Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESUME RUANG AKUT DENGAN DIAGNOSA MEDIS

SKIZOFRENIA TAK TERINCI DI RUANG SEMBODRO RUMAH


SAKIT JIWA dr. ARIF ZAINUDIN DAERAH SURAKARTA

Disusun Oleh :

Wulandari Ristyo Ayuningtyas


J230195055

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
A. DATA DEMOGRAFI
Nama : Ny. Sri Supatmi
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sukoharjo
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Asisten rumah tangga
Diagnosa medis : Skizofrenia Tak Terinci (F.20.3)

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien Ny. Sri dirawat dibangsal Sembodro RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta pada
tanggal 11 Juni 2019 dengan diagnosa Skizofrenia tak terinci. Pasien sudah dua kali ini
dirawat di RSJD dr. Arif Zainudin, terakhir dirawat pada pertengahan tahun 2017. Saat
dilakukan pengkajian pada 15 Juni 2019 pasien telah dirawat selama dua hari di Ruang
Sembodro. Dari pengkajian menghasilkan data : pasien mengatakan takut mati apabila
tidur, pasien tampak sering tertidur sambil berdiri dan duduk. Pasien banyak diam tetapi
menjawab ketika ditanya dengan jawaban yang sesuai. Pasien tampak sering berdzikir.

GENOGRAM

Genogram
Laki-laki Garis keturunan

Perempuan Meninggal dunia

Menikah

Tinggal dalam satu rumah

Pasien
C. RIWAYAT KAMBUH
Klien mengatakan alasan masuk ke rumah sakit karena ketakutan. Menurut infomasi
tetangga yang mengurus pasien, alasan pasien dirawat adalah karena pasien dalam tiga
hari terakhir tidak pulang ke rumah, berkeliaran di jalan dan sering mengetok rumah-
rumah tetangga dengan ekspresi bingung, cemas dan terus-menerus mengatakan bahwa
dirinya ketakutan.
Pada tanggal 10 Juni 2019 tiga hari sebelum dirawat, pasien melewati rumah suaminya
dan melihat panggung untuk persiapan acara pernikahan dan mengira suaminya menikah
lagi. Pada tanggal 13 Juni 2019 pasien mulai berhalusinasi melihat pocong di dalam
rumahnya lalu mengetok rumah tetangga satu persatu dengan ekspresi ketakutan dan minta
tolong.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Ekspresi wajah pasien tampak cemas
2. Pasien tampak kelelahan dan tertidur dalam posisi siaga
3. Pasien terus menerus berdzikir ketika terbangun
4. Pasien mengatakan “cemas karena takut.. takut mati..”
5. Pasien didiagnosa undifferentiated schizophrenia (F 20.3)

E. ANALISA DATA
No Data Fokus Problem Etiologi

1. DS: Gangguan kecemasan Distorsi kognitif

Pasien mengatakan takut mati

DO:

- Ekspresi wajah pasien tampak


cemas
- Pasien tampak kelelahan dan
tertidur dalam posisi siaga
- Pasien terus menerus
berdzikir ketika terbangun
- Pasien didiagnosa F 20.3
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan kecemasan berhubungan dengan distorsi kognitif
Definisi: discomfort or vague worries accompanied by an autonomous response, fear
caused by anticipation danger
Domain 9 : Coping/Stress Tolerance Class 2 : Coping Response

G. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Gunakan komunikasi terapeutik untuk membina hubungan saling percaya
b. Observasi tanda-tanda gejala kecemasan
c. Membantu pasien mengenali situasi yang menyebabkan kecemasan
d. Identifikasi level kecemasan pasien
e. Ajarkan dan arahkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi napas dalam untuk
mengurangi kecemasan
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti-psikosis

H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari, Jam Implementasi Respon
tanggal
Jum’at, 07.10 - Mengkaji tingkat kekerasan S:
14 Juni pasien dengan - Pasien mengatakan “ini
2019 menggunakan broset pagi hari”
violent checklist - Pasien mengatakan
“sakniki wonten teng
rumah sakit jiwa”

O:
- Ada kontak mata saat
berkomunikasi
- Intonasi dan suara pasien
saat bicara rendah dan
lembut
- Skor tingkat kekerasan
pasien 0, intepretasi resiko
pelaku kekerasan rendah.

07.30 - Membina hubungan saling S:


percaya dengan - Pasien mengatakan “takut
menggunakan komunikasi mati..”
terapeutik O:
- Mengobservasi tanda-tanda - Ada kontak mata
gejala kecemasan - Ekspresi muka pasien
- Mengidentifikasi level tampak cemas
kecemasan pasien - Pasien tampak kelelahan
dan tertidur dalam posisi
siaga
- BP : 135/100 mmHg
- RR : 21x/menit
- N : 86x/menit
- T : 36.1 ℃

09.00 - Mengkaji gejala psikotik S:


pasien - Pasien mengatakan
“cemas karena takut..
takut mati..”
- Pasien mengatakan “Tidak
dengar suara-suara”,
“Tidak lihat apa-apa”
ketika ditanya mengenai
halusinasi

O:
- Pasien dzikir terus-
menerus
- Pasien tampak tidur dalam
posisi siaga
10.00 - Mengajarkan teknik S:
relaksasi napas dalam pada - Pasien mengatakan “aku
pasien takut mati, takut mati
mbak”
O:

- Ada kontak mata


- Pasien masih belum
kooperatif untuk diajarkan
teknik relaksasi
- Pasien tampak berdzikir
terus menerus

13.20 - Mengajarkan teknik S:


relaksasi napas dalam pada
- Pasien mengatakan “takut
pasien
mati mbak..”
O:
- Ada kontak mata
- Pasien belum sepenuhnya
kooperatif dalam
melakukan teknik
relaksasi
- Pasien masih tampak
cemas
I. EVALUASI HASIL
Hari/Tgl (Jam) Jam Diagnosa Evaluasi

Jum’at, 14 Juni 14.00 Gangguan kecemasan S:


2019 berhubungan dengan - Pasien mengatakan
distorsi kognitif “takut, takut mati
mbak”
O:
- Pasien tampak tidur
dalam posisi siaga
- Pasien belum
sepenuhnya
kooperatif dalam
melakukan teknik
relaksasi
- Pasien masih tampak
cemas
A : kecemasan pasien belum
berkurang (masih)
P : lanjutkan intervensi
- Mempertahankan
komunikasi
terapeutik untuk
mengkaji halusinasi
pasien
- Mengobservasi dan
mengkaji adanya
halusinasi
- Mendorong pasien
untuk
mengekspresikan
perasaannya
- Memberikan terapi
kognitif untuk
mengatasi halusinasi
- Kolaborasi pemberian
obat anti-psikotik
risperidone 2x2mg
triheksifendil (thp)
2x2mg
EVALUASI TINGKAT PERILAKU KEKERASAN PASIEN
BROSET VIOLENT CHEKLIST (BVC) MODIFIKASI (pre Intervensi)
Nama Pasien : Ny. Sri Supatmi Usia/ Jenis Kelamin : 54 tahun / Perempuan
Dx Medis : Skizofrenia Tak Terinci Tanggal Penilaian : Jum’at,14 Juni 2019
Petunjuk pengscore-an Data pasien
The Broset Violent Cheklist (BVC) : alat scoring pasien masuk bangsal sembodro pada tanggal 13 Desember
pasien pada waktu tertetu di setiap pertemuan. 2018, pasien tampak diam dan tiduran ditempat tidur.
Nilai 1 jika “ya” dan nilai 0 jika “tidak”

JAWABAN JAWABAN
NO ITEM PENILAIAN NO ITEM PENILAIAN
YA TDK YA TDK
BINGUNG HIPERAKTIF
Apakah pasien tidak dapat Apakah pasien berperilaku
1  13 
berfikir jernih over
Apakah pasien mengalami Apakah pasien berteriak-teriak
2  14 
kebingungan mengenai waktu
Apakah pasien mengalami Apakah pasien membanting
3  15 
kebingungan tempat pintu
Apakah pasien mengalami
4  ANCAMAN VERBAL
kebingungan mengenai orang
Apakah pasien melakukan
IRITABEL 16 perilaku kekerasan berupa 
kata-kata
Apakah pasien mudah marah Apakah pasien mengancam
5  17 
akan memukul
Apakah pasien merasa mudah
6  ANCAMAN FISIK
tersinggung
Apakah pasien merasa mudah Apakah pasien mengepalkan
7  18 
kesal atau mudah marah tangan sambil mengancam
Apakah pasien tidak dapat Apakah pasien mengancam
8 mentoleransi kehadiran orang  19 akan menendang 
lain
HIPERAKTIF MENYERANG
Apakah pasien berisik Apakah pasien sudah
9  20 melakukan tindakan 
penyerangan
10 Apakah pasien gaduh  21 Apakah pasien memecah kaca 
11 Apakah pasien sangat energik  22 Apakah pasien memecah gelas

12 Apakah pasien sangat gembira 
Skor pasien pada saat waktu pelaksanaan yaitu:
Kesimpulan 1. Tidak ada perilaku kekerasan: skor 0
2. Ada perilaku kekerasan: skor 1
Komponen Nilai 3. Skor maksimal 6
Bingung 0 Intepretasi skor
Iritabel 0 1. Score 0 (resiko perilaku kekerasan rendah)
Hiperaktif 0 2. Score 1-2 (resiko perilaku kekrasan moderate.
Lakukan observasi dan pencegahan)
Ancaman Verbal 0 3. Score >2(resiko perilaku kekerasan tinggi. Lakukan
Ancaman fisik 0 pencegahan, observasi dan tindakan yang diperlukan)
Menyerang 0
Temuan khusus saat menilai pasien:
Total score 0 1. Pasien mengatakan “cemas karena takut.. takut mati..”
2. Ekspresi pasien tampak cemas
Surakarta, 15 Juni 2019
3. Pasien tampak kelelahan dan tidur dengan posisi siaga
Observer,
4. Pasien terus-menerus berdzikir
(Wulandari Ristyo Ayuningtyas ) 5. Pasien lebih sering diam
PRE-PLANNING HUBUNGAN PERAWAT PASIEN MELALUI TEKNIK
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Diagnosa keperawatan : Gangguan kecemasan berhubungan dengan distorsi
Kognitif

Intervensi : mengkaji isi/keyakinan halusinasi

No. Fase Kegiatan Komunikasi Terapeutik Respon Pasien


1. Fase Orientasi Perawat : DS : pasien mengatakan
Bu Supatmi keliatannya sedang cemas karena takut mati
cemas (making observation) mbak
apa yang membuat Ibu tampak DO : ada kontak mata
cemas seperti ini?coba Ibu Ekspresi muka pasien
Supatmi ceritakan (exploring) tampak cemas

Bu Supatmi, bagaimana kalau DS: Sri supatmi


kita kenalan dulu?nama saya DO: pasien meraih
Wulan bu (giving information) tangan perawat dan
bersalaman
ada kontak mata
Bu Supatmi bagaimana kalau
kita ngobrol-ngobrol sebentar DS: -
bu?(broad opening) DO: pasien mengangguk
2. Fase kerja Baiklah, Bu Supatmi bisa DS: takut
jelaskan bagaimana Bu Supatmi DO: pasien menatap
bisa dibawa ke rumah sakit ini? kearah perawat
(exploring)

Oh, jadi Bu Supatmi kesini DS: -


karena takut ? (validation) DO: menganguk

Bu Supatmi bisa ceritakan alasan DS: takut mati mbak


kenapa Bu Supatmi takut? DO: ekspresi pasien
(exploring) tampak cemas

Bu Supatmi? kok Bu Supatmi DS: takut mati


tidurnya tidak rebahan? (making DO: pasien tampak
observation) mengantuk dan lemas

Bu Supatmi pernah mendengar DS:-


suara-suara yang membisiki Bu DO: pasien berdzikir
Supatmi ?

Apa Bu Supatmi melihat sesuatu DS: -


yang membuat Bu Supatmi DO: pasien mengangguk
takut? (exploring)
Bisa diceritakan bu, apa yang Bu DS: -
Supatmi lihat ? DO: pasien tertidur
dalam posisi duduk siaga
Tidur pasien tidak
nyenyak (sering
terbangun)

Bu Supatmi, sekarang saya DS: - pasien mengatakan


ajarkan cara melakukan nafas “takut mati mbak”
dalam ya. Biar Bu Supatmi lebih DO: pasien mengangguk
tenang (giving information) Pasien belum kooperatif
melakukan relaksasi
karena tertidur

Bu Supatmi ngantuk? (making DS: -


observation) DO: pasien mengangguk
dan memejamkan mata

3. Fase Terminasi Baiklah, kalau begitu Bu DS:-


Supatmi istirahat dulu. Besok DO: mengangguk dan
kita lanjut mengobrol lagi ya Bu memejamkan mata
Supatmi (offering self)

Anda mungkin juga menyukai