Anda di halaman 1dari 27

TUGAS

KEPERAWATAN ANAK

Tentang

ASMA BRONKHIAL

OLEH
KELOMPOK II
1. HARPAN SAPUTRA
2. MARLINDA EKA PUTRI
3. MEIMONA HARDI
4. YENI WARNI
5. YOSI OKVI YUHARDI

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


PRODI S1 KEPERAWATAN
2009
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, penulis ucapkan karena berkat rahmat dan

karunia-Nya kelompok dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini tepat pada waktunya

dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada anak dengan Asma Bronkhial.”

Dalam pembuatan asuhan keperawatan ini kelompok banyak mendapat bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak, untuk itu kelompok ucapkan terima kasih. kelompok

menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih ada kekurangannya untuk itu, kelompok

mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun.

Akhirnya kelompok mengharapkan asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi kita

semua.

Padang, Agustus 2009

Kelompok
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma merupakan penyakit familier, diturunkan secara poligenik dan multi

faktorial.Telah ditemukan hubungan antara asma dan lokus histokompatibilitas (HLA)

dan tanda genetik pada molekul imunoglobulin G (igG).

Kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma. Belum ada

penyelidikan menyeluruh mengenai angka kejadian asma pada anak di Indonesia,

namun diperkirakan berkisar antara 5-10%. Dilaporkan dibeberapa negara angka

kejadian asma meningkat, spt di Jepang, Melbouerne dan Taiwan. Di poliklinik

subbagian paru anak FKUI-RSCM Jakarta lebih dari 50% kunjungan penderita asma.

Jumlah kunjungan di subbagian poliklinik paru anak berkisar antara 12000-13000 atau

rata-rata 12.324 kunjungan pertahun.

(IKA 3, 2007: 1203)

Penyebab penyakit asma belum diketahui secara pasti, diduga yg memegang peranan

utama adalah reaksi yg berlebihan dari trakea dan bronkus (hipereaktivitas bronkus), yg

belum jelas diketahui penyebabnya. Tetapi, banyak faktor yg ikut menentukan derajat

reaktivitas atau iritabilitas tsb diantaranya faktor genetik, biokimiawa, syaraf autonom,

imunologis, infeksi, endokrin, dan faktor psikologis. Oleh karena itu, asma disebut

penyakit yg multifaktoral.

(Ngastiyah, 2005: 83)

Disini sangat penting peran seorang perawat jika anak telah dirawat di RS, perawatan

harus bisa menghindari/menghilangkan faktor pencetus asma agar tidak memperburuk


keadaan anak yg bisa mengancam jiwa anak. Perawat bisa melaksanakan asuhan

keperawatan kpd anak dengan baik diantaranya perawat bisa mengetahui secara dini

kedaan dr anak, setelah itu baru meneruskan perawatan lbih lanjut dengan meberikan

lingkungan yg nyaman dan seserasi mungkin terhadap anak dan memberikan terapi-

terapi untuk penyembuhan anak.

(IKA 3, 2007: 1226)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Asma bronkhial

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Asma bronkhial

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan prioritas

masalah

d. Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan dalam tindakan nyata sesuai

tujuan

e. Mampu mengevaluasi implementasi sesuai dengan kriteria hasil yang

diharapkan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian
Asma merupakan penyakitdengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan
broncus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas
saluran napas bagian bawah yg dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau
dengan pengobatan.
(IKA 3, 2007: 1203)
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible dimana
trakeobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.
(www.blokspot, dudut tanjung, Skp, diakses 10-08-0’9)

2. Etiologi :
Penyebab asma masih belum jelas/pasti. Diduga yang memegang peranan utama ialah

reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus / hiperaktivitas bronkus. Faktor genetik,

imunologis, infeksi dan lingkungan lainnya dapat turut serta dalam proses terjadinya

manifestasi asma.

Macam-macam pencetus asma:

1. Alergen

Pada bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya

tungau, serpih/bulu binatang, spora jamur yang terdapat di dalam rumah. Asma

karena makanan biasanya terjadi pada bayi dan anak kecil.

2. Infeksi

Biasanya infeksi virus. Virus penyebabnya biasanya respiratory syncyhal virus

(RSV) dan virus parainfluenza. Kadang-kadang dapat juga oleh bakteri

streptokokus serta hemolitikus.


3. Iritan

Hairspray, minyak wangi, asap rokok, cerutu dan pipa bau tajam dari cat. Iritasi

hidung dan batuk dapat menimbulkan refleks bronkokonstruksi.

4. Cuaca

Perubahan tekanan udara, suhu, angin, dan kelembaban dihubungkan dengan

percepatan dan terjadinya serangan asma.

5. Kegiatan jasmani

Kegiatan jasmani yang berat misalnya berlari, dan naik sepeda dapat menimbulkan

serangan jantung pada anak dengan asma. Pada anak dengan faal paru dibawah

normal sangat rentan terhadap kegiatan jasmani.

6. Infeksi saluran nafas bagian atas

Disamping infeksi virus saluran nafas bagian atas sinusitis akut dan kronik, dapat

memudahkan terjadinya asma.

7. Refluks gastrointestinal

Iritasi trakeabronkial karena isi lambung dalam dapat memberatkan asma pada anak
dan orang dewasa.
(Ngastiyah, 2005: 85)

a. Faktor eksrinsik / alergi :


Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh
adanya Ig.E yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat diudara (antigen -
inhalasi), seperti debu, bulu binatang, makanan, asap rokok , dan obat-obatan.
b. Faktor intrinsic / idiopatik :
Infeksi:
1). Virus yang menyebabkan ialah para influenza virus, retiratory
syncytial virus (RSV)
2). Bakteri ,misalnya pertusis dan streptokokkus
3). Jamur , misalnya aspergillus
Cuaca : perubahan tekanan udara, suhu udara, angin dan kelembaban
Psikologis/ emosional : takut, cemas, stress dan tegang
Aktifitas yang berlebihan , misalnya berlari
Lingkungan
c. Gabungan / campuran : asma yang terjadi /timbul karena adanya komponen
ekstrinsik dan instrinsik
(www.blokspot, dudut tanjung, Skp, diakses 10-08-0’9)

3. Anatomi Fisiologi
Saluran pernafasan ada 2 yaitu :
1. Saluran nafas atas
a. Hidung
Terdiri dari 2 bagian yaitu :
Bagian eksternal : menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang
hidung dan kartilago
Bagian internal : hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan
menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi
vertikal yang sempit, yang disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung Permukaan mukosa hidung
dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan
bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.

Fungsi hidung terdiri dari :


Bekerja sebagai saluran udara pernafasan
Sebagai penyaring udara pernafasn yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
Dapat menghangatkan udara pernfasan oleh mukosa
Membunuh kuman yang masauk bersama-sama udara oleh leukosit yang
terdapat dalam selaput lendir (mukosa) / hidung
Sebagai alat pencium yang terletak dipuncak hidung
b. Faring
Merupakan persimpangan antara saluran pernafasan dan saluran rongga
makanan terdapat dibawah dasar tenggorok dibelakang rongga hidung dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher. Faring dilapisi oleh selaput lendir
(mukosa) yang dibawahnya terdapat otot faring, otot-otot faring ini penting
untuk mekanisme menelan.

c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara
terletak didepan bagian faring samapai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk dalam trakea dibawahnya pangkal tenggorokan ini dapat ditup dengan
oleh sebuah empang tenggorokan yang disebut epiglotis yang terdiri dari
tulang-tulang yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi
laring

d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 / 20 cincin yang
terdiri-dari tulang-tulang rawan yang berbentuk huruf C. Sebeklah dalam
diliputi oleh lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak
kearah luar. Panjang trakea 9 – 11 cm dari belakang terdiri dari jaringan ikat
yang dilapisi otot polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-
benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang
memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut kavernea

2. Saluran nafas bawah


a. Bronckus
Merupakan lubang trakea setinggi vertebra thoracalis lima yaitu setinggi
bronkus kiri dan kanan. Bronkus dibentuk oleh cincin tulang rawan dan lebih
panjang sedangkan bronkus kanan lebih lebar dan lebih pendek
b. Bronkiolus

Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus• Bronkiolus


mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk
selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas

c. Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis
(yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)

d. Bronkiolus Respirator
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan
napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas

e. Duktus Alveolar dan Duktus Alveolan


Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar
dan sakus alveolar. Dan kemudian menjadi alveoli

f. alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2.Terdapat sekitar 300 juta
yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
Terdiri atas 3 tipe :
Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveoli
Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan
mensekrei surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps)
Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel
fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan

g. Paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut.Terletak dalam rongga
dada atau toraks.Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi
jantung dan beberapa pembuluh darah besar.Setiap paru mempunyai apeks dan
basis. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura
interlobaris Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus,Lobos-lobus
tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya

h. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
Terbagi mejadi 2 :
Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru

Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura
yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, dan juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru.
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru

Fisiologi Pernafasan
Bernafas / pernafasan merupakan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. ventilasi
ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru
atau sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada
perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada
mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi
merupakangerakanpasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
Tekanan udara atmosfir
Jalan nafas yang bersih
Pengembangan paru yang adekuat

b. Difusi
yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru.Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih
rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh
darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan
oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40
mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
Luas permukaan paru
Tebal membran respiras
Jumlah darah
Keadaan/jumlah kapiler darah
Afinitas Waktu adanya udara di alveoli

c. Transpor
yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu
ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen
akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke
jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan
plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
Curahjantung(cardiacOutput/CO)
Jumlah sel darah merah
Hematokrit darah
Latihan (exercise)
4. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik, instrinsik
dan gabungan antara ekstrinsik dengan intrinsik. Faktor tersebut dapat meningkatkan
terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada
bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan
nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara diterminal
oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan
ventilasi (hipoventilas), gangguan difusi.
Pada stadium permulaan mukosa pucat,terdapat edema dan sekret bertambah.
Lumen bronkus menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti pembuluh darah, infiltrasi
sel eosinofil dalam sekret didalam lumen saluran nafas. Jika serangan terjadi dan lama
atau menahun akan terlihat deskuamasi (mengelupas) epitel, penebalan membran
hialin. Sehingga terjadi penyempitan jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap
bahan iritasi dan stimulasi lain.
Dengan adanya bahan iritasi dan alergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan
zat antigen tubuh muncul (Ig. E) dengan adanya alergi. Ig. E pada reseptor sel mast
yang menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut
akan memberikan gejala asma.
Klien yang mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi
karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan
perubahan pertukaran gas. Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat
ventilasi dan saturasi oksigen, sehingga terjadi penurunan PO2 (hipoksia). Selama
serangan asma CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selam
ekspirasi, dan menyebabkan asidosis respiratori dan hipercapnea. Kemudian sistem
pernafasn akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan
(tachypnea). Kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dapat menurunkan
kadar CO2 dalam darah (hipocapnea).
(www.blokspot, dudut tanjung, Skp, diakses 10-08-0’9)
WOC ASMA

Intrinsik Ekstrinsik Gabungan

Respon radang

Inflamasi saluran nafas

Kerusakan epitel Mekanisme neurologist Otot polos


Saluran nafas

Bronkokonstriksi Respon para simpatis Hipertrofi otot

Hiperaktivitas saluran nafas

Spasme otot bronkus Sumbatan mucus Edema Inflamasi


/sekresi dinding bronkus

Alveolus tertutup mucus Obstruksi saluran nafas

Ventilasi menurun Penyempitan saluran nafas

Hipoksemia Retensi CO2 Udara tersumbat Mual,muntah Batuk/sesak

Dlm waktu lama Hiperventilasi Hiperkapnia Volume residu Anorexia Mk:bersihan


Meningkat jln nafas

Asidosis menurun Pembuangan Asidosis Dispnea Mk: gangguan nutrisi


CO2 meningkat respiratori kurang dari kebutuhan
Penggunaan Tubuh
hiperkapnia PCO2 menurun otot bantu nafas

Gagal nafas Alkalosis respirasi Kelemahan

Mk: Kerusakan pertukaran Mk:Intoleransi aktivitas


gas
5. Stadium Asma :
1. stadium I
waktu terjadinya edema dinding bronchus, batuk paroksimal karena iritasi dan
batuk kering, sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang
merangsang batuk .

2. Stadium II
Sekresi bronchus bertambah batuk dengan dahak jernih dan berbusa pada
stadium ini. Mulai terasa sesak nafas berusaha bernafas lebih dalam, ekspirasi
memanjang dan ada whezing , otot nafas tambah turun bekerja terdapat retraksi
supra sternal epigastrium.
3. Stadium III
Obstruksi / spasme bronchus lebih berat. Aliran darah sangat sedikit sehingga
suara nafas hampir tidak terdengar, stadium ini sangat berbahaya karena sering
disangka ada perbaikan pernafasan dangkal tidak teratur dan frekuensi nafas
menjadi tinggi
(IKA 3, 2007: 1211-1212)

6. Jenis-Jenis Asma
Asma sering dicirikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi, atau gabungan
a. Asma Alergik
Disebabkan oleh alergen-alergen yang dikenal misalnya serbuk sari, binatang,
makanan dan jamur). Kebanyakan alergi terdapat diudara dan musiman. Pasien
dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergi dan riwayat
medis masa lalu atau rhinitis alergik
b. Asma Idiopatik atau nonalergik
Tidak berhubungan dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti infeksi traktus
respiratorius, latihan, emosi dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.
Beberapa agen farmakologi seperti aspirin dan agen anti infalasi nonsteroid lain.
Pewarna rambut, antagonis, beta-adrenergik dan agen sulfite (pengawet makanan)
juga mungkin menjadi faktor.
c. Asma Gabungan
Adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik maupun idiopotik atau nonalergik.
(www.blokspot, dudut tanjung, Skp, diakses 10-08-0’9)

Dengan mengetahui gambaran klinis asma pada anak, maka dapat dilihat luas

permasalahan dan seberapa jauh perlu dikerjakan upaya untuk mencegah serangan

asma.

Pembagian asma menurut Phelan,dkk (1983) adalah :

I. Asma episodik yang jarang

Biasanya terdapat pada anak pada umur 3-6 tahun. Serangan umumnya dicetuskan

oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Gejala-gejala yang timbul lebih

menonjol pada malam hari, menggigil dan batuk.

II. Asma episodik sering

Serangan pertama terjadi pada umur 3-5 tahun. Pada permulaan serangan

berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi

serangan tanda infeksi yang jelas. Biasang orang tua menghubungkannya dengan

perubahan udara, adanya allergen, aktifitas fisik dan stress.

III. Asma kronik atau persisten

Pada umur 5 – 6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang

persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari. Aktifitas fisik setiap hari

menyebabkan mengi.

Pada umur dewasa muda 50% fsti golongan ini tetap menderita asma persisten

/sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada

pemeriksaan fisik dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung.

Pada golong ini terdapat gangguan pertumbuhan yaitu bertubuh kecil.

( IKA 3, 2007: 1209)


7. Manifestasi Klinis
a. Whezing
1). Dyspnea dengan lama ekspirasi : penggunaan otot-otot asesori
pernafasan, cuping hidung dan timbal episode mengi berulang.
2). Batuk kering : karena sekret kental dan lumen jalan nafas sempi
terutama terjadi pd mlm/dini hari.
b. Sianosis
c. Gelisah
d. Nyeri abdomen terhadap aktifitas, makan, bermain, berjalan, bahkan berbicara
e. Kecemasan
f. Serangan terjadi secara tiba-tiba
g. Sesak nafas
h. Nyeri pada dada
i. Anoreksia
j. Pernafasan : cuping hidung, nafas cepat dan dalam
(Arief Masjoer, 2000: 461)

8. Komplikasi
a. Gagal nafas
b. Fraktur iga
c. Ateletaksis
d. Pneumothoraks
Kerja pernafasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak
sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk
bernafas untuk melawan spasme-spasme bronkhiolus, pembengkakana bronkhiolus
dan mukus yang kental.. situasi ini dapat menimbulkan pneumothoraks akibat
besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi
e. Kematian
(IKA 3, 2007: 1216)
9. Penatalaksanaan
Pencegahan :
a. Menghindari penyebab asma
b. Banyak makanan yang bergizi
c. Istirahat yang cukup
d. Hindari stress
e. Periksa kesehatan secara teratur
f. Obat-obatan

Pengobatan :
1. Bronchodilator
Adrenalin, epetrin, terbutallin, fenotiron
2. Anti kolinergin
Iptropiem bromit (atrovont)
3. Kortikosteroid
Pretrison, hidrokortison, orodexon
4. Mukolitin
BPH, OBH, bisolvon, mucapoel, dan banyak minumair putih
(Ngastiyah, 2005: 86)

Pemeriksaan Dignostik :
1. sinar X (Ronsen thorak)
Terlihat adanya hiperinflasi paru-paru difragma mendatar.
2. tes fungsi paru(uji faal paru)
Ditemukan dyspnea, volume residu meningkat, dan adanya obstruksi atau retriksi
dijalan nafas
3. GDA
PO2 menurun
PCO2 meningkat
PH menurun
Eosinofil meningkat
4. Sputum (labotratorium)
Menentukan adanya infeksi biasanya pada asma tanpa disertai infeksi.
(Arif Masjoer, 2000: 462)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA

I. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
o Kaji umur klien: Untuk mengetahui gambaran klinis terjadinya asma pd anak
o Kaji wilayah tempat tinggal klien: Biasanya untuk mengetahui jenis alergen
pencetus asma
o Kaji pengetahuan orang tua: Untuk mengetahui sejauh mana orang tua
mengetahui perkembangan dan penyakit anaknya.
o Dll.

2. Pengkajian Awal
A = Biasanya ditemukan sekret dijalan nafas, Bronkospasme
B = Biasanya terjadi retraksi iga pernafasan, cepat, nafas cuping hidung, nafas
sesak
C = Biasanya denyut nadi meningkat, sianosis
D = Tingkat kesadaran biasanya kesadaran klien composmentis kooperatif

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah menderita penyakit asma atau alergi dan serangan asma
yang lalu, dan masalah kesehatan spesifik (pernafasan)
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien sesak nafas, pernafasan cepat dan pendek, terjadi mengi
terutama pd mlm hari yg mengganggu tidur anak, pernafasan cuping hidung,
batuk-batuk, adanya sekret / sputum, kelemahan/ keletihan, tidak ada nafsu
makan, mual dan muntah, dada terasa tertekan, sesak setelah melakukan
aktivitas/ ketidak mampuan melakukan aktivitas, sesak nafas karena reaksi
alergi / sensitif terhadap zat
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan
klien.
4. Pemeriksaan fisik
a.Kepala

Biasanya tidak ada kelainan.

b. Mata

Biasanya konjungtiva bisa anemis karena kekurangan nutrisi.

c. Hidung

Biasanya terlihat pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar

hidung.

d. Telinga

Biasanya tidak ada kelainan kecuali disertai dengan infeksi telinga.

e. Mulut

Biasanya di sekitar bibir/ lidah kelihatan sianosis, mukosa kering,

bibir pecah-pecah.

f. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening

g. Dada/ Thorak

I : Penggunaan otot bantu pernafasan

P : Biasanya fremitus melemah.

P : Biasanya terdengar redup.

A : Biasanya pernafasan bronkial, krekels atau ronchi basah halus.

h. Jantung

I : Biasanya iktus terlihat/ tidak.

P : Biasanya iktus teraba.

P : Batas jantung dalam batas normal.

A : Irama jantung teratur dan tidak ada suara tambahan.


i.Abdomen

Biasanya terjadi distensi abdomen (Arief Mansjoer, 2000:446).

j. Ekstremitas

Biasanya kekuatan otot melemah, ujung-ujung ekstremitas dingin.

k. Genitalia

Biasanya tidak ditemui kelainan.

l. Aktivitas / istirahat
Gejala :
Keletihan, kelelahan
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas
Ketikmampuan untuk tidur perlu tidur dalam posisi semi foewler
Dispnea
h. Makanan dan cairan
Gejala :
Mual / muntah
Nafsu makan menurun
Ketidak mampuan untuk makan
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkospasme
2. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplay O2
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dr kebutuhan tubuh b/d
intake yg tidak adekuat
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
5. Kurangnya pengetahuan orang tua b/d kurangnya informasi
( Marilynn E. Doenges, 2000: 152)

III. INTERVENSI
1. bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan
bronkospasme
Tujuan : bersihan jalan nafas kembali efektif
Dengan kriteria hasil :
Sesak nafas berkurang/ hilang
Batuk berkurang / hilang
Klien dapat mengeluarkan sputum/ sekret
Wheezing berkurang / hilang
TTV dalam batas normal dan keadaan umum baik
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas,whezing
R/ : Sebagai sumber data adanya perubahan sebelum dan sesudah perawatan
diberikan
b. Berikan posisi yang aman untuk klien misalanya posisi semi fowler
R/: Mengembangkan ekspansi paru
c. Bantu / ajarkan klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ : Membantu membersihkan mukus dari paru dan nafas dalam memperbaiki
oksigenasi
d. Lakukan fisioterapi
R/ : membantu pengeluaran sekresi, meningkatkan ekspansi paru
e. Berikan air hangat
R/ : mengencerkan sekret yang ada dijalan nafas
f. Kolaborasi
 Lakukan suction jika perlu
R/ : membantu mengeluarkan sekret yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien.
 Berikan bronchodilator sesuai indikasi
R/ : Otot pernafasan menjadi relaks dan steroid mengurangi inflamasi

2. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplay O2


Tujuan: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
Kriteria hasil:
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Nilai GDA dalam batas normal
Intervensi:
a. Kaji frekkuensi, kedalaman pernafasan
R/: Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan/ kronisnya proses
penyakit
b. Bantu pasien untuk memilih posisi yg mudah untuk bernafas (semifowler)
R/: Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
latihan nafas untuk menurunkan kolaps jln nafas, dipsnoe, dan kerja nafas
c. Kaji warna kulit dan membran mukosa
R/: Sianosis mengindikasikan beratnya hipoksemia
d. Ajarkan klien mengeluarkan sputum/ batuk efektif
R/: Banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada
jalan nafas kecil
e. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi tambahan
R/: Bunyi nafas mungkin redup karna penurunan aliran udara atau area
konsolidasi
f. Awasi tingkat kesadaran atau status mental
R/: Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia
g. Berikan O2 tambahan sesuai indikasi
R/: dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b / d intake yang tak adekuat
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
Keadaan umum baik
Mukosa bibir lembab
Nafsu makan meningkat
Testur kulit baik
Klien menghabiskan porsi
makan yang disediakan
Berat badan dalam ideal
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi klien (testur kulit,rambut, konjungtiva)
R/ : Menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya

b. Jelaskan pada klien tentang pentinganya makanan untuk kehidupan dan


penyembuhan penyakitnya
R: Klien termotivasi untuk menghabiskan makanan yang diberikan

c. Timbang dan berat badan


R/ : penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi
d. Anjurkan klien minum air hangat saat makan
R/ : Air hangat dapat mengurangi mual

e. Berikan makanan dalam kondisi hangat


R: Meransang nafsu makanan klien

f. Anjurkan klien makan sedikit –sedikit tapi sering


R/ : Makanan kecil tapi sering menyediakan energi yang dibutuhkan, lambung tidak
terlalu penuh, sehingga memberikan kesempatan untuk penyerapan makanan
g. Perhatikan kebersihan mulut klien
R: Meningkatkan motivasi untuk makan

h. Kolaborasi :
 Consul dengan tim gizi / tim mendukung nutrisi
R/ : Menentukan kalori klien dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan
 Berikan obat sesuai indikasi seperti antiemetik
R/ : Untuk menghilangkan mual / muntah

4. intoleransi aktifitas b / d kelemahan fisik


Tujuan : intoleransi aktifitas daat teratasi
kriteria hasil :
keadaan umum klien baik
badan tidak lemah
klien dapat beraktifas secara mandiri
Intervensi:
a. Anjurkan klien untuk mengerakan kaki,jari-jari kaki dan tangan
R/: Kurang gerakan dapat menunjukan masalah saraf brakial inteskostal,dan
dapat menggangu sirkulasi
b. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea
peningkatan kelemahan/ keletihan dan perubahan TTV selama dan setelah
aktivitas
R/ : Menetapkan kebutuhan/kemampuan klien dan memudahkan pilihan
intervensi
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
R/ : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan
d. Bantu klien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur
R/: Klien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja
atau bantal
e. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan
R/: Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan
kebutuhan oksigen.
f. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut
sesuai indikasi
R/: Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan dan meningkatkan istirahat
g. Kolaborasi dalam pemberian O2
R/: Menambah kekurangan oksigenasi atau mengurangi sesak nafas
IV. IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan disususn dengan sistematik selanjutnya rencana
keperawatan tersebut diterapkan dalam bentuk kegitan yang nyata dan terpadu guna
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.

V. EVALUASI
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap
prilaku dan sejauhmana masalah klien dapat diatasi. Disamping itu perawat juga
melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan yang ditetapkan belum
berhasil atau belum teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marilynn, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta. EGC

Mansjoer Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, FKUI. Jakarta, Media Aesculapius

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta, EGC

Staf IKA FKUI, 2007. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta, Info Medika Jakarta

www.blokspot, dudut tanjung, Skp, diakses 10-08-2009

Anda mungkin juga menyukai