Bab I2
Bab I2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia yang semakin berkembang ini, sudah pastinya kita sudah
sering kali mendengar kata resiko dalam kehidupan sehari-hari
kita. Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun
organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan
lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat
menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko - resiko tersebut tidak kita
antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau
keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah
membangun dan memperluas keuntungan kompetitif organisasi.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau
tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut
Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah risiko (risk). Dalam
beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret
menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis membatasi permasalaha yang akan disajikan
dimana hanya mencakup tentang :
1. Apa pengertian manajemen resiko ?
2. Konsep Risiko berdasarkan paradigm ekonomi islam
C. Tujuan
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari
pelaksanaan sistem manajemen perusahaan organisasi. Proses manajemen risiko
Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya
perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen risiko juga
sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ronny Kountur, Manajemen Resiko Operasional, PPM, Jakarta, 2004, hlm. 4
Pengertian manajemen resiko menurut Australia/New Zealand
Standards (1999). Manajemen Resiko merupakan suatu proses yang logis dan
sistematis dalam mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mengendalikan,
mengawasi, dan mengkomunikasikan Resiko yang berhubungan dengan segala
aktivitas, fungsi atau proses dengan tujuan perusahaan mampu meminimasi
kerugian dan memaksimumkan kesempatan. Implementasi dari manajemen risiko
ini membantu perusahaan dalam mengidentifikasi Resiko sejak awal dan
membantu membuat keputusan untuk mengatasi Resiko tersebut.
Pengertian manajemen resiko menurut William Manajemen resiko juga
merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian
pada sebuah organisasi.2
Pengertian manajemen resiko menurut Fahmi (2010) Manajemen resiko
adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi
menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan
menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan
sistematis.
Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko - resiko yang timbul
oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam, tuntutan hukum, kebakaran
maupun kematian). Manajemen resiko keuangan pada sisi lainnya, sangatlah
fokus pada resiko yang bisa dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen
keuangan. Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi
resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat
2
Mahmud, Manajemen Risiko, UPP STIM YKPN, Yogjakarta, 2006, hlm. 1
dalam sesuatu yang gharar. Dikatakan gharara binafsihi wa maalihi
taghriran berarti 'aradhahuma lilhalakah min ghairi an ya'rif (jika seseorang
melibatkan diri dan hartanya dalam kancah gharar maka itu berarti keduanya
telah dihadapkan kepada suatu kebinasaan yang tidak diketahui olehnya). Gharar
juga dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat ketidakyakinan (uncertainty) (Huda;
2009, h. - )
Bisnis adalah pengambilan risiko, karena risiko selalu ada dalam setiap
kegiatan manusia. Terlebih dalam prinsip islam menyatakan tidak ada risk-free di
dunia ini. Dalam Islam resiko dapat diposisikan sama seperti kesulitan ()مشقة.
Meskipun banyak perbuatan Islam yang melibatkan kesulitan, namun kesulitan
tersebut tidak diperbolehkan terhadap dirinya sendiri.3
3
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2011, hlm. 5
sesuatu yang terjadi dan bersifat unik, tidak mempunyai preseden di masa lalu,
tetapi tetap terjadi dalam logika kausalitas (Achsien; 2003, h. 50).
C. KLASIFIKASI RISIKO
Dalam dunia asuransi yang dimaksud risiko adalah, apabila risiko tersebut
diartikan sebagai ketidak pastian yang menimbulkan kerugian (Uncertainty of
loss), yang dimaksud disini kerugian daIam arti financial (financial risk), 4dimana
kerugian tersebut dapat dinilai secara financial atau dinilai dengan uang. Risiko
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
4
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm.334
Risiko spekulaif tidak dapat diasuransikan karena pada risiko ini
terdapat kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan.
Risiko murni dapat diasuransikan karena hanya mempunyai satu
kemungkinan yaitu mendatangkan kerugian, tetapi berdasarkan
pertimbangan secara yuridis maupun komersial tidak semua risiko
murni dapat diasuransikan. Risiko fundamental; biasanya asuransinya
dikelola oleh pemerintah, hal ini dikarenakan akibat dari risiko ini dalam
jumlah dan area yang luas.
BAB III
STUDI KASUS
1. Risiko kredit
a. Organisasi perkreditan terus disempurnakan dengan berbasis prinsip
“Empat Mata” (“Four eyes principle”) di mana keputusan kredit diambil
berdasarkan pertimbangan dari dua sisi, yaitu sisi pengembangan bisnis
dan sisi analisis risiko kredit.
b. BCA telah memiliki Kebijakan Dasar Perkreditan Bank (KDPB) yang
terus mengalami penyempurnaan sejalan dengan perkembangan BCA,
PBI, POJK serta sesuai dengan “International Best Practice”.
c. Penyempurnaan prosedur dan sistem manajemen risiko perkreditan
dilakukan melalui pengembangan “Loan Origination System” atas alur
kerja proses pemberian kredit (dari awal sampai akhir) sehingga proses
kredit yang efektif dan efisiendapat tercapai. Pengembangan sistem
pengukuran profil risiko debitur terus dikembangkan agar dapat diterapkan
secara menyeluruh, demikian juga dengan proses
pembangunan databae perkreditan terus dilakukan dan disempurnakan.
d. Untuk menjaga kualitas kredit tetap terjaga dengan baik, maka
pemantauan terhadap kualitas kredit terus dilakukan secara rutin, baik
perkategori kredit (Korporasi, Komersial, Small & Mediumenterprise
(SME), Konsumen Dan Kartu Kredit) Maupun Portofolio Kredir Secara
Keseluruhan)
e. BCA telah mengembangkan pengelolaan risiko kredit dengan melakukan
analisis stress testing terhadap portofolio kredit serta melakukan moitoring
terhadap hasil stress testing Sebagai respon atas kondisi perubahan pasar
dan gejolak ekonomi, BCA melakukan analisis stress testing ini secara
berkala. stress testing bermanfaat bagi bank sebagai alat untuk
memperkirakan besarnya dampak risiko pada “stressful
cindition” sehingga BCA dapat membuat strategi yang sesuai untuk
memitigasi risiko tersebut sebagai bagian dari pelaksanaan “contingensy
plan”.
f. Dalam rangka pemantauan dan pengendalian risiko kredit yang terjadi di
perusahaan anak, BCA telah melakukan pemantauan risiko perusahaan
anak secara rutin, sekaligus memutuskan bahwa perusahaan anak telah
memiliki kebijakan manajemen risiko kredit yang baik dan efektif.2.
2. Contoh Kasus Kredit Macet pada Bank Negara Indonesia (BNI)
1. Kasus Pertama
Pada tahun 2011, Direktur PT Siak Raya Timber (Kea Meng Kwang alias
Edmond Kee) melakukan peminjaman kredit di bank BNI 46 Pusat, Jakarta.
Direktur PT SRT mengajukan kredit sebesar Rp 97 Milyar, karena pada saat itu
perusahaan mengalami masalah pemasokan kayu sebagai bahan baku. Direktur
perusahaan di bidang kayu tersebut menyertakan agunan pabrik PT SRT beserta
barang-barangnya5. Pinjaman tersebut dicairkan tahun 2011 sebanya dua kali
pencairan dengan nomor rekening yang berbeda. Uang pertama dicairkan
sebanyak Rp 48 miliar. Beberapa waktu berikutnya, kembali dicairkan sebanyak
Rp 49 Miliar. Namun pada tahun 2012, Edmond Kea mulai macet dalam
membayar kredit yang diajukannya itu. Menurut informasi yang dirangkum,
Edmond Kea sudah melarikan diri ke Singapura dan menjadi Warga Negara (WN)
Singapura.
Ketika sudah terjadi kredit macet, Bank BNI tetap melakukan penagihan,
dan meminta PT. SRT untuk menjual asetnya. Bank BNI juga telah melakukan
beragam uapaya dalam mengembalikan kredit PT SRT, baik dengan menjual
jaminan produktif hingga tidak produktif. Tetapi setelah macetnya kredit tersebut,
barulah diketahui bahwa agunan tersebut hanya senilai Rp 5 Miliar.
2. Kasus kedua
Pada tahun 2013 lalu, tepatnya pada hari senin 4 Februari 2013 di
Pekanbaru terdapat kasus kredit macet yang mencapai Rp 4,9 miliar dengan
agunan lahan fiktif di Bank BNI Capem Pekanbaru. Nasabah atas nama Rosinta
Simarmata dan David Silalahi terbukti bersalah di Pengadilan Negeri Bnagkinan,
Karena mengklaim lahan sawit milik orang lain. Kebun Sawit inilah yang juga
dijadikan sebagai agunan di Bank BNI Cabang Pekanbaru, dengan memalsukan
surat sertifikat tanah dan mengajukan kredit senilai Rp 4,9 Miliar.
5
Ibid, hlm., 334-336
Setelah diselidiki lebih lanjut, ternyata terdapat kelalaian atau kesengajaan
yang dilakukan oleh oknum Bank BNI dalam memberikan kredit. Penyelidikan
tersebut dilakukan oleh Polda Riau dan menetapkan tiga tersangka. Ketiga
tersangka tersebut, AY, CM, dan DS merupakan karyawan Bank BNI yang
menyetujui kredit, padahal agunan berupa sertfifikat palsu. Pihak Bank BNI
dalam memberikan kredit diduga kuat bahwa mereka telah kongkalikong dengan
Rosita.
Pada intinya, Bank sebelum memberikan kredit pada nasabah, harus benar-
benar menerapkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan teorinya. Selain itu, juga
harus mengetahui ketentuan-ketentuan BMPK. Hal terbebut bertujuan untuk
menghindari bertambahnya kasus krdit macet di Indonesia yang menimbulkan
kerugian dengan jumlah yang besar.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen risiko adalah suatu cara dalam mengorganisir suatu risiko
yang akan dihadapi baik itu sudah diketahui maupun yang belum diketahui atau
yang tak terpikirkan yaitu dengan cara memindahkan risiko kepada pihak
lain,menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko.
Manajemen risiko tidak semata berlaku di sektor bisnis, namun semakin
mendesak untuk diapplikasikan di sektor publik. Banyak argumen pendukung,
dan tampaknya faktor utama adalah perubahan lingkungan dan sumber daya yang
terbatas bagi pencapaian tujaun organisasi.
Risiko memiliki berbagai definisi, dan berkaitan dengan kemungkinan
kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi. Pada sisi lain, penanganan risiko bahkan dapat memuncul-kan peluang
bagi organisasi. Risiko tidak dapat dihindari oleh organisasi, dan terdapat pada
sumber daya yang dimiliki dan proses operasi termasuk pengendalian. manajemen
risiko diperlukan bagi pencapaian tujuan suatu unit dan tujuan organisasi secara
keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2011.
Mahmud, Manajemen Risiko, UPP STIM YKPN, Yogjakarta, 2006.
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2000.
Ronny Kountur, Manajemen Resiko Operasional, PPM, Jakarta, 2004.
http://www.speotics.com/2012/09/pengertian-manajemen-risiko.html (20 Mei
2013 pukul 22:54)
http://mbegedut.blogspot.com/2012/06/pengertian-manajemen-resiko-menurut.
html#UYH9GWr74nA (02 Mei 2013 pukul 12:46)