PENDAHULUAN
umum yang banyak ditemui dikehidupan sehari-hari. Luka bisa disebabkan oleh
karena trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan atau
dan anatomi, dan dapat terjadi pada kulit ataupun mukosa dan berespons pada
suatu proses seluler yang kompleks dan berfokus untuk mengembalikan keutuhan
struktur dan fungsi jaringan yang rusak melalui tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase
proliferasi, dan fase remodeling (Sugianan, 2011). Luka adalah kerusakan anatomi
atau trauma. Keparahan luka tergantung dari besarnya trauma yang diterima oleh
pembuluh darah baru yang disebut angiogenesis merupakan salah satu dari
elemen kunci pada proses penyembuhan luka. Pada proses kesembuhan luka
dapat menaikkan respon sel radang sehingga inflamasi menjadi semakin lama dan
dengan pemberian obat baik lokal atau sistemik yang merupakan suatu bentuk
1
2
usaha untuk membantu memperbaiki luka. Banyak zat seperti ekstrak jaringan,
vitamin, dan mineral serta sejumlah produk tanaman telah dilaporkan memiliki
efek penyembuhan. Agen penyembuhan luka yang berasal dari herbal diketahui
2013).
Bahan obat tradisional baik yang berasal dari hewan maupun dari
zaman nenek moyang kita dulu. Pengobatan dengan obat tradisional tersebut
secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini
disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih
pada daun serai menunjukan bahwa Lemon Grass mengandung alkaloid, saponin,
dikenal untuk berbagai efek protektif dan terapi (Nambiar et al., 2012).
secara ilmiah sampai saat ini belum banyak yang mengungkap. Oleh karena itu,
permasalahan sebagai berikut : “Apakah ada efektivitas ekstrak daun serai dapur
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Masyarakat
4. Bagi Mahasiswa
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mulut dan juga dapat berfungsi sebagai proteksi, mukosa mulut juga berfungsi
untuk pertahanan terhadap antigen dengan adanya sel PMN, limfosit plasma dan
Kompoenen jaringan lunak pada mulut terdiri dari mukosa pipi, bibir,
gingiva, lidah, palatum, dan dasar mulut. Struktur jaringan lunak mulut berupa,
lapisan tipis jaringan mukosa yang licin, halus, fleksibel, dan berkeratin atau tidak
berkeratin. Jaringan lunak mulut memiliki fungsi untuk melindungi jaringan keras
di bawahnya seperti; tempat organ, pembuluh darah, saraf, alat pengecap dan alat
1. Lapisan epitelium, yang melapisi pada bagian permukaan luar dari epitel
berlapis gepeng, terdiri dari berlapis-lapis sel mati yang berbentuk pipih
(datar) dimana lapisan sel-sel yang mati ini selalu diganti terus-menerus
dari bawah, dan sel-sel ini disebut dengan stratified squamous epithelium.
bibir, palatum mole, dasar rongga mulut) dan mukosa berkeratin (palatum
dan alveolar ridges). Epitel mulut tersebut terdiri dari beberapa lapisan
5
6
basale.
dan pada lamina propria terdapatnya ujung-ujung saraf rasa sakit, raba dan
suhu. Disamping itu lamina propria ini sebagian besar terdiri dari serabut
infeksi.
2.1.1.2 Vaskularisasi
Vaskularisasi atau terdapatnya suplai darah yang banyak dan sangat baik
pada mukosa mulut karena memperoleh suplai dari berbagai arteri. Aliran darah
pada mukosa mulut paling banyak terdapat pada daerah gingiva (Sari, 2002).
2.1.2 Fungsi
Fungsi utama oral mukosa adalah sebagai pelindung jaringan yang lebih
dalam pada rongga mulut. Fungsi lainnya, sebagai organ sensoris, aktifitas
1. Proteksi
berperan sebagai barier utama dari substansi toksik yang dihasilkan oleh
dan lain-lain.
3. Sensasi
4. Sekresi
stabil.
2.2 Gingiva
Gingiva adalah suatu bagian dari mukosa rongga mulut yang mengelilingi
gigi dan menutupi linger (ridge alveolar), yang merupakan suatu bagian dari
Gingiva dapat beradaptasi terhadap perubahan pada lingkungan dan rongga mulut
yang merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan dan daerah awal
merah muda, tepinya seperti pisau sesuai dengan kontur gigi geligi (Abednego,
2014)
8
yang mengelilingi leher gigi, tidak melekat secara langsung pada gigi dan
2. Ceruk gingiva, yaitu garis dangkal atau lekukan pada permukaan gingiva
gingiva ini dikaitkan dengan lokasi dasar sulkus gingiva, walaupun tidak
yang terdapat di sebelah dalam yang didindingi oleh permukaan gigi, pada
sisi sebelah luar didindingi oleh epitel sebelah dalam dari gingiva bebas.
Bentuk dari sulkus ini seperti huruf V yang kedalamanya dapat diselipkan
gingiva ini berbentuk kaku, lenting dan melekat erat ke periosteum tulang
bentuknya bisa berupa piramida seperti yang terlihat pada gigi geligi depan
atau berbentuk lembah (col) seperti yang terlihat pada gigi geligi belakang
(Daliemunthe, 2008).
permukaan vestibular dan oral gingiva. Epitel ini meluas dari batas
berkeratin, tanpa rete peg dan perluasannya mulai dari batas koronal epitel
gigi berupa epitel skuama berlapis tidak berkeratin. pada usia muda epitel
2.3 Luka
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka adalah
kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul antara lain yaitu (Baroroh, 2011) :
hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, adanya respon stres simpatis,
primer terjadi pada luka yang bersih yang tidak terinfeksi, dan luka yang
sekunder terjadi apabila tidak adanya pertolongan dari luar, penyembuhan berjalan
secara alami dimana luka akan terisi jaringan granulasi dan ditutupi epitel. Proses
penyembuhan luka pada jaringan lunak dapat dibagi dalam tiga fase, (Sugianan,
2011) yaitu :
antara hari ke-lima, yang terdiri dari fase vaskuler dan seluler. Pada saat
fase vaskuler, pembuluh darah yang ruptur pada luka akan menyebabkan
konstriksi, yang akan terjadi pengerutan ujung pembuluh darah yang putus,
menuju daerah luka dan setelah 24-48 jam terjadi transisi sel PMN menjadi
sel mononuklear atau makrofag yang merupakan sel paling dominan pada
fase ini selama lima hari dengan jumlah paling tinggi pada hari ke-dua
lemah. Setelah proses inflamasi selesai, maka akan dimulai fase proliferasi
Fase proliferasi berlangsung mulai hari ke-5 hingga hari ke-21 pada
pasca cidera. Fase ini disebut juga dengan fase fibroplasia, karena pada fase
ini yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung
dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ke-tiga yang
primer, dan fibronektin untuk migrasi dan proliferasi sel. Fibroblas berasal
angiogenesis juga terjadi pada fase ini yang ditandai dengan terbentuknya
pertahanan alami terhadap kontaminan dan infeksi dari luar. Epitel tepi luka
yang terdiri atas sel basal, terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi
permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk
Proses ini baru terhenti ketika sel epitel saling menyentuh dan
pada jaringan lunak dan kadang-kadang disebut fase pematangan luka. Pada
proses ini, dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, lemas, dan mudah
terorganisasi.
tahun. Fase ini segera dimulai segera setelah kavitas luka terisi oleh jaringan
yang berlebihan dan penataan serat kolagen sepanjang garis luka untuk
2.4 Angiogenesis
pembuluh darah baru akibat pembuluh darah yang sudah ada atau yang lama
mengeluarkan kuncup atau tunas pembuluh darah yang baru. Proses pembentukan
jaringan vaksuler primitif pada masa perkembangan embrio dari prekursor sel
dewasa. VEGF pada masa awal perkembangan vaskuler atau pada masa
sel endotel. Kemudian VEGF berikatan dengan reseptor lain yaitu VEGF-R1 yang
14
(Ruby, 2011).
Fibroblast Growth Factor (FGF) juga berpartisispasi dalam migrasi sel makrofag,
fibroblast dan endotel pada jaringan yang rusak dan migrasi epitel untuk
Hematoxcylin Eosin. Pada pemeriksaan ini tanda-tanda yang dapat diamati adalah
terjadi warna merah (velvety) dan adanya jaringan granulasi. Proses ini
kapiler dan pertumbuhan jaringan granula yang dimulai dari dasar luka
(Ferdinandez, 2013).
darah baru dari pembuluh darah yang sudah ada atau pembuluh darah yang lama.
mana fenomena ini terjadi dalam bantalan kapiler dan melibatkan pembuluh darah
yang kecil dari sel-sel endotelial. Respon angiogenik dari pembuluh darah mikro
metabolit vital seperti asam amino dan oksigen menuju sel-sel luka yang terlibat
dalam suatu rangkaian kompleks dari proses perbaikan luka tersebut (Barnhill,
1987 ; Folkman, 1992 dalam Kalangi, 2011). Proses angiogenesis itu sendiri juga
luka, maka akan semakin baik pula proses penyembuhan luka (Hidayat,2013).
Tanaman sereh atau sering juga disebut sereh wangi, sereh dapur;
citratus. Tanaman sereh yang banyak dijumpai di Indonesia adalah dari species
Diperkirakan merupakan tanaman asli di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara.
ke dalam suku rerumputan atau Poaceae yang beraroma kuat dan wangi. Tanaman
ini memiliki beberapa nama serai dapur (Indonesia), sereh (Sunda), bubu
(Halmahera), sereai, serai dan serai dapur (Malaysia), tanglad dan Sali (Filipina),
balioko (Bisaya), slek krey sabou (Kamboja), si khai/ shing khai (Laos), sabalin
Malesiana (Asia Tenggara hingga Papua). Tanaman ini dikenal sebagai istilah
Lemongrass karena memiliki bau yang kuat seperti lemon, sering ditemukan
daerah tropika yang lembab, cukup sinar matahari dan dengan cerah hujan yang
dengan tinggi antara 50 – 100 cm. Memiliki daun tunggal berjumbai yang dapat
mencapai panjang daun hingga 1 m dan lebar antara 1,5 - 2 cm. Tulang daun
sejajar dengan tekstur permukaan daun bagian bawah yang agak kasar. Batang
17
2.5.2 Kegunaan
Kandungan utama dari serei dapur adalah sitral, komposisi lengkap yang terdapat
didalam minyak atsirih dari tanaman ini antara lain sitronelal 32-45%, geraniol
12-18%, sitronelol 11-15%, geranial asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-4%, sitral,
serai memiliki aroma khas lemon, karena aroma tersebut adalah sebuah senyawa
utama minyak, kandungan minyak paling tinggi dihasilkan pada daun dari
tanaman yang masih muda. Rata-rata tanaman yang dihasilkan berkisar antara 30-
Lemon grass merupakan obat tradisoional yang dapat berguna sebagai obat
batuk, gingivitis, sakit kepala kusta, malaria, pneumonia dan gangguan pembuluh
18
darah. Hal ini tertuama diambil dari teh untuk memperbaiki masalah pencernaan
2.5.3 Komposisi
dari Benin bagian selatan, Afrika barat yaitu neral (sitral B), geranial (sitral A),
dan mirsen. Komponen utama yang ditemukan dalam minyak atsiri serai dapur
adalah citral, senyawa aromatik, juga dikenal sebagai lemonal. Citral digunakan
dalam parfum karena bau lemonnya. Kandungan citral yang terkandung dalam
serai dapur beraroma lemon. Citral merupakan antimikroba dan karena itu efektif
2010).
dalam air secara alami dan mempunyai fungsi sebagai bakterisida, fungisida
Joshua et al., (2012) yang melakukan analisis proksimal pada daun dan
batang serai dapur menyatakan bahwa, terdapat kadar air 13,5%, kandungan
mengandung sumber energi, serat kasar 19,54% ini yang membuat Cimbopogon
2.5.3.1 Flavonoid
terutama sebagai fenol, baik dalam kodisi bebas maupun sebagai glikosida yang
kata latin untuk warna kuning). Flavonoid adalah suatu kelompok fenol terbesar
yang ditemukan di alam. Senyawa – senyawa ini merupakan zat warna merah,
ungu, dan biru, dan sebagian warna kuning ditemukan dalam tumbuh – tumbuhan
(Kar, 2013).
2012).
20
tanaman hijau, kecuali alga. Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan
flavanon, isoflavon, dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya
2008).
2.5.3.2 Alkaloid
tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid
mengandung paling sedikit suatu atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin
memacu sistem saraf, menaikkan atau menurunkan tekanan darah dan melawan
2.5.3.3 Saponin
Saponin adalah glikosida berat dengan molekul tinggi, yang terdiri dari
unit gula (s) terkait dengan tripen atau alycone steroid. Banyak saponin memiliki
sifat deterjen. Mereka menurunkan tegangan permukaan larutan air dan karena itu
memberikan busa yang stabil ketika kontak dengan air. Nama “saponin” berasal
dari kata latin sapo (sabun). Saponin juga diketahui menyebabkan hemolisis (lisis
(Simanjuntak, 2008).
2.5.3.4 Tanin
mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan
terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
terkondensasi. Tanin memiliki peranan biologis yang sangat kompleks mulai dari
pengendap protein hingga penghelat logam. Tanin juga dapat berfungsi sebagai
Antioksidan Flavanoid
Antimikroba Saponin
Astringen Tanin
Keterangan :
2.7 Hipotesis
laboratorium.
Keterangan :
R : Random
S : Sampel
Po : Kelompok kontrol diberikan sedian aQuades.
P1 : Perlakuan kelompok I diberikan ekstrak daun serai
konsentrasi 5%
P2 : Perlakuan kelompok II diberikan minyak atsiri serai
konsentrasi 10%
P3 : Perlakuan kelompok III diberikan minyak atsiri serai
konsentrasi 15%
Ok : Observasi luka mukosa pada tikus kontrol
Op1: Observasi luka mukosa pada tikus Perlakuan I.
Op2: Observasi luka mukosa pada tikus Perlakuan II.
Op3: Observasi luka mukosa pada tikus Perlakuan III.
24
25
penelitian sesungguhnya).
penelitian ini jumlahnya 24 dan dibagi dalam empat kelompok dalam 2 time
series (H+7 dan H+14), yaitu satu kelompok kontrol dan tiga kelompok
5%,10%,15%.
1. Kriteria Subjek
a. Kriteria Inklusi :
3) Umur 3– 4 bulan.
b. Kriteria Ekslusi : Tikus tidak mau makan dan tikus mati saat
2. Besaran Sampel
(t – 1) (n – 1 ) ≥ 15
(8 – 1) (n – 1 ) ≥ 15
8 n – 8 ≥ 15
7n ≥ 22
n≥3
n = banyak perulangan
Jumlah tikus yang digunakan = Jumlah perlakuan (t) × jumlah perulangan (n)
=8×3
= 24 ekor tikus
dengan random atau tidak bukan menjadi masalah. Untuk menghindari bias
karena faktor umur dan berat badan maka pengelompokan sampel dilakukan
Tikus diberi makan dan minum selama dalam pemeliharaan. Tikus yang telah
menjalani masa adaptasi kemudian dibagi menjadi 4 kelompok secara acak untuk
27
setiap time series, masing-masing perlakuan 3 ekos yaitu kelompok P0,P1,P2, dan
P3.
3. Variabel kendali adalah tikus, umur, sehat, jenis kelamin yang sama, berat
1. Alat
b. Kaca preparat
d. Pinset
e. Timbangan hewan
g. Gunting bedah
h. Botol irigasi
j. Kamera documentasi
k. Spidol
2. Bahan
a. Bahan utama :
1) Tikus wistar
15%.
b. Bahan penunjang :
1) Hematoxcylin Eosin
2) Alkohol 70 %
3) Sarung tangan
4) Masker
5) Aquades
29
6) Eter 10%
8) Bouin’s fixative
a. Sebelum Penelitian
1. 24 ekor tikus putih galur wistar jantan yang sehat, umur 3-4 bulan,
dengan alas sekam padi dan tutup dari anyaman kawat yang kuat, tahan
baik, cukup cahaya, tenang, tidak bising, suhu diatur pada suhu kamar
3 hari sekali.
menggunakan makanan merk HPS 511 dan air biasa untuk minum.
b. Selama Penelitian
15 L selama 5 hari.
30
2. Perhitungan konsentrasi
1) Perhitungan: 15%
Konsentrasi 15 % =
2) Perhitungan: 10%
Konsentrasi 10% =
3) Perhitungan: 5%
Konsentrasi 5% =
dengan alkohol 70%, kemudian tikus dianastesi dengan eter 10% dosis.
4. Pengaplikasian bahan
Ekstrak daun serai dapur diirigasi dengan dosis 5%, 10%, 15%
5. Dekapitasi
6. Pembuatan Preparat
32
a) Fiksasi organ
24 jam.
c) Clearing
d) Infiltrasi
e) Embedding (Penanaman)
f) Section (Pemotongan)
g) Pewarnaan
masing-masing 3 celupan
menit
penutup
baru tersebut dibuat skor lalu pembuluh darah baru yang telah diberi
Jumlah angiogenesis
1. Lebih dari 2 pembuluh darah
baru/lapang pandang perbesaran 400x
mikroskop 3
Pembuatan luka
Kelompok Kontrol
Kelompok Perlakuan
(3 ekor dalam 2 time series)
(3 ekor dalam 2 time series)
Irigasi aquades.
Pembuatan preparat
.
Pemeriksaan pembentukan angiogenesis
dengan mikroskop elektrik
Analisis data
bentuk tabel yang diperoleh dari nilai kecenderungan sentral (mean dan
data dengan skala ordinal sehingga dilakukan uji hipotesis non parametrik
Kruskal – wallis
BAB IV
dan 3 kelompok perlakuan dengan berbagai konsentrasi Ekstrak Daun Serai Dapur
Kontrol 1 1
5% 2 2
10% 2 3
15% 3 3
Tabel 1 terlihat hasil proses angigenesis dengan ekstrak daun serai dapur
pada penyembuhan luka gingiva tikus wistar pada konsentrasi 5%, 10% dan 15.
37
38
Mean
Kelompok N p value
Rank
Kontrol 3 2
5% 3 6,67
0,040
10 % 3 7,83
15 % 3 9,50
Mean
Kelompok N p value
Rank
Kontrol 3 2
5% 3 6
0,022
10 % 3 9
15 % 3 9
angiogenesis pada penyembuhan luka gingiva tikus wistar hari ke 7 dan 14 dibagi
konsentrasi 5%, 10% dan 15% menggunakan ekstrak daun serai dapur. Masing-
rank yang didapatkan dari pengolahan data didapat kesimpulan bahwa semakin
tinggi tingkat konsentrasi ekstrak daun serai dapur maka semakin banyak
diantara keempat kelompok kontrol, 5%, 10% dan 15% pada H+7 dan H+14.
39
4.2 Pembahasan
Pada proses penyembuhan luka adanya suatu proses kompleks yang terkait
satu sama lain, dari perbaikan jaringan dan remodelling jaringan sebagai respon
luka dapat meliputi 3 proses yaitu proses peradangan atau inflamasi (± 72 jam
adalah proses dimana limfosit keluar sebagai salah satu mediator radang kronis),
granulasi, angiogenesis, interaksi antara berbagai sel dan matriks, serta proses
pada penyembuhan luka gingiva tikus wistar. Peran daun serai dapur terhadap
proses penyembuhan luka, adalah pada fase proliferasi. Dari hasil pemeriksaan
21 pada pasca cidera. Fase ini disebut juga dengan fase fibroplasia, karena pada
fase ini yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung
dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ke-tiga yang ditandai
2011).
40
Pada penelitian ini, terdapat pula hal yang menarik seperti pada
pengamatan H+7 dan H+14 terdapat adanya perbedaan pada jumlah pembuluh
darah antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang sangat signifikan.
Menurut teori, berbagai macam growth factor diproduksi oleh makrofag yang
Angiogenesis sendiri mulai tampak pada hari ke-5 pasca cidera. Pada proses
pula proliferasi fibroblas. Fibroblas akan bermigrasi ke daerah luka dan mulai
daerah sekitar luka akan berproliferasi membentuk kapiler baru untuk mencapai
2013).
Angiogenesis terjadi karena adanya respon terhadap faktor angiogenik
yang menstimuli terjadinya kapiler baru sebagai akibat adanya pertumbuhan. Sel
kemudian vaskuler lain yang berdekatan akan saling berhubungan pada daerah
luka. Sedangkan endotel yang terdapat dalam peredaran darah dan sampai pada
perlakuan pada H+7 dan H+14 lebih banyak secara signifikan dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh zat aktif yang
41
(Ferdinandez, 2013)
Sehingga dapat terbukti pada penelitian bahwa ekstrak daun serai dapur
efektif terhadap penyembuhan luka gingiva tikus wistar, dimana jika semakin
tinggi tingkat konsentrasi ekstrak daun serai dapur maka semakin banyak proses
angiogenesis pada penyembuhan luka gingiva tikus wistar. Hal ini dapat
disebabkan oleh adanya kandungan zat pada serai yang diduga dapat membantu
kimia yang terkandung dalam tanaman ekstrak serai dapur (cymbopogon citratus)
yaitu minyak atsiri, alkaloid, tanin, flavanoid, dan polifenol. Sedangkan minyak
al., 2012).
Berdasarkan hal ini maka menurut analisa peneliti terhadap penelitian ini
adalah terbukti bahwa ekstrak daun serai dapur efektif terhadap penyembuhan
luka gingiva tikus wistar, hal ini diduga karena adanya kandungan zat kimia yang
terdapat pada serai. Hasil penelitian ini menarik dan perlu dilakukan pengkajian
lebih dalam sehingga bisa menjadi referensi bagi dunia kedokteran gigi dengan
42
memanfaatkan bahan alami yang mudah didapatkan. Dalam hal ini peneliti
tentang pengaruh lain yang ditimbulkan darin Ekstrak Daun Serai Dapur
5.1 Kesimpulan
Luka Gingiva Tikus Wistar” maka didapatkan hasil tidak ada pengaruh kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan terhadap penyembuhan luka gingiva tikus wistar
pada hari ke-7. Sedangkan pada pemeriksaan hari ke-14 didapatkan hasil ada
tikus wistar. Pada konsentrasi 15% memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penyembuhan luka gingiva tikus wistar pada hari ke-14. Sehingga dapat
darah yang banyak pada pengamatan hari ke-14 akibat adanya pemberian ekstrak
daun serai dapur pada kelompok perlakuan pada konsentrasi 15% dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena, semakin tinggi konsentrasi
ekstrak daun serai dapur dan semakin lama hari perawatan, maka proses
5.2 Saran
Gingiva Tikus Wistar. Perlu penelitian tentang adanya pengaruh lain yang
43
44
Baroroh, DB. 2011. Konsep Luka. Basic Nursing Departement. PSIK FIKES
UMM.
Febram, B. 2010. Aktivitas Sediaan Salep Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon
(Musa Paradisiaca Var Sapientum) Dalam Proses Persembuhan
Luka Pada Mencit (Mus Musculus Albinus). Bogor : Institut
Pertanian Bogor, 15 Maret, pp : 121-122.
Ferdinandez, MK, Dada, IKA dan Damriyasa, IM. 2013. Bioaktivitas Ekstrak
Daun Tapak Dara (Catharantus Roseus) Terhadap Kecepatan
Angiogenesis Dalam Proses Penyembuhan Luka Pada Tikus Wistar.
Indonesia Medicus Veterinus 2013, 2(2) : 181
Hayati. 2011. Faktor Faktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka pasca
operasi diirna bedah rsup dr.M.Djamil padang tahun 2010. Padang :
Universitas Andalas.
Hamza, IS, Ahmed, SH, Aoda, H. 2009. Study The Antimicrobial Activity of
Lemon Grass Leaf Extracs. Ministry of Science & Technology.
45
46
Hidayat, T,S,N. 2013. Peran Topikal Ekstrak Gel Aloe Vera Pada Penyembuhan
Luka Bakar Derajat Dalam Pada Tikus, PhD Tesis. Surabaya :
Universitas Airlangga, November 14,2014.
Jabal, Arif Rahman. 2011. Uji Hambat Minyak Atsirih Sereh Sayur Terhadap
Staphylococcus Aureus Penyebab Infeksi Pada Kulit. Skripsi.
Program Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Biologi FMIPA. Palu :
Universitas Tadukalo
Malangi, P.L. 2012. Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea Americana Mill). Manado :
Universitas Sam Ratulangi, Vol. 1. pp : 5-6.
Marzo. 2013. Gambaran Regulasi Pemodelan Ulang Pada Tulang Di Tingkat Sel,
pp : 23-24.
Olorunnisola, S.K, Asiyanbi, HT, Hammed, AM. and Simsek, S. 2014. Biological
Properties of Lemongrass: An overview. Gombak, Selangor,
47
Sari, DK. 2002. Pengaruh Aplikasi Ekstrak Sereh Dapur Terhadap Radang
Mukosa Mulut. Jakarta : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia.
Sulistiawati, I.D.A.N. 2011. Pemberian Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe Vera)
Konsentrasi 75% Lebih Menurunkan Jumlah Makrofag Daripada
Konsentrasi 50% Dan 25% Pada Radang Mukosa Mulut Tikus Putih
Jantan.PhD Thesis. Denpasar : Universitas Udayana.
Ulung. 2014. Sehat Alami Dengan Herbal. Studi Biofarmaka LPPM IPB &
Gagasan Ulung. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Suwiti, K.T. 2010. Deteksi Histologik Kesembuhan Luka Pada Kulit Pasca
Pemberian Daun Mengkudu (Morinda Citrofilia Linn). Bali :
Universitas Udayana, vol. 2 no.1. : 1- 2.
48
Riwayat Pribadi
Nama : Mardiani Putri
Tempat/Tanggal Lahir : Sibolga/20 maret 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln.R. Suprapto no.79 A, Sumut
49
Lampiran 2. Surat Pengantar Penelitian
50
Lampiran 3. Jadwal Penelitian
51
Lampiran 4. Surat Bebas Laboratorium
52
53
Uji Normalitas
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Angiogenesis 24 100.0% 0 .0% 24 100.0%
Descriptives
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Angiogenesis .336 24 .000 .724 24 .000
a. Lilliefors Significance Correction
55
56
NPar Tests
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Test Statisticsa,b
Angiogenesis
Chi-Square 18.350
df 3
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Ekstrak Daun Serai Dapur
Lampiran 6. Foto Penelitian
Laboratorium Kopertis
57
58
Laboratorium Farmasi
Kelompok Kontrol
Foto 1. Foto hasil pengamatan Angiogenesis pada kelompok kontrol pada hari ke-
7 dengan pembesaran (400x).
Foto 2. Foto hasil pengamatan Angiogenesis pada kelompok kontrol pada hari ke-
14 dengan pembesaran (400x).
62
63
Foto 7. Foto hasil pengamatan Angiogenesis pada kelompok perlakuan III dengan
konsentrasi 15% ekstrak daun serai dapur pada hari ke-7 dengan pembesaran
(400x).
Foto 8. Foto hasil pengamatan Angiogenesis pada kelompok perlakuan III dengan
66
konsentrasi 15% ekstrak daun serai dapur pada hari ke-14 dengan pembesaran
(400x).