Anda di halaman 1dari 1

SANDI VINDIYAN JAYA KUSUMA

121914153005
TEORI SASTRA 1

ANALISIS CERPEN “REQUIEM”


Cerpen ini secara keseluruhan bercerita tentang perempuan. Cerpen ini menceritakan
sosok keluarga yang sangat sederhana sekali hidup di petak rumah kecil yang berisikan dua
kamar kecil, tiga orang anak dan sepasang suami istri yang sholeh dan sholehah, mereka
menjalani hidup yang sangat istimewa yang sangat enak untuk dirasakannya, sedih senang
mereka lewati bersama, suatu ketika keluarga ini mengalami hirup pikuk yang tidak di
sangka, seorang suami yang sudah tidak lagi sayang dengan istrinya. Istri yang tidak betah
hidup dengan suaminya yang setiap harinya melakukan perbuatan yang tidak patut di contoh
oleh anak-anaknya, yaitu, marah-marah terhadap istri, memperlakukan istri dengan
seenaknya. Suatu malam, sosok istri ini memberontak pada kehidupan keluarganya, dia
berontak karena suami yang sudah tidak sayang lagi terhadap dia dan anak-anaknya, dia
berniat akan mengakhiri semua angota keluarganya baik itu anak maupun suaminya. Istri itu
mengakhiri hidup suaminya dengan cara membangunkan anak-anaknya untuk keluar dari
rumah dan pada akhirnya si istri mengambil minyak tanah yang sudah disiapkan dua hari
yang lalu dan korek api dan dituangkanlah minyak itu di sekeliling rumahnya dan jasad
suaminya dan dia menyalakan korek api itu ke aliran minyak tanah yang sudah
dituangkannya terlebih dahulu, lenyap sudahlah suami dan rumahnya yang luluh lantah di
makan api yang berkobar.
Masih belum puas dengan perlakuannya, giliran berikutnya yaitu anak-anaknya yang
akan di akhiri hidupnya oleh sosok istri itu. Pada malam itu ketiga anaknya sudah di luar
rumah siap untuk di akhiri hidupnya, dengan niat yang sudah direncanakan, dengan perlakuan
yang di luar normal. Sosok istri ini menggiring anaknya ke ujung tepi tebing “Mari, Nak.
Berjalanlah dibelakangku. Ikuti aku. Pelan-pelan. Tak perlu terburu-buru. Malam masih
panjang. Pagi belum menjelang. Bulan cerlang mengawang. Di sana, Nak. Di sana. Di ujung
tepi tebing. Di dekat mega-mega. Kan kuberi kalian lapang. Kan kubuat kalian tenang. Kan
kuajarkan kalian terbang.” Dengan merasa tidak berdosa, seorang istri ini membuang ketiga
anaknya ke lembah jurang tebing yang sangat curam. “Ah, betapa indah! Kalian bisa lakukan
apapun yang ingin kalian lakukan. Kelak. Di sana. Sekarang, ke marikan tanganmu, Arifin.
Jangan ragu. Kau selalu mempercayai ibu, bukan? Mari. Ya, begitu. Dan kulempar kau ke
hitam yang menganga menjelaga. Kudengar kau berteriak ibu. Lalu senyap. Lalu lenyap.
Kau juga, Ilham. Kau juga berteriak. Lebih panjang dan lebih lama daripada teriakan Arifin.
Lalu juga senyap. Lalu juga lenyap. Terakir, kau Nur. Bidadari mungilku yang senantiasa
cantik meskipun didera duka. Kulihat kau meneteskan air mata dan tersenyum. Aku
mencintaimu, Nak. Tak ada teriakan yang mengudara dari mulutmu. Hanya sebentuk kata
ibu yang terukir pilu di bibirmu. Senyap. Lenyap.
Dalam analisis sinopsis cerpen, apa yang di lakukan oleh sosok seorang istri itu tidak
wajar di lakukan oleh seorang perempuan. Pada umumnya kita tahu bahwa yang melakukan
itu semua biasanya pada sosok laki-laki (maskulin). Dari inilah sudah terlihat bahwa tidak
hanya sosok laki-laki (maskulin) saja bisa melakukan itu semua, sosok wanitapun juga bisa
melakukan itu semua. Dari itulah bahwa Feminisme dimunculkan tidak bertujuan untuk
mendominasi atau membalas dendam seorang perempuan terhadap laki-laki, tetapi feminisme
muncul karena perempuan yang ingin menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum
perempuan dan kaum laki-laki. Baik itu persamaan dalam hal bidang politik, ekonomi, sosial,
atau kegiatan-kegiatan yang terorganisasi. Dalam analisis sinopssis cerpen di atas kita bisa
tarik sebuah kesimpulan bahwa cerpen tersebut bisa di kaji melalui teori feminisme.

Anda mungkin juga menyukai