Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini yang merupakan tugas mata kuliah keperawatan anak 2 dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan penyakit Retino Blastoma”
Penulis juga sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak akan sangat membantu demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini. Penulis juga sangat berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai suatu acuan untuk pembuatan makalah berikutnya yang lebih baik.
Kelompok
DAFTAR ISI
2.1 Definisi
Retinoblastoma adalah tumor masa anak-anak yang jarang tetapi dapat patal.
(Daniel G. Vaughan, Taylor Asbury dan Paul Riordan-Eva).
Retinoblastoma adalah tumor ganas elemen-elemen embrional retina. Gangguan
ini merupakan tumor ganas utama intra okuleryang terjadi pada anak-anak terutama pada
umur dibawah 5 tahun dan sebagian besar didiagnosis antara usia 6 bulan dan 2 tahun. (
Ns. Indriana N. Istiqomah, S.Kep).
Retinoblastoma adalah kanker salah satu atau kedua mata yang berasal di jala,
terang sensitif lapisan mata yang memungkinkan mata untuk melihat dan terjadi pada
anak-anak muda. (Abramson DH, 1985).
Retinoblastoma adalah tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada
anak-anak, terutama pada usia dibawah 5 tahun. (Wijaya N, 1993).
2.3 Etiologi
Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel
dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau
diturunkan.
Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat
timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel
benih akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus,
zat kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi
kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya
dalam suatu generasi.
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya
cenderung diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara yang juga
menderita retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua. Kanker bisa
menyerang salah satu maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan
ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).
2.4 Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor
yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan
vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen
anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau
hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan
metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak
kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi
dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe
preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera ,
terutama hati.
Pathway
2.5 Klasifikasi Retinoblastoma Menurut ( Ns. Indriana N. Istiqomah, S.Kep)
a. Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
Terdapat pada atau dibelakang ekuator.
Prognosis sangat baik.
b. Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
Prognosis baik.
c. Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
Prognosis meragukan
d. Golongan IV
Tumor multiple sampai ora serata
Prognisis tidak baik
e. Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca
Prognosis buruk
Terdapat tiga stadium dalam retinoblastoma :
a. Stadium tenang
Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”.
b. Stadium glaucoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular meninggi.
c. Stadium ekstraokuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus
kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose
diatasnya
a. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina disertai pembuluh
darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor tersebut dan berbatas kabur
b. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan kalsifikasi. Bila
tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen : Optikum melebar.
c. USG : Adanya massa intraokuler
d. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila ratsio lebih
besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma intaokuler (Normal ratsio
Kurang dari 1)
e. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan
metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
2.10 Komplikasi
Komplikasi pada retinoblastoma adalah lepasnya Retina (ablasio retina),
peninggian tekanan bola mata (glucoma).
Komplikasi lain berupa terhambatnya pematusan aqous humor sehingga timbul
glaukoma sekunder. Metastase melalui beberapa jalan antara lain :
a. Lamina kribosa, saraf optik kemudian mengadakan infiltrasi ke arah vaginal sheat
subarachnoid untuk menuju ke intracranial
b. Jaringan choroid, dengan melalui pembuluh darah tumor menyebar ke seluruh
tubuh.
c. Pembuluh emisari, tumor menyebabr ke bagian posterior orbita
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien meliputi nama, umur : sering terjadi padaa aanak-anakdi bawah 2
tahun, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan
diagnosa medis.
b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,
pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
c. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan dengan
klien, dan status kesehatan.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan saat ini juga, alasan kenapa masuk rumah sakit
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
b. Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata tepatnya
pada retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
d. Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan Kemungkinan memakan
makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi ditempat lain misal: pernapasan.
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga, misalnya ada anggota
keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.
4. Pemberian Sistem
a. Aktivitas
Gejala: kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas biasanya.
Tanda: kelelahan otot.
Peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
b. Sirkulasi
Gejala: palpitasi.
Tanda: takikardi, mur-mur jantung.
Kulit, membran mukosa pucat.
Defisit saraf kranial dan/atau tanda perdarahan cerebral.
c. Eliminasi
Gejala: diare; nyeri tekan perianal, nyeri.
Darah merah terang pada tisu, feses hitam.
Darah pada urine, penurunan haluaran urine.
d. Integritas ego
Gejala: perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Tanda: depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang.
Perubahan alam perasaan, kacau.
e. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah.
Perubahan rasa/penyimpangan rasa.
Penurunan berat badan.
f. Neurosensori
Gejala: kurang/penurunan koordinasi.
Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi, ukuran konsisten.
Pusing, kebas, kesemutan parastesi.
Tanda: otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal, kram
otot.
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri sendiri.
h. Pernapasan
Gejala: napas pendek dengan kerja minimal.
Tanda: dispnea, takipnea, batuk.
Gemericik, ronki.
Penurunan bayi napas.
i. Keamanan
Gejala: riwayat infeksi saat ini/dahulu, jatuh..
Gangguan penglihatan/kerusakan.
Perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda: demam, infeksi.
Kemerahan, purpura, perdarahan retinal, perdarahan gusi, atau epistaksis.
Pembesaran nodus limfe, limpa, atau hati (sehubungan dengan invasi jaringan)
Papil edema dan eksoftalmus.
j. Seksualitas
Gejala: perubahan libido.
Perubahan aliran menstruasi, menoragia.
Lipopren.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat terpajan pada kimiawi, mis; benzene, fenilbutazon, dan
kloramfenikol(kadar ionisasi radiasi berlebihan, pengobatan kemoterapi
sebelumnya, khususnya agen pengkilat.
Gangguan kromosom, contoh sindrom down atau anemia franconi aplastik
4.1 Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler ditemukan pada anak –
anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Gejala retinoblastoma dapan menyerupai
dengan penyakit mata lainnya. Dalam proses pengkajiannya dilakukan secara anamnesis
dengan menanyai langsung si pasien atau pun keluaraga meliputi data, riwayat dulu dan
sekarang serta keluhan pasien. Pengkajian dengan pemeriksaan fisik umum dan khusus
untuk mata serta pemeriksaan penunjangnya. Berdasarkan dari hasil pengkajian tersebut
kita dapat menyimpulkan diagnosa keperawatannya mulai dari gangguan rasa nyaman
nyeri, gangguan persepsi sensorik penglihatan, gangguan rasa aman cemas, resiko tinggi
cedera, kurangnya pengetahuan keluarga. Setelah itu perawat dapat memberikan rencana
asuhan keperawatan pada pasien. Kemudian perawat harus mengevaluasi dari hasil
intervensi dan implementasinya.
4.2 Saran
Pada orangtua yang mengalami retinoblastoma hendaknya melakukan
pemeriksaan mata terhadap anaknya, karena retinoblastoma dapat diturunkan ke anak
mereka. Sebaiknya orangtua mengetahui tanda dan gejala adanya retinoblastoma secara
dini, ini bertujuan umtuk menghindari prognosis yang sangat buruk. Retinoblastoma ini
dapat ditemukan pada usia 3th bahkan dapat juga ditemukan pad usia 10bln, maka dari itu
orangtua seharusnya lebih aktif sehingga orangtua tidak menyadarinya setelah di stadium
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Istiqomah, Indriana, N., 2005, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, editor, Monica
Ester. EGC, Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.
Ilias S, Kedaruratan dalam ilmu penyakit mata, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1985.
Prof.dr.Sidarta Ilyas SpM dkk, 2002, sagung seto. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum
dan mahasiswa kedoteran edisi 2,