Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI

Adapun penyebab kematian bayi di luar kandungan ialah hiperbilirubin. Hiperbilirubin


termasuk salah satu fenomena klinis yang tidak jarang ditemukan pada bayi baru lahir dalam
minggu pertama kehidupannya. Insiden hiperbilirubinemia di Amerika 65%, Malaysia 75%,
Indonesia 51,47 % (R.A & Mexitalia, 2014). Hiperbilirubin pada bayi baru lahir merupakan
penyakit yang disebabkan oleh penimbunan bilirubin dalam jaringan tubuh sehingga kulit,
mukosa, dan sklera berubah warna menjadi kuning (Nike, 2014). Hiperbilirubin adalah warna
kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lender, kulit, atau organ lain akibat penumpukan
bilirubin. Peningkatan kadar bilirubin terjadi pada hari ke-2 dan ke-3 dan mencapai puncaknya
pada hari ke-5 sampai hari ke-7, kemudian menurun kembali pada hari ke-10 sampai hari ke-14
(Dewi V.L.N, 2014). Terjadinya kuning pada bayi baru lahir, merupakan keadaan yang relatif tidak
berbahaya, tetapi pada kadar bilirubin yang tinggi dapat menjadi toksik dan berbahaya terhadap
sistim saraf pusat bayi. Hiperbilirubin dengan konsentrasi bilirubin yang tinggi, yang serumnya
mungkin menjurus kearah terjadinya kern ikterus bila kadar bilirubin tidak dikendalikan. Kern
ikterus adalah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada bayi cukup bulan dengan
hiperbilirubin berat (bilirubin indirek lebih dari 20 mg%), disertai penyakit hemolitik berat dan
pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak (Ali Al Khadar, 2010).

3 Hiperbilirubin itu terbagi atas dua, fisiologis dan patologis dimana hiperbilirubin
fisiologis adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor fisiologis yang merupakan gejala normal
dan sering dialami bayi baru lahir. Hiperbilirubin patologis adalah suatu keadaan dimana kadar
konsentrasi pertama pada bayi baru lahir, karena patologis dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai 12 mg% untuk cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan, dampak buruk yang
diderita bayi seperti: kulit berwarna kuning sampai jingga, bayi tampak lemah, urine menjadi
berwarna gelap sampai berwarna coklat dan apabila penyakit ini tidak ditangani dengan segera
maka akan menimbulkan dampak yang lebih buruk lagi yaitu kern ikterus suatu kerusakan pada
otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak yang ditandai dengan bayi tidak mau
mengisap, letargi, gerakan tidak menentu, kejang, tonus otot kaku, leher kaku dan bisa
mengakibatkan kematian pada bayi atau kecacatan di kemudian hari (Wijayaningsih K.S, 2013).
1.2 ETIOLOGI

Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan
oleh beberapa faktor. Secara garis besar, ikterus neonatarum dapat dibagi:

1. Produksi yang berlebihan Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya,
misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas Rh, ABO, golongan darah
lain, defisiensi G6PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar Gangguan ini dapat disebabkan
oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi
hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukorinil
transferase(Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab lain adalah defisiensi protein Y dalam
hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
3. Gangguan transportasi Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut
ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya
salisilat, sulfarazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya
bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
4. Gangguan dalam eksresi Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau
di luar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan.
Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
(R, Hassan & FKUI, 2005)
DAFTAR PUSTAKA

Ali Al Khadar. (2010). Korelasi Nilai APGAR menit kelima dengan kadar transminase serum
pada bayi baru lahir.
Dewi V.L.N. (2014). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: EGC.
Nike. (2014). Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir (EGC, ed.). Jakarta.
R.A, P., & Mexitalia, M. (2014). Faktor Risiko Hiperbillirubin pada Neonatus. 2(105–109).
R, H., & FKUI, S. pengajar ilmu kesehatan anak. (2005). Inkompabilitas ABO dan Ikterus pada
Bayi Baru Lahir in Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Percetakan Infomedika.
Wijayaningsih K.S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai