Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diselesaikannya makalah Etika
Lingkungan. Makalah ini berisi tentang Bagaimana manusia memahami lingkungan sebagai suatu
kesatuan yang utuh, bagaimana situasi alam atau lingkungan dimasa sekarang, serta bagaimana
menjaga kelestarian lingkungan hidup bagi masa yang akan datang.
Tidak lupa, rasa terima kasih kami ucapkan pada Guru Pendidikan Lingkungan Hidup yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini .
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini. Untuk itu kami
mohon maaf jika terdapat banyak kesalahan di dalamnya, dan oleh karenanya saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
D. AMDAL ............................................................................................ 9
Lingkungan ..................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Belum hilang rasanya duka akibat bencana alam banjir dan tanah longsor di beberapa
wilayah Surakarta dan sekitarnya hingga Gresik Jawa Timur, kembali banjir menerpa semesta alam
Ngawi. Madiun, Tuban Jawa Timur. Banyak pengangkut kebutuhan pokok harus terhenti akibat
jalan yang tidak memungkinkan untuk dilalui. Hal ini tentunya semakin menambah kerugian baik
materiil maupun immaterial. Pendek kata, berulangnya bencana alam ini menunjukkan alam ini
sudah rusak.
Setidaknya ada dua hal yang ditengarai menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan,
yaitu laju pertumbuhan penduduk yang relatif cepat dan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan
tehnologi.
Pertumbuhan penduduk yang relatif cepat berimplikasi pada ketersediaan lahan yang
cukup untuk menopang tuntutan kesejahteraan hidup. Sementara lahan yang tersedia bersifat
tetap dan tidak bisa bertambah sehingga menambah beban lingkungan hidup.
Daya dukung alam ternyata semakin tidak seimbang dengan laju tuntutan pemenuhan
kebutuhan hidup penduduk. Atas dasar inilah, eksploitasi sistematis terhadap lingkungan secara
terus menerus dilakukan dengan berbagai cara dan dalih.
Jumlah manusia yang memerlukan tanah, air dan udara di bumi ini untuk hidup pada tahun
1991 sudah berjumlah 5,2 miliar. Jumlah manusia penghuni planet bumi pada tahun 1998
berjumlah 6,8 miliar. Pada tahun 2000 membengkak menjadi 7 miliar. Kalau pertumbuhan
penduduk tetap dipertahankan seperti sekarang, menurut Paul R. Ehrlich, 900 tahun lagi (tahun
2900) akan ada satu biliun (delapan belas nol di belakang 1) orang di atas planet bumi ini atau
1700 orang permeter persegi. Kalau jumlah ini diteruskan sampai 2000 atau 3000 tahun
kemudian, berat jumlah orang yang ada sudah melebihi berat bumi itu sendiri.
Sementara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebenarnya diharapkan dapat
memberi kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia ternyata juga harus dibayar amat mahal,
oleh karena dampaknya yang negatif terhadap kelestarian lingkungan. Pertumbuhan industri,
sebagai hasil rekayasa ilmu pengetahuan dan tehnologi dibanyak negara maju terbukti telah
membuat erosi tanah dan pencemaran limbah pada tanah pertanian yang menyebabkan
terjadinya proses penggaraman (solinizasi) atau penggurunan (desertifikasi) pada lahan produktif.
Menurut Clarence J Glicken, penguasaan alam melalui ilmu pengetahuan lebih banyak
bersumber pada falsafah modern yang dikemukakan oleh Frances Bacon, Descartes dan Leibnitz.
Bacon mengemukakan dalam karyanya the New Atlantic bahwa ilmu pengetahuan harus
dikembangkan secara aktif dan menganjurkan penemuan baru untuk merubah dan menguasai
alam sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.
Descartes dalam the Discourse of Method berpendapat bahwa pengetahuan adalah kunci
keberhasilan atau kemajuan manusia. Manusia perlu mengetahui tentang api, air, tanah, angkasa
luar agar dapat menjadi tua dan pengatur alam. Begitu pula Leibnitz, pada permulaan abad ke-19
Masehi pandangan tersebut di atas mulai mendapat kritik dan tantangan. Pada akhir abad ke-19
masehi banyak sekali padangan lain yang dikemukakan. Ini dapat dibaca dalam buku Charles
Darwin, The Origin of the Species (1859), buku George Perkin Marsh “Man and Nature” (1864),
buku Charles Dickens “Hard Times” (1854).
Maka, proses perencanaan dan pengambilan kebijakan oleh lembaga-lembaga negara yang
berkenaan dengan persoalan teknologi dan lingkungan hidup menuntut adanya pemahaman yang
komprehensif dari aktor pengambil kebijakan mengenai masalah terkait.
Pemahaman ini berangkat dari pengetahuan secara akademis dan diperkuat oleh data-data
lapangan sehingga dapat menghasilkan skala kebijakan yang berbasis kerakyatan secara umum
dan ekologi secara khusus.
BAB II
PEMBAHASAN
Disadari sepenuhnya bahwa kegiatan pembangunan apalagi yang bersifat fisik dan
berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam jelas mengandung resiko terjadinya
perubahan ekosistem yang selanjutnya akan mengakibatkan dampak, baik yang bersifat negatif
maupun yang positif. Oleh karena itu, kegiatan pembangunan yang dilaksanakan seharusnya
selain berwawasan sosial dan ekonomi juga harus berwawasan lingkungan.
Suatu kegiatan proyek akan mempengaruhi kondisi lingkungan dan akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungannya, dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan proyek ini dapat
terjadi pada masa konstruksi maupun masa operasi proyek dan dapat berupa dampak positif
maupun negatif bagi lingkungannya.
2) Komponen-Komponen Lingkungan
Lklim
Fisiografi
Hidrologi
Kualitas udara
Kualitas air
Sosial ekonomi
Sosial budaya
B. Ciri-Ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Sedangkan Maftuchah Yusuf (2000), mengemukakan empat hal pokok dalam upaya
penyelamatan lingkungan. Diantaranya,
Keempat, demokrasi yang memberikan kesempatan kepada semua orang untuk turut
berpartisipasi dalam melaksanakan kekuasaan, kebijaksanaan dan pengambilan keputusan
dalam meningkatkan mutu kehidupan bangsa.
Jika hal-hal tersebut di atas tidak segera ditindaklanjuti dan dilaksanakan dengan segera
dengan cara menangkap, mengadili dan menghukum seberat-beratnya pembalak liar maka tidak
lama lagi bumi akan musnah. Kemusnahan bumi juga berarti kematian bagi penduduk bumi
termasuk di dalamnya manusia.
Dalam pengertian sederhana, hukum lingkungan diartikan sebagai hukum yang mengatur
tatanan lingkungan (lingkungan hidup), di mana lingkungan mencakup semua benda dan kondisi,
termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang di mana
manusia berada dan memengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia serta jasad-
jasad hidup lainnya.
Dalam pengertian secara modern, hukum lingkungan lebih berorientasi pada lingkungan
atau Environment-Oriented Law, sedang hukum lingkungan yang secara klasik lebih menekankan
pada orientasi penggunaan lingkungan atau Use-Oriented Law.
Hukum Lingkungan modern berorientasi pada lingkungan, sehingga sifat dan waktunya
juga mengikuti sifat dan watak dari lingkungan itu sendiri dan dengan demikian lebih banyak
berguru kepada ekologi. Dengan orientasi kepada lingkungan ini, maka Hukum Lingkungan
Modern memiliki sifat utuh menyeluruh atau komprehensif integral, selalu berada dalam
dinamika dengan sifat dan wataknya yang luwes.
Aspek Hukum Perlindungan Lingkungan dan Dasar Hukum dari Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah:
2) Keputusan Menteri KLH No.11/MENLH/3/1993 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
4) Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-056 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran
Dampak Penting.
5) Peraturan Pemenintah dan Keputusan Menteri yang Berhubungan Dengan Baku Mutu
Lingkungan (BML)
D. AMDAL
1. Pengelolaan Lingkungan
2. Pengelolaan Proyek
Dalam pengelolaan proyek, peranan AMDAL adalah terlebih dahulu melakukan fase-
fase berikut :
a) Fase Identifikasi
f) Fase proyek telah berhenti beroperasi atau pasca opeasi (post operation)
3. Pengambilan Keputusan
Dari hasil AMDAL, dapat diketahui apakah suatu aktivitas pembangunan akan
berdampak baik atau buruk pada lingkungan. Pemerintah pun akan mengambil keputusan dari
hasil AMDAL tersebut. Jika berdampak baik, maka pembangunan akan dilanjutkan secara
berkesinambungan. Akan tetapi jika kegiatan pembangunan tersebut berdampak buruk pada
lingkungan, maka kegiatan tersebut tidak akan dilakukan atau dilakukan alternatif-alternatif
lain yang dapat menghilangkan atau meminimalisasi dampak negatif tersebut.
b) Sebagai sumber informasi yang penting untuk proyek yang akan dilaukan di daerah dekat
lokasi tersebut.
c) Dokumen penting yag dapat digunakan di pengadilan dalam menghadapi tuntutan proyek
lain, masyarakat atau instansi pengawas.
d. Mengetahui manfaat yang berdaya guna dan berhasil guna bagi bangsa, negara, dan
masyarakat.
E. Rona Lingkungan
Rona Lingkungan merupakan kondisi lingkungan pada saat ini yaitu kondisi alam atau
komponen-komponen lingkungan awal sebelum perencanaan dan pembangunan fisik dimulai.
Rona lingkungan merupakan kondisi lingkungan awal sebelum tersentuh oleh kegiatan untuk
keperluan perencanaan, konstruksi (pembangunan fisik) dan kegiatan operasi. Hal-hal yang
termuat didalam rona lingkungan, yaitu:
b. Sosial Budaya dan Ekonomi, meliputi : komponen lingkungan ini didapat dengan melakukan
penyebaran questioner, wawancara langsung kepada masyarakat, pemuka setempat dan data
sekunder pada beberapa desa dan kecamatan di sekitar lokasi proyek. Dari data survey
lapangan, data sekunder dan hasil analisis laboratorium pada masing-masing komponen
lingkungan akan didapat kondisi lingkungan pada saat itu atau sebelum proyek didirikan (Rona
Lingkungan).
Berdasarkan atas perkiraan kegiatan yang akan terjadi selama masa operasional
proyek dan berdasarkan atas kondisi lingkungan yang ada (rona lingkungan), maka dapat
diperkirakan dampak yang akan timbul.
a. Dampak Positif
Terutama dalam menunjang program pemerintah memeratakan pembangunan,
tingkat pendapatan masyarakat daerah, kesempatan kerja, kesejahteraan masyarakat,
timbulnya gerak penduduk kemudian timbul sektor kegiatan ekonomi lainnya.
b. Dampak Negatif
Umumnya disebabkan oleh akibat dan proses budidaya penggemukan ternak sapi
potong terciptanya limbah kotoran ternak (polusi bau busuk). Dampak negatif tersebut dapat
terjadi pada masa kegiatan operasional.
c. Identifikasi Dampak
d. Prakiraan Dampak
Prakiraan dampak yang dilakukan dengan cara profesional judgement para ahli,
metoda statistik dan analisa serta referensi/literatur yang berkaitan atau serupa dengan
kegiatan perumahan yang akan dibangun, dan dapat juga dengan cara membandingkan hasil
analisis data dengan Baku Mutu Lingkungan Nomor : Kep-03/MENKLH/ll/1991 tentang
Pedoman Mutu Limbah Cair atau pada Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990.
e. Evaluasi Dampak
Atas dasar perkiraan dampak di atas akan disusun evaluasi dampak lingkungan akibat
masing-masing kegiatan penyebab dampak, evaluasi dampak kegiatan terhadap komponen
lingkungan penentu dampak penting dalam matriks tersebut didasarkan pada Keputusan
Kepala Bapedal No.056 tahun 1994, faktor penentu dan tingkat kepentingan.
Pencemaran terhadap Air : Limbah cair yang merupakan salah satu faktor
pencemaran Iingkungan perlu dikendahkan secara baik dengan proses yang tepat dan murah.
Untuk penanggulangan Iimbah cair dari feedlot ini dapat dilakukan dengan secara biologi.
Upaya Kelola Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) merupakan
uraian kegiatan pengelolaan dan pemantauan yang bersifat operasional. Pengelolaan dan
pemantauan yang dilakukan adalah pada dampak yang dapat timbul, berupa:
1) Dampak Sosial
Pelaksanan proyek yang akan menghasilkan suatu product akan membawa perubahan tingkat
pengetahuan dan keterampilan baru bagi para karyawan dan masyarakat di sekitarnya,
khususnya yang akan terlibat langsung dalam kegiatan konstruksi dan produksi.
Perubahan tingkat pengetahuan bagi para pegawai dapat terjadi secara langsung maupun tak
langsung. Secara langsung perubahan tersebut terjadi bagi para pegawai yang mendapatkan
training yang diselenggarakan oleh perusahaan. Secara tidak langsung dapat diperoleh para
tenaga kerja yaitu berupa pengalaman-pengalaman selama mereka bekerja di perusahaan.
Meningkatkan nilai tambah dan daya saing atas produksi dalam negeri.
2) Dampak Ekonomi
Dengan beroperasinya proyek yang dijalankan akan menambah penerimaan negara dari
sektor pajak, antara lain:
BAB III
KESIMPULAN
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang
mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menserasikan
aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya.
Banyak pengangkut kebutuhan pokok harus terhenti akibat jalan yang tidak memungkinkan
untuk dilalui. Hal ini tentunya semakin menambah kerugian baik materiil maupun immaterial. Pendek
kata, berulangnya bencana alam ini menunjukkan alam ini sudah rusak.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari Samlawi, Etika Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta: DIKTI, 1997.
Haba, John. “Illegal Logging, Penyebab dan Dampaknya”. Jakarta: PMB-LIPI. 2005.
Soerjani, Mohamad, Pembangunan dan Lingkungan, Jakarta: Institut Pendidikan dan Pengembangan
Lingkungan (IPPL), 1996.
Bintarto, 1983, "Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya", Ghalia Indonesia,
Jakarta.