GAWAT JANIN
1. Pengertian 1. Gawat janin dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor yang
(Definisi) menyebabkan penurunan aliran darah uteroplasenta sehingga
terjadi asfiksia intrauterin karena kegagalan transport oksigen
pada ruang intervilosa yang bila dibiarkan dapat menyebabkan
kematian janin atau kerusakan jaringan yang permanen.
2. Keadaan hipoksia janin.
3. Suatu keadaan terganggunya kesejahteraan janin.
2. Anamnesis Beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gawat janin
Faktor Maternal :
Hipotensi sistemik (syok)
Supine hipotensi
Penyakit pembuluh darah (ateroma)
Anemia
Vasospasme akibat hipertensi
Kontraksi uterus yang berlebihan
Faktor janin:
Anemia
Penekanan tali pusat
Penurunan cardiac output
Kelahiran kurang bulan
Faktor plasenta :
Infark plasenta
Solusio plasenta
Plasenta previa
3. Pemeriksaan Fisik Pemantauan denyut jantung ( fetal heart rate/FHR) dengan
auskultasi menggunakan stetoskop monoaural/doptone secara
berkala. Auskultasi berkala dengan menggunakan stetoskop
monoaural/doptone sebaiknya dilakukan setiap 2 jam pada kala
I selama 1 menit, setelah kontraksi uterus dengan ketuban
masih intak. Pada ketuban sudah pecah sebaiknya dilakukan
tiap 1,5 jam.
Kardiotokografi.
Apabila menggunakan kardiotokografi dapat dilihat adanya
gambaran abnormal yang menggambarkan gawat janin berupa:
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 1/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
- Deselerasi variabel.
- Deselerasi lambat
- Penurunan variabilitas
- Gabungan salah satu dari ketiga diatas dengan takikardi
atau bradikardi.
Mekonium staining.
Analisa gas darah janin.
Gambaran Kardiotokografi
Penilaian perubahan FHR ialah berdasarkan pada
1. Baseline Rate
Normal baseline ialah antara 120-160 beat per minute (bpm). Jika
baseline FHR diatas 160 bpm disebut takikardi dan bila dibawah
120 bpm disebut bradikardi.
2. Variabilitas
Variabilitas merupakan aspek penting pada FHR dan terdiri dari 2
berbentuk
kontraksi keseperti bayangan
kontraksi cermin dengan kontraksi uterus, dari
berikutnya
5. Deselerasi Variabel
Gambaran deselerasi ditandai oleh penurunan tiba-tiba dari FHR
yang diikuti peningkatan mendadak dari FHR. Turunnya FHR
dibawah 120 bpm dan sering di bawah 60 bpm. Bentuk, lama dan
waktu deselerasi variabel tidak sama.
6. Deselerasi lambat
Deselerasi lambat pada FHR adalah penurunan bertahap yang
nampak secara jelas (onset deselerasi sampai ke nadir sedikitnya 30
detik) dan kembali ke baseline FHR berkaitan dengan kontraksi
uterus.
Klasifikasi CTG untuk pemantauan janin elektronik secara
kontinyu:
Normal apabila keempat kriteria masuk dalam kategori
reassuring
Suspicious apabila satu kriteria non-reassuring dan yang
lainnya reassuring
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 2/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 3/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
10. Lama Perawatan Sesuai dengan kondisi bayi mengacu pada tindakan medis yang
diambil dan kondisi lahir bayi.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 4/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
SMFPANDUAN PRAKTIK
: OBSTETRI KLINIS
DAN GINEKOLOGI
RSUP DR. HASAN SADIKIN
EKLAMSI
1. Pengertian (Definisi) Eklamsi adalah kelainan akut pada preeklamsi, dalam kehamilan,
persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dengan
atau tanpa penurunan kesadaraan (gangguan sistem saraf pusat).
Eclampsia sine eclampsia adalah eklamsi yang ditandai oleh
penurunan kesadaran tanpa kejang
2. Diagnosis Penderita preeklamsi berat disertai kejang
3. Anamnesis 1. Umur kehamilan > 20 minggu
2. Hipertensi
3. Kejang
4. Penurunan kesadaran
5. Penglihatan kabur
6. Nyeri kepala hebat
7. Nyeri ulu hati
4. Pemeriksaan Fisik 1. Kesadaran: somnolen sampai koma
2. Tanda vital: Tekanan darah >160/110 mmHg
3. Proteinuria (+3)-(+4)
4. Diagnosa Banding 1. Epilepsi
2. Hipertensi menahun, kelainan ginjal dan epilepsi
5. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Hb, Ht, Lekosit, Trombosit, urin lengkap, fungsi
Penunjang hati, fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan foto rontgen thoraks
3. Pemeriksaan CT scan bila ada dugaan perdarahan otak.
4. Punksi lumbal, bila ada indikasi.
5. Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca, dan Cl; kadar glukosa, Urea
N, Kreatinin, SGOT, SGPT, analisa gas darah, asam urat untuk
mencari penyebab kejang yang lain.
6. Pemeriksaan USG, KTG
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 5/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 6/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
o turut.
Selain Benzodiazepin, diberikan juga Phenitoin (untuk
mencegah kejang ulangan) dengan dosis 3 x 300 mg (3
kapsul) hari pertama, 3 x 200 mg (2 kapsul) pada hari kedua
dan 3 x 100 mg (1 kapsul) pada hari ketiga dan seterusnya.
o Apabila setelah pemberian Benzodiazepin IV 3 kali berturut-
perdarahan
otak.bila ada indikasi.
Punksi lumbal,
Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca, dan Cl, kadar glukosa,
Urea N, Kreatinin, SGOT, SGPT, analisa gas darah, dll
untuk mencari penyebab kejang yang lain.
Perawatan pasien dengan koma :
a. Atas konsultasi dengan bagian Saraf untuk perawatan pasien
koma akibat edema otak:
Diberikan infus cairan Manitol 20% dengan cara: 200 cc
(diguyur), 6 jam kemudian diberikan 150 cc (diguyur), 6 jam
kemudian 150 cc lagi (diguyur)
Total
selamapemberian
5 hari. 500 cc dalam sehari. Pemberian dilakukan
Dapat juga diberikan cairan Gliserol 10% dengan kecepatan
30 tetes/menit selama 5 hari.
Dapat juga diberikan Dexamethason IV 4 x 2 ampul (8 mg)
sehari, yang kemudian di tappering off
b. Monitoring kesadaran dan dalamnya koma dengan
memakai"Glasgow-Pittsburgh-Coma Scale".
c. Pada perawatan koma perlu diperhatikan pencegahan dekubitus
dan makanan pasien.
d. Pada koma yang lama, pemberian nutrisi dipertimbangkan
dalam bentuk NGT ( Naso Gastric Tube).
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 7/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
Kardiotonika:
Indikasi jantung.
payah pemberianJenis
kardiotonika ialah, bila
kardiotonika yangadadiberikan
tanda-tanda:
Cedilanid-D
Perawatan dilakukan bersama dengan Bagian Penyakit
Jantung
Lain-lain :
1. Obat-obat antipiretik
Diberikan bila suhu rektal di atas 38,5 ° C
Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau
alkohol
2. Antibiotika
Diberikan atas indikasi
3. Anti nyeri
Bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat
diberikan petidin HCl 50-75 mg sekali saja.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 8/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
Pengobatan Obstetrik :
Sikap terhadap kehamilan
a. Sikap dasar :
Semua kehamilan dengan eklamsi dan impending eklamsi
harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan
keadaan janin.
Gejala impending eklamsi, adalah :
a. Penglihatan kabur
b. Nyeri ulu hati
c. Nyeri kepala yang hebat
Penyulit:
Gagal ginjal, gagal jantung, edema paru, kelainan pembekuan darah,
perdarahan otak, kematian
Prognosis: Dubia
I nf ormed consent
Dilakukan informed consent pada setiap aspek tindakan,
baik diagnostik maupun terapeutik, kecuali bila keadaan
sudah sangat mengancam jiwa.
Patologi anatomi: Tidak diperlukan
Otopsi: Dilakukan pada kasus kematian akibat eklamsi
Catatan medik:
Mencakup keluhan utama, gejala klinis, riwayat obstetri,
pemeriksaan fisik & penunjang, terapi, operasi, perawatan,
tindak lanjut, konsultasi, prognosis
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 9/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
10
keadaan sbb:
- Pasien inpartu kala II.
- Pasien yang sangat gawat (terminal state), yaitu
dengan kriteria Eden yang berat.
- Sindroma HELLP
- Komplikasi serebral (CVA, Stroke, dll)
- Kontra indikasi operasi (ASA IV)
Sindroma
Weinstein, HELLP
1982, yang mula-mula menggunakan istilah HELLP
syndrome untuk kumpulan gejakla hemolysis, Elevated liver enzym
dan Low Platelets yang merupakan gejala utama dari sindroma ini.
Diagnosis laboratorium:
Hemolisis:
adanya sel-sel spherocytes, schistocytes, triangular, dan sel
Burr pada apus darah perifer
kadar bilirubin total > 1,2 mg%
Kenaikan kadar enzim hati
kadar SGOT > 70 IU/L
kadar LDH > 600 3IU/L 3
Trombosit < 100 x 10 /mm
Pengelolaaan :
Pada prinsipnya, pengelolaan terdiri dari:
1. Atasi hipertensi dengan pemberian obat antihipetensi (lihat
pengelolaan preeklamsi berat).
2. Cegah terjadinya kejang dengan pemberian MgSO 4.
3. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Pemberian transfusi trombosit apabila kadar trombosit
3
<30.000/mm untuk mencegah perdarahan spontan.
5. Terapi
minggu,konservatif dilakukan
tekanan darah apabila
terkontrol umur mmHg,
< 160/110 kehamilan <34
diuresis
normal (>30cc/jam), kenaikan kadar enzim hati yang tidak
disertai nyeri perut kuadran atas kanan atau nyeri ulu hati.
6. Pemberian kortikosteroid, terutama pada kehamilan 24-34
3
minggu atau kadar trombosit <100.000 /mm , diberikan
deksametason 10 mg IV 2 x sehari sampai terjadi perbaikan
3
klinis (trombosit > 100.000 /mm , kadar LDH menurun dan
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 10/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
11
8. bayi
Bila prematur, atau ada
akan dilakukan kontraindikasi
operasi persalinan
seksio sesarea, pervaginam.
kadar trombosit <
3
50.000/mm merupakan indikasi untuk melakukan transfusi
trombosit.
9. Pemasangan drain intraperitoneal dianjurkan untuk
mengantisipasi adanya perdarahan intraabdominal. Bila
ditemukan cairan asites yang berlebihan, perawatan pascabedah
di ICU merupakan indikasi untuk mencegah komplikasi gagal
jantung kongestif dan sindroma distres pernafasan.
Penyulit : Sindroma HELLP, gagal ginjal, gagal
jantung, edema paru, kelainan
4.
5. Departemen
Departemen Anestesi
Ilmu Kesehatan Anak
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 11/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
12
PREEKLAMSI
1. Pengertian (Definisi) Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuri akibat
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Dibedakan :
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah
ditemukan sebelum kehamilan atau yang ditemukan pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu, dan yang menetap setelah 12
minggu pasca persalinan.
2. Preeklamsi/eklamsi atas dasar hipertensi kronis adalah
timbulnya preeklamsi atau eklamsi pada pasien hipertensi
kronik.
3. Hipertensi gestasional adalah timbulnya hipertensi dalam
kehamilan pada wanita yang tekanan darah sebelumnya normal
dan tidak mempunyai gejala-gejala hipertensi kronik atau
preeklamsi/eklamsi (tidak disertai proteinuri). Gejala ini akan
hilang dalam waktu < 12 minggu pascasalin.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 12/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
13
Jika tekanan
preeklamsi diastolik
berat, dikelola naik danpreeklamsi
sebagai disertai berat.
dengan tanda-tanda
Bila umur kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi
kehamilan.
Persalinan dapat dilakukan secara spontan.
Preeklamsi Berat
Rawat bersama dengan Departemen yang terkait (Penyakit Dalam,
Penyakit Saraf, Mata, Anestesi,dll).
A. Perawatan aktif
a. Indikasi; bila didapatkan satu/lebih keadaan di bawah ini:
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 13/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
14
Cara
1. Pemberian MgSO4intravena
pemberianmelalui : secara kontinyu (infus dengan
infusion pump):
a. Dosis awal :
4 gram MgSO4 (10 cc MgSO 4 40 %) dilarutkan
kedalam 100 cc ringer lactat, diberikan selama 15-20
menit.
b. Dosis pemeliharaan :
10 gram dalam 500 cc cairan RL, diberikan dengan
kecepatan 1-2 gram/jam (20-30 tetes per menit)
2. Pemberian melalui intramuskuler secara berkala :
a. Dosis
4 gramawal :
MgSO4 (20 cc MgSO4 20 %) diberikan secara
IV dengan kecepatan 1 gram/menit.
b. Dosis pemeliharaan:
Selanjutnya diberikan MgSO4 4 gram (10 cc MgSO4
40%) IM setiap 4 jam. Tambahkan 1 cc lidokain 2%
pada setiap pemberian IM untuk mengurangi perasaan
nyeri dan panas.
Syarat-syarat pemberian MgSO4
o Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu kalsium
o
dalam
Reflekswaktu 3-5
patella menit.
(+) kuat
o
Frekuensi pernafasan > 16 kali per menit
o
Produksi urin > 30 cc dalam 1 jam sebelumnya (0,5
cc/kg bb/jam)
Sulfas magnesikus dihentikan bila:
o Ada tanda-tanda intoksikasi
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 14/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
15
Dapat
alkoholdibantu dengan pemberian kompres dingin atau
b. Antibiotika
Diberikan atas indikasi
c. Antinyeri
Bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat
diberikan petidin HCl 50-75 mg sekali saja
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 15/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
16
C. Pengelolaan Obstetrik
Cara terminasi kehamilan
Belum inpartu :
1. Induksi persalinan :
2. Amniotomi + tetes
Seksio sesarea, bilaoksitosin
: dengan syarat skor Bishop > 6
a. Syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra
indikasi tetes oksitosin.
b. 8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin belum masuk fase
aktif.
Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesarea.
Sudah inpartu :
Kala I
Fase laten:
Bishop > 6. Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor
Fase aktif:
1. Amniotomi
2. Bila his tidak adekuat, diberikan tetes oksitosin.
3. Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan
lengkap, pertimbangkan seksio sesarea.
Catatan: amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-
kurangnya 15 menit setelah pemberian pengobatan medisinal.
Kala II :
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan
partus buatan.
D. Pengelolaan konservatif
a. Indikasi :
Kehamilan preterm (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda
impending eklamsi dengan keadaan janin baik
b. Pengobatan medisinal :
Sama dengan perawatan medisinal pengelolaan secara aktif.
Hanya dosis awal MgSO4 tidak diberikan IV cukup IM
saja.(MgSO4 40%, 8 gram IM). Pemberian MgSO4 dihentikan
bila sudah mencapai tanda-tanda preeklamsi ringan, selambat-
lambatnya dalam waktu 24 jam.
c. Pengelolaan obstetrik
1. Selama perawatan konservatif, tindakan observasi dan
evaluasi sama seperti perawatan aktif, termasuk
pemeriksaan tes tanpa kontraksi dan USG untuk memantau
kesejahteraan janin
2. Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan
ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan medisinal dan
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 16/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
17
UNIT TERKAIT:
1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam
2. ICU
3. Departemen Mata
4. Departemen Syaraf
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 17/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
18
ABORTUS
1. Pengertian (Definisi) Berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan < 20 mg (berat janin
< 500 gram) atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara spontan tanpa
penyebab yang jelas (miscarriage)
Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi
tertentu yang bertujuan untuk mengahiri proses kehamilan
(pengguguran, aborsi, abortus provokatus).
2. Klasifikasi a. Abortus Imminens (O.O5):
Abortus mengancam, ditandai oleh perdarahan bercak dari jalan
lahir, dapat disertai nyeri perut bawah yang ringan, buah
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
b. Abortus Insipiens:
Abortus sedang berlangsung, ditandai oleh perdarahan ringan
atau sedang disertai kontraksi rahim dan akan berakhir sebagai
abortus komplit atau inkomplit.
c. Abortus Inkomplit (O.03.4):
Sebagian buah kehamilan telah keluar melalui kanalis servikalis
dan masih terdapat sisa konsepsi dalam rongga rahim.
d. Abortus komplit (O.03.9):
Seluruh buah kehamilan telah keluar dari rongga rahim melalui
kanalis servikalis secara lengkap.
e. Abortus tertunda (missed abortion) (O.02.1):
Tertahannya (retensi) hasil konsepsi yang telah mati dalam
rahim selama 8 minggu atau lebih.
f. Abortus Habitualis (O.O5):
Abortus spontan yang berlangsung berurutan sebanyak 3 kali
atau lebih.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 18/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
19
Terapi :
a. Bila kehamilan utuh, ada tanda kehidupan janin :
Rawat jalan
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 19/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
20
Terapi:
a. Bila ada syok, atasi dahulu syok (perbaiki keadaan umum)
b. Transfusi bila Hb < 8 gr%
c. Evakuasi (lihat prosedur terminasi kehamilan)
d. Uterotonika (metilergometrin tablet 3 x 0,125 mg)
e. Beri antibiotika berspektrum luas selama 3 hari
buah kehamilan.
bila ostium Pemeriksaan
terbuka Dalam
teraba rongga : Ostium
uterus biasanya tertutup,
kosong.
Terapi :
a. Antibiotika selama 3 hari
b. Uterotonika
V. Abortus tertunda
Kematian janin dan belum dikeluarkan dari dalam rahim selama
8 minggu atau lebih.
Klinis:
Anamnesis: Perdarahan dapat ada atau tidak.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 20/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
21
septik.
Tanyakan kemungkinan abortus provokatus dan cari tanda-tanda
komplikasi yang dapat menyertainya (perforasi, peritonitis).
Pemeriksaan dalam: Ostium uteri umumnya terbuka dan teraba
sisa jaringan, baik rahim maupun adneksa terasa nyeri pada
perabaan, fluksus berbau.
Terapi :
a. Perbaiki keadaan umum (pasang infus, atau transfusi darah
bila perlu), atasi syok septik bila ada
b. Posisi Fowler
c. Antibiotika yang adekuat (berspektrum luas, aerob dan
Kombinasi
Dosis oral Catatan
antibiotika
Berspektrum luas
Ampisilin 3 x 1 g oral
dan dan dan mencakup
gonorrhoea danuntuk
bakteri
Metronidazol 3 x 500 mg
anaerob
Baik untuk klamidia,
Tetrasiklin 4 x 500 mg
gonorrhoea dan
dan dan
bakteroides
Klindamisin 2 x 300 mg
fragilis
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 21/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
22
Amoksisiklin + Asam
3 x 500 mg
Klavulanik IV
3 x 600 mg
Klindamisin
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 22/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
23
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 23/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
24
2. Operatif :
• Laparotomi
• Salpingektomi (terapi standar) bila tidak tidak ada masalah
fertilitas, ruptur tuba, perdarahan banyak, ada kelainan
anatomi tuba.
• Salpingostomi (bila fertilitas masih diperlukan).
• Reseksi segmen
• Pada kehamilan ektopik belum terganggu, bila terdapat
kontra indikasi operasi atau kemungkinan operasi sulit
(kehamilan servikal, kornu, perlengketan hebat di rongga
panggul, keadaan umum tidak memungkinkan) diberikan
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 24/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
25
PERDARAHAN ANTEPARTUM
1. Pengertian (Definisi) Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir pada
wanita hamil dengan usia kehamilan 20 minggu atau lebih, dapat
berupa plasenta previa atau solusio plasenta.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya tidak normal sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebagian atau
seluruhnya, pada plasenta yang implantasinya normal sebelum janin
lahir.
2. Anamnesis 1. Perdarahan dari jalan lahir pertama kali atau berulang tanpa
disertai rasa nyeri, dapat sedikit-sedikit ataupun banyak.
2. Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi rahim.
3. Faktor predisposisi: grande multipara, riwayat kuretase berulang
4. Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri
eksternum.
4. Pemeriksaan 1. Laboratorium: Crossmatch, kadar Hb, L, Tr, Ht, golongan
Penunjang darah, fibrinogen, D-Dimer, BT, CT, PT, APTT.
2. Pemeriksaan USG
Bed side clotting test
Tujuan: menilai faktor pembekuan darah secara cepat dan
sederhana (metode kualitatif)
Cara: ambil 5cc darah vena dan masukkan ke dalam tabung
kosong yang telah dimasukkan 1 batang lidi. Setelah 6 menit, 8
menit, dan 10 menit dicoba diangkat batang lidi tersebut dan
lihat bekuan darahyang terbentuk.
Bila bekuan darah terbentuk <10 menit dan tidak mudah
hancur/pecah berarti faktor pembekuan darah masih baik dan
diperkirakan kadar fibrinogen >200 mg/dL
Bila bekuan darah terbentuk >10 menit dan bekuannya mudah
hancur berarti telah terdapat gangguan faktor pembekuan darah
(kadar fibrinogen < 200 mg/dL)
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 25/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
26
Penatalaksanaan spesifik:
Ekspektatif :
Syarat :
Keadaan umum ibu dan anak baik.
Perdarahan sedikit.
Usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran berat
badan janin kurang dari 2500 gr.
Tidak ada his persalinan.
Penatalaksanaan ekspektatif :
Pasang infus, tirah baring
Bila ada kontraksi prematur bisa diberi tokolitik.
Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan CTG
setiap minggu.
Aktif :
Persalinan pervaginam :
Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis
atau plasenta previa lateralis di anterior (dengan anak letak
kepala). Diagnosis ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan USG, perabaan fornises atau pemeriksaan
dalam di kamar operasi tergantung indikasi.
Dilakukan oksitosin drip disertai pemecahan ketuban.
Persalinan perabdominam, dilakukan pada keadaan:
Plasenta previa dengan perdarahan banyak.
Plasenta previa totalis.
Plasenta previa lateralis di posterior.
6. Penyulit irreversible,
Syok Plasenta letak rendah dengan anak letak sungsang.
DIC.
7. Konsultasi Departemen Anestesi
ICU
8. Perawatan rumah Lampiran protokol
sakit
9. Terapi Lampiran protokol
10. Ijin tindakan Seksio sesarea
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 26/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
27
11. Lama perawatan Lampiran protokol (pada perawatan ekspektatif perawatan 5-6 hari,
jika dilakukan tindakan operasi perawatan menjadi 4 hari)
12. Indikator klinis Penurunan angka kecacatan dan kematian maternal dan perinatal
yang disebabkan perdarahan antepartum ec plasenta previa.
13. Unit terkait Departemen Anestesiologi
ICU
14. Dokumen terkait Surat rujukan dari Dokter/Puskesmas/Rumah Sakit
Lembar Medical Record
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 27/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
28
PLASENTA PREVIA
1. Pengertian (Definisi) Plasenta yang letaknya tidak normal sehingga menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri internum.
2. Diagnosis 1. Perdarahan dari jalan lahir berulang tanpa disertai rasa nyeri
2. Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi.
3. Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum
masuk pintu atas panggul atau ada kelainan letak.
4. Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri
eksternum.
3. Diagnosis banding Robekan jalan lahir, polip serviks, erosi portio
4. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan laboratorium: golongan darah, kadar hemoglobin,
penunjang hematokrit, waktu perdarahan dan waktu pembekuan.
2. Pemeriksaan USG untuk mengetahui jenis plasenta previa dan
taksiran berat badan janin
5. Terapi Ekspektatif 1. Keadaan umum ibu dan anak baik
2. Perdarahan sedikit
3. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran berat badan
janin kurang dari 2500 gr
4. Tidak ada his persalinan
6. Penatalaksanaan 1. Pasang infus, tirah baring
2. Bila ada kontraksi prematur bisa diberi tokolitik (lihat
pengelolaan prematuritas)
3. Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan KTG setiap
minggu.
7. Terapi Aktif Persalinan pervaginam
1. Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis atau
plasenta previa lateralis di anterior (dengan anak letak kepala).
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan USG,
perabaan fornises atau pemeriksaan dalam di kamar operasi
tergantung indikasi.
2. Dilakukan oksitosin drip disertai pemecahan ketuban.
Persalinan perabdominam
1. Dilakukan pada keadaan :
2. Plasenta previa dengan perdarahan banyak.
3. Plasenta previa totalis.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 28/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
29
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 29/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
30
SOLUSIO PLASENTA
1. Pengertian (Definisi) Terlepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya, pada plasenta yang
implantasinya normal sebelum janin lahir.
2. Diagnosis 1. Perdarahan dari jalan lahir dengan atau tanpa disertai rasa nyeri
(tergantung derajat solusio plasenta).
2. Perabaan uterus pada umumnya tegang, palpasi bagianbagian
janin biasanya sulit.
3. Janin dapat dalam keadaan baik, gawat janin atau mati
(tergantung derajat solusio plasenta).
4. Pada pemeriksaan dalam bila ada pembukaan teraba ketuban
yang tegang dan menonjol.
3. Derajat solusio 1. Ringan :
- perdarahan yang keluar kurang dari 100-200cc
plasenta
- uterus tidak tegang
- belum ada tanda renjatan
- janin hidup
- kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%
2. Sedang :
- perdarahan lebih dari 200 cc
- uterus tegang
- terdapat tanda renjatan
- gawat janin atau janin mati
- kadar fibrinogen plasma 120 - 150 mg%
3. Berat :
- uterus tegang dan kontraksi tetanik
- terdapat renjatan
- janin biasanya sudah mati
4. Diagnosis Banding Tidak ada
5. Pemeriksaan Pemeriksaan USG :
Penunjang • Pada pemeriksaan USG didapatkan implantasi plasenta normal
dengan gambaran hematom retroplasenter.
Pemeriksaan laboratorium :
1. Bed side clotting test (untuk menilai fungsi pembekuan
darah/penilaian tidak langsung kadar fibrinogen)
Cara :
- Ambil darah vena 2 ml masukkan ke dalam tabung
kemudian diobservasi
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 30/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
31
Derajat sedang/berat:
1. Perbaikan keadaan umum
a. Resusitasi cairan/transfusi darah
- Berikan darah lengkap segar
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 31/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
32
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 32/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
33
PERDARAHAN PASCASALIN
1. Pengertian (Definisi) Perdarahan pascasalin adalah perdarahan yang terjadi setelah janin
lahir, yaitu melebihi 500 cc pada persalinan per vaginam atau lebih
dari 1000 cc pada persalinan per abdominam.
Dibagi menjadi :
Perdarahan pascasalin dini yaitu jika terjadi dalam 24 jam
pertama.
Perdarahan pascasalin lambat yaitu jika terjadi lebih dari 24
jam.
2. Anamnesis Perdarahan pervaginam pascasalin atau perdarahan berulang
jika terjadi pada masa nifas
Terdapat faktor predisposisi
Predisposisi antepartum: riwayat perdarahan pascasalin atau manual
plasenta, solusio plasenta, plasenta previa, hipertensi, IUFD,
overdistensi uterus, gangguan darah ibu.
Predisposisi intrapartum: persalinan seksio sesarea atau buatan,
partus lama, partus presipitatus, Induksi atau augmentasi persalinan,
infeksi korion, distosia bahu, grandemulti paritas, gangguan
koagulopati.
Predisposisi postpartum: laserasi jalan lahir (ruptur perineum,
episiotomi luas, robekan porsio) retensio plasenta, sisa plasenta,
inversio uteri, ruptur uteri.
3. Pemeriksaan fisik Tanda-tanda syok (ringan sampai berat)
4. Gambaran Klinis a. Atonia uteri:
yaitu terjadinya gangguan kontraksi uterus. Gejala berupa
perdarahan pervaginam yang deras (seperti keran air) berasal
dari OUI, konsistensi rahim lunak, kontraksi buruk, tidak ada
perlukaan jalan lahir, tidak ada sisa plasenta dan umumnya
terdapat tanda-tanda syok hipovolemik berat.
b. Laserasi jalan lahir:
yaitu terdapat robekan/ruptur pada perineum, vagina atau porsio.
Gejala berupa perdarahan pervaginam yang berasal dari luka
robekan, berwarna merah terang/darah segar, kontraksi rahim
baik, dapat ditemukan tanda-tanda syok.
c. Ruptur uteri:
yaitu robeknya dinding uterus. Gejala berupa perdarahan
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 33/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
34
yaitu
dalam uterus terputarlendirnya
dan selaput balik sehingga fundus
di sebelah uteri
luar. tertekuk
Gejala ke
berupa
perdarahan pervaginam, syok sedang sampai berat, fundus uteri
sama sekali tidak teraba atau teraba lekukan pada fundus,
kadang-kadang teraba tumor dalam vagina jika inversio sampai
vagina atau tampak tumor merah di luar vulva yaitu inversio
uteri yang prolaps.
e. Retensio plasenta:
yaitu plasenta belum lahir ½ jam setelah anak lahir. Gejala
berupa perdarahan pervaginam sedikit sampai banyak, tinggi
fundus uteri sepusat, biasanya tampak tali pusat.
f. Sisa
yaituplasenta:
plasenta sudah lahir namun tidak lengkap. Gejala berupa
perdarahan pervaginam sedikit sampai banyak dari OUI,
kontraksi biasanya baik dan pada pemeriksaan teraba sisa
plasenta. Jika terjadi pada masa nifas; kadang terdapat febris dan
tanda-tanda syok, fundus uteri masih tinggi/subinvolusi, uterus
lembek, nyeri pada perut bawah jika ada infeksi dan teraba sisa
plasenta dalam rongga rahim
g. Gangguan pembekuan darah/koagulopati:
yaitu kelainan pada pembekuan darah. Gejala berupa perdarahan
dari tempat-tempat luka, kontraksi rahim baik, tidak ditemukan
perlukaan jalan
sampai berat dan lahir maupun
terdapat jaringan
gangguan faktorplasenta,
pembekuansyok sedang
darah.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 34/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
35
Penatalaksanaan spesifik
l. Atonia Uteri (ICD10-072.1):
Masase uterus, Pemberian oksitosin 20 unit dalam NaCL
1000cc tetesan cepat (dapat diberikan sampai 3 liter dengan
tetesan 40 tetes/menit) dan ergometrin IV/IM 0,2 mg (dapat
diulang
diberikanlxtiap
setelah 15 menit
2-4 jam IM/IVdan bila masih
sampai diperlukan
maksimal dapat
1 mg atau 5
dosis) atau misoprostol 400 mikrogram perektal/peroral (dapat
diulang 400 mikrogram tiap 2-4 jam sampai maksimal 1200
mikrogram atau 3 dosis). Bila setelah pemberian dosis awal ada
perbaikan dan perdarahan berhenti, oksitosin/misoprostol
diteruskan, bila tidak ada perbaikan lakukan kompresi bimanual
atau pemasangan tampon balon. Jika kontraksi tetap buruk,
lakukan laparotomi. (lakukan ligasi arteri uterina atau
hipogastrika atau teknik B-lynch suture untuk pasien yang
belum punya anak, jika tidak mungkin lakukan histerektomi)
5. reposisi
Retensiomanual tidak
plasenta berhasil, dilakukan reposisi operatif.
(ICD10-O.71.0):
Dilakukan pelepasan plasenta secara manual. Jika plasenta sulit
dilepaskan, pikirkan kemungkinan plasenta akreta. Terapi
terbaik pada plasenta akreta komplit adalah histerektomi.
6. Sisa plasenta (ICD10-O.72.0):
Dilakukan kuretase dengan pemberian uterotonika dan transfusi
darah bila diperlukan. Jika terjadi pada masa nifas, berikan
uterotonika, antibiotik spektrum luas dan kuretase. Jika kuretase
tidak berhasil, lakukan histerektomi.
7. Gangguan koagulopati (ICD10-O.72.3):
Rawat bersama Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Koreksi
faktor pembekuan dengan transfusi darah segar/pemberian FFP,
kriopresipitat, trombosit dan PRC, kontrol DIC dengan heparin.
7. Penyulit Syok irreversible, DIC, Syndrom Seehan
8. Konsultasi Ke disiplin ilmu terkait, atas indikasi. (Departemen Ilmu Penyakit
Dalam, ICU/Anestesi, Patologi Anatomi)
9. Terapi Lampiran protokol
10. Perawatan rumah Diperlukan
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 35/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
36
sakit
11. Ijin Tindakan Kuretase, pemasangan tampon intrauterin, laparotomi (histerektomi)
12. Lama Perawatan Lampiran protokol (pada perdarahan masa nifas: perawatan 5-6
hari, jika dilakukan tindakan operasi perawatan menjadi 7-10 hari)
13. Indikator Klinis Penurunan angka kecacatan dan kematian yang disebabkan
perdarahan postpartum.
14. Unit Terkait 1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam
2. Departemen Patologi Anatomi
3. ICU
4. Departemen Anestesi
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 36/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
37
PERDARAHAN PASCASALIN
YANG DISEBABKAN ATONIA UTERI
1. Pengertian (Definisi) Perdarahan lebih dari 500 mL yang terjadi dalam 24 jam pertama
setelah janin lahir akibat kegagalan kontraksi rahim.
Diagnosis :
1. Kontraksi rahim buruk.
2. Perdarahan banyak.
3. Tidak ada perlukaan jalan lahir.
4. Tidak ada sisa plasenta.
5. Pada umumnya disertai tanda-tanda syok hipovolemik
2. Terapi 1. Segera setelah diketahui perdarahan pascasalin, tentukan ada
syok atau tidak, bila ada segera berikan infus cairan, kontrol
perdarahan dan berikan oksigen.
2. Bila syok tidak ada, atau keadaan umum telah optimal, segera
lakukan pemeriksaan untuk mencari etiologi.
3. Masase uterus, pemberian oksitosin 20 IU dalam 500 cc
Dekstrosa 5% dan ergometrin intravena, atau misoprostol.
4. Bila ada perbaikan dan perdarahan berhenti, oksitosin atau
misoprostol diteruskan.
5. Bila tidak ada perbaikan dilakukan kompresi bimanual.
6. Bila tetap tidak berhasil, lakukan laparotomi, kalau mungkin
lakukan ligasi arteri uterina atau hipogastrika (khusus untuk
pasien yang belum punya anak), bila tidak mungkin lakukan
histerektomi.
7. Cara pemberian Oksitosin:
a. Dosis awal, IV: 20 IU dalam 1 L larutan garam fisiologis
dengan tetesan cepat. IM: 10 IU
b. Dosis lanjutan, IV: 20 IU dalam 1 L larutan garam
fisiologis dengan 40 tetes/menit
c. Dosis maksimal, tidak lebih dari 3 L larutan dengan
oksitosin per hari.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 37/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
38
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 38/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
39
RUPTURA UTERI
1. Pengertian (Definisi) Robeknya dinding rahim, pada saat kehamilan atau persalinan
dengan atau tanpa robeknya peritoneum.
2. Diagnosis Adanya faktor predisposisi.
Nyeri perut mendadak dengan tanda-tanda adanya perdarahan
intraabdominal.
Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 39/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
40
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 40/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
41
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 41/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
42
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 42/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
43
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 43/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
44
Infeksi/sepsis
Torsi (pada tumor yang bertangkai)
Degenerasi merah, degenerasi ganas (miosarkom)
Komplikasi akibat tindakan operatif
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 44/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
45
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 45/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
46
PENYAKIT TROFOBLAS
Penyakit trofoblas 1) Trofoblas kehamilan ( gestational trophoblastic disease) ialah
terdiri dari penyakit penyakit trofoblas yang berhubungan dengan kehamilan dan
2) Penyakit trofoblas yang tidak berhubungan dengan kehamilan
(non gestational trophoblastic disease) tetapi berasal dari sel
indung telur dan kejadiannya sangat jarang.
Yang dibicarakan di sini adalah penyakit trofoblas yang
berhubungan dengan kehamilan, sedangkan yang tidak berhubungan
dengan kehamilan akan dibicarakan pada bab keganasan ovarium
(bab teratoma)
Perkembangan hasil konsepsi ada kalanya mengalami kelainan
antara lain hasil konsepsi tidak berupa janin, melainkan berkembang
secara patologis berupa gelembung-gelembung yang disebut mola
hidatidosa.
Penyakit trofoblas terdiri dari mola hidatidosa (jinak) dan
koriokarsinoma (ganas). Umumnya penderita mola akan menjadi
baik setelah diobati, tetapi sekitar 15% akan mengalami degenerasi
keganasan menjadi koriokarsinoma.
Dalam perjalanannya penyakit trofoblas sering menunjukkan
gejala-gejala di luar bidang obstetri-ginekologi, misalnya
tirotoksikosis, sesak, batuk darah dan kelainan neurologis. Karena itu
penanganan di rumah sakit perlu kerjasama Bag/SMF Obstetri-
Ginekologi dengan Departemen Penyakit Dalam, Neurologi,
laboratorium, serta pemeriksaan penunjang lainnya. Pasien trofoblas
harus mendapat pengawasan selama waktu tertentu untuk mendeteksi
adanya keganasan pada stadium dini.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 46/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
47
MOLA HIDATIDOSA
1. Pengertian (Definisi) Kegagalan kehamilan normal yang disertai dengan proliferasi sel
trofoblas yang berlebihan dan degenerasi hidrofik, yang secara
klinis tampak sebagai gelembung-gelembung
2. Klasisifikasi 1. Mola hidatidosa komplit (O01.0)
2. Mola hidatidosa parsial (O01.1)
3. Kriteria diagnosis Anamnesis dan perneriksaan fisik:
Amenore
Keluhan gestosis seperti hiperemesis gravidarum yang berat
Perdarahan
Uterus yang lebih besar dari usia kehamilan
Klinis terlihat gelembung mola yang keluar dari uterus
4. Pemeriksaan 1. USG: Didapatkan gambaran gelembung vesikel (Vesicular
penunjang ultrasonic pattern)
2. Kadar hCG yang lebih tinggi
3. Pemeriksaan patologi anatomi
5. Diagnosis banding Tumor trofoblas gestasional (C58)
6. Terapi Perbaiki keadaan umum:
Transfusi
Pengobatandarah (99.0)
gestosis sesuai protokol
Evakuasi dengan vakum kuretase (69.0)
Kemoterapi profilaksis
Histerektomi dilakukan bila usia lebih dari 35 tahun dengan
jumlah anak cukup (68.4)
Tirotoksikosis (pengobatan bersama-sama dengan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam)
Emboli paru (pengobatan bersama-sama Departemen Ilmu
Penyakit Dalam)
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 47/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
48
(Pada laporan
jaringan mola,harus dituliskan:
perdarahan, jumlah dan
ada tidaknya diameter
janin atau bagian
janin seperti kantung janin, cairan ketuban dan lain-lain).
Khusus untuk pasien umur 35 tahun atau lebih dengan
jumlah anak cukup, dilakukan histerektomi totalis, baik
dengan jaringan mola in-toto atau beberapa hari pasca
kuret.
2. Terapi profilaksis: dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Kemoterapi
b. Histerektomi
a) Kemoterapi
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 48/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
49
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 49/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
50
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 50/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
51
Pengelolaan :
Terapi diberikan berdasarkan skor prognosis (WHO)
3.
4. MTX/Lekovorin
MTX/Leukovorin++Act.DAct.D++Klorambusil (MAC)
Siklofosfamid (MAC III)
5. Etoposid + MTX/lekovorin + Act.D (EMA)
6. Sisplatinum + Etoposid
7. EMA - CO (EMA + Onkovin + Siklofosfamid)
8. Vinkristin, MTX/Lekovorin, Sisplatinum
Pengobatan kemoterapi masih dilanjutkan 2-4 seri (rata-rata 3
seri) setelah kadar -hCG normal.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 51/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
52
3) Pengobatan
b. Radiasi : merupakansitostatika gagal pada :
terapi tambahan
1. Metastasis intravagina
2. Metastasis otak
3. Metastasis paru-paru
5. Pemeriksaan
6. Efek sampingPA sitostatika
Pengawasan Lanjut Tujuan : untuk memantau hasil pengobatan dan untuk mengetahui
sedini mungkin timbulnya keganasan kembali (relapse)
1. Lama Pengawasan : Satu tahun
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu.
Pencegahan kehamilan dengan menggunakan KB
kondom/sistem kalender, tidak boleh menggunakan IUD atau
suntikan.
2. Akhir Pengawasan
Bila setelah pengawasan satu tahun kadar hCG dalam batas
normal atau bila pasien hamil lagi
3. Jadwal Pengawasan
3 bulan I : dua minggu sekali
3 bulan II : 1 bulan sekali
6 bulan terakhir : 2 bulan sekali
Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan klinik dan kadar hCG setiap kali datang, sedang foto
toraks, pada bulan ke-6 dan ke-12 atau bila ada keluhan.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 52/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
53
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 53/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
54
** CATATAN:
PENGAWASAN SELAMA 1 TAHUN
3 Bulan I : 2 minggu sekali
3 Bulan II : 1 bulan sekali
6 Bulan terakhir : 2 bulan sekali
Diperiksa :
- Pemeriksaan klinik dan kadar beta HCG setiap datang
- Foto toraks bulan ke-6 dan ke-12
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 54/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
55
KANKER SERVIKS
1. Pengertian Keganasan primer pada serviks uteri
(Definisi)
2. Klasifikasi Stadium klinis kanker serviks (FIGO, 1987)
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 55/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
56
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 56/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
57
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 57/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
58
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 58/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
59
Secara umum dapat dikatakan bahwa makin tua umur pasien, makin
besar kemungkinan tumor berasal dari unsur epitel. Sebaliknya,
tumor sel benih lebih sering dijumpai pada gadis dan wanita muda.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 59/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
60
V. Gonadoblastoma
VI. Tumor jaringan ikat lain yang tidak khas ovarium
VII. Limfoma maligna
VIII. Tumor primer yang tidak dapat diklasifikasi
IX. Tumor metastasis
3. Stadium kanker Stadium I. Tumor terbatas pada ovarium
ovarium (FIGO Ia. Tumor terdapat pada satu ovarium, tidak ada tumor
1985) pada permukaan luar, kapsul utuh.
Ib. Tumor terdapat pada kedua ovarium, tidak ada asites,
tidak ada tumor pada permukaan luar, kapsul utuh.
Ic. Tumor stadium Ia dan Ib, disertai pertumbuhan tumor
pada
pecah,permukaan satuasites
atau terdapat atau dua
yangovarium, atau kapsul
mengandung sel-sel
ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
Stadium II. Tumor terdapat pada salah satu atau kedua ovarium
dengan penyebaran ke panggul
IIa. Penyebaran dan /atau metastasis ke uterus dan /atau tuba
IIb. Penyebaran ke jaringan panggul lain
IIc. Tumor stadium IIa atau IIB, disertai pertumbuhan
tumor pada permukaan satu atau dua ovarium, atau
kapsul pecah, atau disertai asites yang mengandung sel-
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 60/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
61
4. Diagnosis 1. Timbul benjolan di perut dalam waktu yang relatif singkat
2. Gangguan buang air kecil/buang air besar, nyeri perut
3. Ditemukan tumor
a. di rongga pelvis
kiri/kanan uterus, dan dapat Douglasi
di kavum meluas hingga rongga perut, di
b. permukaan tidak rata.
c. Konsistensi padat, kistik dan kistik dengan bagian padat.
d. Mobilitas terbatas, karena perlekatan, nyeri perut.
e. Sering disertai ascites.
4. Mungkin ada gangguan haid
5. Laparotomi untuk mengetahui jenis histopatologi dan penentuan
stadium.
5. Diagnosis banding Kista ovarium (D.27)
6. Pemeriksaan 1. Ultrasonografi
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 61/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
62
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 62/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
63
KANKER VULVA
Kanker Mikro Invasif Diameter tumor < 2 cm dan invasi ke stroma < 5 mm
Klasifikasi TNM T TUMOR PRIMER
Kanker Vulva Tis Kanker pra invasif (in-situ)
(FIGO) T1 Tumor terbatas pada vulva dan atau perineum, diameter
< 2 cm.
T2 Tumor terbatas pada vulva dan atau perineum, diameter
tumor > 2 cm.
T3 Tumor dari semua ukuran dengan penyebaran ke uretra
dan atau vagina dan atau anus
T4 Tumor dari semua ukuran dengan adanya infiltrasi ke
mukosa kandung kencing dan atau mukosa rektum,
termasuk bagian proksimal dari mukosa uretra dan atau
penyebaran ke tulang.
KGB REGIONAL
N0 Tak ada penyebaran tumor ke KGB
N1 Penyebaran tumor unilateral ke KGB regional
N2 Penyebaran tumor bilateral ke KGB regional.
Penyebaran Jauh
M0 Secara klinis tak ada penyebaran tumor
M1 Terdapat penyebaran jauh (termasuk KGB pelvis).
Etiologi Tidak diketahui
Faktor Predisposisi Distropia vulva kronis
Kondiloma akuminata
PHS (Penyakit hubungan seksual) dengan lesi granulomatosa.
Gejala-gejala Keluhan: Pruritus vulva
Diagnosis Inspeksi: Dilakukan untuk menentukan daerah yang akan dibiopsi.
Bentuk pra invasif, gambarannya sebagai berikut:
Bercak-bercak kemerahan atau keputihan yang menebal, kadang-
kadang hiperpigmentasi.
Bentuk yang invasif: lesi lebih keras, meninggi, noduler dan
bentuknya tidak teratur. Sering kali lesi ini bersifat unifokal dan
menunjukkan ulserasi.
Palpasi Palpasi dilakukan pada lesi dan pada kelenjar-kelenjar getah
bening regional.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 63/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
64
Pemeriksaan dalam Disertai juga dengan pemeriksaan Pap smear, untuk mencari
penyakit-penyakit lain yang mungkin bersamaan.
Sebaiknya dilakukan juga :
1. Kolposkopi, walaupun nilainya terbatas terutama bermanfaat
pada jenis adenokarsinoma.
2. bagian
Pewarnaan
yangdengan biru tua.blue. Biopsi dilakukan pada
Toluidine
berwarna
Biopsi Lesi yang mencurigakan perlu dibiopsi; diagnosis pasti diperoleh
melalui pemeriksaan histopatologis.
Gambarannya dapat berbentuk :
1. Kanker epidermoid vulva
2. Adenokarsinoma vulva (Paget’s Disease)
3. Melanoma malignum.
Pengelolaan Kanker vulva pra invasif
Jenis pengobatan tergantung letak dan luasnya penyakit.
Tindakan dapat berupa :
1.
2. Krim 5 FU
Kriosasi
3. Eksisi lokal luas
4. Vulvektomi parsial atau hemi vulvektomi, vulvektomi total atau
sub total,“Skinning” vulvektomi.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 64/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
65
Pengelolaan Kanker
Vulva
Penyulit Akan timbul bila lesinya sangat luas sampai ke serviks uteri.
Pengelolaan Kista inklusi dieksisi
Kista Gartner, lesi endometriosis, perlu diangkat bila
menyebabkan ketidak nyamanan.
Kondiloma akuminata dapat diberikan terapi podofilin bila
lesi vagina sedikit dan kecil atau eksisi lokal, krioterapi,
kauterisasi, laser-CO2
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 65/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
66
KANKER VAGINA
Batasan Tumor ganas primer pada vagina.
Klasifikasi Kanker pra-invasif:
Stadium : Kanker in-situ, kanker intraepitel.
Kanker invasif:
Stadium I : Kanker terbatas pada dinding vagina.
pervagina
Kebanyakan tanpa
lesinyeri atau adanya
ditemukan pengeluaran
pada bagian sekret posterior
atas dinding vagina.
yang berdekatan dengan serviks posterior. Walaupun Pap smear
berguna dalam menemukan karsinoma in-situ, namun sering tidak
tepat bila terdapat lesi eksofitik. Pada daerah yang mencurigakan
perlu dilakukan biopsi.
Diagnosis kanker vagina dibuat atas dasar pemeriksaan fisik,
sitologi, kolposkopi, dan biopsi.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 66/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
67
. Kolposkopi
Penyulit 1. Rekurensi
2. Proktitis
3. Sistitis
4. Fistel
Pengelolaan Pengelolaan kanker vagina tergantung pada stadium penyakit,
besarnya tumor dan kondisi pasien.
Beberapa cara pengobatan pada stadium insitu adalah krim 5-FU,
bedah eksisi, radiasi.
Beberapa cara pengobatan pada stadium invasif adalah
1. Operasi
2. Radiasi
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 67/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
68
Berdasarkan waktu:
1. Akut: terjadi setelah persalinan
2. Subakut: sudah terdapat konstriksi serviks
3. Kronik: terjadi lebih dari 4 minggu setelah persalinan atau tidak
berhubungan dengan persalinan atau karena kelainan
ginekologis
3. Diagnosis 1. Dicari faktor risiko seperti: pengelolaan kala III yang tidak
benar, kelemahan miometrium kongenital atau didapat, mioma
uteri terlahir
2. Syok atau perdarahan pervaginam
3. Terdapat massa merah kebiruan yang berdarah pada vagina atau
di luar vulva
4. Pada pemeriksaan luar tidak teraba fundus uteri atau terdapat
lekukan
4. Diagnosis banding Prolapsus uteri (N81)
5. Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium:
penunjang hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit
6. Terapi 1. Atasi syok
2. Pemberian analgetik kuat
3. Reposisi manual dalam narkose umum (69.94). Agar reposisi
lebih mudah dapat diberikan Terbutaline 0,25 mg bolus IV.
Berikan segera antibiotik, setelah reposisi berhasil berikan
oksitosin 20 IU dalam dextrose 5% paling sedikit selama 24 jam
4. Tindakan pembedahan (69.2) dilakukan bila reposisi manual
tidak berhasil
a. Perabdominal (jika uterus masih besar/pasca salin) dengan
teknik Haultain dan Huntington
b. Pervaginam (jika ukuran uterus sudah mengecil) antara lain
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 68/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
69
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 69/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
70
o Inkontinensia campuran
kandung kemih)
• Perlu memasukan organ prolapsus saat berkemih
• Sulit defekasi pada rektokel
Pemeriksaan ginekologis:
• Pemeriksaan sistem POP-Q (Prolapse Organ Pelvic
Quantification system) untuk menentukan derajat prolapsus
uteri, sistokel, dan rektokel
• Tes stres/Tes valsalva
• Tes Bonney
• Perhatikan adanya ulkus pada porsio
• Pemeriksaan sitologi (Pap Smear) untuk menyingkirkan
keganasan serviks
3. Diagnosis banding Inversio uteri kronis (N85.5)
4. Pemeriksaan Pap smear
penunjang
5. Konsultasi Tidak diperlukan
6. Terapi 1. Tanpa pembedahan, dilakukan pada prolapsus uteri derajat I.
Dilakukan latihan otot dasar panggul atau pemakaian Pessarium
2. Pembedahan
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 70/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
71
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 71/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
72
RUPTURA PERINEUM
1. Pengertian (Definisi) Robeknya mukosa vagina dan atau kulit badan perineum yang
disebabkan proses persalinan normal, episiotomi, persalinan buatan,
atau trauma lainnya
2. Diagnosis Anamnesis:
• Tidak dapat menahan flatus, feses cair atau lembek yang
dirasakan setelah persalinan
• Feses keluar dari vagina saat BAB
• Riwayat persalinan dengan episiotomi
• Riwayat persalinan dengan bantuan alat
• Persalinan dengan dugaan trauma traktus genital
• Pernah mengalami robekan perineum sebelumnya
• Adanya faktor risiko terjadinya ruptura perineum, antara lain:
o Persalinan dengan ekstraksi forseps (7%)
o Nullipara (4%)
o
Berat bayi >4000gr (2%)
o Induksi persalinan (2%)
Pemeriksaan ginekologis:
• Pemeriksaan inspeksi daerah genital
• Pemeriksaan inspekulo
• Pemeriksaan rectal toucher
• Pemeriksan pill rolling action
•
3. Klasifikasi Klasifikasi trauma perineum menurut RCOG
Derajat 1 : Laserasi hanya mengenai mukosa vagina dan/atau kulit
perineum
Derajat 2 : Robekan mencapai otot-otot perineum tetapi tidak
mengenai otot sfingter ani
Derajat 3 : Robekan mengenai otot sfingter ani yang dibagi
menjadi
Derajat 3a : Robekan mengenai <50% otot sfingter ani eksterna
Derajat 3b : Robekan mengenai >50% otot sfingter ani eksterna
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 72/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
73
o Perineoprafi
o Sfingteroplasti
o Perineoplasti
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 73/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
74
ENDOMETRIOSIS
Batasan Endometriosis
stroma endometriumadalahdikelainan
tempat yang
yang ditandai adanya kelenjar serta
tidak umum.
Banyak teori menerangkan kejadian tersebut, namun yang saat ini
banyak dianut adalah teori imunologis.
Diagnosis Anamnesis:
Kecurigaan terhadap adanya endometriosis harus ditegakkan
bilamana ada gejala dismenore, dispareuni, nyeri panggul, serta
infertilitas.
Pemeriksaan klinis ginekologis:
Ditemukan antara lain nodul-nodul pada ligamenta sakrouterina
dan uterus retroversi terfiksasi.
Pemeriksaan
a. USG penunjang:
b. Laparoskopi
c. Pielografi intravena
d. Enema barium
e. Foto pelvis-abdomen
Diagnosis pasti dengan pemeriksaan histopatologi
Klasifikasi Sistem klasifikasi sampai saat ini belum ada yang sempuma dan
diakui secara menyeluruh. karena mempunyai kelemahan. Salah satu
pegangan yang dapat dipakai adalah klasifikasi dari American
Fertility Society yang direvisi.
Pengobatan I. Tingkat ringan minimal
Dapat diberikan analgetika
II. Pengobatan Hormonal
Dewasa ini merupakan terapi utama:
1. Pil kontrasepsi kombinasi.
Diberikan terus menerus selama 6-12 bulan.
Pil kontrasepsi hanya mempunyai dampak sedikit terhadap
endometriosis, lebih merupakan supresi penyakit daripada
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 74/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
75
mengurangi/menghilangkan
pengobatan infertilitas. gejala, namun tidak efektif untuk
3. Danazol
Efektifitasnya tidak lebih baik dari hormon-hormon lainnya.
Dosis 2x200 mg tablet selama 6 bulan.
4. GnRH Agonis
- Dipakai secara intramuskuler, subkutan atau intranasal.
- Pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan pseudo-
menopause
- Diberikan setiap 2-4 minggu. Pemakaian GnRH agonis
perlu pemantauan kadar estrogen. Dosis disesuaikan
dengan
(75-150kadar estrogen, umumnya berkisar 20-40 pg/ml
pmol/l)
- GnRH tidak merubah kadar lipid darah
5. Gestrinone
Gestrinone, yaitu derivat 19 Nortestosteron berupa
suntikan. Dipakai 2 kali/minggu, efektif untuk
endometriosis.
III. Pengobaran secara pembedahan.
Metode pembedahan biasa kurang membawa basil. Dengan
laparoskopi morbiditas berkurang tetapi angka kesembuhan sama
saja dengan metode pembedahan biasa.
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 75/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
76
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 76/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
77
KOLPOSKOPI (70.21)
1. Pengertian (Definisi) Pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu alat yang dapat
disamakan dengan mikroskop pembesaran rendah dengan sumber
cahaya di dalam
2. Indikasi Kelainan pada serviks, vagina, atau vulva.
3. Bahan/alat 1. Larutan NaCI fisiologis
2. Larutan asam asetat 3%
3. Larutan asam metakresilsulfonat pekat
4. Larutan formalin
5. Tang tampon
6. Pinset anatomi panjang
7. Kasa dan tampon vagina
8. Alat biopsi
9. Spekulum cocor bebek
10. Spekulum endoserviks
11. Kolposkop
4. Prosedur • Pasien ditidurkan dalam posisi litotomi
• Vulva dibersihkan, dipasang spekulum cocor bebek
• Serviks dan vagina diperiksa dengan kolposkop tanpa dilakukan
pembersihan terlebih dulu. Mukus di serviks dibersihkan
dengan asam cuka 3% Serviks diperiksa secara sistematis
dengan kolposkop mulai arah jam 1 berputar searah jarum jam
sampai kembali ke daerah semula. Serviks berulangkali
dibersihkan dengan larutan NaCI fisiologis.
• Jika sambungan skuamokolumnar tidak terlihat jelas, digunakan
spekulum endoserviks untuk membuka kanalis servikalis.
• Bila diperlukan, dapat dilakukan biopsi.
5. Konsultasi Divisi Onkologi Ginekologi
6. Interpretasi 1. Normal
2. Abnormal
3. Gambaran kolposkopik tidak memuaskan
4. Distrofi
7. Perawatan rumah Tidak diperlukan
sakit
8. Penyulit Nyeri, perdarahan, infeksi
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 77/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
78
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 78/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
79
KONISASI (ICD10-67.2)
1. Pengertian (Definisi) Pengeluaran sebagian serviks sedemikian rupa sehingga bagian
yang dikeluarkan berbentuk kerucut dengan kanalis servikalis
menjadi sumbu kerucut
2. Indikasi 1. Pap smear abnormal dengan kolposkopi tidak memuaskan
2. Sambungan skuamokolumnar tidak dapat dilihat seluruhnya
3. Lesi menjorok ke dalam kanalis servikalis dan tidak tampak
seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi
4. Hasil kuret endoserviks menunjukkan lesi prakanker derajat
berat
5. Biopsi yang dipandu kolposkopi menunjukkan adanya
mikroinvasi
6. Lesi prakanker derajat berat tetapi ada keinginan untuk
mempertahankan fertilitas
7. Pengamatan lanjut menunjukkan progresifitas penyakit secara
nyata
3. Prosedur 1. Tindakan sebaiknya dilakukan setelah haid selesai
2. Pasien dalam narkose umum dengan posisi litotomi
3. Dilakukan tindakan a dan antiseptik di daerah genitalia eksterna
4. Dipasang spekulum Sims dengan pemberat
5. Bibir depan portio dijepit dengan tenakulum
6. Dilakukan penjahitan paraservikal setinggi ostium uteri
internum dengan benang kromik nomor 0 atau I
7. Ditentukan batas luar eksisi dengan bimbingan kolposkop atau
dengan pewarnaan lugol 5%
8. Infiltrasi bibir depan dan bibir belakang serviks dengan larutan
NaCl fisiologis yang mengandung zat vasokonstriktor pada jam
3, 6, 9, 12
9. Dilakukan sondase uterus dilanjutkan dengan dilatasi kanalis
servikalis menggunakan dilatator Hegar sampai no.8
10. Dilakukan eksisi konus dengan pisau Scott atau pisau tajam no
11 dimulai dari arah jam 6 mengikuti arah jarum jam. Konisasi
mencakup ekto dan endoserviks dan terambil 50% tanpa
mengenai ostium uteri internum
11. Beri tanda dengan benang pada jam 12
12. Konus ditarik keluar dengan klem Allis
13. Dilakukan kuretase kanalis servikalis dan kavum uteri dengan
kuret tajam
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 79/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
80
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 80/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
81
LAPAROSKOPI (54.21)
1. Pengertian (Definisi) Visualisasi kavum peritonei secara endoskopi melalui dinding perut
depan, setelah dibuat pneumoperitoneum
2. Diagnosis 1. Pemeriksaan infertilitas
2. Tersangka endometriosis
3. Penilaian operasi rekonstruksi tuba
4. Nyeri panggul kronis
5. Tersangga infeksi panggul kronis
6. Nyeri abdomen akut
7. Tersangka kehamilan ektopik
8. Evaluasi atau konfirmasi massa intrapelvis
9. Kelainan uterus
10. Torsi tumor adneksa
11. Penilaian keganasan
Operatif:
1. Sterilisasi
2. Pengambilan benda asing
3. Operasi untuk infertilitas (adhesiolisis, salpingoovariolisis,
fimbrioplasti, salpingostomi)
4. Fulgurasi sarang-sarang endometriosis
5. Operasi kehamilan ektopik
6. Operasi kista ovarium
7. Miomektomi
8. Laparoscopy-assisted vaginal hysterectomy
9. Total laparoscopy hysterectomy
10. Histerektomi radikal
11. Kolposuspensi Burch
12. Sakrokolposuspensi
3. Kontraindikasi Absolut:
1. Penyakit jantung dan pernafasan yang berat
2. Hernia
3. Peritonitis umum
4. Ileus obstruktif dan paralitik
5. Tumor intraabdomen yang besar
Relatif:
1. Obesitas
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 81/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
82
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 82/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
83
PERENCANAAN OPERASI
1. Pengertian (Definisi) Operasi terencana adalah tindakan operatif yang dilakukan dengan
persiapan yang lebih optimal dibandingkan dengan tindakan
emergensi
2. Prosedur • Pasien menjalani pemeriksaan oleh dokter spesialis Obstetri &
Ginekologi
• Diagnosis ditentukan oleh dokter Spesialis Obstetri &
Gjnekologi
• Pasien didaftarkan untuk mendapatkan jadwal operasi oleh
dokter pengatur operasi
• Pasien menjalani pemeriksaan penunjang meliputi EKG, foto
toraks, tes faal paru, tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, kadar
elektrolit, tes faal pembekuan darah, dan tes lain yang dianggap
perlu.
• Setelah hasil pemeriksaan penunjang telah tersedia, dilakukan
konsultasi ke bagian penyakit dalam dan atau bagian lain yang
dianggap perlu
• Hasil konsultasi disampaikan kepada dokter penanggungjawab
pasien, untuk selanjutnya pasien akan dirawat inap sekurang-
kurangnya satu hari sebelum jadwal operasi yang telah
ditentukan
• Dalam perawatan dilakukan konsultasi dengan bagian
anestesiologi atau bagian lain yang dianggap perlu.
• Dilakukan penjadwalan ke petugas pendaftaran kamar operasi,
serta penentuan dokter asisten yang akan mendampingi saat
operasi
• Hasil dari konsultasi tersebut disampaikan kepada dokter
penanggungjawab pasien
• Operasi dilakukan pada jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 83/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
84
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 84/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 85/86
7/21/2019 Ppk Standar Pelayanan Medis Obstetri-ginekologi Revisi
DAFTAR ISI
http://slidepdf.com/reader/full/ppk-standar-pelayanan-medis-obstetri-ginekologi-revisi 86/86