Anda di halaman 1dari 13

SURVEI HIDROGRAFI

PASANG SURUT AIR LAUT

Oleh:

ANISA NABILA R. R. 03311740000037

OSEANOGRAFI FISIK B

Dosen Pengampu : Khomsin, S.T., M. T.

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
1. Proses Terjadinya Pasang Surut Air Laut
Sebelum menjelaskan proses terjadinya pasang surut, penting diketahui bahwa
pasang surut merupakan fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
periodik yang disebabkan oleh adanya gaya tarik benda-benda angkasa (kombinasi
gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda angkasa khususnya matahari, bumi,
dan bulan).

Gambar 1 Teluk Fundy, Canada, saat pasang(kiri) dan surut(kanan).


Sumber : Yudith. 2018

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.
Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara
langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran
bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada
gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih
dekat daripada jarak matahari ke bumi.

Gambar 2 Tonjolan Pasut di Bumi. Satu tonjolan pasang surut disebabkan oleh tarikan gravitasi dan tonjolan pasang surut
lainnya disebabkan oleh gaya sentrifugal atau ini dapat digambarkan sebagai tonjolan inersia. Gambar diadaptasi dari
NOAA
Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan
dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional dilaut. Lintang dari tonjolan pasang
surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan
dan matahari. Dengan kata lain gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun
2/3 permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang
surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang
menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di
wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang
sama namun dengan derajat yang lebih kecil.

Gambar 3 Kinematika Pasang Surut Air Laut. Sumber : Ingham, 1975

2. Teori Pasang Surut Air Laut


2.1 Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642—
1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasang surut secara kualitatif. Teori terjadi
pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh
kelembaban (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik turunnya
permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966).
Gaya pembangkit pasang surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem
bumi-bulan-matahari menjadi 2 (dua) yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi
matahari. Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan
kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan
gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante
gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara
laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan
menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross,
1990).
2.2 Teori Pasang Surut Dinamik (Dynamical Theory)
Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1749—1827). Teori ini
melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara
kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan
gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit
pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu
diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
Kedalaman perairan dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis), dan
gesekan dasar rotasi bumi menyebabkan semua benda begerak di permukaan bumi
akan berubah arah (Coriolos Effect). Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan
fenomena pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar
dapat mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase
lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin
dangkal perairan maka semakin besar pengaruh gesekannya.
3. Model Matematika Pasut dan Konstanta Harmonik Pasut
Pasut yang terjadi pada suatu titik di permukaan bumi terjadi akibat resultan dari jarak
dan kedudukan bulan dan matahari terhadap bumi yang berubah secara periodik.
Gelombang pasut dapat dimodelkan dalam suatu persamaan matematis sebagai berikut
(Poerbandono & Djunarsjah, 2005) :

Dimana dalam persamaan tersebut :


yB : tinggi muka air saat t1
AB : amplitudo pasut
Ω : kecepatan sudut = 2πf
t : waktu
θ : keterlambatan fase
Penentuan nilai perubahan amplitudo dan keterlambatan fase akibat gaya tarik benda
angkasa terhadap kondisi bumi setimbang yang nantinya dinyatakan dalam sebuah
konstanta. Konstanta tersebut disebut sebagai komponen harmonik.

Tabel 1 Komponen Harmonik Utama Pasang Surut

4. Analisis Harmonik Pasut


Analisis harmonik pasut bertujuan untuk menghitung amplitude hasil respons dari
kondisi laut setempat dan beda fase dari gelombang tiap komponen terhadap keadaan
pasang surut setimbang. Nilai perubahan amplitude dan keterlambatan fase yang
dihitung dinyatakan dalam sebuah konstanta harmonik. Untuk menentukan nilai
konstanta harmonik pasut laut tersebut maka sebelumya perlu untuk diketahui bahwa
pasut yang diamati dari variasi naik turunnya muka laut adalah hasil penjumlahan dari
semua gelombang komponen harmonik pasut yang terjadi. Dengan demikian tinggi
muka laut pada suatu saat ( t ) dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut
(Soeprapto, 1993) :

Dimana :
h(t) : tinggi muka air fungsi dari waktu
Ai : amplitudo komponen ke-i
ωi : kecepatan sudut komponen ke-i
gi : fase komponen ke-i
hm : tinggi muka air rerata
t : waktu
k : jumlah komponen
V(tn) : residu
5. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasang Surut Air Laut
 Berdasarkan teori kesetimbangan yang disampaikan oleh Sir Isaac Newton
(1642-1727) dapat disimpulkan faktor-faktor yang memengaruhi pasang surut
air laut adalah :
1. Rotasi bumi pada sumbunya,
2. Revolusi bulan terhadap matahari,
3. Revolusi bumi terhadap matahari.
 Berdasarkan teori dinamis yang dikemukakan oleh Defant pada tahun 1958
yang sebelumnya telah disampaikan oleh Pond dan Pickard (1978) dan Laplace
(1796-1825), dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mengaruhi pasang
surut air laut adalah :
1. Kedalaman dan luas perairan,
2. Pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis),
3. Gesekan dasar.
 Selain faktor-faktor diatas terdapat juga faktor lokal yang dapat berpengaruh
disuatu perairan laut, yakni :
1. Topogafi dasar laut.
2. Lebar selat.
3. Bentuk teluk dan lain sebagainya
6. Pengamatan Pasang Surut
Pengamatan pasut dilakukan untuk memperoleh data tinggi muka air laut di suatu
lokasi perairan tertentu. Pengamatan dilakukan dengan mencatat atau merekam data
tinggi muka air laut dengan selang waktu tertentu. Lamanya pengukuran pasut
umumnya dilakukan selama rentang waktu periode gerakan benda langit yang
mempengaruhi gelombang pasut kembali ke posisi semula. Lokasi pengamatan pasut
dilakukan pada sebuah stasiun yang dilengkapi dengan suatu sistem peralatan
pengamatan pasut. Sistem peralatan pengamatan pasut umumnya terdiri dari 3 macam
segment, yaitu :
1. Segment sensor perekaman data
2. Segment data collector atau data logger
3. Segment catu daya atau energi
Suatu lokasi stasiun pasut umumnya dipilih dengan mempertimbangkan beberapa
kondisi tertentu, syarat utama yang harus terpenuhi antara lain (IOC, 2006)
1. Mewakili kondisi pasut perairan sekitarnya sejauh 5 nautical miles ke arah kiri dan
kanan serta sejauh 10 nmiles ke arah perairan lepas.
2. Tanah tempat berdiri stasiun harus stabil dan mampu bertahan dalam jangka waktu
yang lama.
3. Memiliki akses transportasi, energi (electrical power) dan komunikasi yang baik,
serta aman dari gangguan sekitar.
4. Kedalaman air lokasi stasiun pasut minimal 2 meter di bawah LAT.
5. Berada dekat dengan lokasi benchmark sebagai titik kontrol geodesi.

7. Pengaruh Pasang Surut Air Laut Terhadap Hasil Pengukuran Survei


Hidrografi
Berdasarkan analisis dari tujuan dari pengamatan pasang surut air laut yang
dikemukakan dalam Djaja pada tahun 1989, secara umum dapat disampaikan pengaruh
kondisi pasang surut air laut terhadap hasil pengukuran pada survei hidrografi adalah :

1. Pasang surut digunakan untuk menentukan permukaan air laut rata-rata (MSL)
dan ketinggian titik ikat pasut (tidal datum plane) lainnya yang sangat
memengaruhi keperluan survei rekayasa di perairan laut,
2. Pasang surut memberikan data untuk peramalan arus serta mempublikasikan data
ini dalam table tahunan yang digunakan sebagai referensi atau acuan dalam survei
hidrografi
3. Data mengenai pasang surut dalam survei hidrografi dapat digunakan untuk
menyelidiki perubahan kedudukan air laut dan gerakan kerak bumi.
4. Pasang surut air laut mampu memberikan data yang tepat untuk studi muara
sungai tertentu.
5. Data pasang surut air laut dapat dimanfaatkan untuk melengkapi informasi untuk
penyelesaian masalah hukum yang berkaitan dengan batas-batas wilayah yang
juga berkaitan dengan beberapa bidang tertentu dalam survei hidrografi.

8. Istilah Dalam Pasang Surut Air Laut


 Jika ditinjau dari tinggu pasang surut rata-rata dalam satu bulan, pasang
surut air laut dikategorikan kedalam dua buah tipe, antara lain :
 Spring Tide
Spring Tide atau Pasang Surut Purnama adalah pasang surut dengan
tinggi paling maksimum. Saat terjadi pasang surut purnama atau spring tide,
perbedaan kenaikan dan penurunan air laut cukup signifikan dibandingkan
dengan tinggi muka air laut rata-rata. Pasang surut ini terjadi saat fase bulan
mati dan fase bulan purnama. Spring tide atau pasang surut purnama
merupakan akibat dari bumi, matahari dan bulan sejajar dalam satu garis
yang lurus, kemudian menarik permukaan laut ke arah yang sama.
Gambar 4 Gaya Memengaruhi Bentukan Dari Pasang Surut Purnama.
Sumber : Pidwirny, M. (2006). "Ocean Tides". Fundamentals of Physical Geography, 2nd Edition.

 Neap Tide
Neap Tide atau pasang surut perbani merupakan pasang surut dengan
tinggi minimum. Pada pasang surut perbani atau neap tide, naik dan
turunnya air laut tidak terlalu jauh dibandingkan dengan tinggi muka air
rata-rata. Pasang laut perbani atau neap tide terjadi ketika bumi, bulan dan
matahari membentuk sudut yang tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan
pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani
ini terjadi pada saat bulan kuarter pertama dan kuarter ketiga.

Gambar 5 Gaya Memengaruhi Bentukan Dari Pasang Surut Perbani atau Neap Tide.
Sumber : Pidwirny, M. (2006). "Ocean Tides". Fundamentals of Physical Geography, 2nd Edition.

Perbedaan dari keduanya dapat diilustrasikan melalui gambar di bawah ini.


Gambar 6 orientasi relatif dari Bumi, Matahari, dan Bulan yang menghasilkan pasang surut musim semi dan hujan.
Dimodifikasi dari NOAA.

 Jika ditinjau berdasarkan pengaruh posisi di permukaan bumi, bentukan dasar


laut (batimetri), serta struktur (morfologi) pantai, dan pola harian pasang surut
yang terjadi di suatu tempat bisa berbeda dengan di tempat lain. Berdasarkan
pola dan pengaruh tersebut, pasang surut dapat diklasifikasikan kedalam
beberapa tipe, yaitu:
 Diurnal Tide
Diurnal Tide memiliki ciri-ciri yakni pasang dan surut terjadi masing-
masing 1 kali dalam 24 jam. Sehingga dengan kata lain dalam satu hari
terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, periode pasang surut rata-
rata adalah 24 jam 50 menit.

Gambar 7 Sketsa Diurnal Tide. Sumber : Pidwirny, M. (2006).


"Ocean Tides". Fundamentals of Physical Geography, 2nd Edition

 Semi Diurnal Tide


Semi Diurnal Tide adalah tipe pasang surut yang memiliki dalam selang
24 jam terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut, dengan tinggi kedua pasut
dalam satu hari itu tidak jauh berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat di selat
Malaka hingga laut Andaman.
Gambar 8 Siklus pasang surut terkait dengan pasang semi-diurnal. Pidwirny, M. (2006).
"Ocean Tides". Fundamentals of Physical Geography, 2nd Edition

Gambar 9 Sketsa Pasang Surut Semi Diurnal Tide. Sumber: Abd. Malik, ST, M.Si

 Mixed Tide
Mixed Tide merupakan sebuah keadaan dimana dalam sehari terjadi dua
kali pasang naik dan dua kali pasang surut, tetapi tinggi muka air laut dan
periodenya berbeda.

Gambar 10 Sketsa Mixed Tide.


Sumber : Pidwirny, M. (2006). "Ocean Tides". Fundamentals of Physical Geography, 2nd Edition.

 Tidal Range
Tidal Range atau rentang pasang surut merupakan perbedaan vertikal
antara pasang tinggi dan pasang rendah.

Gambar 11 Rentang pasang surut bervariasi dari satu daerah ke daerah lain, dipengaruhi oleh
geografi garis pantai.
Sumber : geologycafe.com. 2018

9. Peralatan Perekaman Data Pasut


Teknologi pengamatan pasut telah berkembang pesat, dengan perkembangan tersebut
proses pengamatan pasut kini bisa dilakukan dengan lebih mudah dan efisien. Mulai
dari proses perekaman manual menggunakan tenaga manusia untuk mengamat dan
mencatat bacaan tinggi muka air laut, hingga proses secara digital yang merekam secara
otomatis dalam interval waktu tertentu. Pada penelitian ini digunakan kelompok data
encoder (enc) yang menggunakan prinsip alat perekam floating gauge. Proses
perekamaan bacaan tinggi muka air laut dapat dilakukan dengan beberapa alat dan
metode, berikut beberapa alat tersebut (IOC,2006):
1. Tide Pole Gauge
2. Pressure Gauge
3. Accoustic Gauge
4. Radar Gauge
5. Stilling Well Floating Gauge
Pada masanya floating gauge merupakan metode yang paling banyak digunakan di
seluruh jaringan stasiun pasut global. Kebanyakan data pasut global direkam melalui
metode ini. Namun sekarang keberadaan metode ini sudah mulai tergeser oleh teknologi
yang lebih baru seperti sensor akustik dan radar. Cara kerja metode floating gauge
cukup sederhana yaitu memakai sebuah tabung (tube) untuk memfilter gelombang air
laut yang masuk kedalam tabung, kemudian di dalam tabung ada sebuah pelampung
yang dihubungkan dengan kawat baja ke suatu silinder gulung yang berisi paper chart
untuk mencatat gerakan naik turun pelampung dalam bentuk grafik berdasarkan
perubahan permukaan air laut di dalam tabung. Sekarang paper chart yang manual
sudah bisa digantikan dengan encoder digital yang bisa merekam data ke dalam bentuk
numerik digital.

Gambar 12 Skema dasar floating gauge(IOC, 2006)


10.Distribusi Geografis Lokasi Yang Mengalami Diurnal Tide, Semi
Diurnal Tide, Dan Mixed Tide Di Bumi
z

Gambar 13 Distribusi global dari ketiga tipe pasut. Sebagian besar garis pantai dunia memiliki pasang surut semidiurnal.
Sumber : Pidwirny, M. (2006). "Ocean Tides". Fundamentals of Physical Geography, 2nd Edition.

Peta ini menunjukkan distribusi geografis dari siklus pasang surut yang berbeda
di sepanjang garis pantai Bumi. Tipe pasang surut hanya mengacu pada pola pasang
naik dan surut setiap hari, bukan pada ketinggian air atau kisaran pasang surut
(perubahan ketinggian air antara pasang dan surut). Lokasi yang berbeda memiliki
rentang pasang surut yang berbeda tergantung pada garis pantai, lokasi di dunia dan
faktor lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Banna, Farchan Safri. 2014. Pengaruh Periodik Pergerakan Bumi, Bulan, dan Matahari
Terhadap Konstanta Pasang Surut dan MSL. Yogyakarta. Universitas Gadjah
Mada.
Djaja, Rochman, 1989. Makalah : Cara Perhitungan Pasut Laut Dengan Metode Admiralty,
PASANG-SURUT, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi, Jakarta.
Pidwirny, M. (2006). "Ocean Tides". Fundamentals of Physical Geography, 2nd
Edition.http://www.physicalgeography.net/fundamentals/8r.html.
Science, 2015. Tides. http://hurricanescience.org/science/basic/tides/ The University of Rhode
Island.
Priyana, Toto. 1994. Studi Pola Arus Pasang Surut di Teluk Labuhantereng Lombok – Lombok
Nusa Tenggara Barat. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
NOAA (National Oceanic and Atmosphere Administration).(2008). Tides and Currents. 2019.
https://tidesandcurrents.noaa.gov/.

Anda mungkin juga menyukai