Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST SECTIO CAESAREA


ATAS INDIKASI RIWAYAT SECTIO CAESAREA
DI RSU BUDI KEMULIAAN
JAKARTA PUSAT

OLEH :
KELOMPOK 1
1. SITTI HAJAR (P00312018041)
2. HUSMAIMIN (P00312018014)
3. IRMA HASYIM (P00312018016)
4. PIPO INDRAWATI KADIR (P00312018032)
5. LISA AULIYA ANJANI NARI (P00312018021)
6. ATIKAH PURNAMADHANI (P00312018006)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PRODI DIV KEBIDANAN
KOTA KENDARI
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................. 2
C. Manfaat ........................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................. 4
A. Masa Nifas ...................................................................... 4
1. Pengertian..................................................................... 4
2. Tahapan Masa Nifas...................................................... 4
3. Tujuan Asuhan Masa Nifas............................................ 4
4. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas.......................... 5
B. Sectio Caesarea................................................................. 8
1. Pengertian...................................................................... 8
2. Indikasi........................................................................... 9
3. Komplikasi..................................................................... 10
4. Penatalaksanaan........................................................... 10
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................. 12
BAB IV PENUTUP........................................................................... 22
A. Kesimpulan...................................................................... 22
B. Saran............................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelahiran sang buah hati tentunya menjadi waktu yang ditunggu-
tunggu oleh setiap ibu hamil, namun tidak semua kehamilan berakhir
dengan persalinan normal. Hal tersebut harus melihat kondisi ibu
maupun janin benar-benar mampu untuk bersalin normal, apabila
terindikasi ataupun terancam jiwa baik ibu maupun bayi maka
persalinan dengan tindakanpun harus dilakukan demi menyelamatkan
keduanya.
Peningkatan angka sectio caesarea terus terjadi di Indonesia.
Meskipun dictum “Once a Caesarean always a Caesarean” di
Indonesia tidak dianut, tetapi sejak dua dekade terakhir ini telah terjadi
perubahan tren sectio caesareadi Indonesia. Dalam 20 tahun terakhir
ini terjadi kenaikan proporsi sectio caesarea dari 5% menjadi 20%.
Menurut Depkes RI (2010) secara umum jumlah persalinan sectio
caesarea di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20 – 25% dari total
persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi,
yaitu sekitar 30 – 80% dari total persalinan. Peningkatan ini
disebabkan oleh teknik dan fasilitas operasi bertambah baik, operasi
berlangsung lebih asepsis, teknik anestesi bertambah baik,
kenyamanan pasca operasi dan lama perawatan yang menjadi lebih
singkat. Di samping itu morbiditas dan mortalitas maternal dan
perinatal dapat diturunkan secara bermakna (Dewi, 2007).
Menurut Andon dari beberapa penelitian terlihat bahwa
sebenarnya angka kesakitan dan kematian ibu pada tindakan operasi
sectio caesarea lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan
pervaginam. Angka kematian langsung pada operasi sesar adalah 5,8
per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3
persen dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per

1
2

1000 kejadian. WHO (World Health Organization) menganjurkan


operasi sesar hanya sekitar 10-15 % dari jumlah total kelahiran.
Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko-
resiko yang muncul akibat sesar. Baik resiko bagi ibu maupun bayi.
(Andon, 2008).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan
selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ
reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan seperti
sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih
dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas
(Maritalia, 2012).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga
kesehatan untukselalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan
yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai
masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti
sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu,
infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah
perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan
memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya
permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan
bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan
perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas
dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat (Sulistyawati, 2009).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk
mengambil kasusasuhan kebidanan pada ibu post sectio caesarea
atas indikasi riwayat sectio caesarea
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu post sectio
caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea
3

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif


secara sistematis pada ibu post sectio caesarea atas indikasi
riwayat sectio caesarea
b. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dan
penunjang pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat
sectio caesarea
c. Mahasiswa mampu menganalisa data pada ibu post sectio
caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea
d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada ibu
post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea
C. Manfaat
a. Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pe
ngembangan danpeningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan
datang.
b. Bagi Petugas Kesehatan
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan
mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk
memberikan asuhan kebidanan pada ibu post sectio caesarea atas
indikasi riwayat sectio caesarea
c. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilandal
am melakukanasuhan kebidanan pada ibu post sectio caesarea atas
indikasi riwayat sectio caesarea
d. Bagi Pasien
Dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan selama masa
nifas dengan sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas
1. Pengertian
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu
selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah
selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi
kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat
dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan (Saleha, 2009).
2. Tahap Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24
jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya
pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan
dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau
busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan
cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2009).
3. Tujuan asuhan masa nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk
meningkatkan kesejahtaraan fisik dan pisikologis bagi ibu dan
bayi, pencegahan diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada

4
5

ibu, merujuk ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu, mendukung


dan memperkuat keyakinan ibu serta meyakinkan ibu mampu
melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang
khusus, imunisasi ibu terhadap tetanus dan mendorong
pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak,
serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu
dan anak (Sulistyawati, 2009).
4. Perubahan fisiologis pada masa nifas
a. Perubahan sistem reproduksi
Perubahan-perubahan alat genital ini dalam keseluruhan
disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan-
perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya
laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh lactogenic
hormone dari kelenjer hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mammae.
1) Uterus
Tinggi fundus dan kontraksi uterus, akibat proses involusi
TFU mengalami penurunan sampai keadaan sebelum
hamil. Kontraksi keras pada uterus berarti baik, dan
sebaliknya.
Involusi uterus TFU
Hari ke-1 Setinggi pusat
Hari ke-2 1-2 jari dibawah pusat
Hari ke-3 Pertengahan simpisis
Hari ke-7 3 jari diatas simpisis
Hari ke-9 1 jari diatas simpisis
Hari ke-10 atau ke-12 Tidak teraba dari luar
Sumber : Sarwono, 2007
6

2) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina selama masa nifas. Jenis – Jenis Lochea
menurut Suherni (2009), yaitu :
a. Lochea rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar sisa sisa
selaput ketuban, sel – sel desidua, vernix caseosa,
lanugo dan meconium, selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi
darah dan lender. Ini terjadi pada hari ke – 3 – 7 pasca
persalinan.
c. Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak
berdarah lagi pada hari ke – 7 – 14 pasca persalinan.
d. Lochea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari
setelah 2 minggu pasca persalinan.
e. Lochea parulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk.
f. Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya.
3) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah trombosis,
degenerasi, dan nekrosis ditempat implantasi plasenta.
Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan
selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak
ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi
plasenta (Saleha, 2009).
4) Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk
servik agak mengangah seperti corong, segera setelah bayi
lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi
7

sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korvus dan


servik berbentuk semacam cincin (Sulistyawati, 2009).
b. Perubahan sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.
Hal ini disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat
selama persalinan. Disamping itu rasa takut buang air besar,
sehubungan dengan jahitan pada perinium, jangan sampai
lepas dan jangan takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus
dilakukan tiga sampai empat hari setelah persalinan
(Sulistyawati, 2009).
c. Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8
minggu, tergantung pada keadaan sebelum persalinan,
lamanya partus kala dua dilalui, besarnya tekanan kepala yang
menekan pada saat persalinan (Rahmawati, 2009).
d. Perubahan sistem muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah melahirkan.
Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman
otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen,
diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu
persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan
menjadi retropleksi karena ligamentum rotundum menjadi
kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya
turun setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan
penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan
(Sulistyawati, 2009).
e. Perubahan tanda-tanda vital
8

1) Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat


celsius. Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat
celsius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8
derajat celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan
umumnya suhu badan akan kembali normal. Nila suhu lebih
dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada pasien.
2) Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah
partus, dan dapat terjadi Bradikardia. Bila terdapat
takikardia dan suhu tubuh tidak panas. Mungkin ada
pendarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada
penderita pada masa nifas umumnya denyut nadi labil
dibandingkan dengan suhu tubuh.
3) Pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus
kemudian kembali seperti keadaan semula.
4) Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan
hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya
apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan
(Saleha, 2009)
B. Sectio Caesarea
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat di atas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang
masih utuh (intact) (Syaifuddin, 2006)
Bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan
melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen
seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini
biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada
komplikasi-komplikasi, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti
kelahiran normal (Dewi, 2007).
9

Dapat disimpulkan bahwa sectio caesarea adalah pengeluaran hasil


konsepsi dengan cara pembedahan yang menembus abdomen sampai ke
uterus.
2. Indikasi
Berdasarkan waktu dan pentingnya dilakukan sectio caesarea,
maka dikelompokkan 4 kategori (Edmonds,2007) :
a. Kategori 1 atau emergency
Dilakukan sesegera mungkin untuk menyelamatkan ibu atau janin.
Contohnya abrupsio plasenta, atau penyakit parah janin lainnya.
b. Kategori 2 atau urgent
Dilakukan segera karena adanya penyulit namun tidak terlalu
mengancam jiwa ibu ataupun janinnya. Contohnya distosia.
c. Kategori 3 atau scheduled
Tidak terdapat penyulit.
d. Kategori 4 atau elective
Dilakukan sesuai keinginan dan kesiapan tim operasi.
Menurut Impey dan Child (2008), mengelompokkan 2
kategori, yaitu emergency dan elective Caesarean section. Disebut
emergency apabila adanya abnormalitas pada power atau tidak
adekuatnya kontraksi uterus. Passenger bila malaposisi ataupun
malapresentasi. Serta Passage bila ukuran panggul sempit atau
adanya kelainan anatomi.
a. Indikasi Ibu
1) Panggul Sempit Absolut
2) Tumor yang dapat mengakibatkan Obstruksi
3) Plasenta Previa
4) Ruptura Uteri
5) Disfungsi Uterus (Prawirohardjo, 2009)
6) Solutio Plasenta
b. Indikasi Janin
Kelainan Letak
10

1) Letak Lintang
2) Presentasi Bokong (Decherney,2007)
3) Presentasi Ganda atau Majemuk (Prawirohardjo, 2009)
4) Gawat Janin (Prawirohardjo, 2009).
5) Ukuran Janin
c. Indikasi Ibu dan Janin
1) Gemelli atau Bayi Kembar
2) Riwayat Sectio Caesarea
3) Preeklampsia dan Eklampsia (Decherney,2007).
d. Indikasi Sosial
3. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut
Wiknjosastro (2002)
a. Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama
beberapa hari dalam masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis,
sepsis.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan
parut pada dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada
kehamilan berikutnya
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
a. Penatalaksanaan secara medis
1) Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti
Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
2) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang
hebat.
11

3) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.


Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif
dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya
dianjurkan.
4) Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
b. Penatalaksanaan secara keperawatan
1) Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
3) Mobilisasi
a. Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali.
b. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar
mandi dengan bantuan.
4) Pemulangan
a. Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan
pada hari kelima setelah operasi (Bobak, 2004)
BAB III
TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL CARE


PATOLOGIS PADA NY “A” DI RUANG NIFAS SRIKANDI
RSU BUDI KEMULIAAN JAKARTA PUSAT

No. Register :61-03-78


Tanggal masuk :Senin, 07 Maret 2019
Tempat pengkajian :Ruang Nifas Srikandi RSU
Budi Kemuliaan
LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. Identitas istri/suami
a. Nama : Ny “A”/ Tn “Z”
b. Umur : 32 tahun/ 45 tahun
c. Suku : Jawa/Jawa barat
d. Agama : Islam/Islam
e. Pendidikan : SD/SMP
f. Pekerjaan : IRT/Swasta
g. Alamat : B. Raya, no 32 RT/RW : 10/06
h. Lama menikah : ± 12 tahun

B. Data Biologis/Fisiologis

Seorang perempuan umur 32 tahun melahirkan anak kedua tanggal

07-03-2019 pukul 11.50 WIB dengan keluhan nyeri bekas jahitan operasi

dan keluar darah melalui kemaluan merembes dan bergumpal sebanyak

1/3 bagian pampers saat menggerakkan kaki.

1. Riwayat obstetric

1.) Riwayat menstruasi

a. Menache : 14 tahun

12
13

b. Siklus : 28 tahun

c. Lamanya : 5 hari

d. Banyaknya : 3x ganti pembalut

e. Disminorea : nyeri ringan

2.) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Hamil Tanggal Umur Jenis Anak Nifas


penolong
ke - partus kehamilan partus JK BB PB penyulit ASI

1. 2012 39 minggu SC Dokter L 3300 50 - Ada

2. 2019 40 minggu SC Dokter P 3350 49 - Ada

3.) Riwayat kehamilan

- HPHT : 03-07-2018

- TP : 10-03-2019

- Pergerakkan janin dirasakan pada usia kehamilan 5 bulan

- Pemeriksaan kehamilan : 4x

- Imunisasi TT : 2x

- Obat yang dikonsumsi : vitamin dan tablet Fe

4.) Riwayat persalinan sekarang

a. Ibu mengatakan melahirkan yang kedua

b. Ibu melahirkan tanggal 07-03-2019, jam 11.50 WIB

c. Persalinan ditolong oleh dokter

d. Jenis persalinan SC

e. Bayi lahir tunggal :

- BBL : 3350 gram


14

- PBL : 49 cm

- A/S : 8/9

2. Riwayat ginekologi

Tidak ada riwayat penyakit infertilitas, massa, dan operasi.

3. Riwayat kontrasepsi

Ibu menjadi akseptor KB suntik 3 bulan, tidak ada efek samping,

alasan berhenti karna ingin punya anak lagi

4. Riwayat penyakit yang lalu

Tidak ada riwayat penyakit yang lalu

5. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar

a. Pola Nutrisi

Selama menjalani perawatan ibu hanya diberikan nutrisi melalui

cairan infus RL dan D5%

b. Eliminasi

1) BAB : Ibu belum BAB

2) BAK

a) Dower Cateter : Terpasang

b) Volume : 700 cc sejak setelah operasi

c) Warna : Kuning

d) Masalah : Tidak ada

c. Personal Hygiene

1) Frekuensi mandi : Hanya diseka

2) Frekuensi gosok gigi :-


15

3) Frekuensi ganti pakaian : Sesuai kebutuhan

d. Aktifitas : Menggerakkan kaki

e. Pola stirahat/ Tidur

Selama 2 jam post operasi ibu hanya istirahat selama 30 meniT

f. Pemberian ASI

Ibu belum memberikan ASI kepada bayi karena mobilisasi ibu 2

jam terakhir baru bisa menggerakkan kaki dan bayi masih

dirawat di ruang bayi.

g. Pengetahuan ibu nifas

1) Ibu mengerti tentang pentingnya pemberian ASI ESKLUSIF

bagi bayi

2) Ibu mengetahui tentang pentingnya perawatan pada

payudara

3) Ibu mngetahui pentingnya menjaga kebersihan diri saat

masa nifas

4) Ibu mngetahui cara menyusui yang baik dan benar.

h. Data sosial

Ibu merasa bahagia atas kelahiran anak pertamanya, suami dan

keluarga selalu memberikan dukungan pada ibu.

A. Data Objektif

1. Pemeriksaan fisik umum

a. Keadaan umum ibu baik

b. Kesadaran composmentis
16

c. Berat badan : 65 kg

d. Tinggi badan : 150 cm

e. LILA : 25 cm

f. Tanda-tanda vital :

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Nadi : 82x/ menit

- Suhu : 36,8oC

- Pernapasan : 20x/ menit

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Rambut panjang, hitam dan lurus, tidak ada ketombe, tidak ada

benjolan.

b. Wajah

Ekspresi wajah tampak meringis, tidak ada cloasma gravidarum,

tidak ada oedema

c. Mata

Simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak

ikterus, penglihatan normal

d. Hidung

Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada

epitaksis, dan tidak ada pengeluaran sekret.


17

e. Mulut dan gigi

Bibir tampak lembab, tidak ada sariawan, tidak ada gigi tanggal,

dan tidak ada caries.

f. Telinga

Simetris kiri dan kanan, daun telinga terbentuk sempurna, tidak

ada pengeluaran sekret, pendengaran normal.

g. Leher

Tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid.

h. Payudara

Simetris kiri dan kanan, areola tampak hyperpigmentasi, tidak

ada benjolan.

i. Abdomen

- Inspeksi : Ada luka bekas operasi, tampak striae

albicans, dan linea alba .

- Palpasi : tinggi fundus 2 jari bawah pusat, kontraksi

uterus baik, uterus teraba keras dan bundar

j. Genetalia

Tidak ada varises dan oedema, terdapat pengeluaran lochea

rubra.

k. Anus

Tidak ada haemoroid


18

l. Ekstremitas

Simetris kiri dan kanan, tidak ada varises dan oedema.

m. Data penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

D. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik,

TD: 120/90 mmHg, N: 80 x/menit, R: 24 x/menit, T: 36 oC, TFU: 2 jari

dibawah pusat, kontraksi baik, pengeluaran darah sebanyak 1/3

bagian pampers ibu dan HB : 11,4 gr/dl

“Ibu mengetahui hasil pemeriksaan”

2. Memberitahu ibu bahwa nyeri perut yang dirasakan adalah pengaruh

obat oksitosin yang dicampur kedalam infus untuk merangsang

kontraksi uterus proses pengembalian uterus kedalam bentuk seperti

sebelum hamil dan mencegah terjadinya perdarahan.

“Ibu mengerti penyebab keluhan”

3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan cara menarik nafas dalam

melalui hidung, kemudian menghembuskan secara perlahan melalui

mulut dan mengompres bagian yang nyeri dengan air hangat.

“Ibu mengetahui teknik relaksasi”

4. Mengobservasi keadaan umum ibu,vital sign dan jumlah pengeluaran

darah pervaginam

6. Membantu ibu dalam melakukan mobilisasi bertahap yaitu

menggerak-gerakan kedua kaki ibu.


19

“Ibu mampu melakukan mobilisasi bertahap”

7. Memberikan terapi sesuai dengan advis dokter, yaitu:

a. Cairan infus D5 % : RL,1:1 20 tetes/menit

b. Drip Oksitosin 1 ampul dalam cairan RL 20 tetes/menit

c. Drip Ketorolac 2x1 ampul dalam cairan RL 20 tetes/menit

d. Injeksi ceftriaxone 2x1 gram per IV


20

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL CARE


PATOLOGIS PADA NY “D” DI RUANG BERSALIN
RSIA BUDI KEMULIAAN JAKARTA PUSAT

No. Register :61-03-78


Tanggal masuk :Senin, 07 Maret 2019
Tempat pengkajian :Ruang Nifas Srikandi RSU
Budi Kemuliaan
A. IDENTITAS ISTRI/SUAMI
a. Nama : Ny “A”/ Tn “Z”
b. Umur : 32 tahun/ 45 tahun
c. Suku : Jawa/Jawa barat
d. Agama : Islam/Islam
e. Pendidikan : SD/SMP
f. Pekerjaan : IRT/Swasta
g. Alamat : B. Raya, no 32 RT/RW : 10/06
h. Lama menikah : ± 12 tahun

Subjektif (S)
Seorang perempuan umur 32 tahun melahirkan anak kedua pada

tanggal 07-03-2019 jam 11.50 WIB dengan keluhan nyeri bekas jahitan

operasi dan keluar darah melalui kemaluan merembes dan bergumpal

sebanyak 1/3 bagian pampers saat menggerakkan kaki.

Objektif (O)
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital :
tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 82 x/menit, pernapasan : 20 x/menit,
suhu : 36,8 oC, pada pemeriksaan fisik abdomen luka operasi masih
tertutup perban dalam keadaan bersih, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi
uterus baik teraba keras dan bundar, pengeluaran lochea rubra.
21

ASSESMENT (A)
P2AO, post partum hari pertama dengan masalah nyeri pada luka bekas
operasi.

PLANNING (P)
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
2. Mengobservasi tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHG
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8oC
3. Mengobservasi tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus.
4. Melakukan perawatan bekas luka operasi
5. Memberikan health education (HE) pada ibu tentang :
a. Istrahat yang cukup
b. Makanan bergizi seimbang
- Karbohidrat : nasi, jagung, sagu, dan singkong
- Protein : ikan, tahu, tempe, daging ayam, daging sapi
- Lemak : susu, keju, mentega, telur
- Vitamin : sayuran hijau (bayam, sawi, kangkung) dan
buah-buahan.
- Mineral : air putih, jus.
c. Personal hygiene
d. ASI ekslusif
e. Menyusui bayi setiap 2-3 jam
f. Tanda-tanda dan bahaya masa nifas
g. Menganjurkan ibu untuk kembali mengontrol bekas luka operasi
6. Menganjurkan ibu untuk ber-KB setelah 40 hari masa nifas.
7. Memberitahu ibu untuk teratur minum obat-obatan yang diberikan oleh
dokter sesuai resep.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Laporan kasus asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. A

mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan

penatalaksanaan sesuai dengan teori yang ada bahwa Ny.A telah

memiliki riwayat sectio caesarea sehingga untuk kehamilan yang

sekarang ibu harus dilakukan sectio caesarea kembali.

Penatalaksanaan selama post operasi yang dilakukan di ruang nifas

sesuai dengan teori yang ada, Penatalaksanaan perawatan medis dan

keperawatan yaitu observasi tanda-tanda vital pasca operasi,

pemberian analgetik, antibiotik, kateterisasi, mobilisasi dan transfusi

darah bila terjadi perdarahan.

B. Saran

1. Bagi Institusi

Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi

institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu

pendidikan dimasa yang akan datang.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan,

keterampilan dan mutu pelayanan yang profesional oleh tenaga

kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan khususnya pada ibu

post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea


22
23

3. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan keilmuan dan

pengalaman sertaketerampilan dalam melakukan asuhan kebidanan

pada ibu post sectio caesarea atas indikasi riwayat sectio caesarea

4. Bagi Pasien

Diharapkan klien dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang

diberikan selama masa nifas post sectio caesarea atas indikasi

riwayat sectio caesarea


DAFTAR PUSTAKA

Andon, H., Tabloid Nakita, No.493/Th. X13 September 2008

Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BKKBN.2006. Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional

Materi Konseling. Jakarta

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas /

Maternity Nursing (Edisi 4), Alih Bahasa Maria A. Wijayati, Peter I.

Anugerah. Jakarta: Egc

Depkes RI. 2010. Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2010. Jak

arta: Departement Kesehatan RI.

Dewi, Y. 2007. Operasi Caesar. Pengantar Dari A Sampai Z. Jakarta :

Edsa Mahkota

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.

Yogyakarta: Pustaka Rihanna.

Edmonds, Dk. 2007. Dewhurst’s Textbook Of Obstetrics And

Gynaecology, Seventh Edition. Blackwell Publishing.

Anda mungkin juga menyukai