Batu bara merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi kehidupan manusia, yang digunakan untuk menghasilkan 40 persen energi listrik di seluruh dunia (World Coal Institute, 2005). Selain digunakan untuk sumber energi pembangkit listrik, batu bara digunakan untuk industri semen, industri baja dan industri yang membutuhkan energi panas dalam produksinya. Kandungan kalor yang tinggi dan keberadaan yang melimpah di alam menjadikan batu bara sebagai sumber energi yang banyak digunakan selain minyak bumi dan gas alam. Konsumsi batu bara Indonesia mencapai 65 juta ton pada akhir tahun 2011 dan diperkirakan meningkat 15 persen pada tahun 2012 sebesar kurang lebih 75 juta ton (Reuters Africa, 2012). Penggunaan secara rinci adalah 83 persen dimanfaatkan oleh industri pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan 17 persen sisanya dimanfaatkan oleh industri non pembangkit listrik (Kementrian ESDM, 2011). Data yang tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar batu bara di Indonesia digunakan untuk pembangkit listrik. Batu bara di pembangkit listrik, tidak digunakan secara langsung. Terdapat tempat penampungan sementara (stockpile) yang berfungsi sebagai safety stock terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile juga menjadi tempat pencampuran batu bara berbagai kualitas dan distribusi ukuran untuk mendapatkan batu bara yang sesuai dengan kebutuhan (Zhong et al, 2005). Peletakan stockpile bergantung dengan kebutuhan masing-masing. Secara umum tempat peletakan stockpile adalah di dekat tempat penggunaan batu bara, di dekat sumber penambangan batu bara dan di dekat dermaga (dock) pelabuhan.
1 2
Proses penanganan material (material handling) penyimpanan batu bara pada
kondisi ideal adalah waktu yang sependek mungkin (minimal) dari pertama kali batu bara tersebut mulai disimpan. Penyimpanan dalam jangka panjang dapat menurunkan nilai kalor batu bara tersebut (Yilmaz dan Ozdeniz, 2010). Menurunnya kualitas batu bara disebabkan oleh pengaruh lingkungan di sekitar stockpile. Penurunan nilai kalor batu bara berdampak pada efisiensi penggunaan batu bara. Jika terjadi dalam waktu yang lama dan dalam jumlah besar, maka akan menghasilkan dampak ekonomi yang besar. Pada praktiknya, untuk mengantisipasi keterlambatan pasokan batu bara yang di kirim dari luar Pulau Jawa diterapkan kebijakan safety stock batu bara sebesar kurang lebih 35 hari. Penerapan Safety stock tersebut mengakibatkan menumpuknya batu bara pada stockpile. Penerapan safety stock tersebut diikuti dengan perlakuan sistem antrean terhadap batu bara berupa Last In First Out (LIFO). Sehingga batu bara yang dialokasikan sebagai safety stock dapat dikatakan dead stock karena penurunan nilai kalornya membuat batu bara dikategorikan sebagai inventory yang tidak tahan lama. Permasalahan yang muncul di atas dapat diminimasi dengan pemilihan perlakuan antrean yang tepat. Minimasi waktu tunggu diharapkan dapat memperkecil kalor batu bara yang hilang pada masa penyimpanan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perlu dikembangkan metode untuk perbaikan penggunaan aturan sistem antrean sehingga waktu tunggu batu bara di stockpile dapat diminimalkan.
1.3. Asumsi dan Batasan Masalah
1. Penelitian dilakukan di stockpile batu bara PLTU Suralaya. 2. Ruang lingkup penelitian dibatasi dari kedatangan batu bara yang diangkut menggunakan kapal sampai dengan dengan meninggalkan stockpile menuju silo. 3
3. Pengamatan terhadap obyek batu bara menggunakan objek kajian
pengelolaan data hasil Coal Handling Terpadu (CHT) PLTU Suralaya. 4. Penelitian yang dilakukan hanya meliputi proses peletakan dan pengambilan batu bara dari stockpile tidak termasuk proses pemindahan batu bara menggunakan alat berat. 5. Safety stock inventory dengan asumsi tidak ada keterlambatan kedatangan kapal karena faktor cuaca.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui rata-rata lama waktu tunggu batu bara pada sistem antrean yang terdapat pada stockpile saat ini menggunakan LIFO melalui simulasi. 2. Mengembangkan dan membandingkan model skenario dengan sistem antrean FIFO dan LIFO dengan indikator berkurangnya waktu tunggu batu bara.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat jangka panjang penelitian ini adalah menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam pengoperasian fasilitas penanganan batu bara baru. 2. Membantu memperbaiki fasilitas penanganan batu bara yang sudah ada (existing).