II - 1
LAPORAN AKHIR
Pengertian Pariwisata
Menurut etimologi kata, Pariwisata berasal dari dua suku kata bahasa Sansekerta,
„pari‟ yang berarti banyak atau berkali-kali dan „wisata‟ yang berarti perjalanan atau
bepergian. Jadi, pari-wisata diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali.
Secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk
sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk
mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati
kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Menurut Cooper dalam Heriawan (2004), pariwisata adalah serangkaian kegiatan
perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga atau kelompok dari tempat
tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan
bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud
bersifat sementara dan pada waktunya akan kembali ke tempat tinggal semula. Hal tersebut
memiliki dua elemen yang penting, yaitu: perjalanan itu sendiri dan tinggal sementara di
tempat tujuan dengan berbagai aktivitas wisatanya.
Heriawan (2004) mengomentari uraian tersebut memiliki pengertian bahwa tidak
semua orang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat (tempat asal) ke tempat lain
termasuk kegiatan wisata. Perjalanan rutin seseorang ke tempat bekerja walaupun mungkin
cukup jauh dari segi jarak tentu bukan termasuk kategori wisatawan. Dengan kata lain,
kegiatan pariwisata adalah kegiatan bersenang-senang (leisure) yang mengeluarkan uang
atau melakukan tindakan konsumtif.
Sedang menurut Gamal (2004), Pariwisata didefinisikan sebagai bentuk. suatu
proses kepergian sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat
tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik karena
kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain.
II - 2
LAPORAN AKHIR
II - 3
LAPORAN AKHIR
Motifasi Wisata
Motivasi yang menjadi latar belakang seseorang untuk berwisata. R.W.McIntosh
(dalam Basuki Antariksa, 2011) menjelaskan bahwa motivasi yang mendorong seseorang
untuk melakukan perjalanan adalah sebagai berikut:
1. Pleasure (bersenang-senang), dengan tujuan “melarikan diri” untuk sementara dari
rutinitas sehari-hari;
2. Relaxation, rest and recreation (beristirahat untuk menghilangkan stress), dengan
tujuan untuk menjaga kesehatan tubuh dan pikiran. Hal tersebut antara lain
dilakukan dengan mengunjungi lingkungan yangberbeda dengan yang dilihatnya
sehari-hari, di mana lingkungan tersebut memberikan kesan damai dan
menyehatkan;
3. Health (kesehatan), yaitu berkunjung ke tempat-tempat yang dapat membantu
menjaga kesehatan atau menyembuhkan penyakit;
4. Participation in sports (olah raga yang bersifat rekreasi);
5. Curiousity and culture (rasa ingin tahu dan motivasi yang berkaitan dengan
kebudayaan), yang saat ini semakin meningkat kualitasnya karena perkembangan
teknologi informasi dan peningkatan kualitas pendidikan. Motivasi yang menjadi
latar belakang seseorang melakukan kunjungan dalam hal ini adalah keinginan
untuk melihat destinasi pariwisata yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang
sangat tinggi oryang menyelenggarakan aktivitas budaya yang sangat penting,
seperti festival musik, festival seni, teaterdan sebagainya;
6. Ethnic and family (kesamaan etnik dan kunjungan kepada keluarga). Khusus
berkaitan dengan kesamaanetnik, orang dapat termotivasi untuk mengunjungi suatu
tempat karena dianggap sebagai tempattinggal/kelahiran nenek moyangnya.
7. Spiritual and Religious (alasan yang bersifat spiritual dan keagamaan);
8. Status and prestige (menunjukkan status sosial dan gengsi), dengan tujuan untuk
menunjukkan kepadaorang lain bahwa seseorang memiliki status sosial dan gengsi
yang tinggi karena mampu berwisata kesuatu destinasi pariwisata tertentu;
9. Professional or business (melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
profesi/pekerjaan), misalnya aktivitas menghadiri suatu sidang atau konferensi.
II - 4
LAPORAN AKHIR
Bentuk Pariwisata
Menurut Nyoman S. Pendit (2002: 37) bentuk pariwisata dapat dibagi menjadi lima
kategori yaitu menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran,
menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan, dan menurut alat angkut yang
digunakan. Bentuk-bentuk pariwisata tersebut dijelaskan di bawah ini:
a. Menurut asal wisatawan
Wisatawan itu berasal dari dalam atau luar negeri. Kalau asalnya dari dalam negeri
berarti sang wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan
wilayah negerinya sendiri dan selama ia mengadakan perjalanan.
b. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran Kedatangan wisatawan dari luar
negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing ini berarti
memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang
dikunjunginya, halini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga
negara ke luar negeri memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar
negerinya, disebut pariwisata pasif.
c. Menurut jangka waktu Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara
diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang
bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka pendek dan
pariwisata jangka panjang, yang mana tergantung kepada ketentuan-ketentuan yang
diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau panjangnya waktu
yang dimaksudkan.
d. Menurut jumlah wisatawan Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan
yang datang, apakah wisatawan datang sendiri atau rombongan. Maka timbulah
istilah-istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.
e. Menurut alat angkut yang dipergunakan Dilihat dari segi penggunaan yang
dipergunakan oleh sang wisatawan, maka kategori ini dapat dibagi menjadi
pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api dan pariwisata mobil,
tergantung apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api
atau mobil
II - 5
LAPORAN AKHIR
Jenis Pariwisata
Jenis-jenis pariwisata menurut James J.Spillane (1987:29-31) berdasarkan motif
tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu :
1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi kehendak ingin-tahunya,
mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan
alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapatkan ketenangan.
2. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism)
Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat,
memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan menyegarkan diri dari
keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan-
tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi pantai,
pegunungan, pusat-pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.
3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)
Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di
pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara
hidup masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi monumen bersejarah,
peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik,
teater, tarian rakyat dan lain-lain.
4. Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism)
Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:
a. Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade
Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik
perhatian bagi penonton atau penggemarnya
b. Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang
ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik
kuda, berburu, memancing dan lain-lain.
5. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism)
Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk profesional travel
atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak
memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan maupun waktu perjalanan.
II - 6
LAPORAN AKHIR
Secara umum penataan merupakan bagian dari rencana tindak/action plan terhadap
penanganan/pembangunan kawasan. Fungsi penyusunan Rencana Tindak Penataan
kawasan meliputi :
Sebagai tindak lanjut/manifestasi pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang yang
ada, akan berfunsi sebagai arahan teknis dan detail untuk melaksanakan penataan
kawasan tertentu.
Memberikan arahan secara lebih luwes, fleksibilitas teknis dan detil dari aturan
rencana tata ruang yang berlaku yang biasanya masih bersifat lebih umum.
Sebagi acuan tata laksana atau manajemen penataan dan pengelolaan suatu
kawasan, yang dirumuskan dan dilaksanakan sendiri oleh pemerintah daerah,
swasta, masyarakat umum dan pelaku/pengguna lain.
Memberikan gambaran atau indikasi program penataan suatu kawasan.
Memberikan panduan preseden secara implisit penerapan berbagai paradigma
terbaru dalam rancang ruang kota yang bermanfaat.
Sebagai dokumen teknis dalam pembangunan kawasan
II - 7
LAPORAN AKHIR
Menurut Lynch dalam Kristiawan (1998:61) karakter fisik suatu kawasan yang juga
merupakan bagian dari elemen penataan kawasan dapat dilihat dari lima element
pembentuk citra kota/kawasan yaitu sebagai berikut:
A. Jaringan jalan (path)
Jaringan jalan adalah jaringan pergerakan berupa jalur tempat manusia akan
bergerak dari suatu tempat ke tempat lain. Jaringan pergerakan yang dimaksud
dapat berupa jalan kendaraan, tempat berjalan kaki, lorong atau jalur kereta api.
Jaringan jalan merupakan kerangka dasar dari suatu kota. Jaringan jalan sangat
berperan dalam menentukan bentuk, pola dan struktur fisik suatu kota.
Jalur pergerakan sangat besar pengaruhnya dalam membentuk citra suatu kawasan
atau lingkungan. Menjadi suatu kecendrungan bagi kebanyakan orang untuk
melakukan pengamatan terhadap susunan elemen lingkungan sambil bergerak pada
jalur pergerakan tersebut (Lynch dalam Setiawan,1988:53). Kemudahan pengenalan
terhadap suatu jalur biasanya sangat terkait dengan fungsi jalur dan keberadaan
objek-objek tertentu di sepanjang jalur tersebut. Semakin menonjol fungsi suatu
jalur atau semakin banyak objek yang menonjol pada suatu jalur maka akan
semakin mudah pula pengenalan terhadap jalur tersebut. Berdasar peran path dalam
pembentukan kerangka kota dan pengaruhnya terhadap pengenalan lingkungan,
maka path dianggap sebagai salah satu elemen penting dalam pembentukan citra
kawasan.
B. Kawasan (distric)
Kawasan suatu kota merupakan integrasi dari berbagai kegiatan fungsional atau
bentuk bangunan yang memiliki keseragaman, sehingga dapat dibedakan dengan
kawasan lain yang ada di kota tersebut. Namun, ada kalanya kawasan fungsional
II - 8
LAPORAN AKHIR
tertentu ini tidak begitu jelas perbedaannya dengan kawasan fungsional lainnya.
Terlebih lagi pada kota-kota di Indonesia, kawasan perdagangan, misalnya
bergabung dengan tempat tinggal (mixed use). Namun demikian, secara fungsional
maupun secara fisik, dengan adanya dominasi dari suatu kegiatan atau keseragaman
bentuk tertentu di suatu kawasan, dapat dijadikan dasar pemisahan suatu kawasan
dari kawasan lainnya.
C. Batas (edges)
Batas atau edges merupakan suatu pengakhiran dari suatu distrik/kawasan kota.
Sangat sukar untuk melihat secara jelas suatu batas antara suatu kawasan dengan
suatu kegiatan fungsional tertentu dengan kawasan lainnya yang memiliki kegiatan
fungsional yang lain pula, disebabkan tidak tajamnya batas yang pasti antara kedua
kawasan fungsional. Batas dapat dilihat jelas bila ada perubahan nyata dari suatu
kawasan yang memiliki intensitas bangunan tinggi dengan kawasan yang memiliki
intensitas bangunan yang lebih rendah atau kawasan yang terdiri dari struktur
binaan dengan kawasan berstruktur alamiah.
D. Tengeran (landmark)
Tengeran atau landmark merupakan suatu struktur fisik yang paling menonjol di
antara struktur kota atau suatu bagian wilayah kota dan akan menjadi perhatian
utama dibandingkan dengan elemen fisik lainnya. Penentuan landmark ditentukan
oleh penonjolan elemen dan struktur fisiknya dan bukan fungsinya. Tengeran dapat
berupa struktur fisik yang dominan terhadap struktur fisik lain yang ada pada suatu
kawasan serta dapat dilihat dari jarak jauh. Namun, ada kalanya landmark berwujud
struktur fisik yang menonjol, dominan dan menarik perhatian tetapi tidak dapat
dilihat dari jarak jauh. Landmark yang baik adalah suatu struktur fisik kota yang
menonjol dari lingkungan sekitarnya tetapi tetap merupakan bagian yang serasi dari
keseluruhan lingkungan tersebut.
Secara umum dapat disimpulkan beberapa keadaan yang dapat memudahkan
pengenalan terhadap suatu bangunan yang dapat dikategorikan sebagai landmark
adalah sebagai berikut: (Setiawan, 1988:63)
- Bangunan terletak pada suatu tempat yang strategis dari segi visual, yaitu di
persimpangan jalan utama atau pada posisi tusuk sate dari suatu pertigaan jalan
- Bentuknya istimewa, karena besarnya, panjangnya, keindahannya ketinggiannya,
II - 9
LAPORAN AKHIR
II - 10
LAPORAN AKHIR
II - 11
LAPORAN AKHIR
II - 12
LAPORAN AKHIR
baik. Perubahan mempunyai pengertian yang kompleks karena dapat muncul dalam
banyak jalan yang berbeda. Elemen dapat ditambah baik secara temporer atau
permanen
II - 13
LAPORAN AKHIR
Kesesuaian fungsi, dimaksudkan bahwa RTP harus dijamin dapat dimanfaatkan sesuai
dengan fungsinya. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa wujud RTP dapat
berbentuk shopping mall, ruang terbuka hijau/taman, fasilitas umum/sosial, pedestrian,
dan lain sebagainya. Namun demikian, dapat kita lihat secara kasat mata, terutama
setelah krisis ekonomi banyak RTP tersebut telah beralih fungsi (Ir. Soenarno, 24 Juli
2002).
II - 14
LAPORAN AKHIR
II - 15