1.1 DEFINISI
3 Hiperbilirubin itu terbagi atas dua, fisiologis dan patologis dimana hiperbilirubin
fisiologis adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor fisiologis yang merupakan gejala normal
dan sering dialami bayi baru lahir. Hiperbilirubin patologis adalah suatu keadaan dimana kadar
konsentrasi pertama pada bayi baru lahir, karena patologis dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai 12 mg% untuk cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan, dampak buruk yang
diderita bayi seperti: kulit berwarna kuning sampai jingga, bayi tampak lemah, urine menjadi
berwarna gelap sampai berwarna coklat dan apabila penyakit ini tidak ditangani dengan segera
maka akan menimbulkan dampak yang lebih buruk lagi yaitu kern ikterus suatu kerusakan pada
otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak yang ditandai dengan bayi tidak mau
mengisap, letargi, gerakan tidak menentu, kejang, tonus otot kaku, leher kaku dan bisa
mengakibatkan kematian pada bayi atau kecacatan di kemudian hari (Wijayaningsih K.S, 2013).
1.2 ETIOLOGI
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan
oleh beberapa faktor. Secara garis besar, ikterus neonatarum dapat dibagi:
1. Produksi yang berlebihan Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya,
misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas Rh, ABO, golongan darah
lain, defisiensi G6PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar Gangguan ini dapat disebabkan
oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi
hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukorinil
transferase(Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab lain adalah defisiensi protein Y dalam
hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
3. Gangguan transportasi Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut
ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya
salisilat, sulfarazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya
bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
4. Gangguan dalam eksresi Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau
di luar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan.
Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
(R, Hassan & FKUI, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Ali Al Khadar. (2010). Korelasi Nilai APGAR menit kelima dengan kadar transminase serum
pada bayi baru lahir.
Dewi V.L.N. (2014). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: EGC.
Nike. (2014). Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir (EGC, ed.). Jakarta.
R.A, P., & Mexitalia, M. (2014). Faktor Risiko Hiperbillirubin pada Neonatus. 2(105–109).
R, H., & FKUI, S. pengajar ilmu kesehatan anak. (2005). Inkompabilitas ABO dan Ikterus pada
Bayi Baru Lahir in Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Percetakan Infomedika.
Wijayaningsih K.S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: Trans Info Media.