Asma
Asma
KEPERAWATAN ANAK
Tentang
ASMA BRONKHIAL
OLEH
KELOMPOK II
1. HARPAN SAPUTRA
2. MARLINDA EKA PUTRI
3. MEIMONA HARDI
4. YENI WARNI
5. YOSI OKVI YUHARDI
Puji dan syukur kepada Allah SWT, penulis ucapkan karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kelompok dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini tepat pada waktunya
Dalam pembuatan asuhan keperawatan ini kelompok banyak mendapat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, untuk itu kelompok ucapkan terima kasih. kelompok
menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih ada kekurangannya untuk itu, kelompok
semua.
Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma. Belum ada
subbagian paru anak FKUI-RSCM Jakarta lebih dari 50% kunjungan penderita asma.
Jumlah kunjungan di subbagian poliklinik paru anak berkisar antara 12000-13000 atau
Penyebab penyakit asma belum diketahui secara pasti, diduga yg memegang peranan
utama adalah reaksi yg berlebihan dari trakea dan bronkus (hipereaktivitas bronkus), yg
belum jelas diketahui penyebabnya. Tetapi, banyak faktor yg ikut menentukan derajat
reaktivitas atau iritabilitas tsb diantaranya faktor genetik, biokimiawa, syaraf autonom,
imunologis, infeksi, endokrin, dan faktor psikologis. Oleh karena itu, asma disebut
penyakit yg multifaktoral.
Disini sangat penting peran seorang perawat jika anak telah dirawat di RS, perawatan
keperawatan kpd anak dengan baik diantaranya perawat bisa mengetahui secara dini
kedaan dr anak, setelah itu baru meneruskan perawatan lbih lanjut dengan meberikan
lingkungan yg nyaman dan seserasi mungkin terhadap anak dan memberikan terapi-
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
masalah
tujuan
diharapkan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
Asma merupakan penyakitdengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan
broncus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas
saluran napas bagian bawah yg dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau
dengan pengobatan.
(IKA 3, 2007: 1203)
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible dimana
trakeobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.
(www.blokspot, dudut tanjung, Skp, diakses 10-08-0’9)
2. Etiologi :
Penyebab asma masih belum jelas/pasti. Diduga yang memegang peranan utama ialah
reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus / hiperaktivitas bronkus. Faktor genetik,
imunologis, infeksi dan lingkungan lainnya dapat turut serta dalam proses terjadinya
manifestasi asma.
1. Alergen
Pada bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya
tungau, serpih/bulu binatang, spora jamur yang terdapat di dalam rumah. Asma
2. Infeksi
Hairspray, minyak wangi, asap rokok, cerutu dan pipa bau tajam dari cat. Iritasi
4. Cuaca
5. Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani yang berat misalnya berlari, dan naik sepeda dapat menimbulkan
serangan jantung pada anak dengan asma. Pada anak dengan faal paru dibawah
Disamping infeksi virus saluran nafas bagian atas sinusitis akut dan kronik, dapat
7. Refluks gastrointestinal
Iritasi trakeabronkial karena isi lambung dalam dapat memberatkan asma pada anak
dan orang dewasa.
(Ngastiyah, 2005: 85)
3. Anatomi Fisiologi
Saluran pernafasan ada 2 yaitu :
1. Saluran nafas atas
a. Hidung
Terdiri dari 2 bagian yaitu :
Bagian eksternal : menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang
hidung dan kartilago
Bagian internal : hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan
menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi
vertikal yang sempit, yang disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung Permukaan mukosa hidung
dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan
bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.
c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara
terletak didepan bagian faring samapai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk dalam trakea dibawahnya pangkal tenggorokan ini dapat ditup dengan
oleh sebuah empang tenggorokan yang disebut epiglotis yang terdiri dari
tulang-tulang yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi
laring
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 / 20 cincin yang
terdiri-dari tulang-tulang rawan yang berbentuk huruf C. Sebeklah dalam
diliputi oleh lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak
kearah luar. Panjang trakea 9 – 11 cm dari belakang terdiri dari jaringan ikat
yang dilapisi otot polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-
benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang
memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut kavernea
c. Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis
(yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
d. Bronkiolus Respirator
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan
napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas
f. alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2.Terdapat sekitar 300 juta
yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
Terdiri atas 3 tipe :
Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveoli
Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan
mensekrei surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps)
Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel
fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
g. Paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut.Terletak dalam rongga
dada atau toraks.Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi
jantung dan beberapa pembuluh darah besar.Setiap paru mempunyai apeks dan
basis. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura
interlobaris Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus,Lobos-lobus
tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya
h. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
Terbagi mejadi 2 :
Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura
yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, dan juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru.
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
Fisiologi Pernafasan
Bernafas / pernafasan merupakan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. ventilasi
ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru
atau sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada
perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada
mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi
merupakangerakanpasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
Tekanan udara atmosfir
Jalan nafas yang bersih
Pengembangan paru yang adekuat
b. Difusi
yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru.Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih
rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh
darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan
oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40
mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
Luas permukaan paru
Tebal membran respiras
Jumlah darah
Keadaan/jumlah kapiler darah
Afinitas Waktu adanya udara di alveoli
c. Transpor
yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu
ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen
akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke
jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan
plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
Curahjantung(cardiacOutput/CO)
Jumlah sel darah merah
Hematokrit darah
Latihan (exercise)
4. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik, instrinsik
dan gabungan antara ekstrinsik dengan intrinsik. Faktor tersebut dapat meningkatkan
terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada
bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan
nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara diterminal
oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan
ventilasi (hipoventilas), gangguan difusi.
Pada stadium permulaan mukosa pucat,terdapat edema dan sekret bertambah.
Lumen bronkus menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti pembuluh darah, infiltrasi
sel eosinofil dalam sekret didalam lumen saluran nafas. Jika serangan terjadi dan lama
atau menahun akan terlihat deskuamasi (mengelupas) epitel, penebalan membran
hialin. Sehingga terjadi penyempitan jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap
bahan iritasi dan stimulasi lain.
Dengan adanya bahan iritasi dan alergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan
zat antigen tubuh muncul (Ig. E) dengan adanya alergi. Ig. E pada reseptor sel mast
yang menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut
akan memberikan gejala asma.
Klien yang mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi
karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan
perubahan pertukaran gas. Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat
ventilasi dan saturasi oksigen, sehingga terjadi penurunan PO2 (hipoksia). Selama
serangan asma CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selam
ekspirasi, dan menyebabkan asidosis respiratori dan hipercapnea. Kemudian sistem
pernafasn akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan
(tachypnea). Kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dapat menurunkan
kadar CO2 dalam darah (hipocapnea).
(www.blokspot, dudut tanjung, Skp, diakses 10-08-0’9)
WOC ASMA
Respon radang
2. Stadium II
Sekresi bronchus bertambah batuk dengan dahak jernih dan berbusa pada
stadium ini. Mulai terasa sesak nafas berusaha bernafas lebih dalam, ekspirasi
memanjang dan ada whezing , otot nafas tambah turun bekerja terdapat retraksi
supra sternal epigastrium.
3. Stadium III
Obstruksi / spasme bronchus lebih berat. Aliran darah sangat sedikit sehingga
suara nafas hampir tidak terdengar, stadium ini sangat berbahaya karena sering
disangka ada perbaikan pernafasan dangkal tidak teratur dan frekuensi nafas
menjadi tinggi
(IKA 3, 2007: 1211-1212)
6. Jenis-Jenis Asma
Asma sering dicirikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi, atau gabungan
a. Asma Alergik
Disebabkan oleh alergen-alergen yang dikenal misalnya serbuk sari, binatang,
makanan dan jamur). Kebanyakan alergi terdapat diudara dan musiman. Pasien
dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergi dan riwayat
medis masa lalu atau rhinitis alergik
b. Asma Idiopatik atau nonalergik
Tidak berhubungan dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti infeksi traktus
respiratorius, latihan, emosi dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.
Beberapa agen farmakologi seperti aspirin dan agen anti infalasi nonsteroid lain.
Pewarna rambut, antagonis, beta-adrenergik dan agen sulfite (pengawet makanan)
juga mungkin menjadi faktor.
c. Asma Gabungan
Adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik maupun idiopotik atau nonalergik.
(www.blokspot, dudut tanjung, Skp, diakses 10-08-0’9)
Dengan mengetahui gambaran klinis asma pada anak, maka dapat dilihat luas
permasalahan dan seberapa jauh perlu dikerjakan upaya untuk mencegah serangan
asma.
Biasanya terdapat pada anak pada umur 3-6 tahun. Serangan umumnya dicetuskan
oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Gejala-gejala yang timbul lebih
Serangan pertama terjadi pada umur 3-5 tahun. Pada permulaan serangan
berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi
serangan tanda infeksi yang jelas. Biasang orang tua menghubungkannya dengan
Pada umur 5 – 6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang
persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari. Aktifitas fisik setiap hari
menyebabkan mengi.
Pada umur dewasa muda 50% fsti golongan ini tetap menderita asma persisten
/sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada
pemeriksaan fisik dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung.
8. Komplikasi
a. Gagal nafas
b. Fraktur iga
c. Ateletaksis
d. Pneumothoraks
Kerja pernafasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak
sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk
bernafas untuk melawan spasme-spasme bronkhiolus, pembengkakana bronkhiolus
dan mukus yang kental.. situasi ini dapat menimbulkan pneumothoraks akibat
besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi
e. Kematian
(IKA 3, 2007: 1216)
9. Penatalaksanaan
Pencegahan :
a. Menghindari penyebab asma
b. Banyak makanan yang bergizi
c. Istirahat yang cukup
d. Hindari stress
e. Periksa kesehatan secara teratur
f. Obat-obatan
Pengobatan :
1. Bronchodilator
Adrenalin, epetrin, terbutallin, fenotiron
2. Anti kolinergin
Iptropiem bromit (atrovont)
3. Kortikosteroid
Pretrison, hidrokortison, orodexon
4. Mukolitin
BPH, OBH, bisolvon, mucapoel, dan banyak minumair putih
(Ngastiyah, 2005: 86)
Pemeriksaan Dignostik :
1. sinar X (Ronsen thorak)
Terlihat adanya hiperinflasi paru-paru difragma mendatar.
2. tes fungsi paru(uji faal paru)
Ditemukan dyspnea, volume residu meningkat, dan adanya obstruksi atau retriksi
dijalan nafas
3. GDA
PO2 menurun
PCO2 meningkat
PH menurun
Eosinofil meningkat
4. Sputum (labotratorium)
Menentukan adanya infeksi biasanya pada asma tanpa disertai infeksi.
(Arif Masjoer, 2000: 462)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA
I. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
o Kaji umur klien: Untuk mengetahui gambaran klinis terjadinya asma pd anak
o Kaji wilayah tempat tinggal klien: Biasanya untuk mengetahui jenis alergen
pencetus asma
o Kaji pengetahuan orang tua: Untuk mengetahui sejauh mana orang tua
mengetahui perkembangan dan penyakit anaknya.
o Dll.
2. Pengkajian Awal
A = Biasanya ditemukan sekret dijalan nafas, Bronkospasme
B = Biasanya terjadi retraksi iga pernafasan, cepat, nafas cuping hidung, nafas
sesak
C = Biasanya denyut nadi meningkat, sianosis
D = Tingkat kesadaran biasanya kesadaran klien composmentis kooperatif
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah menderita penyakit asma atau alergi dan serangan asma
yang lalu, dan masalah kesehatan spesifik (pernafasan)
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien sesak nafas, pernafasan cepat dan pendek, terjadi mengi
terutama pd mlm hari yg mengganggu tidur anak, pernafasan cuping hidung,
batuk-batuk, adanya sekret / sputum, kelemahan/ keletihan, tidak ada nafsu
makan, mual dan muntah, dada terasa tertekan, sesak setelah melakukan
aktivitas/ ketidak mampuan melakukan aktivitas, sesak nafas karena reaksi
alergi / sensitif terhadap zat
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan
klien.
4. Pemeriksaan fisik
a.Kepala
b. Mata
c. Hidung
hidung.
d. Telinga
e. Mulut
bibir pecah-pecah.
f. Leher
g. Dada/ Thorak
h. Jantung
j. Ekstremitas
k. Genitalia
l. Aktivitas / istirahat
Gejala :
Keletihan, kelelahan
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas
Ketikmampuan untuk tidur perlu tidur dalam posisi semi foewler
Dispnea
h. Makanan dan cairan
Gejala :
Mual / muntah
Nafsu makan menurun
Ketidak mampuan untuk makan
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkospasme
2. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplay O2
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dr kebutuhan tubuh b/d
intake yg tidak adekuat
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
5. Kurangnya pengetahuan orang tua b/d kurangnya informasi
( Marilynn E. Doenges, 2000: 152)
III. INTERVENSI
1. bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan
bronkospasme
Tujuan : bersihan jalan nafas kembali efektif
Dengan kriteria hasil :
Sesak nafas berkurang/ hilang
Batuk berkurang / hilang
Klien dapat mengeluarkan sputum/ sekret
Wheezing berkurang / hilang
TTV dalam batas normal dan keadaan umum baik
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas,whezing
R/ : Sebagai sumber data adanya perubahan sebelum dan sesudah perawatan
diberikan
b. Berikan posisi yang aman untuk klien misalanya posisi semi fowler
R/: Mengembangkan ekspansi paru
c. Bantu / ajarkan klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ : Membantu membersihkan mukus dari paru dan nafas dalam memperbaiki
oksigenasi
d. Lakukan fisioterapi
R/ : membantu pengeluaran sekresi, meningkatkan ekspansi paru
e. Berikan air hangat
R/ : mengencerkan sekret yang ada dijalan nafas
f. Kolaborasi
Lakukan suction jika perlu
R/ : membantu mengeluarkan sekret yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien.
Berikan bronchodilator sesuai indikasi
R/ : Otot pernafasan menjadi relaks dan steroid mengurangi inflamasi
h. Kolaborasi :
Consul dengan tim gizi / tim mendukung nutrisi
R/ : Menentukan kalori klien dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan
Berikan obat sesuai indikasi seperti antiemetik
R/ : Untuk menghilangkan mual / muntah
V. EVALUASI
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap
prilaku dan sejauhmana masalah klien dapat diatasi. Disamping itu perawat juga
melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan yang ditetapkan belum
berhasil atau belum teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, FKUI. Jakarta, Media Aesculapius
Staf IKA FKUI, 2007. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta, Info Medika Jakarta