DIVA PRADITA
199512132019031004
TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN AHLI PERTAMA / CPNS TA 2018
Standar yang digunakan Pada Laboratorium Tingkat Ketahanan Api adalah SNI
1741:2008 tentang Cara uji ketahanan api komponen struktur bangunan untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung, yang merupakan standar terbaru
daru SNI 03-1741:2000 tentang Metode pengujian tahan api komponen struktur bangunan
untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung. SNI 1741:2008
tersebut menjelaskan cara uji untuk menentukan tingkat ketahana api berbagai komponen
struktur bangunan hingga diperoleh penggolongan atas dasar jangka waktu dimana kinerja
unsur-unsur yang diuji sesuai dengan kriteria. Dalam SNI 1741:2008 digunakan acuan
normatif lain yaitu ISO 834-1:1999 tentang Fire Resistance Test – Elements of building
construction, dan JIS A 1304-1994 tentang Methods of fire resisteance test for structural
parts of buildings.
Prosedur yang harus dilakukan untuk pengujian tingkat ketahanan api sebagai berikut :
1. Pengkondisian
Pemeriksaan terhadap alat-alat yang akan digunakan antara lain seperti tungku yang
dirancang khusus untuk pengujian seperti yang disyaratkan, peralatan pengendali
temperatur tungku, peralatan untuk mengendalikan dan memonitor tekanan gas pada
tungku hingga benda uji yang akan digunakan.
2. Perakitan termokopel
Proses pemasangan termokopel dengan benda uji berupa filling cabinet dan brankas,
termokopel dimasukkan setelah benda uji dibor. Termokopel merupakan sensor untuk
mengukur suhu, yang terdiri dari beberapa jenis yaitu termokopel tungku untuk
mengukur temperatur tungku yang tersebar agar memberikan pencatatan temperatur
rata rata benda uji, kedua, termokopel permukaan tak terekspos untuk mengukur
kenaikan temperatur rata-rata dan temperatur maksimum pada permukaan yang tidak
terekspos, ketiga, termokopel jelajah untuk mengukur temperatur permukaan tak
terekspos selama pengujian berlangsung pada posisi yang memiliki termperatur lebih
tinggi, keempat termokopel ambien untuk menunjukkan temperatur ambien ruang
laboratorium di sekitar benda uji sebelum pengujian dan selama pengujian berlangsung.
3. Penyiapan benda uji
Benda uji dimasukan kedalam tungku pada tungku vertikal kecil, pada tungku vertikal
sedang dan tungku horizontal dapat menggunakan bantuan fork lift
4. Penyambungan Termokopel
Tujuan Pengujian Tingkat Ketahanan Api adalah menentukan tingkat ketahanan api
komponen-komponen bangunan yang dinyatakan dalam aspek-aspek stabilitas, integritas,
dan insulasi terukur sebagai durasi dalam satuan waktu untuk struktur bangunan meliputi
lantai, kolom, balok, atap, dan dinding bangunan
Parameter yang dilaporkan pada Pengujian Tingkat Ketahanan Api sesuai dengan
ASTM E911 dan ISO 834 adalah Kurva Uji Ketahanan Api yang dapat didukung dalam
bentuk pencatatan waktu, temperatur tungku rata-rata, deviasi, temperatur benda uji,
batas temperatur rata-rata, temperatur maksimum dan pengamatan visual
dengung bisa dicontohkan ketika ada sumber suara yang mendengung dengan suara
kedua dan seterusnya lebih kecil intensitasnya daripada sumber suara sebelumnya. Waktu
dengung pada umumnya dipengaruhi oleh jumlah energi pantulan maka semakin Panjang
waktu dengung suatu ruangan. Dengan begitu, nilai waktu dengung akan bergantung pada
material dinding yang digunakan. Dimana apabila dinding ruangan bersifat menyerap
energi suara, maka waktu dengung yang ada semakin pendek. Sedangkan ketika ruangan
bersifat memantulkan energi suara, maka waktu dengung yang ada semakin panjang.
Parameter yang dilaporkan pada Pengujian Akustik adalah T20 dan T30. T20 adalah
waktu dengung yang dibutuhkan oleh bunyi untuk meluruh sebesar 20dB setelah sumber
bunyi dimatikan,begitu juga dengan T30 yang merupakan waktu yang dibutuhkan bunyi
untuk meluruh sebesar 30dB setelah sumber bunyi dimatiman. Untuk menghitung nilai
koefisien absorbsi bunyi di dalam ruang dengung diperlukan data waktu dengung tanpa
sampel (T1) dan waktu dengung ruang dengan sampel (T2).
apabila digunakan untuk menyekat benda lain akan menghasilkan panas yang lebih sedikit.
Bahan tersebut juga dapat mempertahankan suhu secara lebih baik jika dibandingkan
dengan benda yang memiliki resistensi termal rendah. Resistensi termal tinggi dapat
digunakan dalam kondisi dimana seseorang ingin mempertahankan suhu konstan di dalam
ruang, dengan mencegah panas dari lingkungan dipindahkan ke dalamnya, atau
sebaliknya, dengan menghentikan panas dari ruang keluar ke lingkungan.
Prosedur yang dilaksanakan menggunakan peralatan dalam pengujian resistensi termal
bahan adalah sebagai berikut:
1. Kotak panas dengan dua buah pemanas elektrik;
2. Kotak dingin dilengkapi dengan pengodisian udara dingin;
3. Kotak tempat spesimen uji;
4. Peralatan pengukuran menggunakan TRSYS01 lengkap dengan sensor aliran kalor
dan matched termocouples.
Spesimen uji diletakkan di bukaan benda uji di hotbox berukuran 60 cm x 60 cm. ruang
pengukuran diisolasi dari lingkungan sekitarnya. Sisi yang berada di ruang panas dipasang
sensor thermocouple T12 dan T22, sedangkan sisi di ruang dingin dipasang sensor
thermocouple T11 dan T21 serta sensor heat flux HF10 dan HF20. Suhu udara panas
diatur pada 350C, suhu udara dingin diatur pada 180C. Data pengkuran disimpan setiap
interval 10 menit selama pengujian berlangsung selama 72 jam.
Estimasi nilai resistensi termal dihitung berdasarkan ASTM C1155 dengan teknik
penjumlahan (summation technique). Perhitungan ini melibatkan data akumulasi aliran
kalor dan perbedaan temperatur permukaan luar dan dalam selama pengukuran. Tingkat
konsumsi energi terbesar pada bangunan gedung berasal dari pengondisian udara.
Pengurangan beban termal yang diterima bangunan melalui perancangan selubung
bangunan yang baik menjadi strategi dasar untuk mengurangi konsumsi energi bangunan.
Menurut SNI 6389:2011, selubung bangunan sebagai elemen bangunan yang
membungkus bangunan gedung yaitu dinding dan atap. Untuk itu perlu dilakukan
pengujian resistensi termal bahan seperti dinding dan atap.