Anda di halaman 1dari 8

Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk Makalah

PENGARUH MALARIA DALAM KEHAMILAN

Oleh:

MERY L. FANGIDAE TUMELUK, SST, MPH

Disampaikan pada:

PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN JENJANG AHLI


ANGKATAN IX 2018

UPT PELATIHAN TENAGA KESEHATAN KUPANG


DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
2018

1
2

PENGARUH MALARIA PADA IBU HAMIL

1. Latar Belakang

Malaria adalah penyakit menular yang prevalensinya tinggi di daerah tropik dan
subtropik, serta menyebabkan ratusan juta penduduk terinfeksi dan diperkirakan satu
juta meninggal setiap tahun. Sebagian besar kejadian penyakit dan kematian akibat
infeksi malaria di sebabkan oleh plasmodium falciparum (Rosenthal, 2008).
Menurut organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO)
lebih dari 23 juta wanita hamil di dunia berada di daerah endemis malaria. Hal ini
terungkap juga bahwa kejadian malaria pada wanita hamil umumnya tinggi, yakni El
Salvador mencapai 55,75% (63 kasus dari 113 wanita hamil). Sedangkan variasi
kejadian malaria pada wanita hamil berkisar antara 2-76%. Dampak negatif malaria
pada wanita hamil di daerah endemis malaria Sub-Sahara Afrika yakni berupa
tingginya risiko anemia sebesar 3-15%, BBLR 13-70% dan kematian neonatal 3-8%
(Ompusunggu et al., 2006)
Di Indonesia angka kesakitan karena malaria tinggi di bagian timur Indonesia,
sekitar 110 juta atau 50% penduduk Indonesia yang hidup di daerah endemik malaria
adalah penduduk berisiko. Walaupun telah dilakukan program pelaksanaan dan
pemberantasan penyakit malaria namun hingga kini angka kesakitan dan kematian
masih cukup tinggi (BPS and Macro International, 2008).
Ibu hamil termasuk kelompok risiko tinggi terinfeksi malaria, akibat dari
kekebalan tubuh yang menurun selama kehamilan, sehingga tidak hanya mengancam
kelangsungan hidup tetapi juga dapat mengakibatkan anemia, aborsi, kematian janin,
prematuritas, bayi berat lahir rendah (BBLR) (Hamer et al., 2009).
Malaria ibu hamil adalah malaria yang timbul selama kehamilan, yang
dibuktikan dengan adanya parasit plasmodium dalam darah, atau pada plasenta yang
dilahirkan. Kejadian infeksi malaria pada ibu hamil menjadi isu aktual pada
pemberantasan malaria di seluruh dunia terutama di negara-negara dengan
endemisitas malaria yang stabil tinggi. Malaria dalam kehamilan memiliki dampak yang
negatif terhadap kesehatan ibu dan janin.
Ada empat spesies parasit malaria pada manusia, yaitu: 1) plasmodium vivax
menyebabkan malaria tertiana; 2) plasmodium falciparum menyebabkan malaria
3

tropika atau malaria otak yang sering berakibat dengan kematian; 3) plasmodium
malariae menyebabkan malaria quartana; dan 4) plasmodium ovale menyebabkan
malaria ovale yang saat ini sudah jarang ditemukan. Dari keempat spesies plasmodium
tersebut, plasmodium falciparum merupakan parasit yang dominan dan mempunyai
dampak paling berat terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan janinnya (Lagerberg,
2008).
Tjitra (2004) mengungkapkan fenomena kejadian malaria di Indonesia, seperti
Jawa dan Bali memiliki insiden malaria (annual parasite incidence) tahun 1997 sebesar
12/100.000 penduduk, meningkat menjadi 81/100.000 penduduk pada tahun 2000.
Sedangkan di luar Jawa dan Bali, insiden malaria klinis (annual malaria incidence)
sangat tinggi, yaitu 16/1000 penduduk pada tahun 1997, menjadi 31/1000 penduduk
pada tahun 2000, walaupun keadaan ini sudah menurun menjadi 22/1000 penduduk di
tahun 2003.
Upaya pemberantasan malaria sudah dilakukan pemerintah dan lembaga non-
pemerintah, namun belum memberi hasil yang memadai. Kajian ini menarik dilakukan,
terutama bermanfaat bagi perumusan kebijakan dengan pembiayaan yang efektif
dalam rangka menekan kejadian malaria pada ibu hamil, sehingga mengurangi
morbiditas dan mortalitas neonatal maupun maternal.
4

2. Permasalahan

Ibu hamil memiliki risiko terserang malaria lebih sering dan lebih berat
dibandingkan wanita tidak hamil. Hal tersebut berhubungan dengan supresi sistim
imun baik humoral maupun seluler selama kehamilan sehubungan dengan keberadaan
fetus sebagai benda asing di dalam tubuh ibu. Supresi sistem imun selama kehamilan
berhubungan dengan keadaan hormonal. Konsentrasi hormon progesteron yang
meningkat selama kehamilan berefek menghambat aktifasi limfosit T terhadap
stimulasi antigen. Selain itu efek imunosupresi kortisol juga berperan dalam
menghambat respon imun.
Malaria berkontribusi tehadap angka kematian ibu dan bayi karena
menyebabkan risiko/komplikasi pada ibu hamil. Disebutkan risiko berupa anemi, bayi
berat lahir rendah (BBLR) dan kematian bayi.
Berbagai studi juga menunjukkan ibu hamil mudah terserang malaria sehingga
membuatnya lebih sensitif pada infeksi dan meningkatkan risiko terjadi keguguran
spontan, kematian janin, prematur dan BBLR.
Pengaruh Malaria Terhadap Ibu hamil (Hamer et al, 2009):
e. Anemia
Infeksi malaria akan menyebabkan lisis sel darah merah yang mengandung
parasit sehingga akan menyebabkan anemia hemolitik normokrom. Pada infeksi
plasmodium falciparum dapat terjadi anemia berat karena semua umur eritrosit dapat
diserang. Eritrosit berparasit maupun tidak berparasit mengalami hemolisis karena
fragilitas 4ntraut meningkat. Selain itu juga dapat disebabkan peningkatan
autohemolisis baik pada eritrosit berparasit maupun tidak berparasit sehingga masa
hidup eritrosit menjadi lebih singkat dan anemia lebih cepat terjadi.
b. Bayi berat lahir rendah
Penderita malaria biasanya menderita anemi sehingga akan berakibat
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.
c. Kematian janin dalam kandungan

Kematian janin 4ntrauterine dapat terjadi akibat hiperpireksia, anemi berat,


penimbunan parasit di dalam plasenta yang menyebabkan gangguan sirkulasi ataupun
akibat infeksi transplasental.
5

d. Abortus
Abortus pada usia kehamilan trimester I lebih sering terjadi karena demam
tinggi sedangkan abortus pada usia trimester II disebabkan oleh anemia berat.
e. Persalinan prematur
Umumnya terjadi sewaktu atau tidak lama setelah serangan malaria. Keadaan
ini lebih sering disebabkan oleh febris.
Keadaan tersebut diatas merupakan pengaruh malaria terhadap ibu dan janin
sehingga penanganannya menjadi prioritas.
Upaya penanggulangan malaria telah dilakukan, diantaranya dengan
pembagian kelambu untuk ibu hamil/kelambunisasi sebagai upaya pencegahan
terhadap malaria, namun hasilnya belum optimal dan bahkan beberapa daerah di
Indonesia terjadi peningkatan kasus malaria pada ibu hamil. Untuk itu
permasalahannya adalah “Bagaimana pengaruh malaria pada ibu hamil ?”.
6

3. Kesimpulan

Malaria adalah penyakit menular yang prevalensinya tinggi di daerah tropik dan
subtropik, serta menyebabkan ratusan juta penduduk terinfeksi dan diperkirakan satu
juta meninggal setiap tahun.
Ibu hamil termasuk kelompok risiko tinggi terinfeksi malaria, akibat dari
kekebalan tubuh yang menurun selama kehamilan, sehingga tidak hanya mengancam
kelangsungan hidup tetapi juga dapat mengakibatkan anemia, aborsi, kematian janin,
prematuritas, bayi berat lahir rendah (BBLR)
Upaya pemberantasan malaria sudah dilakukan pemerintah dan lembaga non-
pemerintah, namun belum memberi hasil yang memadai. Kajian ini menarik dilakukan,
terutama bermanfaat bagi perumusan kebijakan dengan pembiayaan yang efektif
dalam rangka menekan kejadian malaria pada ibu hamil, sehingga mengurangi
morbiditas dan mortalitas neonatal maupun maternal.
7

4. Saran

Saran-saran yang dapat disampaikan oleh penulis berdasarkan hasil kajian


pengaruh malaria terhadap ibu hamil adalah:
1. Perlu meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat termasuk kelompok ibu
hamil dengan lebih meningkatkan pemberian Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
tentang malaria dan penanganannya sehingga ibu hamil dengan malaria
mempunyai pemahaman mendalam tentang malaria dan pengaruhnya terhadap
ibu hamil dan janin.
2. Perlu diupayakan peningkatan sarana pos malaria kelurahan (Posmalkel) terutama
sarana untuk kegiatan penyuluhan/KIE yang disertai dengan dukungan dana untuk
pelaksanaan penanggulangan malaria oleh kader malaria
3. Melakukan pemantauan secara berkala terhadap pemakaian kelambu yang telah
dibagikan kepada ibu hamil.
8

Daftar Pustaka

BPS & International, M. (2008) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun
2007, Calverton, Maryland, USA: Macro International.

Hamer, D.H., Singh, M.P., Wylie, B.J., Yeboah-Antwi, K., Tuchman, J., Desai, M.,
Udhayakumar, V., Gupta, P., Brooks, M.I., Shukla, M.M., Awasthy, K., Sabin,
L., MacLeod, W.B., Dash, A.P. & Singh, N. (2009) Burden of malaria in
pregnancy in Jharkhand State, India. Malar J, 8:210.

Lagerberg, R.E. (2008) Malaria in pregnancy: A literature review. J Midwifery Womens


Health, 53(3):209-15.

Ompusunggu, S., Hasan, M., Kulla, R.K. & Akal, J.G. (2006) Dinamika penularan
malaria di kawasan perbukitan Kabupaten Sumba Barat Nusa Tenggara Timur (
Dynamic malaria transmission in a hilly area of West Sumba District, East Nusa
Tenggara). Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 16(2):43-51.

Rosenthal, P.J. (2008) Artesunate for the treatment of severe falciparum malaria. N
Engl J Med, 358 (17): 1829-36.

Tjitra, E. (2004) Pengobatan Malaria dengan kombinasi artemisinin. Simposium


Nasional Pengendalian Malaria 29-30 November 2004. Surabaya: Puslitbang
Pemberantasan Penyakit Balitbangkes Depkes RI.

WHO (2004) A strategic framework for malaria prevention and control during
pregnancy in the African region, Brazzaville: World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai