Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AKHIR

2.1. PEMAHAMAN UMUM


2.1.1. Pengertian Kawasan

Berdasarkan Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang


dimaksud kawasan merupakan wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
Kawasan lindung sendiri merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber
daya buatan. Sedangkan kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
Kawasan perkotaan merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi. Sedangkan kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
Terkait dengan penyusunan studi kelayakan Penataan Kawasan Seberang Taluk
Kuantan, pemahaman kawasan yang dimaksud harus ditinjau dari kebijakan tata ruang
yang terdapat di Kabupaten Kuantan Singingi. Kawasan tersebut bisa bersifat tematik
berdasarkan fungsi, maupun bersifat strategis berdasarkan kebijakan tata ruang yang ada.

II - 1
LAPORAN AKHIR

2.1.2. Pengertian Kawasan Wisata

secara umum pemahaman kawasan pariwisata merupakan kawasan dengan fungsi


utama sebagai tempat untuk wisata. sedangkan pemahaman terkait dengan pariwisata,
objek wisata, motivasi wisata, bentuk dan jenis wisata dapat dijelaskan sebagai berikut.

 Pengertian Pariwisata
Menurut etimologi kata, Pariwisata berasal dari dua suku kata bahasa Sansekerta,
„pari‟ yang berarti banyak atau berkali-kali dan „wisata‟ yang berarti perjalanan atau
bepergian. Jadi, pari-wisata diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali.
Secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk
sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk
mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati
kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Menurut Cooper dalam Heriawan (2004), pariwisata adalah serangkaian kegiatan
perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga atau kelompok dari tempat
tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan
bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud
bersifat sementara dan pada waktunya akan kembali ke tempat tinggal semula. Hal tersebut
memiliki dua elemen yang penting, yaitu: perjalanan itu sendiri dan tinggal sementara di
tempat tujuan dengan berbagai aktivitas wisatanya.
Heriawan (2004) mengomentari uraian tersebut memiliki pengertian bahwa tidak
semua orang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat (tempat asal) ke tempat lain
termasuk kegiatan wisata. Perjalanan rutin seseorang ke tempat bekerja walaupun mungkin
cukup jauh dari segi jarak tentu bukan termasuk kategori wisatawan. Dengan kata lain,
kegiatan pariwisata adalah kegiatan bersenang-senang (leisure) yang mengeluarkan uang
atau melakukan tindakan konsumtif.
Sedang menurut Gamal (2004), Pariwisata didefinisikan sebagai bentuk. suatu
proses kepergian sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat
tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik karena
kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain.

II - 2
LAPORAN AKHIR

Menurut WTO (1999:5), Tourism-activities of persons travelling to and staying in


places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leasure,
business and other purposes ; pariwisata adalah kegiatan manusia yang melakukan
perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya, perjalanan
wisata ini berlangsung dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut
untuk tujuan bersenang- senang , bisnis dan yang lainnya. Sedangkan menurut Undang -
Undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa wisata adalah
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara.

 Pengertian Obyek dan Daya Tarik Wisata


Obyek Wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Obyek
Wisata adalah semua tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang
dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai
tempat yang dikunjungi wisatawan. Obyek wisata dapat berupa wisata alam seperti
gunung, danau, sungai, pantai, laut, atau berupa obyek bangunan seperti museum, benteng,
situs peninggalan sejarah, dan lain-lain.
Menurut UU RI No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,Daya Tarik Wisata
adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran
atau tujuan kunjungan wisatawan
Pengertian Obyek Dan Daya Tarik Wisata menurut Marpaung (2002:78) adalah
suatu bentukan dari aktifitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat
wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Obyek dan
daya tarik wisata sangat erat hubungannya dengan travel motivation dan travel fashion,
karena wisatawan ingin mengunjungi serta mendapatkan suatu pengalaman tertentu dalam
kunjungannya (Marpaung, 2002:78). Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan
semata-mata hanya merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut daya tarik
wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu, misalnya penyediaan
aksesibilitas atau fasilitas.

II - 3
LAPORAN AKHIR

 Motifasi Wisata
Motivasi yang menjadi latar belakang seseorang untuk berwisata. R.W.McIntosh
(dalam Basuki Antariksa, 2011) menjelaskan bahwa motivasi yang mendorong seseorang
untuk melakukan perjalanan adalah sebagai berikut:
1. Pleasure (bersenang-senang), dengan tujuan “melarikan diri” untuk sementara dari
rutinitas sehari-hari;
2. Relaxation, rest and recreation (beristirahat untuk menghilangkan stress), dengan
tujuan untuk menjaga kesehatan tubuh dan pikiran. Hal tersebut antara lain
dilakukan dengan mengunjungi lingkungan yangberbeda dengan yang dilihatnya
sehari-hari, di mana lingkungan tersebut memberikan kesan damai dan
menyehatkan;
3. Health (kesehatan), yaitu berkunjung ke tempat-tempat yang dapat membantu
menjaga kesehatan atau menyembuhkan penyakit;
4. Participation in sports (olah raga yang bersifat rekreasi);
5. Curiousity and culture (rasa ingin tahu dan motivasi yang berkaitan dengan
kebudayaan), yang saat ini semakin meningkat kualitasnya karena perkembangan
teknologi informasi dan peningkatan kualitas pendidikan. Motivasi yang menjadi
latar belakang seseorang melakukan kunjungan dalam hal ini adalah keinginan
untuk melihat destinasi pariwisata yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang
sangat tinggi oryang menyelenggarakan aktivitas budaya yang sangat penting,
seperti festival musik, festival seni, teaterdan sebagainya;
6. Ethnic and family (kesamaan etnik dan kunjungan kepada keluarga). Khusus
berkaitan dengan kesamaanetnik, orang dapat termotivasi untuk mengunjungi suatu
tempat karena dianggap sebagai tempattinggal/kelahiran nenek moyangnya.
7. Spiritual and Religious (alasan yang bersifat spiritual dan keagamaan);
8. Status and prestige (menunjukkan status sosial dan gengsi), dengan tujuan untuk
menunjukkan kepadaorang lain bahwa seseorang memiliki status sosial dan gengsi
yang tinggi karena mampu berwisata kesuatu destinasi pariwisata tertentu;
9. Professional or business (melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
profesi/pekerjaan), misalnya aktivitas menghadiri suatu sidang atau konferensi.

II - 4
LAPORAN AKHIR

 Bentuk Pariwisata
Menurut Nyoman S. Pendit (2002: 37) bentuk pariwisata dapat dibagi menjadi lima
kategori yaitu menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran,
menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan, dan menurut alat angkut yang
digunakan. Bentuk-bentuk pariwisata tersebut dijelaskan di bawah ini:
a. Menurut asal wisatawan
Wisatawan itu berasal dari dalam atau luar negeri. Kalau asalnya dari dalam negeri
berarti sang wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan
wilayah negerinya sendiri dan selama ia mengadakan perjalanan.
b. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran Kedatangan wisatawan dari luar
negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing ini berarti
memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang
dikunjunginya, halini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga
negara ke luar negeri memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar
negerinya, disebut pariwisata pasif.
c. Menurut jangka waktu Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara
diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang
bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka pendek dan
pariwisata jangka panjang, yang mana tergantung kepada ketentuan-ketentuan yang
diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau panjangnya waktu
yang dimaksudkan.
d. Menurut jumlah wisatawan Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan
yang datang, apakah wisatawan datang sendiri atau rombongan. Maka timbulah
istilah-istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.
e. Menurut alat angkut yang dipergunakan Dilihat dari segi penggunaan yang
dipergunakan oleh sang wisatawan, maka kategori ini dapat dibagi menjadi
pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api dan pariwisata mobil,
tergantung apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api
atau mobil

II - 5
LAPORAN AKHIR

 Jenis Pariwisata
Jenis-jenis pariwisata menurut James J.Spillane (1987:29-31) berdasarkan motif
tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu :
1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi kehendak ingin-tahunya,
mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan
alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapatkan ketenangan.
2. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism)
Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat,
memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan menyegarkan diri dari
keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan-
tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi pantai,
pegunungan, pusat-pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.
3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)
Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di
pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara
hidup masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi monumen bersejarah,
peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik,
teater, tarian rakyat dan lain-lain.
4. Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism)
Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:
a. Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade
Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik
perhatian bagi penonton atau penggemarnya
b. Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang
ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik
kuda, berburu, memancing dan lain-lain.
5. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism)
Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk profesional travel
atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak
memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan maupun waktu perjalanan.

II - 6
LAPORAN AKHIR

6. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)


Pariwisata ini banyak diminati olehnegara-negara karena ketika diadakan suatu
konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta yang hadir untuk tinggal dalam
jangka waktu tertentu dinegara yang mengadakan konvensi. Negara yang sering
mengadakan konvensi akan mendirikan bangunan-bangunan yang menunjang
diadakannya pariwisata konvensi.

2.2. TINJAUAN PENATAAN KAWASAN

Secara umum penataan merupakan bagian dari rencana tindak/action plan terhadap
penanganan/pembangunan kawasan. Fungsi penyusunan Rencana Tindak Penataan
kawasan meliputi :
 Sebagai tindak lanjut/manifestasi pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang yang
ada, akan berfunsi sebagai arahan teknis dan detail untuk melaksanakan penataan
kawasan tertentu.
 Memberikan arahan secara lebih luwes, fleksibilitas teknis dan detil dari aturan
rencana tata ruang yang berlaku yang biasanya masih bersifat lebih umum.
 Sebagi acuan tata laksana atau manajemen penataan dan pengelolaan suatu
kawasan, yang dirumuskan dan dilaksanakan sendiri oleh pemerintah daerah,
swasta, masyarakat umum dan pelaku/pengguna lain.
 Memberikan gambaran atau indikasi program penataan suatu kawasan.
 Memberikan panduan preseden secara implisit penerapan berbagai paradigma
terbaru dalam rancang ruang kota yang bermanfaat.
 Sebagai dokumen teknis dalam pembangunan kawasan

Berdasarkan pola, penataan yang ditetapkan pada suatu kawasan meliputi :


 Perbaikan kawasan, seperti penataan lingkungan permukiman kumuh/nelayan
(perbaikan kampung), perbaikan desa pusat pertumbuhan, perbaikan kawasan, serta
pelestarian kawasan
 Pengembangan kembali kawasan, seperti peremajaan kawasan, pengembangan
kawasan terpadu, revitalisasi kawasan, serta rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan
pasca bencana.

II - 7
LAPORAN AKHIR

 Pembangunan baru kawasan, seperti pembangunan kawasan permukiman (kawasan


siap bangun,lingkungan siap bangun), pembangunan kawasan terpadu,
pembangunan desa agropolitan, pembangunan kawasan terpilih pusat pertumbuhan
desa (KTP2D), pembangunan kawasan perbatasan, dan pembangunan kawasan
pengendalian ketat (high-control zone)
 Pelestarian/perlindungan kawasan, seperti pengendalian kawasan pelestarian,
revitalisasi kawasan, serta pengendalian kawasan rawan bencana.

Menurut Lynch dalam Kristiawan (1998:61) karakter fisik suatu kawasan yang juga
merupakan bagian dari elemen penataan kawasan dapat dilihat dari lima element
pembentuk citra kota/kawasan yaitu sebagai berikut:
A. Jaringan jalan (path)
Jaringan jalan adalah jaringan pergerakan berupa jalur tempat manusia akan
bergerak dari suatu tempat ke tempat lain. Jaringan pergerakan yang dimaksud
dapat berupa jalan kendaraan, tempat berjalan kaki, lorong atau jalur kereta api.
Jaringan jalan merupakan kerangka dasar dari suatu kota. Jaringan jalan sangat
berperan dalam menentukan bentuk, pola dan struktur fisik suatu kota.
Jalur pergerakan sangat besar pengaruhnya dalam membentuk citra suatu kawasan
atau lingkungan. Menjadi suatu kecendrungan bagi kebanyakan orang untuk
melakukan pengamatan terhadap susunan elemen lingkungan sambil bergerak pada
jalur pergerakan tersebut (Lynch dalam Setiawan,1988:53). Kemudahan pengenalan
terhadap suatu jalur biasanya sangat terkait dengan fungsi jalur dan keberadaan
objek-objek tertentu di sepanjang jalur tersebut. Semakin menonjol fungsi suatu
jalur atau semakin banyak objek yang menonjol pada suatu jalur maka akan
semakin mudah pula pengenalan terhadap jalur tersebut. Berdasar peran path dalam
pembentukan kerangka kota dan pengaruhnya terhadap pengenalan lingkungan,
maka path dianggap sebagai salah satu elemen penting dalam pembentukan citra
kawasan.
B. Kawasan (distric)
Kawasan suatu kota merupakan integrasi dari berbagai kegiatan fungsional atau
bentuk bangunan yang memiliki keseragaman, sehingga dapat dibedakan dengan
kawasan lain yang ada di kota tersebut. Namun, ada kalanya kawasan fungsional

II - 8
LAPORAN AKHIR

tertentu ini tidak begitu jelas perbedaannya dengan kawasan fungsional lainnya.
Terlebih lagi pada kota-kota di Indonesia, kawasan perdagangan, misalnya
bergabung dengan tempat tinggal (mixed use). Namun demikian, secara fungsional
maupun secara fisik, dengan adanya dominasi dari suatu kegiatan atau keseragaman
bentuk tertentu di suatu kawasan, dapat dijadikan dasar pemisahan suatu kawasan
dari kawasan lainnya.
C. Batas (edges)
Batas atau edges merupakan suatu pengakhiran dari suatu distrik/kawasan kota.
Sangat sukar untuk melihat secara jelas suatu batas antara suatu kawasan dengan
suatu kegiatan fungsional tertentu dengan kawasan lainnya yang memiliki kegiatan
fungsional yang lain pula, disebabkan tidak tajamnya batas yang pasti antara kedua
kawasan fungsional. Batas dapat dilihat jelas bila ada perubahan nyata dari suatu
kawasan yang memiliki intensitas bangunan tinggi dengan kawasan yang memiliki
intensitas bangunan yang lebih rendah atau kawasan yang terdiri dari struktur
binaan dengan kawasan berstruktur alamiah.
D. Tengeran (landmark)
Tengeran atau landmark merupakan suatu struktur fisik yang paling menonjol di
antara struktur kota atau suatu bagian wilayah kota dan akan menjadi perhatian
utama dibandingkan dengan elemen fisik lainnya. Penentuan landmark ditentukan
oleh penonjolan elemen dan struktur fisiknya dan bukan fungsinya. Tengeran dapat
berupa struktur fisik yang dominan terhadap struktur fisik lain yang ada pada suatu
kawasan serta dapat dilihat dari jarak jauh. Namun, ada kalanya landmark berwujud
struktur fisik yang menonjol, dominan dan menarik perhatian tetapi tidak dapat
dilihat dari jarak jauh. Landmark yang baik adalah suatu struktur fisik kota yang
menonjol dari lingkungan sekitarnya tetapi tetap merupakan bagian yang serasi dari
keseluruhan lingkungan tersebut.
Secara umum dapat disimpulkan beberapa keadaan yang dapat memudahkan
pengenalan terhadap suatu bangunan yang dapat dikategorikan sebagai landmark
adalah sebagai berikut: (Setiawan, 1988:63)
- Bangunan terletak pada suatu tempat yang strategis dari segi visual, yaitu di
persimpangan jalan utama atau pada posisi tusuk sate dari suatu pertigaan jalan
- Bentuknya istimewa, karena besarnya, panjangnya, keindahannya ketinggiannya,

II - 9
LAPORAN AKHIR

atau karena keanehan bentuknya


- Jenis penggunaannya, yaitu semakin banyak orang yang menggunakannya maka
akan semakin mudah pula pengenalannya
- Sejarah yang dimilikinya, yaitu semakin besar sejarah peristiwa yang melibatkan
suatu bangunan, maka semakin mudah pula pengenalan terhadapnya.
E. Pusat kegiatan (node)
Pusat kegiatan (node) merupakan titik pusat kegiatan fungsional suatu kota.
Pengertian nodes sering dikaitkan dengan landmark. Keduanya sama-sama menjadi
objek pengenalan lingkungan pada suatu kota. Perbedaannya terletak pada kegiatan
fungsional yang ada di sekitarnya atau di dalamnya. Suatu node dapat sekaligus
merupakan landmark. Misalnya pasar yang terbentuk dari kumpulan bangunan yang
menonjol juga merupakan landmark

2.3. TINJAUAN RUANG TERBUKA PUBLIK

A. Pengertian Ruang Terbuka Publik


Stephen Carr melihat suatu RTP sebagai suatu ruang milik bersama, tempat
masyarakat melakukan aktivitas fungsional dan ritualnya dalam suatu ikatan komunitas
baik kehidupan sehari-hari maupun dalam perayaan berkala (Carr, 1992 : XI ). RTP juga
dapat digunakan untuk kepentingan pribadi, kegiatan jual beli, untuk bertaman, dan
olahraga. Bahkan RTP juga dapat digunakan untuk beraktivitas berkumpulnya orang
banyak, seperti demonstrasi.
RTP merupakan gambaran kejadian kehidupan suatu komunitas yang selalu
mengalami perubahan, dimana pada kehidupan bermasyarakat terdapat suatu
keseimbangan yang dinamis antara aktivitas publik dan aktivitas privat. RTP telah
ditetapkan sebagai sesuatu yang terbuka, ruang yang dapat didatangi masyarakat luas,
tempat masyarakat melakukan berbagai aktivitas pribadi dan kelompok. Walaupun RTP
dapat berbentuk macam-macam dan mempunyai berbagai sebutan seperti plaza, mall, dan
taman bermain, semuanya merupakan bagian dari unsur-unsur yang umum.
Peranan RTP adalah sebagai paru-paru kota, memberikan unsur keindahan, sebagai
penyeimbang kehidupan perkotaan, dengan fungsinya sebagai tempat masyarakat untuk
bersosialisasi, dan yang utama adalah untuk kesehatan. Diharapkan dengan adanya ruang-

II - 10
LAPORAN AKHIR

RTP, disamping masyarakat dapat menggunakannya untuk bersosialisasi, juga akan


memberikan kesegaran terhadap lingkungan karena adanya tanaman-tanaman yang dapat
membersihkan udara dari polusi.

B. Manfaat Ruang Terbuka Publik


Manfaat RTP dapat dirasakan dalam berbagai fungsi dan lingkup pelayanannya.
Sebuah RTP selalu menjadi kebutuhan, baik dalam fungsinya sebagai ruang terbuka umum
maupun sebagai sarana rekreatif. Dalam lingkup pelayanan kecil maupun yang lebih luas,
RTP selalu dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas. Beberapa
manfaat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
 RTP melayani kebutuhan sosial masyarakat kota dan memberikan pengetahuan pada
para penggunanya. RTP dapat dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas kerja (rutinitas)
maupun aktivitas waktu senggang. RTP dapat memperkenalkan hal-hal dan
pengalaman baru melalui interaksi, memberi makna serta kekuatan dalam kehidupan
masyarakat kota, menjadi penawar setelah sibuk bekerja, memberikan kesempatan
bersantai, hiburan dan kontak sosial serta memberikan kesempatan untuk belajar
tentang musik maupun hiburan lain yang menjadi program dari fungsi RTP tersebut.
 RTP merupakan simpul dan sarana komunikasi. RTP merupakan pengikat sosial untuk
menciptakan interaksi antara kelompok masyarakat sebagai tempat berkumpul sehari-
hari dan pada kesempatan khusus. Hampir semua RTP di dalam kota dapat
menyampaikan pesan secara fungsional, simbolis dan persuasif. Obyek-obyek yang
terdapat dalam RTP secara simbolis mengkomunikasikan arti ruang tersebut ( Trancik,
1986 : 86). Peran yang dimiliki sebuah RTP dapat mengungkapkan nilai/ arti RTP
tersebut pada masyarakat, terutama nilai budaya (Carr, 1992: 86). RTP yang lebih
dapat mengkomunikasikan nilai budaya akan dapat memberikan lebih banyak manfaat
pada masyrakat. ( Trancik, 1986 : 86).
 RTP merupakan alternatif bagi masyarakat kota dalam melakukan pergerakan. Selain
merupakan wadah pertemuan dan sarana kegiatan pendidikan non formal, RTP dapat
menjadi tujuan persinggahan dalam melakukan pergerakan ( Hester, Jr, 1984 : 15).
Dengan sifatnya yang dinamis, RTP menjadi bagian penting dalam suatu kawasan yang
dpat memberikan pilihan dalam melakukan pergerakan ( Carr, 1992 : 19-20)

II - 11
LAPORAN AKHIR

C. Kriteria Ruang Terbuka Publik


Ada tiga nilai utama yang seharusnya dimiliki oleh RTP agar menjadi RTP yang
baik (Carr, 1992):
 Ruang yang responsif, artinya RTP didesain dan diatur untuk melayani kebutuhan
pemakainya. Kebutuhan utama masyarakat akan kepusan dalam menggunakan RTP
meliputi kenyamanan, relaksasi, pertemuan aktif dan pasif serta menemukan hal-hal
baru juka berada pada RTP tersebut.
 Ruang yang demokratis artinya RTP harus dapat melindungi hak-hak pemakainya.
RTP dapat dipakai oleh semua kelompok dan memberikan kebebasan bertindak bagi
pemakainya, sehingga untuk sementara mereka dapat menuntut dan memiliki RTP
tersebut. RTP dapat pula merupakan suatu ruang untuk bertindak lebih bebas daripada
ketika mereka berada di rumah atau di tempat kerja.
 Ruang yang mempunyai arti, artinya RTP harus dapat membiarkan pemakainya
berhubungan kuat dengan RTP itu sendiri, kehidupannya pribadinya, dan dunia yang
lebih luas. Mereka menghubungkan keadaan sosial dan fisik mereka. RTP yang
memberikan arti akan membuat masyarakat selalu ingin berkunjung ke sana, yang
berarti RTP yang menumbuhkan rasa rindu mengunjunginya.

D. Hak-Hak pada Ruang Terbuka Publik


Beberapa hak-hak yang terdapat pada RTP antara lain yaitu (Carr, 1992 : 137)
 Kebebasan untuk mengakses, merupakan kebebasan untuk memasuki suatu ruang yang
merupakan dasar dari kegunaan ruang tersebut. Dalam suatu RTP, kebebasan untuk
memasuki RTP tersebut adalah hak yang paling mendasar.
 Kebebasan untuk melakukan aktivitas, menyangkut kebebasan untuk menggunakan dan
melakukan aktivitas yang diinginkan tetapi dengan suatu kesadaran bahwa RTP
merupakan ruang untuk bersama dan sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku.
 Kebebasan untuk melakukan pengakuan, artinya pengakuan atau klaim
menggambarkan hak individu atau kelompok dalam menggunakan ruang untuk
kepentingan pribadi.
 Kebebasan untuk melakukan perubahan, perubahan adalah dimensi yang penting untuk
kesuksesan suatu RTP. Kemampuan suatu tempat untuk berkembang dan berubah
sesuai denan berjalannya waktu adalah kualitas penting dalam lingkungan hidup yang

II - 12
LAPORAN AKHIR

baik. Perubahan mempunyai pengertian yang kompleks karena dapat muncul dalam
banyak jalan yang berbeda. Elemen dapat ditambah baik secara temporer atau
permanen

E. Aspek-aspek Ruang Terbuka Publik


Dalam seminar Manajemen RTP di Kota Jakarta dan beranjak dari pemahaman
tentang RTP dan fungsinya, beberapa aspek yang seyogyanya dapat dipenuhi oleh suatu
RTP, yaitu:
 Aspek aksesibel tanpa terkecuali (accessible for all), dimaksudkan bahwa RTP
seyogyanya dapat dimanfaatkan oleh seluruh warga kota yang membutuhkan. Dengan
demikian, beberapa fenomena seperti penguasaan (private ownership) wilayah pantai
oleh sekelompok pengusaha hotel, pemanfaatan badan jalan untuk on-site parking,
serta pedestrian untuk pedagang kaki lima telah menghalangi warga kota untuk
memanfaatkan RTP tersebut.
 Universalitas, dimaksudkan bahwa penyediaan RTP seyogyanya dapat
mempertimbangkan berbagai kelas dan status kebutuhan masyarakat yang
mencerminkan pemenuhan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat baik kelas atas
sampai bawah, dari yang normal sampai difabel, dari anak-anak sampai dewasa dan
pria atau wanita. Lebih jauh, RTP merupakan sarana kekuatan relasi sosial masyarakat
yang karakternya dapat dilihat seperti mengizinkan berbagai kumpulan/grup penduduk
berada di dalamnya, serta menghargai kelas-kelas masyarakat, perbedaan etnis, gender,
dan perbedaan umur. Walaupun secara umum, ruang ini bisa diakses semua manusia,
namun harus tetap mengikuti norma untuk tidak merugikan kepentingan umum di
dalamnya.
 Keberlanjutan fungsi (functionability), dimaksudkan bahwa RTP seyogyanya dapat
dijamin terus berfungsi sebagaimana yang diharapkan, tidak hanya secara fisik namun
yang jauh lebih penting adalah aspek fungsinya itu sendiri. Banyak fenomena di Jakarta
dimana RTP dalam wujud taman kota misalnya secara fisik tersedia, namun
masyarakat tidak dapat memanfaatkannya dengan baik dan leluasa, baik itu karena
alasan keamanan (safety reason) maupun kenyamanan, misalnya karena menjadi
tempat berkumpulnya para pelaku kriminal dan prostitusi.

II - 13
LAPORAN AKHIR

 Kesesuaian fungsi, dimaksudkan bahwa RTP harus dijamin dapat dimanfaatkan sesuai
dengan fungsinya. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa wujud RTP dapat
berbentuk shopping mall, ruang terbuka hijau/taman, fasilitas umum/sosial, pedestrian,
dan lain sebagainya. Namun demikian, dapat kita lihat secara kasat mata, terutama
setelah krisis ekonomi banyak RTP tersebut telah beralih fungsi (Ir. Soenarno, 24 Juli
2002).

II - 14
LAPORAN AKHIR

II - 15

Anda mungkin juga menyukai