Oleh :
Syenia Ramandha
021811133077
TUGAS
Bentuk dan sediaan obat merupakan sediaan yang mengandung satu atau beberapa
zat berkhasiat, umumnya dimasukkam dalam suatu veniculum untuk formulasi, hingga
didapatkan suatu produk. (dengan dosis unit, volume serta sediaan yang diinginkan)
yang siap dipakai atau dikonsumsi penderita.
A. OBAT CAIR
1. Solutiones (larutan)
Solution atau larutan merupakan suatu proses yang membentuk sistem
Homogen dan thermostabil. Solution adalah sediaan cair yang mengandung
bahan kimia terlarut. komponen dari suatu larutan ialah:
2. Suspensiones (suspensi)
Sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus yang
tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan atau vetikulum. Zat yang terdipersi
harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan lahan
enpadan harus segera terdipersi kembali.
3. Emulsi
Sediaan yang homogen yang mengandung minyak atau lemak yang
terdispersi dalam vetikulum. Distabilkan dengan emulgator atau surfaktan
yang cocok.
Sediaan cair oral
1. Potiones (obat minum)
2. Elixir :
Sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan baha tambahan yang memiliki
bau dan rasa yang sedap dan pelarut digunakan campuran air-etanol. Etanol yang
digunakan etanol 90% dengan kadar 5–15%
3. Sirup
Suatu larutan obat yang mengandung satu atau lebih jenis obat dengan zat
tambahan dan sukrosa sebagai pemanis. Sukrosa yang digunakan dalam bentuk sirup
simplex yang mengandung 65% sukrosa dalam larutan nipagin 0,25%.
4. Guttae (drop)
Sediaan cair (umumnya larutan), apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk
obat dalam. Digunakan dengan cara meneteskan
– Obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga
hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
– Minyak lemak dan minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan
pembawa.
– Pada umumnya zat aktif berkhasiat dekongestan, anestetik lokal atau antiseptik.
3. Guttae Auricuralis (Tetes Telinga)
– Sediaan cair yang digunakan untuk telinga yang berupa larutan/ suspensi yang
digunakan dengan meneteskan ke dalam telinga.
– Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya yang mempunyai
kekentalan yang cocok sehingga dapat menempel pada liang telinga.
3. Gargarisma (Gargle)
– Sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat dan harus diencerkan
sebelum digunakan, mengandung antiseptik
– Digunakan untuk pencegahan atau pengobataninfeksi tenggorokan, juga
digunakan untuk merawat atau mengubah faring dan nasofaring dengan menekan
udara dari paru-paru akibat dari penahanan sediaan dalam tenggorokan.
4. Mouthwash (Pencuci mulut)
– Larutan yang digunakan dengan cara dikumur-kumur dalam mulut tetapi tidak
sampai tenggorokan.
– Biasanya hanya mengandung zat-zat untuk membersihkan mulut dan memperbaiki
bau.
5. Guttae Nasales (Tetes Hidung)
– Obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga
hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
– Minyak lemak dan minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan
pembawa.
– Pada umumnya zat aktif berkhasiat dekongestan, anestetik lokal atau antiseptik.
6. Guttae Auricuralis (Tetes Telinga)
– Sediaan cair yang digunakan untuk telinga yang berupa larutan/ suspensi yang
digunakan dengan meneteskan ke dalam telinga.
– Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya yang mempunyai
kekentalan yang cocok sehingga dapat menempel pada liang telinga.
7. irigationes (irigasi)
– Larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka atau
rongga-rongga tubuh.
– Pemakaiannya secara topikal, tidak boleh digunakan parenteral.
8. Inhalatoines (Inhalasi)
– Sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang
diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal
atau sistemik.
– Sediaan dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau disemprotkan ke
dalam saluran pernapasan.
– Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai
bronkioli.
– Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.
9. Epithema (Obat Kompres)
– Cairan yang dipakai untuk endapatkan rasa dingin pada tempat-tempat yang sakit
dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose
– Digunakan untuk luka bernanah.
10. Lotion
– Sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit (Ansel, 1989;
Anonim, 1995).
– Kebanyakan lotion mengandung bahan serbuk halus yang tidak larut dalam media
dispersi dan disuspensikan dengan menggunakan zat pensuspensi dan zat
pendispersi.
– Pada umumnya pembawa dari lotion adalah air
11. Linimentum (Liniment)
1. Lavament/Clysma/Enema
C. OBAT SOLID
1. Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Penggolongan Tablet :
– Tablet konvensional biasa : Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus
kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan
bahan eksipien.
– Tablet multikempa : Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu
siklus kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih
lapisan. Disebut juga sebagai tablet berlapis.
– Tablet lepas terkendali/lepas lambat : Tablet yang pelepasan zat aktifnya
dikendalikan atau dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal
yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan
sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk
beberapa waktu tertentu.
– Tablet lepas tunda (enterik) : Tablet yang pelepasan zat aktifnya ditunda pada
daerah tertentu. Contoh yang paling umum adalah tablet salut enterik yaitu tablet
yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung,
reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
– Tablet salut selaput/salut film : Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis,
bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di
dalam saluran cerna.
– Tablet salut gula : tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula
baik berwarna maupun tidak. Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan
udara (O2, lembab), menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan
tablet.
– Tablet effervecent : Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih
karena mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
– Tablet kunyah/ chewable : Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien
yang harus dikunyah di mulut sebelum ditelan. Tujuan dari tablet kunyah adalah
untuk memberikan suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah
kepada anak-anak atau orang tua, yang mungkin sukar menelan obat utuh.
– Tablet Bukal : Tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan di antara gusi
dan pipi.
– Tablet sublingual : Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah
lidah.
– Throces / lozenges : bentuk lain dari tablet yang digunakan dalam rongga mulut.
Digunakan untuk memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan. Tablet
jenis ini dirancang agar tidak hancur di dalam mulut tetapi larut perlahan dalam
jangka waktu 30 menit atau kurang.
2. Kapsul
Sediaan padat, bahan aktifnya berbentuk padat atau setengah padat
dengan/tanpa bahan tambahan dan terbungkus suatu cangkang yang keras atau
lunak yang dapat larut. Kapsul dapat didefinisiakn sebagai bentuk sediaan padat,
dimana satu macam obat atau lebih dan atau bahan innert lainnya yang dimasukkan
ke dalam cangkang atau wadah kecil yang umumnya dibuat dari gelatin yang
sesuai (Howard C. Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi)
3. Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Ada tiga
jenis sediaan serbuk yaitu serbuk terbagi (pulveres), serbuk tak terbagi (pulvis),
serbuk tabur (pulvis advesorius).
4. OBAT BENTUK
Sediaan steril,berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, disuntikkan
dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau
selaput lendir.
A. SEDIAAN CAIR
C. SEDIAAN PADAT
D. SEDIAAN INJEKSI
A. OBAT CAIR
1. Solutio
R/ Kalii prapaganas 5
Aqua ad 100
S.u.e
-paraf-
2. Suspensi
R/ Calamine 5
Zinci oxyd 5
Bentonite 1,250
f.i.a. suspension
-paraf-
3. Emulsi
S.i.d.d.i.c
-paraf-
4. Saturatio
s.i.d.d. tabl I
-paraf-
5. Guttae
-paraf-
Vaseline ad 30
M. D. S Boor ralf
-paraf-
2. Pasta
R/ Acid salycyl 250 mg 1
Vas. Flav. Ad 50
m.f. pasta
s. us. ext
-paraf-
3. Emplastrum
-paraf-
C. OBAT PADAT
1. Pulvis/serbuk
R/ Paracetamol 250 mg
Antalgin 125 mg
Glukosa q.s
m.f.la.pulv.dtd. No. X
S.t.d.d.pulv.I.
-paraf-
2. Kapsul
S.qdd. Caps. I
-paraf-
3. Tablet
S.tdd. tab. I pc
-paraf-
4. Pil
R/ Ferrosi Sulfas 200 mg
S.3d.d. pil. I
5. Suppositoria
R/ supp. Contra hemorrhoids No.X
-paraf-