BAGIAN SATU
Pengantar
I. LATAR BELAKANG
A. Dinamika Lingkungan Global
1. Tiga Krisis Dunia
Di awal Abad ke-21, dunia terancam tiga krisis besar: (1) krisis pangan, (2)
krisis energi, (3) perubahan iklim ekstrim akibat pemanasan global.
Data menunjukkan:
Pengakuan dan harapan PBB terhadap peran penting koperasi bagi dunia
direspons oleh Internasional Cooperative Alliance (ICA) dengan menerbitkan
Blueprint Dekade Pembangunan Koperasi 2020, yaitu Visi Koperasi Dunia
2010-2020.Tujuannya: menandai dimulainya kampanye di seluruh dunia
bahwa koperasi adalah cara melakukan bisnis pada tingkat yang baru.
Rencana ambisius dalam Blueprint - the "2020 Vision" ICA itu - untuk
menjadikan koperasi sebagai bentuk bisnis pada tahun 2020, yaitu:
1) Koperasi sebagai “pemimpin” yang diakui di bidang ekonomi, sosial dan
kelestarian lingkungan
2) Koperasi sebagai model bisnis yang disukai banyak orang karena
melibatkan orang-orang
3) Koperasi bentuk bisnis paling cepat berkembang dari perusahaan lain
(swasta, BUMN, dll) dan paling bertahan dalam masa krisis.
B. Lingkungan Domestik
1. Jatidiri Sosial Ekonomi dan Budaya Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.304 pulau
yang kaya sumber daya alam dan budaya.
Indonesia berpenduduk pluralis berjumlah sekitar 240 juta jiwa yang
hidup tersebar di seantero Nusantara, di daerah pedalaman, pegunungan,
pesisir, dan pulau-pulau kecil.
Masyarakat Indonesia hidup dalam budaya gotong-royong, budaya agraris,
budaya maritim, dan kaya budaya/kearifan lokal.
Struktur sosial ekonomi
Sejak zaman kolonialisme hingga hari ini, struktur sosial ekonomi
Indonesia berbentuk piramida: golongan kaya sedikit di bawah 5%,
golongan kelas menengah di bawah 20%, dan kelas bawah yang miskin
75%.
EKSTERNAL:
Arus Globalisasi, Perdagangan Kawasan
TANTANGAN: Ancaman Krisis Dunia (Pangan, Energi, Perubahan Iklim Ekstrim Nusa Tenggara
Ledakan Jumlah ICA Dekade 2020: Koperasi Sebagai Pemimpin Pembangunan, Paling Disukai Peternakan
Penduduk Masyarakat Pariwisata
Lapangan Kerja Terbatas Pencanangan PBB: 2012 Sebagai Tahun Koperasi Dunia STRATEGI PILAR: Perikanan
Kemiskinan dan Pelaksanaan MDGs Berakhir Tahun
NILAI 2015
KOPERASI: Edukasi SDM, Advokasi, Emas
Kesenjangan LANDASAN: Kemandirian
Koperasi sebagai ‘Development Model’ untuk bertahan di dan
masa krisis dan
Fasilitasi Mangan
Koperasi terpinggirkan penerapan Kebersamaan
Pancasila Sustainable Development. Pengembangan Koperasi Kerajinan
dalam tata-kelola social- Tujuan NKRI Kekeluargaan Berbasis SDA dan Budaya Lokal
capital, human capital, UUD 1945 Pasal 33 Keterbukaan Kearifan Lokal
dan natural capital UU Perkoperasian Kesetaraan Kemitraan yang Luas
Negara. UU HAM Demokratis Kapasitas Organisasi dan
Eksploitasi SDA secara UU Sektoral Agraria Tanggungjawab Manajemen Bisnis
masif Taat-hukum Koperasi Menjadi Pelaku
dan upaya konservasi di semua Sektor Ekonomi
rapuh; Utama
Tergerusnya Budaya &
Kearifan Lokal
Rapuhnya karakter SDM
INTERNAL:
Regulasi dan Kebijakan Ekonomi Kurang Berpihak Kepada Koperasi
Kelemahan Penerapan Nilai dan Prinsip Koperasi di Kalangan Koperasi
Rendahnya Partisipasi Anggota pada Permodalan, Usaha dan Keorganisasian
Koperasi
Kelemahan Koperasi Terkait Modal, SDM, Manajemen, Jaringan Usaha,
Kelembagaan, Kerjasama Antar Koperasi
Ruang Gerak Koperasi Terbatas Pada Sektor Ekonomi Marginal
LINGKUNGAN STRATEGIS
II. KONSEPSI KOPERASI PILAR NEGARA
A. Pengertian
Blueprint ‘Visi Koperasi 2045’ merupakan dasar dan arah strategi, kebijakan
dan program Dekopin serta blueprint ICA dalam rangka pembangunan
koperasi di NKRI, yang diselaraskan dengan dinamika sosial-ekonomi dan
lingkungan lokal dan nasional, regional, dan global untuk meraih cita-cita
kesejahteraan rakyat dan lestarinya ekosistem NKRI berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
2. Tujuan
a) Koperasi mendukung dan memperkuat Negara Kesatuan
b) Koperasi mendukung dan memperkuat dekokrasi
c) Koperasi mendukung dan memperkuat pelaksanaan Kedaulatan Rakyat
menurut UUD 1945
d) Koperasi memperkuat Negara-Hukum NKRI
e) Koperasi mendukung terwujudnya tujuan pembentukan Negara dan
Pemerintah RI sesuai amanat Alinea IV Pembukaan UUD 1945.
C. Visi
D. Misi
1. Koperasi Untuk kesejahteraan Rakyat NKRI (Welfare State)
a.Pembentukan karakter SDM (national character building) berbasis
nilai-nilai koperasi.
b. Merawat semangat masyarakat untuk membentuk dan
mengembangkan usaha bersama untuk keuntungan dan manfaat
bersama berdasarkan nilai-nilai kekeluargaan.
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa untuk mematuhi tanggungjawab
kepada masyarakatdan lingkungannya dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
d. Menghasilkan suatu model pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) di NKRI yang menjamin keberlanjutan masyarakat,
keberlanjutan tata-ekonomi, dan Keberlanjutan atau
pelestarianekosistem NKRI untuk generasi saat ini dan akan datang.
e. Menghasilkan keadilan sosial-ekonomi untuk generasi saat ini dan
antar-generasi.
f. Mengamankan landasan ekonomi negara berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
g. Menghasilkan keamanan ekonomi, berupa keamanan investasi, modal,
keuangan, dan Keamanan kesehatan masyarakat, dan kesehatan
lingkungan di NKRI.
h. Terciptanya inovasi ekonomi berbasis kreasi masyarakat dan
keragaman nilai-nilai budaya daerah di NKRI.
i. Pelestarian adat-istiadat, kearifan lokal, kebanggaan lokal, dan
lingkungan per daerah yang menjaga dan memperkuat Bhinneka
Tunggal Ika
1. Idiil
Pancasila mengandung nilai-nilai fundamental yang menjadi sebagai falsafah,
ideologi, dan dasar negara RI. Nilai-nilai yang diuraikan panjang-lebar oleh Bung Karno
dalam Pidato 1 Juni 1945 di depan Sidang BPUPKI itu mengilhami penyusunan
Deklarasi Kemerdekaan RI dalam Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya tercantum 4
Tujuan Nasional yang menjadi tugas pemerintah. Pancasila dan Tujuan Nasional itu
kemudian dijabarkan dalam Batang Tubuh UUD 1945.
Nilai-nilai dasar dalam Pancasila, Deklarasi Kemerdekaan, dan Konstitusi UUD
1945 seperti keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan adalah nilai-nilai yang juga
terdapat dalam koperasi. Bahkan di bagian akhir 1 Juni, Bung Karno menyatakan
begini: “Jika tuan-tuan tidak berkenan dengan nama Pancasila, saya tawarkan Trisila
yaitu ke-Tuhan-an, kemanusiaan, dan nasionalisme. Jika tuan-tuan juga tidak berkenan
dengan nama Trisila, saya tawarkan Ekasila, yaitu Gotong-Royong. Alangkah hebatnya
Negara Gotong-Royong”
Nah, bagi gerakan koperasi di NKRI, gotong-royong adalah jiwa dari koperasi.
Ketika penggali dan perumus Pancasila Bung Karno saja menyebut gotong-royong
sebagai saripati Pancasila, maka itu berarti koperasi ‘gotong-royong’ menempati posisi
sentral dalam kehidupan negara bangsa ini.
2. Landasan Konstitusional
Pasal 33 UUD 1945 adalah ideologi ekonomi Republik Indonesia. Konstitusi NKRI
itu dengan tegas dan jelas menyatakan di dalam UUD 1945, pasal 33 ayat 1:
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan“. Ada
tiga kata kunci di sana: DISUSUN, USAHA BERSAMA, dan ASAS KEKELUARGAAN.
Disusun berarti DIATUR (oleh pemerintah), bukan diserahkan pada mekanisme pasar
bebas. Pilihan kata ‘disusun’ atau ‘diatur’ ini sama persis dengan pilihan kata
‘DIKUASAI’ oleh negara pada Ayat (2) dan Ayat (3) UUD 1945. Ayat (2) berbunyi:
“Cabang-cabang produksi yang menyangkut hajat hidup orang banyak DIKUASAI oleh
negara.” Ayat (3): “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
DIKUASAI oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Cara menyusunnya juga sudah ditentukan, yaitu bahwa perekonomian
merupakan USAHA BERSAMA, bukan usaha orang per orang (individualistik). Usaha
bersama macam apa? Juga sudah ditentukan: ‘usaha bersama’ dengan asas
KEKELUARGAAN; bukan asas ‘persaingan’. Sedemikian pentingnya masalah ini sampai
para Bapak Bangsa yang merumuskan Konstitusi kita menempatkannya pada ayat
pertama. Itu artinya pula, bahwa Ayat (2) dan (3) maupun Ayat (4) dan (5) (pasca
Amandemen) harus dijiwai oleh Ayat (1).
Sama pentingnya, mengapa para Founding Fathers ‘harus’ menyebutkan khusus
kata KOPERASI sebagai badan usaha yang paling cocok untuk NKRI. Bahwa kata
koperasi disebutkan pada Bagian Penjelelasan (sebelum amandemen) dan bukan pada
‘inti’ Ayat (1), itu mau menegaskan bahwa koperasi bukan satu-satunya badan usaha
yang hidup di NKRI.
3. Yuridis Formil
Berdasarkan ketentuan yuridis-konstitusional Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat
(1),dan pasal 33 Undang-undang Dasar 1945, dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) RI, Presiden RI memutuskan menetapkan Undang-undang tentang
Perkoperasian No. 25 Tahun 1992. Pasal 2 UU RI No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian menyatakan landasan dan azas koperasi bahwa “Koperasi berlandaskan
Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 serta berdasar atas asasKekeluargaan.”
UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian memberi peluang bagi koperasi,
baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha bersama dapat
berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian
nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
a. UUD 1945: Pembukaan (alinea ke-4), negara kesatuan yang berbentuk
republik (Pasal 1 ayat 1 UUD 1945), negara yang berkedaulatan rakyat pasal 1
ayat 2 UUD 1945)
b. UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
c. TAP MPR RI Nomor XVI tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka
Demokrasi Ekonomi, merupakan bentuk keinginan yang kuat dari bangsa
Indonesia untuk membangun kembali perekonomian nasional dengan
mengedepankan peran aktif dari rakyat sebagai pelaku utama ekonomi.
d. UU Hak Asasi Manusia
e. Semua UU Sektoral Agraria
H. Sasaran/Target
1. Membentuk Karakter Bangsa
Pengembangan dan pemberdayaan koperasi yang menghasilkan
demokrasi ekonomi politik, harus berbasis pembentukan karakter sumber
daya manusia (national caracter building) yang berbasis nilai-nilai dasar
koperasi sesuai amanat UUD 1945 pasal 33 dan UU No. 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian. Karakter manusia Indonesia berbasis nilai-nilai koperasi pada
gilirannya akan memperkuat demokrasi dan Negara Hukum.
I. Indikator Pencapaian
J. Kerangka Desain
Pencapaian Visi 2045 ‘Koperasi Pilar Negara’, menggunakan kerangka
desain sebagai berikut:
Bagan
Kerangka Desain Koperasi Pilar Negara
K.
L. Tiga Fungsi Pokok DEKOPIN
Bagan
M. Strategi Pokok
1. Pemetaan dan pengembangan koperasi berbasis sumber
daya lokal (alam dan budaya)
2. Penyehatan manajemen koperasi berbasis nilai-nilai
koperasi
3. Perluasan jaringan kemitraan Lintas Kementerian/Lembaga,
badan usaha pemerintah dan swasta.
4. Peningkatan daya saing produk koperasi
5. Penerapan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi
tepat guna
O. 10 Program Emas
3. Kelembagaan
a. Mendirikan Rumah Koperasi di Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota
b. Mendirikan Induk Koperasi Produsen, Konsumen, Jasa, dan Simpan
Pinjam
c. Melakukan koordinasi dan atau sinkronisasi program dengan
kementerian/lembaga terkait.
d. Menjalin komunikasi dan kerjasama kemitraan atau bisnis dengan
organisasi koperasi global (ICA), ICA Asia Pasifik,
P. Rumah Koperasi
Rumah Koperasi adalah kelembagaan otonom dan profesional
yang dibentuk oleh Dekopin dalam rangka mengoptimalkan
pelaksanaan tugas, fungsi, dan tanggungjawab Dekopin dalam bidang
Edukasi, Fasilitasi, dan Edukasi. Lebih dari itu, Rumah Koperasi
menjalankan visi dan misi besar Dekopin, yaitu menjadikan koperasi
sebagai sistem ekonomi sekaligus alat yang tepat dan asli Indonesia
untuk mewujutkan negara kesejahteraan yang berkeadilan dan
lestarinya ekosistem negara.
Latar Belakang
Tujuan
Mengangkat Potensi Lokal agar dapat diperkenalkan dan diberdayakan
pada tingkat lokal maupun global
Meningkatkan Nilai Tambah berbagai produk mentah yang dihasilkan
oleh Petani – Produsen local
Mendukung Produsen Lokal mendapatkan bahan-bahan mentah import
untuk dapat berproduksi dengan biaya rendah
Meningkatkan kemampuan Koperasi daerah dengan memperbaiki dan
melatih GCG & Management
Meningkatkan daya saing dengan mendukung Penggunaan IT bagi
jaringan Koperasi di seluruh Indonesia
Q. Skenario dan Tahapan Pencapaian
Terima Kasih
BAGIAN DUA
Di masa yang akan datang, koperasi pun dapat disandingkan dengan badan usaha-
badan usaha besar nonkoperasi. Bentuk keterlibatan koperasi ini dapat berupa
kepemilikan saham yang dimiliki oleh koperasi dalam perusahaan-perusahaan besar
nonkoperasi. Dana masyarakat yang terhimpun melalui koperasi, baik modal yang
dikumpulkan dari para anggota koperasi khusus untuk membeli saham pada perusahaan
besar tersebut, maupun dana sisa hasil usaha (SHU) para anggota.
Kepemilikan saham koperasi dalam perusahaan besar nonkoperasi tersebut tentu
terlebih dahulu harus diatur dengan sebuah regulasi yang menentukan agar perusahaan-
perusahaan besar mengalokasikan sebagian saham-sahamnya untuk dibeli dan dimiliki
oleh koperasi. Komposisi kepemilikan koperasi atas saham pada perusahaan-perusahaan
besar ini, kisarannya dapat ditentukan dalam regulasi dan dapat pula melebihi ketentuan
yang dibuat sepanjang koperasi tersebut memiliki skala usaha yang besar dan memiliki
anggota lebih dari 50 orang.
Selain kepemilikan saham dalam perusahaan-perusahaan besar, koperasi juga harus
dipersiapkan untuk bisa menjalankan bisnis penunjang dari perusahaan-perusahaan besar
tersebut. Misalnya koperasi mengelola angkutan karyawan perusahaan, usaha kathering,
usaha pengelolaan limbah perusahaan, menyiapkan mass karyawan perusahaan, serta
membentuk koperasi konsumsi yang menjual barang-barang kebutuhan karyawan
perusahaan. Kerjasama koperasi dengan perusahaan ini bukan berarti menghilangkan
tanggung jawab perusahaan bagi masyarakat sekitar. Dengan demikian, perusahaan tetap
berkewajiban menyiapkan dana CSR (corporate social responsibility) untuk kebutuhan
sosial masyarakat sekitar.
Hal ini juga perlu dipayungi dengan regulasi yang menentukan bahwa pekerjaan
penunjang suatu perusahaan BUMN/D atau swasta harus dijalankan oleh koperasi. Dengan
kata lain, pekerjaan penunjang tersebut tidak diserahkan kepada perusahaan perorangan.
Regulasi yang dibuat tentu bukan upaya ‘menganakemaskan’ koperasi, tetapi sebatas
memberi ruang bagi koperasi untuk mengambil bagian dalam menjalankan usaha dari
perusahaan-perusahaan besar tersebut, sekaligus mengakomodasi bentuk keterlibatan dan
rasa memiliki masyarakat sekitar perusahaan.
Apabila kedua bentuk kerja sama saling menguntungkan (simbiosis mutualisme)
tersebut dijalankan, masyarakat sekitar tentu mendukung perkembangan dari perusahaan
yang beroperasi. Dengan demikian, diharapkan perusahaan tidak akan berhadapan dengan
upaya-upaya menghalangi kegiatan perusahaan, dan justru masyarakat itu sendirilah yang
akan menjaga dan melindungi perusahaan dari upaya-upaya menghalangi atau
mengganggu oleh orang-orang tidak bertanggungjawab.
Bagan
Kerjasama simbiosis mutualisme koperasi dengan BUMS dan BUMN
sebagai model penerapan azas kekeluargaan
Simbiosis Mutualisme
Koperasi
Perusahaan Besar (BUMN atau
Pasar Saham BUMS) dengan Masyarakat
Sekitar Melalui Koperasi
Koperasi
Konsumsi Koperasi:
Kathering Masyarakat Umum
Perusahaan (& Anggota Koperasi)
Koperasi Besar (BUMN
Sinpan & BUMS)
Pinjam
Dana CSR Perusahaan
Koperasi
Koperasi: untuk Masyarakat Sekitar
Angkutan
(Sayur &
Buah)
Koperasi
Konsumsi
Usaha bersama berasaskan kekeluargaan (koperasi) tersebut sangat mungkin untuk
dikembangkan di semua sektor kehidupan sosial-ekonomi. Karena itu, sebagaimana
disebutkan di atas bahwa koperasi sebagai sebuah lembaga dan model bisnis yang dapat
diterima oleh semua pihak, maka koperasi sudah selayaknya merambah usaha di semua
bidang, baik pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, bidang pertambangan dan
energi, bidang kelautan dan matirim, pariwisata, termasuk usaha-usaha berbasis kearifan
lokal. Maka, undang-undang di semua sektor tersebut harus dan sepatutnya menjadi
payung hukum dan membuka ruang bagi perkembangan koperasi. Undang-undang sektoral
yang dimaksud misalnya:
1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara;
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil;
3. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
5. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi;
6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
7. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
8. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan;
9. Dan lain-lain.
Matriks
Konsepsi Koperasi Memperkuat Demokrasi dan Negara Hukum
Potensi Indonesia diakui sebagai salah satu negara dengan
sistem demokrasi terbaik di dunia.
Demokrasi Indonesia dipayungi oleh hukum.
Masalah Demokrasi sering diarahkan oleh pemilik modal
untuk kepentingan individu dan golongan.
Demokrasi yang terus menyimpang diperparah
dengan rendahnya upaya penegakan hukum, hukum
berlaku hanya untuk masyarakat ‘tidak berduit’.
Strategi Penyuluhan padda anggota koperasi tentang
pentingnya pelaksanaan rapat anggota (RA) dengan
mekanisme yang benar
Meningkatkan kesadaran para anggota untuk
melakukan pengawasan rutin
Stakeholder Utama Penyuluh koperasi dari Dekopinda
Anggota koperasi
Matriks
Konsepsi Koperasi Merawat Bumi dan Menghemat Sumber Daya Alam
Matriks
Konsepsi Koperasi Mengentaskan Kemiskinan
dan Memperkecil Kesenjangan Ekonomi
Matriks
Konsepsi Koperasi Menjamin Kedaulatan/Ketahanan Pangan dan Energi
Matriks
Konsepsi Koperasi Menjadi Sabuk Pengaman Bagi Kedaulatan Wilayah NKRI
Sumatra
Besi Baja
Batubara
Karet
Kelapa
Sawit
Kopi
Singkong
Kerajinan
Budaya
Lokal
Jawa
Minyak Bumi
Makanan dan Minuman
Pertanian Pangan
Hortikultura Bali
Perikanan Pariwisata
Kedelai Perikanan Nusa Tenggara
Tanaman Obat Peternakan Peternakan
Unggas Sawah Pariwisata
Kerajinan Kerajinan Perikanan
Budaya Lokal Budaya Lokal Emas
Mangan
Kerajinan
Budaya Lokal
ZONA SUMATERA
Hutan, Laut, Hasil Hutan, Iskan Koperasi menghimpun masyarakat di sekitar hutan
Kehutanan
negara, hutan lindung, hutan desa, hutan tanaman
Pulau- & Produk Olahan,
rakyat, dan hutan produksi untuk mengoptimalkan
pulau, Tambang (Besi potensi ekonomi hutan dari hulu ke hilir.
Gunung Baja, Batubara), Koperasi menghimpun para penambang untuk
Tambak & Produk Pertambangan mengeksplorasi ladang-ladang tambang yang
Olahan, Produk diperuntukkan bagi rakyat seperti sumur tua.
Perkebunan (Karet,
Kelapa Sawit, Koperasi menghimpun para nelayan dan petambak
Kopi), Produk pesisir pantai dan pulau-pulau kecil untuk
Pertanian, Ternak & Perikanan mengoptimalkan potensi perikanan dari hulu ke
Produk Olahan hilir seperti ikan, kepiting, udang, kerang, rumput
laut.
ZONA JAWA
ZONA KALIMANTAN
Karakter Potensi Daerah Sektor
Deskripsi
Alam Koperasi
ZONA SULAWESI
ZONA BALI
ZONA PAPUA