Anda di halaman 1dari 5

BUKU 1

MANAJEMEN MUTU LABORATORIUM

A. Ruang Lingkup Manual Mutu

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan yang telah diperbaharui dengan PP Nomor 13

Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua PP Nomor 19 Tahun 2005 mensyaratkan

setiap sekolah memiliki ruang laboratorium. Selanjutnya dipersyaratkan bahwa

tenaga kependidikan di setiap sekolah sekurang-kurangnya terdiri atas kepala

sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga

laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.

Laboratorium adalah merupakan suatu tempat melakukan percobaan dan

penyelidikan. Tempat yang dimaksudkan dapat merupakan suatu ruangan

tertutup, kamar atau ruangan terbuka, kebun misalnya. Secara terbatas,

laboratorium dapat dipandang sebagai suatu ruangan yang tertutup dimana

suatu percobaan dan penyelidikan dilakukan (Depdikbud, 1997). Umumnya

ruangan dalam hal ini adalah tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran

secara praktik yang memerlukan peralatan khusus yang tidak mudah

dihadirkan di ruang kelas.

Salah satu laboratorium yang dipersyaratkan dalam standar sarana dan

prasarana SMP/MTs secara eksplisit disebutkan Laboratorium IPA. Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007

tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah


(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) pada

bagian lampiran mengatur bahwa sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya

memiliki ruang laboratorium IPA.

Laboratorium IPA merupakan salah satu fasilitas sekolah tempat guru

dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran IPA melalui praktikum.

Kegiatan ini sangat penting untuk mengembangkan pendekatan saintifik sesuai

dengan Kurikulum 2013. Laboratorium IPA juga memiliki peranan penting

dalam pengembangan ilmu pengetahuan alam yang berkembang sangat pesat

saat ini sebagai modal untuk mengembangkan kompetensi peserta didik dalam

menghadapi tantangan kehidupan di masa depan. Dengan demikian,

laboratorium IPA memiliki peran yang sangat strategis dalam menunjang

keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) IPA dengan melalui

pelaksanaan kegiatan praktikum untuk mewujudkan tujuan pendidikan yakni

pribadi yang utuh yang memahami dan terampil.

Jika ditinjau dari segi fungsi utamanya, maka laboratorium IPA memiliki

fungsi antara lain:

1. Untuk mendukung pencapaian tujuan PBM di sekolah sehingga kualitas

hasilnya semakin meningkat.

2. Memberikan penguatan dalam rangka memperkaya dan memperdalam

pemahaman peserta didik mengenai konsep-konsep dasar IPA.

Dengan demikian, keberadaan laboratorium IPA menjadi kebutuhan

pokok dan sangat penting untuk menunjang keberhasilan pembelajaran IPA di

SMP/MTs. Hal ini juga sesuai dengan cara pembelajaran IPA di SMP seperti
diamanatkan dalam kurikulum 2013 yaitu peserta didik melakukan proses

ilmiah yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan

menyajikan (5M).

Permasalahan utama yang dapat diidentifikasi di lapangan adalah belum

optimalnya pemanfaatan laboratorium di sekolah. Berdasarkan hasil

pemantauan Delapan Standar Nasional Pendidikan yang dilaksanakan oleh

BSNP tahun 2010, menunjukkan bahwa masih banyak sekolah yang belum

menggunakan laboratorium sebagai bagian dari proses pembelajarannya. Salah

satu penyebabnya adalah sebagian besar guru belum memiliki kompetensi

dalam hal pengelolaan laboratorium. Untuk itu pemerintah mengeluarkan

Permendiknas nomor 26 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium

Sekolah/Madrasah, dan sekaligus memberikan penghargaan berupa ekuivalensi

beban kerja 12 jam pelajaran (JP) bagi kepala laboratorium sekolah. Hal ini

tentu saja perlu didukung dengan peningkatan kompetensi pengelola

laboratorium itu sendiri.

Dalam rangka meningkatkan kompetensi pengelola laboratorium dan

mendukung keberhasilan penerapan pendekatan saintitik dalam pembelajaran

IPA sesuai dengan Kurikulum 2013, maka perlu disusun Panduan Pengelolaan

dan Pemanfaatan Laboratorium. Panduan ini juga menjadi pedoman bagi guru

IPA karena mengaitkan antara Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar

(KD) dengan aktivitas kegiatan di Laboratorium IPA. Dengan adanya panduan

ini, diharapkan para guru IPA dan pengelola laboratorium IPA di sekolah dapat
berkolaborasi lebih optimal dalam memanfaatkan laboratorium untuk

mendukung tercapainya keberhasilan penerapan Kurikulum 2013.

B.

Anda mungkin juga menyukai