Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN GEOGRAFI

“FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERSEBARAN FLORA DAN FAUNA”

Nama Kelompok :
 I Gede Suparba Putra (6)
 I Kadek Yoga Pratama (7)
 Kadek Budi Indrayana (11)
 Kadek Ngurah Kevin A.A (15)
 Ngurah Komang Ayodya P (27)

SMA NEGERI 1 SINGARAJA


TAHUN AJARAN (2018/2019)
A. Latar Belakang
Keanekaragaman flora dan fauna di suatu wilayah tidak terlepas dari dukungan kondisi di
wilayah itu. Ada tumbuhan yang hanya dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis, dimana
banyak curah hujan dan sinar matahari, dan ada yang hanya dapat tumbuh di daerah yang dingin
dan lembab. Tumbuhan merupakan makhluk hidup yng menetap, memiliki dinding sel yang
terdiri atas selulosa dan sumber bahan mkanan dari gas dan air, melalui bantuan klorofil dalam
cahaya. Tumbuhan di permukaan bumi sebaagaai obyek kajian bagi ahli geogrfi tumbuhan.
Proses migrasi pada tumbuhan di pengaruhi factor kemampuanya berevolusi,
kemampuanyaa dalam menyesuaiakan dirinya untuk mempertahankan hidupnya, melakukan
persebaran untuk tumbuh dan hidup seperti spora yang terbang di tiup angin, dan sifat yang
dimiliki kosolitnes mempunyai kemampuan menyebar secara luas.

Dalam suatu wilayah tertentu selalu terjadi populasi satu species dengan species lainya
senantiasa terjdi suatu interksi baik secaara langsung maaupun tidak langsung. Dengan
demikian terjadilah suatu kehidupan komunitas atau kelompok suatu kehidupan. Jenis-jenis
fauna tertentu dipengaruhi keberadaannya oleh keadaan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan
tumbuh-tumbuhan dipengaruhi oleh iklim. Keadaan fauna di tiap-tiap daerah atau bioma,
tergantung pada kemungkinan-kemungkinan yang dapat diberikan daerah tersebut untuk
memberi makan. Iklim berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap penyebaran
fauna.
Dukungan kondisi suatu wilayah terhadap keberadaan flora dan fauna berupa faktor-faktor
fisik (abiotik) dan faktor non fisik (biotik).Yang termasuk faktor fisik (abiotik) adalah iklim
(suhu, kelembaban udara, angin), air, tanah, dan ketinggian, dan yang termasuk faktor non fisik
(biotik) adalah manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
A. Faktor yang Mempengaruhi Persebaran Flora Dan Fauna\
Seluruh wilayah di dunia ini dihuni oleh makhluk hidup. Berdasarkan penelaahan kondisi
1
fisik wilayah, diperkirakan hanya sekitar bagian dari muka bumi yang berpotensi sebagi
550
lingkungan hidup. Beberapa faktor yang memengaruhi persebaran flora dan fauna di muka
bumi diantaranya Iklim, kondisi fisik muka bumi, adaptasi, seleksi alam, makanan, persekutuan
hidup, manusia, dan keadaan tanah.
1. Iklim
Iklim adalah faktor penting yang memainkan peran utama dalam
persebaran flora dan fauna. Faktor iklim yang berbeda-beda pada suatu
wilayah menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewannya juga berbeda.
Wilayah-wilayah dengan pola iklim ekstrim seperti kutub yang memiliki suhu
sangat rendah dan gurun yang memiliki suhu sangat tinggi mengakibatkan
persebaran flora dan fauna tidak optimal karena sangat menyulitkan bagi
kehidupan tumbuhan maupun hewan. Oleh karena itu, persebaran flora dan
fauna pada wilayah ini sangat sedikit sehingga mempengaruhi jumlah
maupun jenis dari flora dan fauna. Sebaliknya pada wilayah-wilayah yang
beriklim tropis persebaran flora dan fauna bervariasi sehingga terjadi
peningkatan baik jumlah maupun jenisnya.
Iklim juga di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

a. Temperatur ( suhu udara )


Permukaan bumi mendapatkan energi panas dari radiasi matahari dengan intensitas
penyinaran yang berbeda-beda di setiap wilayah. Daerah-daerah yang berada pada zona
lintang iklim tropis, menerima penyinaran matahari setiap tahunnya relatif lebih banyak
jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Selain posisi lintang, faktor kondisi
geografis lainnya yang mempengaruhi tingkat intensitas penyinaran matahari antara lain
kemiringan sudut datang sinar matahari, ketinggian tempat, jarak suatu wilayah dari
permukaan laut, kerapatan penutupan lahan dengan tumbuhan, dan kedalaman laut.
Perbedaan intensitas penyinaran matahari menyebabkan variasi suhu udara di muka
bumi.
Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan,
karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau
optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya. Misalnya,
flora dan fauna yang hidup di kawasan kutub memiliki tingkat ketahanan dan toleransi
yang lebih tinggi terhadap perbedaan suhu yang tajam antara siang dan malam jika
dibandingkan dengan flora dan fauna tropis.
Pada wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara tidak terlalu dingin atau panas
merupakan habitat yang sangat baik atau optimal bagi sebagian besar kehidupan
organisme, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Hal ini disebabkan suhu yang
terlalu panas atau dingin merupakan salah satu kendala bagi makhluk hidup.
Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah satu faktor pengontrol
persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian tempat, dan kondisi
topografinya. Oleh karena itu, sistem penamaan habitat flora seringkali sama dengan
kondisi iklimnya, seperti vegetasi hutan tropis, vegetasi lintang sedang, vegetasi gurun,
dan vegetasi pegunungan tinggi.

b. Kelembapan Udara
Selain suhu, faktor lain yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di muka
bumi adalah kelembapan. Kelembapan udara yaitu banyaknya uap air yang terkandung
dalam massa udara. Tingkat kelembapan udara berpengaruh langsung terhadap pola
persebaran tumbuhan di muka bumi. Beberapa jenis tumbuhan sangat cocok hidup di
wilayah yang kering, sebaliknya terdapat jenis tumbuhan yang hanya dapat bertahan hidup
di atas lahan dengan kadar air yang tinggi.
Berdasarkan tingkat kelembapannya, berbagai jenis tumbuhan dapat diklasifikasikan ke
dalam empat kelompok utama, yaitu sebagai berikut.
a) Xerophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan hidup yang
kering atau gersang (kelembapan udara sangat rendah), seperti kaktus dan beberapa jenis
rumput gurun.
b) Mesophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang lembap,
seperti anggrek dan jamur (cendawan).
c) Hygrophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang basah,
seperti eceng gondok, selada air, dan teratai.
d) Tropophyta, yaitu jenis tumbuhan yang mampu beradaptasi terhadap perubahan musim
kemarau dan penghujan. Tropophyta merupakan flora khas di daerah iklim muson tropis,
seperti pohon jati

c. Angin
Di dalam siklus hidrologi, angin berfungsi sebagai alat transportasi yang dapat
memindahkan uap air atau awan dari suatu tempat ke tempat lain. Gejala alam ini
menguntungkan bagi kehidupan makhluk di bumi, karena terjadi distribusi uap air di
atmosfer ke berbagai wilayah. Akibatnya, secara alamiah kebutuhan organisme akan air
dapat terpenuhi. Gerakan angin juga membantu memindahkan benih dan membantu proses
penyerbukan beberapa jenis tanaman tertentu.

d. Curah Hujan
Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tanpa sumber daya air,
tidak mungkin akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi. Bagi makhluk hidup
yang
menempati biocycle daratan, sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan hidup berasal
dari curah hujan. Melalui curah hujan, proses pendistribusian air di muka bumi akan
berlangsung secara berkelanjutan. bahwa titik-titik air hujan yang jatuh ke bumi dapat
meresap pada lapisan- lapisan tanah dan menjadi persediaan air tanah, atau bergerak
sebagai air larian permukaan, kemudian mengisi badan-badan air, seperti danau atau
sungai.
Begitu pentingnya air bagi kehidupan mengakibatkan pola penyebaran dan kerapatan
makhluk hidup antarwilayah pada umumnya bergantung dari tinggi-rendahnya curah
hujan. Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tinggi pada umumnya merupakan
kawasan yang dihuni oleh aneka spesies dengan jumlah dan jenis jauh lebih banyak
dibandingkan dengan wilayah yang relatif lebih kering.
Sebagai contoh daerah tropis ekuatorial dengan curah hujan tinggi merupakan wilayah
yang secara alamiah tertutup oleh kawasan hutan hujan tropis (belantara tropis) dengan
aneka jenis flora dan fauna dan tingkat kerapatan yang tinggi. Tingkat intensitas curah
hujan pada suatu wilayah akan membentuk karakteristik yang khas bagi formasi-formasi
vegetasi (tumbuhan) di muka bumi.
Karakter vegetasi yang menutupi hutan hujan tropis sangat jauh berbeda dengan vegetasi
yang menutupi kawasan muson, stepa, atau gurun. Karakter vegetasi di wilayah muson
didominasi oleh tumbuhan gugur daun untuk menjaga kelembapan saat musim kemarau.
Wilayah gurun didominasi oleh jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap kekeringan.
Kekhasan pola dan karakteristik vegetasi ini tentunya mengakibatkan adanya hewan-
hewan yang khas pada lingkungan vegetasi tertentu. Pada dasarnya tumbuhan merupakan
salah satu sumber bahan makanan (produsen) bagi hewan.

2. Kondisi Fisik Muka Bumi


Permukaan bumi terdiri dari berbagai macam relief , seperti pegunungan, dataran
rendah, perbukitan dan daerah pantai. Perbedaan tinggi-rendah permukaan bumi
mengakibatkan variasi suhu udara. Variasi suhu udara mempengaruhi keanekaragaman
tumbuhan . Hutan yang terdapat di daerah pegunungan banyak dipengaruhi oleh
ketinggian tempat. Faktor ketinggian permukaan bumi umumnya dilihat dari
ketinggiannya dari permukaan laut . Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu di
daerah tersebut. Demikian juga sebaliknya bila lebih rendah berarti suhu udara di daerah
tersebut lebih panas. Semakin terjal permukaan tanah, maka semakin besar kekuatan air
dalam mengikis permukaan tanah yang subur, sehingga dapat menyebabkan ketebalan
tanah menjadi berkurang. Umumnya tanah yang lebih miring memiliki jumlah flora dan
fauna lebih sedikit dibandingkan dengan tanah yang relatif rata.
Oleh sebab itu ketinggian permukaan bumi besar pengaruhnya terhadap jenis dan
persebaran tumbuhan. Daerah yang suhu udaranya lembab, basah di daerah tropis,
tanamannya lebih subur dari pada daerah yang suhunya panas dan kering.
3. Adaptasi
Flora dan fauna mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Ada bermacam-macam adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya, yaitu:
a. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh dari makhluk hidup untuk
kelangsungan hidupnya. Penyesuaian tersebut misalnya pada tumbuhan di gurun
yang memiliki akar kuat dan panjang, berfungsi untuk menyerap air yang terdapat
jauh di dalam tanah. Contoh lain, yaitu burung elang memiliki paruh yang kuat dan
tajam. Paruh ini berfungsi untuk mencengkeram dan membunuh mangsanya.

b. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk
mempertahankan hidupnya. Proses adaptasi ini, antara lain terlihat pada cumi-cumi
dan gurita yang memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Apabila musuh
menyerang, tinta disemprotkan ke air, sehingga kedudukan cumi-cumi dan gurita
tidak terlihat.

c. Adaptasi Tingkah Laku


Adaptasi ini didasarkan pada tingkah laku. Contohnya tingkah laku dari beberapa
hewan yang pura-pura mati atau tidur, misalnya tupai virginia. Tupai ini sering
berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.
4. Seleksi Alam
Dahulu terdapat begitu banyak capung warna-warni. Ada yang berwarna kusam sampai
yang berwarna cerah, misalnya merah dan kuning. Kini, capung yang berwarna merah dan
kuning cerah nyaris tidak ada. Kalaupun ada, jumlahnya sedikit sekali. Mengapa
demikian?
Capung yang berwarna cerah mudah sekali terlihat oleh predatornya, yaitu burung-burung
sawah dan burung layang-layang.Capung berwarna cerah itu menjadi sasaran empuk bagi
pemangsa sehingga tidak berkembang biak. Sebaliknya, capung yang berwarna kusam
dapat terhindar dari pemangsanya sehingga bisa berkembang biak hingga sekarang.

5. Makanan
Beberapa jenis hewan hanya ada di daerah tertentu karena hanya di daerah itulah terdapat
makanannya. Koala hanya terdapat di Australia karena ekaliptus jenis tertentu yang menjadi
makanannya hanya tumbuh di benua itu. Panda hanya hidup di daerah pegunungan sejuk
yang ditumbuhi bambu sebagai makanannya. Jadi, makanan merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi persebaran hewan tertentu. Keberadaan makanan yang tersedia pada
suatu daerah akan menjamin kelangsungan dan perkembangan hewan tersebut. Itulah
sebabnya, koala dan panda tidak dapat hidup di daerah lain.
6. Persekutuan Hidup
Beberapa jenis binatang dan tumbuhan membentuk sebuah persekutuan yang tidak dapat
dipisahkan. Hampir semua macam pepohonan di hutan telah membentuk perpasangan
dengan cendawan tanah tertentu. Cendawan yang tumbuh di dalam maupun di luar akar
pohon membantu penyerapan unsur hara oleh tanaman. Jika dipindahkan ke daerah lain
yang tidak terdapat cendawan tersebut, pohon itu tidak dapat tumbuh dengan baik.
Hal yang sama juga terjadi pada tumbuhan Aconitum di Amerika Utara. Tumbuhan ini
sangat tergantung oleh tawon tertentu yang ada di daerah itu untuk penyerbukan silang.
Akibatnya, tumbuhan ini persebarannya hanya sejauh pengembaraan tawon itu.

7. Manusia
Manusia adalah komponen biotik paling berperan terhadap keberadaan keanekaragaman
hayati di bumi. Pada dasarnya manusia berperan sebagai penjaga kelestarian
keanekaragaman hayati. Perubahan keanekaragaman hayati sebagian besar disebabkan oleh
aktivitas manusia, bencana alam, maupun seleksi alam. Untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, manusia mengolah dan memanfaatkan lingkungan secara optimal. Terkadang
aktivitas manusia dalam mengelola dan memanfaatkan lingkungan dapat merusak
keanekaragaman hayati yang ada di lingkungan tersebut. Sebagai contoh dengan adanya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dapat dengan mudah dan relatif cepat
melakukan reboisasi terhadap lingkungan atau mengubah fungsi hutan sebagai wilayah
pemukiman. Perubahan fungsi hutan sebagai wilayah pemukiman misalnya akan
berdampak pada ketidak seimbangan ekosistem. Hilangnya berbagai jenis flora dan fauna
karena perubahan fungsi lahan akan berpengaruh pada jumlah keanekaragaman hayati.
Aktivitas manusia juga dapat berfungsi sebagai faktor persebaran keanekaragaman hayati
di bumi. Manusia dapat memindahkan tumbuhan maupun hewan dari suatu wilayah ke
wilayah lainnya.
8. Keadaan Tanah (Edafik)
Faktor tanah/edafik adalah media utama bagi pertumbuhan jenis vegetasi yang meninjau
tanah dari sudut tumbuhan atau kemampuan menumbuhkan vegetasi. Istilah edafik berasal
dari kata edapos yang berarti tanah atau lapangan. Faktor-faktor tanah/edafik yang
memengaruhi pertumbuhan vegetasi adalah sebagai berikut...
• Tekstur tanah. Tanah yang teksturnya (ukuran butirannya) terlalu kasar, seperti krikil
dan pasir kasar atau terlalu halus seperti lembung, kurang baik atau sesuai dengan
pertumbuhan vegetasi. Tanah yang baik sebagai media tanam adalah komposisi
perbandingan butiran pasir, debu, dan lempungnya seimbang.
• Tingkat kegemburan. Tingkat kegemburan dapat memudahkan tumbuhan dalam
menembus tanah dan juga menyerap mineral yang berada dalam tanah.
• Mineral organik. Mineral organik atau humus adalah salah satu mineral organik yang
berasal dari jasad renik makhluk hidup yang telah terurai.
• Kandungan air tanah. Air membantu melarutkan dan mengangkut mineral yang ada
dalam tanah untuk memudahkan menyerap ke sistem perakaran pada tumbuhan.
• Kandungan udara tanah. Semakin tinggi tingkat kegemburan tanah, juga semakin besar
kandungan udara yang ada dalam tanah. Fungsi kandungan udara tanah bagi tumbuhan
adalah untuk respirasi melalui sistem perakaran pada tumbuhan.
B. KESIMPULAN
Persebaran Flora dan Fauna dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor iklim
berupa suhu, kelembapan udara, Angin, curah hujan, sinar matahari. Faktor
tanah/edafik, berupa tekstur tanah, tingkat kegemburan, mineral organik, kandungan
air tanah, dan kandungan udara tanah. Faktor Topografi meliputi kondisi fisik muka
bumi dan Faktor Biotik meliputi manusia serta faktor adaptasi, makanan, seleksi alam,
dan persekutuan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.artikelsiana.com/2015/08/faktor-faktor-mempengaruhi-persebaran-fauna-flora.html

https://archive.org/stream/MakalahFaktorPengaruhPersebaranKeanekaragamanHayati/Makalah%2
0faktor%20pengaruh%20persebaran%20keanekaragaman%20hayati_djvu.txt

BUKU LKS GEOGRAFI KELAS XI SEMESTER I

Utoyo, Bambang. 2014. GEOGRAFI CAKRAWALA. SURABAYA: Pro-U Media

Anda mungkin juga menyukai