Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERILAKU PEMBELIAN

MEREK BARANG TIRUAN "NIKE" DI INDONESIA

Disusun Oleh Kelompok 8 :

Reza Novita Sari 1711011054


M. Fikri Fakhruddin 1711011069
Iqbal Rifa’I S 1711011074
Rhodiatul Haida 1711011077

S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Terdapat banyak cara untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup. Salah satunya adalah
dengan menggunakan barang-barang bermerek terkenal. Barang-barang bermerek
terkenal selalu dibandrol dengan harga yang tinggi. Oleh karena itu muncullah
fenomena barang KW1. Fenomena KW tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi dapat
ditemukan pula di negara-negara lain di dunia ini. Barang KW di jual dengan harga
yang jauh lebih murah dibanding dengan barang original.

Salah satunya sepatu dengan merek Nike. Nike Inc. merupakan perusahaan Amerika
Serikat yang telah banyak memproduksi sepatu untuk berbagai jenis olahraga. Hampir
semua jenis olahraga sudah di produksi sepatunya oleh Nike, seperti sepatu basket,
sepakbola, futsal, lari dan lainnya. Sebenarnya Nike tidak hanya memproduksi sepatu,
Nike juga memproduksi alat perlengkapan olahraga seperti jaket, baju dan celana
olahraga, jam tangan dan juga alat-alat olahraga lainnya. Sepatu merupakan produk
paling popular dari Nike. Nike juga telah mensponsori atlet-atlet olahraga dunia, seperti
LeBron James, Cristiano Ronaldo, Tiger Woods dan beberapa klub bola terkenal antara
lain Manchester United, Barcelona, Juventus.

Fenomena barang KW di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Pemerintah


lewat undang-undang merek telah berusaha mengaturnya, namun undang-undang yang
ada tidak efektif dalam menahan laju bisnis barang KW.3 Di Indonesia, termasuk di
Pontianak, berbelanja barang KW adalah hal yang lumrah. Saat ini bisa ditemukan
begitu banyak barang-barang KW yang dijual di beberapa lokasi yang sangat strategis
dan terlihat jelas di depan umum. Pebisnis barang KW bahkan sepertinya tidak takut
akan sanksi hukum yang ada.

Berdasarkan hal di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan judul;

PERILAKU PEMBELIAN MEREK BARANG TIRUAN "NIKE" DI


INDONESIA
 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah
penelitian di rumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana perilaku pembelian merek barang tiruan sepatu Nike di Indonesia?

 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang diangkat dalam penulisan paper ini maka tujuan penulisan
paper ini adalah :
1. Untuk mengetahui perilaku pembelian merek barang tiruan sepatu Nike.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Merek
Dalam dunia perdagangan, faktor kunci yang sangat menentukan dalam mendukung
aktifitas usaha adalah penjualan. Faktor inilah yang menjadi kunci sekaligus indikator
apakah sebuah usaha perdagangan dapat dikatakan mengalami kemajuan atau
mengalami kemunduran. Penjualan didefinisikan sebagai sebuah usaha atau langkah
konkrit yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk, baik itu berupa barang
ataupun jasa, dari produsen kepada konsumen sebagai sasarannya yang bertujuan
mendatangkan keuntungan atau laba dari produk ataupun barang yang dihasilkan
produsennya dengan pengelolaan yang baik.

Produk-produk yang ditawarkan tentu memiliki perbedaan di antara masing-masing


produk. Baik dalam detail memiliki panggilan ataupun corak tersendiri serta manfaat
yang diberikan dari produknya. Istilah ini yang dikenal dengan sebutan merek. Merek
erat kaitan nya dengan produk yang ditawarkan oleh produsen berupa barang maupun
jasa dan hal merek juga menimbulkan kepuasan tersendiri bagi konsumen yang
menggunakan merek tersebut. Merek merupakan tanda yang berupa gambar, nama,
kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dan unsur-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda warna, atau kombinasi dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Pengertian Barang Tiruan/KW


Semakin canggihnya teknologi yang dimiliki saat ini memunculkan kekhawatiran bagi
pemilik merek, terutama pemilik merek terkenal. Karena produsen nakal dapat membuat
produk dengan meniru agar menyerupai produk aslinya. Tidak dipungkiri sebagian
besar barang yang beredar dipasaran saat ini merupakan barang KW. Ironisnya,
sebagian besar konsumen tanpa berpikir panjang lebih memilih untuk menggunakan
produk KW tersebut.
KW merupakan istilah anak gaul jaman sekarang karena KW sendiri tidak terdapat
dalam kamus besar Bahasa Indonesia. Sehingga definisi tentang KW sedikit dan
merupakan pendapat-pendapat mereka yang mengetahuinya saja. Namun pada intinya
KW ialah merupakan barang tiruan dari merek terkenal. Jelas produk KW ini telah
melakukan pelanggaran merek.

Kerentanan Informasi
Kerentanan informasi mengacu pada keputusan pembelian yang dilakukan oleh
konsumen berdasarkan pendapat ahli orang lain. Orang-orang yang memiliki
pengetahuan tentnag
keunggulan diferensial produk asli dapat mempengaruhi konsumen terhadap merek
barang tiruan.

Kerentanan Normatif
Kerentanan normatif mungkin membuat keputusan berdasarkan harapan yang akan
mengesankan orang lain. Dalam hal ini, citra diri memainkan peranan yang sangat
besar, karena pembelian produk palsu tidak menggambarkan kesan yang baik.

Kesadaran Nilai
Bloch, Bush, dan Campbell (dalam Wang dkk., 2005),
mengemukakan bahwa konsumen akan memilih barang tiruan dibandingkan barang asli
jika terdapat keunggulan harga didalamnya. Keunggulan harga merupakan nilai (value)
yang didapat oleh konsumen ketika harga dari barang tiruan tersebut lebih murah
dibandingkan dengan harga barang yang asli, sehingga konsumen bisa mendapat
keunggulan harga jika membeli barang tiruan tersebut
(Albers-Miller, 1999). Lichtenstein, Netemeyer, dan Burton (1990) mendefinisikan
value consciousness sebagai suatu kesadaran untuk membayar suatu barang dengan
harga yang rendah, walaupun terdapat quality constraint didalamnya. Bloch, dkk.,
(dalam Wang, dkk., 2005) menunjukkan bahwa ketika barang tiruan menawarkan
keunggulan harga dibandingkan barang asli, konsumen akan lebih memilih barang
tiruan tersebut. Oleh karena itu, konsumen yang memiliki value consciousness yang
tinggi akan lebih memiliki sikap yang positif terhadap barang-barang tiruan.

Niat Beli
Berdasarkan theory of planned behavior, perilaku pembelian
ditentukan oleh keinginan pembelian seseorang, dimana keingian tersebut ditentukan
dari sikap (Ang dkk., 200). Chang (1998) menyatakan bahwa pengambilan keputusan
yang tidak etis seperti membeli barang tiruan dapat dijelaskan oleh sikap konsumen itu
sendiri. Ang dkk., (2001) dan Wang dkk., (2005) telah menyimpulkan bahwa sikap
konsumen terhadap pemalsuan berpengaruh signifikan
dalam menciptakan keinginan pembelian. Jika sikap konsumen terhadap barang tiruan
positif, maka akan semakin tinggi kemungkinan konsumen tersebut membeli barang
fashion tiruan.

Integritas
Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan
seseorang. Seseorang dikatakan mempunyai integritas apabila tindakannya sesuai
dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya (Wikipedia). Integritas
merupakan tingkat pertimbangan etis individu dengan ketaatan pada hukum (Wang,
dkk., 2005). Phau dan Teah (2009) menyatakan pengaruh nilai dasar seperti integritas
dapat mempengaruhi keputusan untuk bertindak etis. Konsumen yang lawful-minded,
cenderung untuk tidak berhubungan dengan produk imitasi, dan sebaliknya konsumen
yang mempunyai standar etika yang rendah cenderung untuk membenarkan tindakannya
dengan membeli produk imitasi.

Sikap Terhadap Merek Barang Tiruan


Sikap konsumen terhadap barang fashion tiruan (attitude toward counterfeited fashion
goods) merupakan sebuah evaluasi yang dilakukaan oleh konsumen untuk
membandingkan antara barang fashion yang asli dengan yang tiruan (Wee dkk., 1995).
Wee dkk., (1995) menemukan bahwa variabel produk atribut sangat penting dalam
menjelaskan keinginan konsumen untuk membeli barang
tiruan. Nia dan Zaichkowsky (2000) menyimpulkan bahwa konsumen yang memiliki
barang yang asli dan tidak memiliki barang tiruan percaya bahwa barang tiruan
merupakan produk inferior, sedangkan konsumen yang memiliki barang tiruan tentunya
akan memiliki pandangan yang positif terhadap barang tiruan dan tidak menganggap
bahwa barang tersebut merupakan produk inferior. Dalam studi ini,
evaluasi konsumen terhadap barang fashion tiruan akan menjadi penentu utama dalam
intention orang tersebut untuk membeli barang tiruan tersebut. Dan dalam hal ini, perlu
diperhatikan faktor-faktor yang menjadi fokus perhatian konsumen dalam mengevalusi
barang fashion tiruan tersebut. Beberapa faktor tersebut biasanya adalah harga, kualitas,
dan risk awareness.

Status Konsumsi
Merupakan konsumen yang mencari kepuasan pribadi dan ingin memperlihatkan
prestise dan status mereka kepada lingkungan sekitar, biasanya lewat bukti- bukti yang
terlihat (Eastmen, et al., 1997 dalam Phau dan Teah, 2009) atau Proses motivasi di mana
seorang individu mencoba untuk meningkatkan/status sosialnya melalui konsumsi
produk dengan gambar yang jelas (Eastman, et al., 1999 dalam Tommy, 2012).
BAB III
METODE PENELITIAN

Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu perencanaan penelitian yang berguna sebagai
panduan untuk membangun strategi yang menghasilkan model penelitian serta
memperoleh jawaban atas pertanyaan – pertanyaan suatu penelitian. Sekaran (2000)
menyatakan bahwa desain penelitian menyampaikan sebuah urutan pilihan pengambilan
keputusan rasional.
Penelitian ini menggunakan metode survei yang merupakan cara untuk mengumpulkan
informasi dari sekumpulan subyek yang berkepentingan. Faktor yang akan diteliti pada
penelitian ini meliputi faktor independen yaitu kerentanan informasi, kerentanan
normatif, kesadaran nilai, resiko yang dirasakan, integritas, status konsumsi,
materialisme, dan sikap. Sedangkan faktor independen yaitu perilaku pembelian
terhadap merek barang tiruan sepatu Nike.

Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam penelitian. Dalam
penulisan ini, penulis menggunakan teknik pengumpul data secara tidak langsung yaitu
dengan membagikan kuesioner kepada para masyarakat yang membeli merek barang
tiruan sepatu Nike.

Jenis dan Sumber Data


Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti melalui wawancara dan melalui butir –
butir pertanyaan (questioner) yang disebarkan kepada responden (Sugiyono, 2007).
Data primer yang digunakan berupa data subyek (self report data) yang berupa opini
dan karakteristik dari responden. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan cara membagikan kuesioner kepada masyarakat umum.

Populasi
Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan
ukuran lain, yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi
perhatian (Suharyadi dan Purwanto, 2009). Populasi bukan hanya orang, tetapi juga
obyek dan benda - benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada
pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat
yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat umum.
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi target, yang dipilih secara cermat untuk mewakili
populasi tersebut (Cooper dan Schindler, 2006). Sedangkan menurut Sugiyono (2014),
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 masyarakat umum yang
mengisi kuesioner mengenai perilaku pembelian terhadap merek barang tiruan sepatu
Nike

Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis yang bersifat deskriptif. Teknik analisi deskriptif
adalah data yang berbetuk kata, kalimat, skema, dan gambar. Analisis diskriptif ini akan
dikemukakan cara-cara penyajian data, dengan tabel biasa maupun distribusi frekuensi,
grafik garis maupun batang, diagram lingkaran, pictogram, penjelasan kelompok
melalui modus, median, mean, dan variasi kelompok melalui rentang dan simpangan
baku (Sugiyono, 2007).
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bagian ini akan menjabarkan tentang hasil pengumpulan data dan deskripsi responden.
Peneliti menyebarkan kuesioner kepada masyarakat umum dengan dengan responden
sebanyak 100 responden dalam waktu dua hari.

Hasil Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner seperti yang telah dijelaskan pada
bab tiga. Hasil pengumpulan data berupa kuesioner yang berhasil dikumpulkan dan
memenuhi syarat disajikan dalam Tabel 4.1.

Keterangan Jumlah %

Kuesioner yang terisi 100 100

Kuesioner yang memenuhi 100 100


syarat

Pada penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada masyarakat
umum. Terdapat 100 responden yang mengisi kuesioner dan seluruh kuesioner tersebut
memenuhi syarat.

Deskripsi Responden
● Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, responden terdiri dari 2 kategori, yaitu laki-laki dan
perempuan. Dalam pengumpulan data yang dilakukan diperoleh data bahwa
responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 72 orang (72%), sedangkan
responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 28 orang (28%), di mana
responden yang paling banyak ditemui adalah responden berjenis kelamin
perempuan, yakni berjumlah 72 orang (72%).

Keterangan Jumlah %

Laki-laki 28 28

Perempuan 72 72
● Usia
Dalam penelitian ini jumlah 99% responden berusia kurang dari 25 tahun.
Sedangkan hanya 1% responden yang berusia antara 26-35 tahun.

● Pendidikan
Dalam penelitian ini terdapat 60 (60%) responden yang berpendidikan atau
sedang menjalani pendidikan pada strata 1 (S1). Sedangkan 40 (40%) responden
menjalani pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat.

● Provinsi Domisili
Dalam penelitian ini terdapat 50 (50%) responden berasal dari Provinsi
Lampung, 16 (16%) dari Provinsi Jawa Barat, 19 (19%) dari Provinsi Jawa
Tengah, 5 (5%) dari Provinsi DKI Jakarta, 2 (2%) dari Provinsi Banten, 3 (3%)
dari DIY Yogyakarta, dan 5 (5%) berasal dari provinsi lain di Indonesia.

Provinsi Jumlah %

Lampung 50 50

Jawa Barat 16 16

Jawa Tengah 19 19

DKI Jakarta 5 5

Banten 2 2

DIY 3 3
Yogyakarta

Provinsi Lain 5 5

● Pengeluaran Per Bulan


Dalam penelitian ini, 99 (99%) responden memiliki pengeluaran per bulan
kurang dari Rp. 3.000.000. Sedangkan hanya terdapat satu (1%) responden yang
memiliki pengeluaran antara Rp. 3.000.000 - Rp. 4.999.999.

● Pengeluaran Per Bulan untuk Produk Fashion


Dalam penelitian ini, 99 (99%) responden memiliki pengeluaran per bulan untuk
produk fashion kurang dari Rp. 2.000.000. Sedangkan hanya terdapat satu (1%)
responden yang memiliki pengeluaran antara Rp. 2.000.000 - Rp. 3.999.999.

● Pengetahuan Produk Nike dan Merek Produk Tiruan Sepatu Nike


Seluruh responden (100%) dalam penelitian ini mengetahui produk sepatu Nike
dan merek produk tiruan Nike.

Kerentanan Informasi
Pada penelitian ini, sebanyak 94 (94%) responden mendapatkan informasi melalui
media elektronik, 55 (55%) mengamati apa yang orang lain beli dan gunakan sebelum
membeli produk tiruan, 40 (40%) netral jika ditanya akankah mereka bertanya kepada
orang lain apa yang pernah membeli produk tiruan sebelum membelinya juga, 63 (63%)
berkonsultasi kepada orang lain untuk memilih alternatif produk terbaik, dan 32 (32%)
responden setuju bahwa mereka mencari informasi dari teman atau keluarha sebelum
membeli produk tiruan.

Kerentanan Normatif
Sebanyak 38 (38%) responden memilih netral ketika ditanya pentingnya orang lain
menyudkai produk yang mereka beli. 61 (61%) responden tidak membeli produk yang
dianggap orang lain mewah. 48 (48%) senang mengetahui produk apa yang memberikan
kesan baik pada orang lain. Dan 53 (53%) netral ketika ditanya apakah mereka senang
membeli merek yang sama dengan yang orangblain beli.

Kesadaran Nilai
Sebanyak 90 (90%) responden setuju bahwa produk tiruan lebih murah. 75 (75%) setuju
bahwa produk tiruan memiliki kualitas yang rendah. Dan 90 (90%) setuju bahwa
mereka ingin memastikan produk yang mereka beli sesuai dengan harga.

Integritas
Dalam penelitian ini, 94 (94%) responden setuju bahwa kejujuran adalah kualitas
penting karakter seseorang. 96 (96%) menganggap bahwa sangat penting bagi seseorang
untuk bersikap sopan. Dan 69 (69%) responden menyukai seseorang yang memiliki
kontrol diri.

Status Konsumsi
Sebanyak 75 (75%) responden tidak membeli produk tiruan hanya untuk pengakuan
sosial. 65 (65%) responden tidak setuju bahwa mereka rela membayar lebih hanya
untuk mendapatkan status sosial. Dan 37 (37%) responden netral ketika ditanya apakah
mereka jika produk fashion lebih berharga bagi mereka jika memiliki daya tarik status
sosial.

Sikap
Dalam penelitian ini, 47 (47%) responden netral ketika ditanya apakah mereka membeli
produk tiruan hanya dengan mempertimbangkan harga. 43 (43%) responden juga netral
ketika ditanya apakah mereka senang membeli produk tiruan. 59 (59%) responden
netral mengenai pendapat bahwa tidak ada yang salah dengan membeli produk tiruan.
Dan 59 (59%) juga berpendapat netral mengenai pendapat bahwa secara umum produk
tiruan adalah pilihan yang tepat.

Niat Beli
Sebanyak 51 (51%) responden netral dalam hal mempertimbangkan produk tiruan
sebagai pilihan saat akan membeli sesuatu. 64 (64%) responden tidak berencana
membeli produk tiruan dalam waktu dekat. 70 (70%) responden tidak akan
merekomendasikan keluarga atau kerabat untuk membeli produk tiruan. 69 (69%)
responden tidak akan mengatakan hal yang menguntungkan terhadap produk tiruan.
Dan 84 (84%) responden tidak akan membeli produk tiruan secara terus-menerus.
BAB V
KESIMPULAN

Dari 100 responden yang telah mengisi kuesioner, dalam penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam pembelian produk tiruan Nike, responden terlebih dahulu
berusaha mencari informasi mengenai produk tersebut. Sedangkan responden lebih
memilih netral mengenai kerentanan normatif. Untuk kesadaran nilai, reponden setuju
bahwa produk tiruan memiliki harga yang lebih murah namun berkualitas rendah dan
mereka akan memastikan bahwa produk yg hendak mereka beli harus sesuai dengan
harga. Dalam hal integritas, responden setuju bahwa kejujuran kejujuran dan kesopanan
adalah penting. Responden tidak membeli produk tiruan untuk pengakuan sosial dan
tidak bersedia membayar lebih untuk mendapatkan status sosial. Mengenai sikap
terhadap produk tiruan, responden lebih banyak bersikap netral. Sedangkan untuk niat
beli, responden tidak berencana membeli produk tiruan dalam waktu dekat, tidak akan
merekomendasikan kepada keluarga atau kerabat mengenai produk tiruan, tidak akan
mengatakan hal yang menguntungkan terhadap produk tiruan, dan tidak akan membeli
produk tiruan secara terus-menerus.

Anda mungkin juga menyukai