Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANDIRI I

ON THE JOB TRAINING (OJT) CPNS TA 2018

LAPORAN PENGENALAN KELITBANGAN


BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

DIVA PRADITA
199512132019031004
TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN AHLI PERTAMA / CPNS TA 2018

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2019
Tugas Mandiri ke-1 OJT CPNS 2018
Laporan Pengenalan Kelitbangan
Bidang Perumahan dan Permukiman

Rabu, 11 September 2019

Balai Penelitian dan Pengembangan Sains Bangunan

Pada hari Rabu, 11 September 2019 dilaksanakan kunjungan ke laboratorium Balai


Penelitian dan Pengembangan Sains Bangunan, laboratorium yang dikunjungi antara lain
Laboratorium Tingkat Ketahanan Api, Laboratorium Akustik dan Resistensi Thermal (Hot
Box). Dari hasil kunjungan tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :

I. Laboratorium Tingkat Ketahanan Api

Standar yang digunakan Pada Laboratorium Tingkat Ketahanan Api adalah SNI
1741:2008 tentang Cara uji ketahanan api komponen struktur bangunan untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung, yang merupakan standar terbaru
daru SNI 03-1741:2000 tentang Metode pengujian tahan api komponen struktur bangunan
untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung. SNI 1741:2008
tersebut menjelaskan cara uji untuk menentukan tingkat ketahana api berbagai komponen
struktur bangunan hingga diperoleh penggolongan atas dasar jangka waktu dimana kinerja
unsur-unsur yang diuji sesuai dengan kriteria. Dalam SNI 1741:2008 digunakan acuan
normatif lain yaitu ISO 834-1:1999 tentang Fire Resistance Test – Elements of building
construction, dan JIS A 1304-1994 tentang Methods of fire resisteance test for structural
parts of buildings.

Prosedur yang harus dilakukan untuk pengujian tingkat ketahanan api sebagai berikut :
1. Pengkondisian
Pemeriksaan terhadap alat-alat yang akan digunakan antara lain seperti tungku yang
dirancang khusus untuk pengujian seperti yang disyaratkan, peralatan pengendali
temperatur tungku, peralatan untuk mengendalikan dan memonitor tekanan gas pada
tungku hingga benda uji yang akan digunakan.
2. Perakitan termokopel
Proses pemasangan termokopel dengan benda uji berupa filling cabinet dan brankas,
termokopel dimasukkan setelah benda uji dibor. Termokopel merupakan sensor untuk
mengukur suhu, yang terdiri dari beberapa jenis yaitu termokopel tungku untuk
mengukur temperatur tungku yang tersebar agar memberikan pencatatan temperatur
rata rata benda uji, kedua, termokopel permukaan tak terekspos untuk mengukur
kenaikan temperatur rata-rata dan temperatur maksimum pada permukaan yang tidak
terekspos, ketiga, termokopel jelajah untuk mengukur temperatur permukaan tak
terekspos selama pengujian berlangsung pada posisi yang memiliki termperatur lebih
tinggi, keempat termokopel ambien untuk menunjukkan temperatur ambien ruang
laboratorium di sekitar benda uji sebelum pengujian dan selama pengujian berlangsung.
3. Penyiapan benda uji
Benda uji dimasukan kedalam tungku pada tungku vertikal kecil, pada tungku vertikal
sedang dan tungku horizontal dapat menggunakan bantuan fork lift
4. Penyambungan Termokopel

Diva Pradita Page 1


199512132019031004
Tugas Mandiri ke-1 OJT CPNS 2018
Laporan Pengenalan Kelitbangan
Bidang Perumahan dan Permukiman

Penyambungan termokopel pada benda uji dengan thermodac, termokopel yang


diletakkan didalam benda uji dihubungkan dengan monitor melalui celah yang terdapat
di tutup tungku, setelah terhubungm celah ditutup menggunakan lem dan k-wool.
5. Pemanasan Tungku
Pengecekan terlebih dahulu temperatur awal sebelum dimulai pembakaran tungku,
pada awal pengujian dianggap sebagai permulaan ketika temperatur tungku harus
mengikuti kurva standar pemanasan tungku. Penghitungan waktu pengujian dimulai dari
titik tersebut. Temperatur tungku harus dikendalikan agar sesuai dengan persyaratan.
Kemudian dilakukan pembakaran dengan mengalirkan api kedalam tungku
berbarengan dengan stopwatch dinyalakan. Monitor pencatat temperatur mulai
mencatat kenaikan suhu pada termokopel yang terpasang.
6. Pengukuran dan Pengamatan
Pengamatan dilakukan sesuai standar yang diatur dalam SNI 1741:2008.

Tujuan Pengujian Tingkat Ketahanan Api adalah menentukan tingkat ketahanan api
komponen-komponen bangunan yang dinyatakan dalam aspek-aspek stabilitas, integritas,
dan insulasi terukur sebagai durasi dalam satuan waktu untuk struktur bangunan meliputi
lantai, kolom, balok, atap, dan dinding bangunan

Parameter yang dilaporkan pada Pengujian Tingkat Ketahanan Api sesuai dengan
ASTM E911 dan ISO 834 adalah Kurva Uji Ketahanan Api yang dapat didukung dalam
bentuk pencatatan waktu, temperatur tungku rata-rata, deviasi, temperatur benda uji,
batas temperatur rata-rata, temperatur maksimum dan pengamatan visual

Diva Pradita Page 2


199512132019031004
Tugas Mandiri ke-1 OJT CPNS 2018
Laporan Pengenalan Kelitbangan
Bidang Perumahan dan Permukiman

II. Laboratorium Akustik


Standar yang digunakan Pada Laboratorium Akustik adalah ASTM Internasional
Classification E413 and E90, ISO 354-1985.
Prosedur yang harus dilakukan untuk pengujian tingkat ketahanan api antara lain
sebagai berikut:
1. Menghubungkan Real Time Analyzer 840 dengan Power Amplifier Norsonik-260.
2. Menghubungkan microphone pada Real Tome Analyzer 840. Sedangkan
loudspeaker dihubungkan pada Power Amplifier Norsonik-260.
3. Microphone dikalibrasi menggunakan Sound Callibrator Norsonik 1251.
Loudspeaker dan microphone diletakkan di dalam ruang dengung. Posisi microphone
1m dari dinding ruangan,1 m dari permukaan ruangan, dan 2 meter dari loudspeaker.
Tujuan dari pengujian akustik adalah untuk mengetahui tingkat penyerapan atau
pemantulan bunyi dari sebuah material. Biasanya material yang diujikan adalah panel
akustik, gypsum, plat lantai atau panel dinding lainnya. Pengujian dilakukan berdasarkan
ISO 354-1985 tentang pengukuran suara di ruang dengung (Measurement of Sound
Absorbtion in Reverberation Room) yaitu pengujian material dalam ruang dengung dengan
dimensi ruang dengung: panjang 5.6 m, lebar 3.9 m, tinggi 3.3 m. Pengujian Akustik
dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan sebuah material dapat menyerap atau
memantulkan bunyi. Hal ini dibutuhkan untuk mencari sebuah panel akustik yang dapat
bekerja optimal pada bidang yang dibutuhkan (sebagai reflector atau absorber). Waktu

Diva Pradita Page 3


199512132019031004
Tugas Mandiri ke-1 OJT CPNS 2018
Laporan Pengenalan Kelitbangan
Bidang Perumahan dan Permukiman

dengung bisa dicontohkan ketika ada sumber suara yang mendengung dengan suara
kedua dan seterusnya lebih kecil intensitasnya daripada sumber suara sebelumnya. Waktu
dengung pada umumnya dipengaruhi oleh jumlah energi pantulan maka semakin Panjang
waktu dengung suatu ruangan. Dengan begitu, nilai waktu dengung akan bergantung pada
material dinding yang digunakan. Dimana apabila dinding ruangan bersifat menyerap
energi suara, maka waktu dengung yang ada semakin pendek. Sedangkan ketika ruangan
bersifat memantulkan energi suara, maka waktu dengung yang ada semakin panjang.
Parameter yang dilaporkan pada Pengujian Akustik adalah T20 dan T30. T20 adalah
waktu dengung yang dibutuhkan oleh bunyi untuk meluruh sebesar 20dB setelah sumber
bunyi dimatikan,begitu juga dengan T30 yang merupakan waktu yang dibutuhkan bunyi
untuk meluruh sebesar 30dB setelah sumber bunyi dimatiman. Untuk menghitung nilai
koefisien absorbsi bunyi di dalam ruang dengung diperlukan data waktu dengung tanpa
sampel (T1) dan waktu dengung ruang dengan sampel (T2).

III. Laboratorium Resistensi Thermal


Standar yang digunakan pada Laboratorium Resistensi Thermal adalah ASTM C1155
Standard Practice for Determining Thermal Resistance for Building Envelope Components
from the In-situ Data. Metode pengukuran menggunakan metode pengukuran aliran termal
(heat flux) sesuai Prinsip dari metode aliran termal yaitu dengan mengukur jumlah kalor
yang mengalir melalui bahan tersebut pada suatu kondisi beda temperatur permukaan
antara kedua sisinya. Aliran kalor pada spesimen uji terjadi apabila ada perbedaan
temperatur antara permukaan luar dan permukaan dalam. Semakin tinggi beda temperatur
yang terjadi semakin besar aliran kalor yang terjadi. Salah satu pengujian yang
dilaksanakan di laboratorium proteksi kebakaran adalah pengujian resistensi termal bahan.
Pengujian resistensi termal bahan bertujuan untuk mengetahui sifat termal bahan melalui
resistensi termal (R-value) dari spesimen uji. Resistensi termal merupakan sifat dari materi
untuk menahan perubahan suhu. Ini berarti bahan dengan resistensi termal yang tinggi

Diva Pradita Page 4


199512132019031004
Tugas Mandiri ke-1 OJT CPNS 2018
Laporan Pengenalan Kelitbangan
Bidang Perumahan dan Permukiman

apabila digunakan untuk menyekat benda lain akan menghasilkan panas yang lebih sedikit.
Bahan tersebut juga dapat mempertahankan suhu secara lebih baik jika dibandingkan
dengan benda yang memiliki resistensi termal rendah. Resistensi termal tinggi dapat
digunakan dalam kondisi dimana seseorang ingin mempertahankan suhu konstan di dalam
ruang, dengan mencegah panas dari lingkungan dipindahkan ke dalamnya, atau
sebaliknya, dengan menghentikan panas dari ruang keluar ke lingkungan.
Prosedur yang dilaksanakan menggunakan peralatan dalam pengujian resistensi termal
bahan adalah sebagai berikut:
1. Kotak panas dengan dua buah pemanas elektrik;
2. Kotak dingin dilengkapi dengan pengodisian udara dingin;
3. Kotak tempat spesimen uji;
4. Peralatan pengukuran menggunakan TRSYS01 lengkap dengan sensor aliran kalor
dan matched termocouples.
Spesimen uji diletakkan di bukaan benda uji di hotbox berukuran 60 cm x 60 cm. ruang
pengukuran diisolasi dari lingkungan sekitarnya. Sisi yang berada di ruang panas dipasang
sensor thermocouple T12 dan T22, sedangkan sisi di ruang dingin dipasang sensor
thermocouple T11 dan T21 serta sensor heat flux HF10 dan HF20. Suhu udara panas
diatur pada 350C, suhu udara dingin diatur pada 180C. Data pengkuran disimpan setiap
interval 10 menit selama pengujian berlangsung selama 72 jam.
Estimasi nilai resistensi termal dihitung berdasarkan ASTM C1155 dengan teknik
penjumlahan (summation technique). Perhitungan ini melibatkan data akumulasi aliran
kalor dan perbedaan temperatur permukaan luar dan dalam selama pengukuran. Tingkat
konsumsi energi terbesar pada bangunan gedung berasal dari pengondisian udara.
Pengurangan beban termal yang diterima bangunan melalui perancangan selubung
bangunan yang baik menjadi strategi dasar untuk mengurangi konsumsi energi bangunan.
Menurut SNI 6389:2011, selubung bangunan sebagai elemen bangunan yang
membungkus bangunan gedung yaitu dinding dan atap. Untuk itu perlu dilakukan
pengujian resistensi termal bahan seperti dinding dan atap.

Diva Pradita Page 5


199512132019031004

Anda mungkin juga menyukai