwa probabilitas terjadinya
pengembalian investasi atau ROI dari implementasi sistem ERP di perusahaan
adalah sekitar 0.75, sementara diperoleh data yang mengatakan bahwa 8 dari 10
proyek implementasi sistem ERP berhasil dilakukan. Artinya adalah bahwa:
Expected Return = Estimated Return x ERP Investment Equation
= Rp 75 juta x ERP Investment Equation
= Rp 75 juta x P(Success|Return)
= Rp 75 juta x P(ROI Type) x P(Conversion Success)
= Rp 75 juta x 0.75 x 0.8
= Rp 45 juta
Maka nilai yang harus dimasukkan sebagai value manfaat dari
implementasi sistem ERP tersebut adalah Rp 45 juta per bulan, bukan Rp 75 juta
per bulan seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Contoh ilustrasi dari penghitungan lainnya adalah katakanlah sebuah
perusahaan yang berniat untuk mengimplementasikan aplikasi Enterprise
Resource Planning (ERP) ingin melakukan perhitungan manfaat yang mendekati
akurat. Melalui perhitungan kasar, didapatkan keuntungan perusahaan dalam satu
tahun sebesar Rp 10 Milyar, dimana nilai ini merupakan estimated return. Ketika
dilakukan pencarian referensi, didapatkan dua buah informasi yang kurang lebih
dapat dipergunakan sebagai parameter probabilitas yang diinginkan untuk
menghitung expected return dari manfaaat implementasi ERP.
Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa probabilitas
diperolehnya manfaat dari implementasi ERP adalah sekitar 76% (26% highly
successful dan 50% moderately successful); sementara probabilitas keberhasilan
kebanyakan proyek ERP di perusahaan adalah sekitar 45% (implementation
complete), sehingga memberikan:
Expected Return = Estimated Return x ERP Investment Equation
= Rp 10 Milyar x ERP Investment Equation
= Rp 10 Milyar x P(Success|Return)
= Rp 10 Milyar x P(ROI Type) x P(Conversion Success)
= Rp 10 Milyar x 76% x 45%
= Rp 3,420 Milyar

Anda mungkin juga menyukai