Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diselesaikannya makalah Etika
Lingkungan. Makalah ini berisi tentang Bagaimana manusia memahami lingkungan sebagai suatu
kesatuan yang utuh, bagaimana situasi alam atau lingkungan dimasa sekarang, serta bagaimana
menjaga kelestarian lingkungan hidup bagi masa yang akan datang.

Tidak lupa, rasa terima kasih kami ucapkan pada Guru Pendidikan Lingkungan Hidup yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini .

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini. Untuk itu kami
mohon maaf jika terdapat banyak kesalahan di dalamnya, dan oleh karenanya saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan.

Banjar, Februari 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1


B. Maksud dan Tujuan............................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 4

A. Pengertian Pembangunan Berwawasan Lingkungan ........................ 4

B. Ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan ............................. 5

C. Aspek Hukum Perlindungan Lingkungan ......................................... 6

D. AMDAL ............................................................................................ 9

E. Rona Lingkungan ............................................................................. 10

F. Dampak Proyek Terhadap Lingkungan Sosekbud ........................... 11

G. Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan

Lingkungan ..................................................................................... 13

BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang


mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara
menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya.

Belum hilang rasanya duka akibat bencana alam banjir dan tanah longsor di beberapa
wilayah Surakarta dan sekitarnya hingga Gresik Jawa Timur, kembali banjir menerpa semesta alam
Ngawi. Madiun, Tuban Jawa Timur. Banyak pengangkut kebutuhan pokok harus terhenti akibat
jalan yang tidak memungkinkan untuk dilalui. Hal ini tentunya semakin menambah kerugian baik
materiil maupun immaterial. Pendek kata, berulangnya bencana alam ini menunjukkan alam ini
sudah rusak.
Setidaknya ada dua hal yang ditengarai menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan,
yaitu laju pertumbuhan penduduk yang relatif cepat dan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan
tehnologi.

Pertumbuhan penduduk yang relatif cepat berimplikasi pada ketersediaan lahan yang
cukup untuk menopang tuntutan kesejahteraan hidup. Sementara lahan yang tersedia bersifat
tetap dan tidak bisa bertambah sehingga menambah beban lingkungan hidup.

Daya dukung alam ternyata semakin tidak seimbang dengan laju tuntutan pemenuhan
kebutuhan hidup penduduk. Atas dasar inilah, eksploitasi sistematis terhadap lingkungan secara
terus menerus dilakukan dengan berbagai cara dan dalih.

Jumlah manusia yang memerlukan tanah, air dan udara di bumi ini untuk hidup pada tahun
1991 sudah berjumlah 5,2 miliar. Jumlah manusia penghuni planet bumi pada tahun 1998
berjumlah 6,8 miliar. Pada tahun 2000 membengkak menjadi 7 miliar. Kalau pertumbuhan
penduduk tetap dipertahankan seperti sekarang, menurut Paul R. Ehrlich, 900 tahun lagi (tahun
2900) akan ada satu biliun (delapan belas nol di belakang 1) orang di atas planet bumi ini atau
1700 orang permeter persegi. Kalau jumlah ini diteruskan sampai 2000 atau 3000 tahun
kemudian, berat jumlah orang yang ada sudah melebihi berat bumi itu sendiri.

Sementara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebenarnya diharapkan dapat
memberi kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia ternyata juga harus dibayar amat mahal,
oleh karena dampaknya yang negatif terhadap kelestarian lingkungan. Pertumbuhan industri,
sebagai hasil rekayasa ilmu pengetahuan dan tehnologi dibanyak negara maju terbukti telah
membuat erosi tanah dan pencemaran limbah pada tanah pertanian yang menyebabkan
terjadinya proses penggaraman (solinizasi) atau penggurunan (desertifikasi) pada lahan produktif.

Menurut Clarence J Glicken, penguasaan alam melalui ilmu pengetahuan lebih banyak
bersumber pada falsafah modern yang dikemukakan oleh Frances Bacon, Descartes dan Leibnitz.
Bacon mengemukakan dalam karyanya the New Atlantic bahwa ilmu pengetahuan harus
dikembangkan secara aktif dan menganjurkan penemuan baru untuk merubah dan menguasai
alam sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.

Descartes dalam the Discourse of Method berpendapat bahwa pengetahuan adalah kunci
keberhasilan atau kemajuan manusia. Manusia perlu mengetahui tentang api, air, tanah, angkasa
luar agar dapat menjadi tua dan pengatur alam. Begitu pula Leibnitz, pada permulaan abad ke-19
Masehi pandangan tersebut di atas mulai mendapat kritik dan tantangan. Pada akhir abad ke-19
masehi banyak sekali padangan lain yang dikemukakan. Ini dapat dibaca dalam buku Charles
Darwin, The Origin of the Species (1859), buku George Perkin Marsh “Man and Nature” (1864),
buku Charles Dickens “Hard Times” (1854).
Maka, proses perencanaan dan pengambilan kebijakan oleh lembaga-lembaga negara yang
berkenaan dengan persoalan teknologi dan lingkungan hidup menuntut adanya pemahaman yang
komprehensif dari aktor pengambil kebijakan mengenai masalah terkait.

Pemahaman ini berangkat dari pengetahuan secara akademis dan diperkuat oleh data-data
lapangan sehingga dapat menghasilkan skala kebijakan yang berbasis kerakyatan secara umum
dan ekologi secara khusus.

Kebijakan yang dapat dilakukan adalah kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan


yang berkenaan dengan upaya pendayagunaan sumber daya alam dengan tetap
mempertahankan aspek-aspek pemeliharaan dan pelestarian lingkungan.

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang


mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara
menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya.

Komisi dunia untuk lingkungan dan pembangunan mendefinisikan pembangunan


berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan
hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang.

Tujuan pembangunan berkelanjutan yang bermutu adalah tercapainya standar


kesejahteraan hidup manusia dunia akhirat yang layak, cukup sandang, pangan, papan,
pendidikan bagi anak-anaknya, kesehatan yang baik, lapangan kerja yang diperlukan, keamanan
dan kebebasan berpolitik, kebebasan dari ketakutan dan tindak kekerasan, dan kebebasan untuk
menggunakan hak-haknya sebagai warga negara. Taraf kesejahteraan ini diusahakan dicapai
dengan menjaga kelestarian lingkungan alam serta tetap tersediannya sumber daya yang
diperlukan.

B. Maksud dan Tujuan

Untuk mengetahui lebih jauh tentang pembangunan berwawasan lingkungan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana


menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana
dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya pembangunan
berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana
merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.

Disadari sepenuhnya bahwa kegiatan pembangunan apalagi yang bersifat fisik dan
berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam jelas mengandung resiko terjadinya
perubahan ekosistem yang selanjutnya akan mengakibatkan dampak, baik yang bersifat negatif
maupun yang positif. Oleh karena itu, kegiatan pembangunan yang dilaksanakan seharusnya
selain berwawasan sosial dan ekonomi juga harus berwawasan lingkungan.

1) Pengertian Dampak Terhadap Lingkungan

Suatu kegiatan proyek akan mempengaruhi kondisi lingkungan dan akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungannya, dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan proyek ini dapat
terjadi pada masa konstruksi maupun masa operasi proyek dan dapat berupa dampak positif
maupun negatif bagi lingkungannya.

2) Komponen-Komponen Lingkungan

Diantara komponen-komponen lingkungan yang penting, adalah

a) Biologi, mencakup sub-komponen:

 Jenis flora fauna darat (vegetasi dan satwa)

 Jenis flora fauna perairan (plankton & bentos)

b) Geofisik, mencakup sub-komponen:

 Lklim

 Fisiografi

 Hidrologi

c) Kimia, mencakup sub-komponen:

 Kualitas udara

 Kualitas air

d) Sosial Budaya dan Kemasyarakatan, dijabarkan:

 Demografi industri dan kependudukan

 Sosial ekonomi

 Sosial budaya
B. Ciri-Ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Komisi dunia untuk lingkungan dan pembangunan mendefinisikan pembangunan


berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan
hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang.

Tujuan pembangunan berkelanjutan yang bermutu adalah tercapainya standar


kesejahteraan hidup manusia dunia akhirat yang layak, cukup sandang, pangan, papan,
pendidikan bagi anak-anaknya, kesehatan yang baik, lapangan kerja yang diperlukan, keamanan
dan kebebasan berpolitik, kebebasan dari ketakutan dan tindak kekerasan, dan kebebasan untuk
menggunakan hak-haknya sebagai warga negara. Taraf kesejahteraan ini diusahakan dicapai
dengan menjaga kelestarian lingkungan alam serta tetap tersediannya sumber daya yang
diperlukan.

Implementasi pembangunan berwawasan lingkungan adalah dengan reboisasi, menanam


seribu pohon dan gerakan bersih lingkungan tampaknya mengalami kendala yang berarti. Artinya,
tidak seimbangnya antara yang ditanam dan yang dieksploitasi menjadi salah satu penyebabnya.
Peraturan perudang-udangan pun tidak mampu mencegah kerusakan lingkungan ini.

Sedangkan Maftuchah Yusuf (2000), mengemukakan empat hal pokok dalam upaya
penyelamatan lingkungan. Diantaranya,

 Pertama, konservasi untuk kelangsungan hidup bio-fisik.

 Kedua, perdamaian dan keadilan (pemerataan) untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari


dalam hidup bersama.

 Ketiga, pembangunan ekonomi yang tepat, yang memperhitungkan keharusan konservasi


bagi kelangsungan hidup biofisik dan harus adanya perdamaian dan pemerataan (keadilan)
dalam melaksanakan hidup bersama.

 Keempat, demokrasi yang memberikan kesempatan kepada semua orang untuk turut
berpartisipasi dalam melaksanakan kekuasaan, kebijaksanaan dan pengambilan keputusan
dalam meningkatkan mutu kehidupan bangsa.

Jika hal-hal tersebut di atas tidak segera ditindaklanjuti dan dilaksanakan dengan segera
dengan cara menangkap, mengadili dan menghukum seberat-beratnya pembalak liar maka tidak
lama lagi bumi akan musnah. Kemusnahan bumi juga berarti kematian bagi penduduk bumi
termasuk di dalamnya manusia.

Pembangunan yang berwawasan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan memiliki


ciri-ciri tertentu, yaitu adanya saling keterkaitan beberapa sektor, antara lain lingkungan dan
masyarakat serta kemanfaatan dan pembangunan. Pembangunan akan selalu berkaitan dan saling
berinteraksi dengan lingkungan hidup. Interaksi tersebut dapat bersifat positif atau negatif.
Pengetahuan dan informasi tentang berbagai interaksi tersebut sangat diperlukan dalam
pembangunan berwawasan lingkungan, Elizabeth IEHLT.

Adapun ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan antara lain,

1. Menjamin pemerataan dan keadilan.

2. Menghargai keanekaragaman hayati.

3. Menggunakan pendekatan integratif.

4. Menggunakan pandangan jangka panjang.

C. Aspek Hukum Perlindungan Lingkungan

Dalam pengertian sederhana, hukum lingkungan diartikan sebagai hukum yang mengatur
tatanan lingkungan (lingkungan hidup), di mana lingkungan mencakup semua benda dan kondisi,
termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang di mana
manusia berada dan memengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia serta jasad-
jasad hidup lainnya.

Dalam pengertian secara modern, hukum lingkungan lebih berorientasi pada lingkungan
atau Environment-Oriented Law, sedang hukum lingkungan yang secara klasik lebih menekankan
pada orientasi penggunaan lingkungan atau Use-Oriented Law.

1. Hukum Lingkungan Modern

Dalam hukum lingkungan modern, ditetapkan ketentuan dan norma-norma guna


mengatur tindak perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari
kerusakan dan kemerosotan mutunya demi untuk menjamin kelestariannya agar dapat secara
langsung terus-menerus digunakan oleh generasi sekarang maupun generasi-generasi
mendatang.

Hukum Lingkungan modern berorientasi pada lingkungan, sehingga sifat dan waktunya
juga mengikuti sifat dan watak dari lingkungan itu sendiri dan dengan demikian lebih banyak
berguru kepada ekologi. Dengan orientasi kepada lingkungan ini, maka Hukum Lingkungan
Modern memiliki sifat utuh menyeluruh atau komprehensif integral, selalu berada dalam
dinamika dengan sifat dan wataknya yang luwes.

2. Hukum Lingkungan Klasik

Sebaliknya Hukum Lingkungan Klasik menetapkan ketentuan dan norma-norma dengan


tujuan terutama sekali untuk menjamin penggunaan dan eksploitasi sumber-sumber daya
lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian manusia guna mencapai hasil semaksimal
mungkin, dan dalam jangka waktu yang sesingkat-singkatnya. Hukum Lingkungan Klasik
bersifat sektoral, serta kaku dan sukar berubah. Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan,
bahwa sistem pendekatan terpadu atau utuh harus diterapkan oleh hukum untuk mampu
mengatur lingkungan hidup manusia secara tepat dan baik, sistem pendekatan ini telah
melandasi perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia. Drupsteen mengemukakan,
bahwa Hukum Lingkungan (Millieu recht) adalah hukum yang berhubungan dengan
lingkungan alam (Naturalijk milleu) dalam arti seluas-luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan
dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan. Mengingat pengelolaan
lingkungan dilakukan terutama oleh Pemerintah, maka Hukum Lingkungan sebagian besar
terdiri atas Hukum Pemerintahan (bestuursrecht).

Hukum Lingkungan merupakan instrumentarium yuridis bagi pengelolaan lingkungan


hidup, dengan demikian hukum lingkungan pada hakekatnya merupakan suatu bidang hukum
yang terutama sekali dikuasai oleh kaidah-kaidah hukum tata usaha negara atau hukum
pemerintahan. Untuk itu dalam pelaksanaannya aparat pemerintah perlu memperhatikan
“Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik” (Algemene Beginselen van Behoorlijk
Bestuur/General Principles of Good Administration). Hal ini dimaksudkan agar dalam
pelaksanaan kebijaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan pengelolaan lingkungan hidup.

Aspek Hukum Perlindungan Lingkungan dan Dasar Hukum dari Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah:

1) Keputusan Menteri KLH No.12/MENLH/3/94 tentang Pedoman Umum Upaya


Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.

2) Keputusan Menteri KLH No.11/MENLH/3/1993 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

3) Keputusan KLH No.14/MENKLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Penyusunan Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

4) Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-056 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran
Dampak Penting.

5) Peraturan Pemenintah dan Keputusan Menteri yang Berhubungan Dengan Baku Mutu
Lingkungan (BML)

D. AMDAL

Amdal dilakukan untuk menjamin tujuan proyek-proyek pembangunan yang bertujuan


untuk kesejahteraan masyarakat tanpa merusak kualitas lingkungan hidup. Amdal bukanlah suatu
proses yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari proses Amdal yang lebih besar dan lebih
penting sehingga Amdal merupakan bagian dari beberapa hak berikut :

1. Pengelolaan Lingkungan

Dalam melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan diperlukan adanya susunan


rencana pengelolaan lingkungan. Susunan rencana pengelolaan lingkungan baru dapat
dilakukan setelah diketahui dampak-dampak yang akan terjadi akibat proyek yang akan
dilakukan. Di sinilah peranan penting AMDAL agar proyek pembangunan yang dilakukan tidak
memberikan dampak buruk bagi lingkungan.

2. Pengelolaan Proyek

Dalam pengelolaan proyek, peranan AMDAL adalah terlebih dahulu melakukan fase-
fase berikut :

a) Fase Identifikasi

b) Fase studi kelayakan

c) Fase desain kerekayasaan (engineering design) atan fase rancangan

d) Fase pembangunan proyek

e) Fase proyek berjalan atau fase proyek beroperasi

f) Fase proyek telah berhenti beroperasi atau pasca opeasi (post operation)

3. Pengambilan Keputusan

Dari hasil AMDAL, dapat diketahui apakah suatu aktivitas pembangunan akan
berdampak baik atau buruk pada lingkungan. Pemerintah pun akan mengambil keputusan dari
hasil AMDAL tersebut. Jika berdampak baik, maka pembangunan akan dilanjutkan secara
berkesinambungan. Akan tetapi jika kegiatan pembangunan tersebut berdampak buruk pada
lingkungan, maka kegiatan tersebut tidak akan dilakukan atau dilakukan alternatif-alternatif
lain yang dapat menghilangkan atau meminimalisasi dampak negatif tersebut.

4. Dokumen yang Penting

Laporan AMDAL merupakan dokumen penting yang merupakan sumber informasi


yang sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan :

a) Sebagai informasi pembanding dalam hasil analisis

b) Sebagai sumber informasi yang penting untuk proyek yang akan dilaukan di daerah dekat
lokasi tersebut.
c) Dokumen penting yag dapat digunakan di pengadilan dalam menghadapi tuntutan proyek
lain, masyarakat atau instansi pengawas.

Secara umum, kegunaaan AMDAL adalah :

a. Mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tidak rusak.

b. Menghindari efek samping dari pengelolaan sumber daya alam.

c. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran, sehingga tidak mengganggu


kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan masyarakat.

d. Mengetahui manfaat yang berdaya guna dan berhasil guna bagi bangsa, negara, dan
masyarakat.

E. Rona Lingkungan

Rona Lingkungan merupakan kondisi lingkungan pada saat ini yaitu kondisi alam atau
komponen-komponen lingkungan awal sebelum perencanaan dan pembangunan fisik dimulai.
Rona lingkungan merupakan kondisi lingkungan awal sebelum tersentuh oleh kegiatan untuk
keperluan perencanaan, konstruksi (pembangunan fisik) dan kegiatan operasi. Hal-hal yang
termuat didalam rona lingkungan, yaitu:

a. Biogeofisik Kimia, meliputi : komponen-komponen lingkungan tersebut diketahui dengan


melakukan survei lapangan, yaitu dengan suatu strategi pengambilan sampling yang tepat,
kemudian dianalisa sesuai dengan komponen lingkungan masing-masing

b. Sosial Budaya dan Ekonomi, meliputi : komponen lingkungan ini didapat dengan melakukan
penyebaran questioner, wawancara langsung kepada masyarakat, pemuka setempat dan data
sekunder pada beberapa desa dan kecamatan di sekitar lokasi proyek. Dari data survey
lapangan, data sekunder dan hasil analisis laboratorium pada masing-masing komponen
lingkungan akan didapat kondisi lingkungan pada saat itu atau sebelum proyek didirikan (Rona
Lingkungan).

F. Dampak Proyek Terhadap Lingkungan Sosekbud

Berdasarkan atas perkiraan kegiatan yang akan terjadi selama masa operasional
proyek dan berdasarkan atas kondisi lingkungan yang ada (rona lingkungan), maka dapat
diperkirakan dampak yang akan timbul.

a. Dampak Positif
Terutama dalam menunjang program pemerintah memeratakan pembangunan,
tingkat pendapatan masyarakat daerah, kesempatan kerja, kesejahteraan masyarakat,
timbulnya gerak penduduk kemudian timbul sektor kegiatan ekonomi lainnya.

b. Dampak Negatif

Umumnya disebabkan oleh akibat dan proses budidaya penggemukan ternak sapi
potong terciptanya limbah kotoran ternak (polusi bau busuk). Dampak negatif tersebut dapat
terjadi pada masa kegiatan operasional.

c. Identifikasi Dampak

Identifikasi dampak yang akan dilakukan menggunakan metode matriks yang


menggambarkan interaksi antara komponen kegiatan dengan lingkungan yang terkena
dampak, termasuk dampak yang bersifat sekunder dan tertier.

d. Prakiraan Dampak

Prakiraan dampak yang dilakukan dengan cara profesional judgement para ahli,
metoda statistik dan analisa serta referensi/literatur yang berkaitan atau serupa dengan
kegiatan perumahan yang akan dibangun, dan dapat juga dengan cara membandingkan hasil
analisis data dengan Baku Mutu Lingkungan Nomor : Kep-03/MENKLH/ll/1991 tentang
Pedoman Mutu Limbah Cair atau pada Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990.

e. Evaluasi Dampak

Atas dasar perkiraan dampak di atas akan disusun evaluasi dampak lingkungan akibat
masing-masing kegiatan penyebab dampak, evaluasi dampak kegiatan terhadap komponen
lingkungan penentu dampak penting dalam matriks tersebut didasarkan pada Keputusan
Kepala Bapedal No.056 tahun 1994, faktor penentu dan tingkat kepentingan.

Adapun faktor penentuan meliputi:

(a) Jumlah manusia yang terkena dampak

(b) Luas wilayah penyebaran dampak

(c) Intensitas dampak

(d) Lamanya dampak berlangsung

(e) Banyaknya komponen lainnya yang terkena dampak

(f) Sifat kumulatif dampak

(g) Penanggulangan Dampak


Pencemaran terhadap Tanah : Proses aktifitas suatu usaha feedlot tidak
mengeluarkan Iimbah yang dapat mencemari tanah dan dalam proses aktifitas tidak
menggunakan air tanah sebagai bahan pembantu, sehingga konversi tanah tidak terganggu.

Pencemaran terhadap Air : Limbah cair yang merupakan salah satu faktor
pencemaran Iingkungan perlu dikendahkan secara baik dengan proses yang tepat dan murah.
Untuk penanggulangan Iimbah cair dari feedlot ini dapat dilakukan dengan secara biologi.

Pencemaran terhadap Limbah Padat : Limbah padat yang dihasilkan meliputi


sampah/kotoran kandang berupa limbah organik.

Pencemaran terhadap Sosial Budava Masyarakat : Sebaliknya dengan adanya kegiatan


feedlot ini, maka masyarakat sekitar kawasan mempunyai harapan untuk meningkatkan
kemakmuran masyarakat yang ada disekitarnya. Karena kegiatan proyek ini diperkirakan akan
menyerap tenaga kerja lokal, sehingga akan meningkatkan kesempatan kerja dan dengan
sendirinya akan meningkatkan kesejahteraan, pendapatan dan merangsang timbulnya sektor
ekonomi pendukung.

G. Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan

Upaya Kelola Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) merupakan
uraian kegiatan pengelolaan dan pemantauan yang bersifat operasional. Pengelolaan dan
pemantauan yang dilakukan adalah pada dampak yang dapat timbul, berupa:

a. Penurunan kualitas udara

b. Penurunan kebersihan Iingkungan

f. Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha.

1) Dampak Sosial

Perubahan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Kehidupan

Pelaksanan proyek yang akan menghasilkan suatu product akan membawa perubahan tingkat
pengetahuan dan keterampilan baru bagi para karyawan dan masyarakat di sekitarnya,
khususnya yang akan terlibat langsung dalam kegiatan konstruksi dan produksi.

Perubahan tingkat pengetahuan bagi para pegawai dapat terjadi secara langsung maupun tak
langsung. Secara langsung perubahan tersebut terjadi bagi para pegawai yang mendapatkan
training yang diselenggarakan oleh perusahaan. Secara tidak langsung dapat diperoleh para
tenaga kerja yaitu berupa pengalaman-pengalaman selama mereka bekerja di perusahaan.

Alat Penunjang Program Pemerintah


Pengoperasian proyek berupa pengembangan usaha akan dapat menunjang program
pemerintah dalam beberapa hal, yaitu:

 Meningkatkan nilai tambah dan daya saing atas produksi dalam negeri.

 Mengaktifkan kehidupan ekonomi dengan adanya kaitan terhadap sektor lainnya.

 Berpartisipasi dalam memulihkan pertumbuhan ekonomi nasional

2) Dampak Ekonomi

 Pengembangan usaha akan memberikan dampak positif terhadap struktur perekonomian


pada umumnya dan pekerja usaha ini pada khususnya.

 Meningkatkan penghasilan para Pekerja

Kegiatan proyek yang akan dilakukan tentunya dapat meningkatkan penghasilan


masyarakat disekitarnya, hal ini bisa dilihat dari pendapatan rata-rata masyarakat
setempat sebelum mereka bekerja di perusahaan dibandingkan dengan pendapatan
setelah bekerja pada proyek.

 Meningkatkan pendapatan negara melalui Pajak

Dengan beroperasinya proyek yang dijalankan akan menambah penerimaan negara dari
sektor pajak, antara lain:

- Pajak Perusahaan (PPh Badan)

- Pajak penghasilan karyawan (PPh Pasal 21)

- Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

BAB III

KESIMPULAN
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang
mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menserasikan
aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya.

Banyak pengangkut kebutuhan pokok harus terhenti akibat jalan yang tidak memungkinkan
untuk dilalui. Hal ini tentunya semakin menambah kerugian baik materiil maupun immaterial. Pendek
kata, berulangnya bencana alam ini menunjukkan alam ini sudah rusak.

Komisi dunia untuk lingkungan dan pembangunan mendefinisikan


pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang.

Tujuan pembangunan berkelanjutan yang bermutu adalah tercapainya standar kesejahteraan


hidup manusia dunia akhirat yang layak, cukup sandang, pangan, papan, pendidikan bagi anak-
anaknya, kesehatan yang baik, lapangan kerja yang diperlukan, keamanan dan kebebasan berpolitik,
kebebasan dari ketakutan dan tindak kekerasan, dan kebebasan untuk menggunakan hak-haknya
sebagai warga negara. Taraf kesejahteraan ini diusahakan dicapai dengan menjaga kelestarian
lingkungan alam serta tetap tersediannya sumber daya yang diperlukan.

Implementasi pembangunan berwawasan lingkungan adalah dengan reboisasi, menanam


seribu pohon dan gerakan bersih lingkungan tampaknya mengalami kendala yang berarti. Artinya,
tidak seimbangnya antara yang ditanam dan yang dieksploitasi menjadi salah satu penyebabnya.
Peraturan perudang-udangan pun tidak mampu mencegah kerusakan lingkungan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Azhari Samlawi, Etika Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta: DIKTI, 1997.

Bertens, K. Etika, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Keraf, A. Sonny. Etika Lingkungan, Jakarta: Kompas, 2002.

Haba, John. “Illegal Logging, Penyebab dan Dampaknya”. Jakarta: PMB-LIPI. 2005.

Soerjani, Mohamad, Pembangunan dan Lingkungan, Jakarta: Institut Pendidikan dan Pengembangan
Lingkungan (IPPL), 1996.
Bintarto, 1983, "Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya", Ghalia Indonesia,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai