102017015
E-mail : tria.2017fk015@civitas.ukrida.ac.id
Abstract
Abstrak
Rheumatoid arthritis adalah penyakit yang lebih sering disebut dengan penyakit rematik,
yang merupakan penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan
progresif, di mana sendi merupakan target utamanya. Penyebab atau etiologi dari rheumatoid
arthritis masih belum diketahui dengan pasti. Manifestasi utama yang dapat dilihat dari
rheumatoid arthritis adalah poliartritis simetrik yang terutama mengenai sendi-sendi kecil
pada tangan dan kaki.
Page 1
Pendahuluan
Di dalam tubuh manusia terdapat sekitar 250 sendi. Karena jumlahnya yang banyak,
dapat dipahami bahwa nyeri sendi merupakan keluhan yang cukup sering dirasakan oleh
hampir semua orang selama masa hidupnya. Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun
yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target
utama. Manifestasi klinik klasik RA adalah poliartritis simetrik yang terutama mengenai
sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki. Selain lapisan synovial sendi, RA juga bisa mengenai
organ-organ di luar persendian seperti kulit, jantung, paru-paru dan mata. Mortalitasnya
meningkat akibat adanya komplikasi kardiovaskular, infeksi, penyakit ginjal, keganasan, dan
adanya kormobiditas.
Anamnesis
Anamnesis adalah teknik wawancara antara dokter dan pasien yang mengarahkan
masalah pasien ke diagnosis penyakit tertentu. Anamnesis dapat dilakukan langsung terhadap
pasien (auto anamnesis) dan tidak langsung kepada keluarganya atau orang terdekat (allo
anamnesis). Anamnesis yang baik disertai dengan empati dari dokter terhadap pasien.
Perpaduan keahlian mewawancarai dan pengetahuan yang mendalam tentang gejala (sintom)
dan tanda (sign) dari suatu penyakit akan memberikan hasil yang memuaskan dalam
menentukan diagnosis kemungkinan sehingga dapat membantu menentukan langkah
pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.1
1. Identitas pasien
Page 2
3. Riwayat penyakit dahulu
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, agma, status perkawinan,
pekerjaan, dan alamat rumah. Data ini sangat penting karena data tersebut sering berkaitan
dengan masalah klinik maupun gangguan sistem organ tertentu.2
Keluhan utama adalah keluhan terpenting yang membawa pasien minta pertolongan
dokter atau petugas kesehatan lainnya. Keluhan utama biasanya diteluskan secara singkat
berserta lamanya, seperti menuliskan judul berita utama surat kabar. Misalnya badan panas
sejak 3 hari yang lalu.2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi 4 macam, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Untuk pemeriksaan fisik dalam pasien rheumatoid arthritis, yang harus dilakukan adalah
inspeksi dan palpasi pada sendi-sendi yang terkena. Pada inspeksi dilihat apakah terdapat
pembengkakan pada sendi terutama pada jari-jari tangan dan kaki. Selanjutnya melihat
apakah adanya perubahan/deformitas pada sendi-sendi jari tangan yang menjadi ciri khas dari
rheumatoid arthritis, seperti adanya deformitas leher angsa/swan neck dan deformitas
boutonniere, 2 dari beberapa deformitas yang bisa ditemukan pada pasien rheumatoid
arthritis. Swan neck adalah hiperekstensi PIP (proximal interphalangeal) dan fleksi DIP
(distal interphalangeal), sedangkan deformitas boutonniere adalah fleksi PIP dan
hiperekstensi DIP.3
Untuk palpasi pada pasien rheumatoid arthritis memang ditujukan untuk melihat
adanya tanda-tanda peradangan seperti kalor dan dolor. Namun pasien rheumatoid arthritis
biasanya sudah mengeluh sangat kesakitan jika disentuh sedikit saja, sehingga palpasi sedikit
sulit dilakukan pada pasien rheumatoid arthritis.3
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada tes diagnostik tunggal yang definitif untuk konfirmasi diagnosis rheumatoid
arthritis. The American College of Rheumatology Subcommittee on Rheumatoid Arthritis
(ACRSRA) merekomendasikan pemeriksaan laboratorium dasar untuk evaluasi antara lain:
darah perifer lengkap (complete blood cell count), faktor rheumatoid (RF), laju endap darah
atau C-reactive protein (CRP). Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal juga direkomendasikan
karena akan membantu dalam pemilihan terapi. Bila pemeriksaan RF dan anti-CCP negatif,
maka bisa lanjutkan dengan pemeriksaan anti-RA33 untuk membedakan penderita AR yang
memiliki risiko tinggi mengalami prognosis buruk.3
Pada pasien rheumatoid arthritis yang kronis dapat terjadi anemia, dan merupakan
tolak ukur progresivitas penyakit dalam pasien tersebut. Pada serangan akut juga dapat
ditemukan CRP dan LED yang meningkat. CRP dan LED yang meningkat berhubungan erat
dengan aktivitas penyakit dalam pasien. Jika angkanya meninggi terus-menerus, maka
prognosis pasien juga memburuk. Hitung leukosit pada pasien rheumatoid arthritis dapat
menunjukkan nilai meninggi ataupun normal, bahkan pada kasus sindrom Felty didapatkan
nilai yang sangat menurun.4
Page 4
3. Infeksi bakteri: endocarditis, osteomielitis.
6. Penuaan.
Karena RF tidak spesifik, maka ditemukanlah autoantibody yang lebih spefisik pada
anticyclic citrullinated peptide (antiCCP) antibodies. AntiCCP biasanya terdapat pada 60
70% pasien rheumatoid arthritis saat terdiagnosa, dan 9098% spesifik untuk pasien
rheumatoid arthritis. Selain itu antiCCP juga biasanya sudah positif beberapa tahun sebelum
terdiagnosa rheumatoid arthritis.4
Pemeriksaan cairan sendi pada pasien rheumatoid arthritis tidak begitu spesifik,
karena hanya berupa tandatanda inflamasi, seperti peningkatan leukosit hingga 50.000
dengan 2/3nya merupakan sel neutrofil.4
rheumatoid arthritis antara lain foto polos (plain radiograph) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging). Pada awal perjalanan penyakit mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan
lunak atau efusi sendi pada pemeriksaan foto polos, tetapi dengan berlanjutnya penyakit,
maka akan lebih banyak ditemukannya kelainan. Sekitar 70% penderita rheumatoid arthritis
mengalami erosi tulang dalam 2 tahun pertama penyakit. Erosi bisa tampak pada semua
sendi, tapi paling sering adalah pada sendi metacarpophalangeal, metatarsophalangeal, dan
pergelangan tangan. Foto polos bermanfaat dalam menentukan prognosis, menilai kerusakan
sendi, dan bila diperlukan terapi pembedahan. Pemeriksaan MRI menunjukkan sensitivitas
terbaik untuk melihat adanya sinovitis dan efusi sendi. Perubahan pada jaringan lunak ini
terlihat lebih dahulu sebelum terlihatnya erosi tulang pada xray. Mahalnya pemeriksaan MRI
membatasi penggunaannya dalam pemeriksaan klinis rutin.5
Diagnostik rheumatoid arthritis dapat menjadi suatu proses yang kompleks. Pada
tahap dini mungkin hanya akan menemukan sedikit atau tidak ada uji laboratorium yang
positif; perubahan-perubahan pada sendi dapat minor; dan gejala-gejalanya dapat bersifat
sementara. Diagnosis tidak hanya bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasarkan
pada suatu evaluasi dari sekelompok tanda dan gejala. Pada penelitian klinis, rheumatoid
arthritis didiagnosis secara resmi menggunakan tujuh kriteria dari American College of
Rheumatology (ACR). Penderita stadium dini mungkin sulit untuk menegakkan diagnosis
definitif menggunakan kriteria ini. Penderita harus ditanyakan tentang derajat nyeri, durasi
dari kekakuan dan kelemahan serta keterbatasan fungsional pada kunjungan awal.
Pemeriksaan sendi dilakukan secara teliti untuk mengamati adanya ciri-ciri seperti kriteria
tersebut.6
Differential Diagnose
Page 6
Penyakit lain harus disingkirkan sebelum diagnosis rheumatoid arthritis dibuat.
Pemeriksaan klinis yang teliti dapat menguatkan lagi diagnosis penyakit tersebut.
Rheumatoid arthritis merupakan poliartritis simetris yang melibatkan sendi kecil tangan dan
kaki, pergelangan tangan, siku, bahu, pinggul, lutut dan pergelangan kaki. Faktor reumatoid
positif dan adanya erosi tulang pada gambaran radiologis membuat diagnosis selain
rheumatoid arthritis menjadi tidak mungkin. Terdapat sejumlah penyakit jaringan ikat
sistemik lainnya dan infeksi sistemik dapat hadir dalam gejala klinis yang sama dan harus
disingkirkan. Rheumatoid arthritis harus dibedakan dengan sejumlah penyakit lainnya,
seperti:7
1. Osteoarthritis
2. Gout
Gambar 3. Gout
3. Septic arthritis
Page 8
Septic arthritis adalah infeksi yang sangat menyakitkan pada sendi. Bakteri atau
jamur dapat menyebar dari daerah lain dalam tubuh ke dalam sendi. Kadang-kadang
bakteri hanya menginfeksi sendi saja tanpa mengganggu daerah tubuh lain. Pada septic
arthritis, kuman menyusup ke dalam sendi dan menyebabkan nyeri yang parah disertai
pembengkakan. Biasanya kuman hanya menyerang satu sendi. Bakteri paling sering
menyerang lutut, meskipun sendi lain juga dapat terkena, termasuk pinggul, pergelangan
kaki, siku, pergelangan tangan, dan bahu. Septic arthritis terjadi ketika ada infeksi di
tempat lain di tubuh, kemudian menyebar melalui aliran darah ke sendi. Luka tusuk,
suntikan obat atau pembedahan yang dilakukan di dekat sendi juga memungkinkan bakteri
masuk ke dalam ruang sendi. Lapisan sendi (sinovium) memiliki sedikit perlindungan dari
infeksi. Setelah mencapai sinovium, bakteri masuk dengan mudah dan dapat mulai
menghancurkan tulang rawan. Peradangan, tekanan sendi meningkat, dan berkurangnya
aliran darah dalam sendi merupakan reaksi tubuh terhadap bakteri, dan itu semua
berkontribusi pada kerusakan sendi.
4. SLE
Etiologi
2. Hormon sex
Page 10
3. Faktor infeksi
Beberapa virus dan bakteri diduga sebagai agen penyebab penyakit. Organisme
ini diduga menginfeksi sel induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T
sehingga mencetuskan timbulnya penyakit. Walaupun belum ditemukan agen infeksi yang
secara nyata terbukti sebagai penyebab penyakit.3
4. Faktor resiko
Epidemiologi
Manifestasi Klinis
1. Awitan (onset)
2. Manifestasi artikular
Penderita rheumatoid arthritis pada umumnya datang dengan keluhan nyeri dan
kaku pada banyak sendi, walaupun ada sepertiga penderita mengalami gejala awal pada
satu atau beberapa sendi saja. Walaupun tanda cardinal inflamasi (nyeri, bengkak,
kemerahan dan teraba hangat) mungkin ditemukan pada awal penyakit atau selama
kekambuhan (flare), namun kemerahan dan perabaan hangat mungkin tidak dijumpai pada
rheumatoid arthritis yang kronik.3
3. Manifestasi ekstra-artikular
Page 12
merupakan manifestasi kulit yang paling sering dijumpai, tetapi biasanya tidak
memerlukan intervensi khusus. Nodul reumatoid umumnya ditemukan didarerah ulna,
olekranon, jari tangan, tendon Achilles atau bursa olekranon. Nodul rheumatoid hanya
ditemukan pada penderita rheumatoid arthritis dengan dengan faktor rheumatoid positif
(sering titernya tinggi) dan mungkin dikelirukan dengan tofus gout , kista ganglion, tendon
xanthoma atau nodul yang berhubungan dengan demam reumatik, lepra, MCTD atau
multicentric reticulohistiocytosis. Manifestasi paru juga bisa didapatkan, tetapi beberapa
perubahan patologik hanya di temukan saat otopsi. Beberapa manifestasi ekstraartikuler
seperti memerlukan terapi spesifik.3
Patofisiologi
Suatu antigen penyebab rheumatoid arthritis yang berada pada membran sinovial, akan
diproses oleh antigen presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel
sinoviosit A, sel dendritik atau makrofag yang semuanya mengekspresi determinan HLA-DR
pada membran selnya. Antigen yang telah diproses akan dikenali dan diikat oleh sel CD4+
bersama dengan determinan HLA-DR yang terdapat pada permukaan membran APC tersebut
membentuk suatu kompleks trimolekular. Kompleks trimolekular ini dengan bantuan
interleukin-1 (IL-1) yang dibebaskan oleh monosit atau makrofag selanjutnya akan
menyebabkan terjadinya aktivasi sel CD4+.3
Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai oleh pembentukan dan
pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrien, prostaglandin dan protease neutral
(collagenase dan stromelysin) yang akan menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang. Radikal
oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas
juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi.3
Prostaglandin E2 (PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dan dapat merangsang
terjadinya resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1 dan TNFβ. Rantai peristiwa
imunologis ini sebenarnya akan terhenti bila antigen penyebab dapat dihilangkan dari
lingkungan tersebut. Akan tetapi pada rheumatoid arthritis, antigen atau komponen antigen
umumnya akan menetap pada struktur persendian, sehingga proses destruksi sendi akan
berlangsung terus. Tidak terhentinya destruksi persendian pada rheumatoid arthritis
kemungkinan juga disebabkan oleh terdapatnya faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah
suatu autoantibodi terhadap epitop fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70-90% pasien
rheumatoid arthritis. Faktor reumatoid akan berikatan dengan komplemen atau mengalami
agregasi sendiri, sehingga proses peradangan akan berlanjut terus. Pengendapan kompleks
imun juga menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang menyebabkan terjadinya
pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat.3
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan kompleks imun
menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam
patogenesis rheumatoid arthritis. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel
fibroblas yang berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Secara
Page 14
histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel mononukleus,
umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan.3
Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada penderita rheumatoid arthritis, antara lain:3
KOMPLIKASI KETERANGAN
Berkorelasi dengan LED dan aktivitas penyakit; 75%
penderita AR mengalami anemia karena penyakit
Anemia
kronik dan 25% penderita tersebut memberikan respon
terhadap terapi besi.
Mungkin akibat sekunder dari terapi yang diberikan;
kejadian limfoma dan leukemia 2-3 kali lebih
seringterjadi pada penderita AR; peningkatan resiko
Kanker
terjadinya berbagai tumor solid; penurunan resiko
terjadinya kanker genitourinaria,diperkirakan karena
penggunaan OAINS.
1/3 penderita AR mungkin mengalami efusi
perikardial asimptomatik saat diagnosis ditegakkan;
Komplikasi kardiak
miokarditis bisa terjadi ,baik dengan atau tanpa
gejala ;blok atriventrikular jarang ditemukan.
Tenosinovitis pada ligamentum transversum bisa
menyebabkan instabilitas sumbu atlas, hati-hati bila
melakukan intubasi endotrakeal; mungkin ditemukan
Penyakit tulang belakang leher hilangnya lordosis servikal dan berkurangnya lingkup
(cervical spine disease) gerak leher, subluksasi C4-C5 dan C5-C6.
Penyempitan celah sendi pada foto servical lateral.
Myelopati bisa terjadi yang ditandai oleh kelemahan
bertahap pada ekstremitas atas dan parestesia.
Gangguan mata Episkleritis jarang terjadi.
Terbentuknya sinus kutaneus dekat sendi yang
Pembentukan fistula
terkena, terhubungnya bursa dengan kulit.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi dari artritis reumatoid adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi,
menjaga struktur persendian, mempertahankanfungsi sendi, dan mengontrol perkembangan
sistemik.8
Terdapat beberapa cara yang dirancang untuk mencapai tujuan yang disebut di
atas. Antara lain pendidikan, istirahat, latihan fisik dan termoterapi, gizi serta obat-obatan.
Page 16
Pendidikan yang cukup tentang penyakit harus diberikan kepada pasien, keluarga
dan siapa saja yang mempunyai hubungan dengan si pasien. Pendidikan tersebut
merangkumi patofisiologi, etiologi, dan prognosis penyakit ini. Selain itu, pendidikan
tentang semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode-metode
efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan harus dilakukan secara
terus menerus.8
Istirahat amat penting sebab penyakit reumatoid arthritis ini biasanya disertai
dengan rasa lelah yang hebat. Ada masa-masa pasien merasa lebih baik atau lebih berat
walaupun rasa lelah tersebut dapat timbul setiap hari. Metode-metode untuk mengurangi
nyeri malam hari harus diajarkan, contohnya dengan memberikan obat antiinflamasi kerja
lama dan analgesik. Walaupun begitu, pasien harus membagi waktu seharinya menjadi
beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.8
Penderita dengan penyakit ringan dan hasil pemeriksaan radiologis normal, bias
dimulai dengan terapi hidroksiklorokuin/klorokuin fosfat, sulfasalazine atau minosiklin,
meskipun methotrexate (MTX) juga menjadi pilihan. Penderita dengan penyakit yang
lebih berat atau ada perubahan radiologis harus dimulai dengan terapi MTX. Jika gejala
tidak bias dikendalikan secara adekuat, maka pemberian leflunomide, azathioprine atau
terapi kombinasi (MTX ditambah satu DMARD yang terbaru) bisa dipertimbangkan.
Kategori obat secara individual akan dibahas dibawah ini.3
- OAINS
- Glukokortikoid
Page 18
Steroid dengan dosis ekuivalen dengan prednisone kurang dari 10 mg per hari
cukup efektif untuk meredakan gejala dan dapat memperlambat kerusakan sendi. Dosis
steroid harus diberikan dalam dosis minimal karena risiko tinggi mengalami efek
samping seperti osteoporosis, katarak, gejala Cushingoid, gangguan kadar gula darah.
ACR merekomendasikan bahwa penderita yang mendapat terapi glukokortikoid harus
disertai dengan pemberian kalsium 1500 mg dan vitamin D 400-800 IU perhari. Bila
artritis hanya mengenai satu sendi dan mengakibatkan distabilitas yang bermakna,
maka injeksi steroid cukup aman dan efektif, walaupun efeknya bersifat sementara.
Adanya atrtitis injeksi harus disingkirkan sebelum melakukan injeksi. Gejala mungkin
akan kambuh kembali bila steroid di hentikan, terutama bila menggunakan steroid
dosis tinggi, sehingga kebanyakan Rheumatologist menghemtikan steroid secara
perlahan dalam satu bulan atau lebih, untuk menghindari rebound effect. Steroid
sistemik sering digunakan bridging therapy selama periode insiasi DMARD sampai
timbulnya efek terapi dari DMARD tersebut, tetapi DMARD terbaru saat ini
mempunyai kerja relative cepat.
- DMARD
Prognosis
Prediktor prognosis buruk pada stadium dini rheumatoid arthritis antara lain: skor
fungsional yang rendah, status sosioekonomi rendah, tingkat pendidikan, ada riwayat
keluarga dekat menderita rheumatoid arthritis, melibatkan banyak sendi, nilai CRP atau LED
tinggi saat permulauian penyakit, RF atau anti CCP positif, ada perubahan radiologis pada
awal penyakit, ada nodul rheumatoid/manifestasi ekstra-artikuler lainnya. Sebanyak 30%
penderita rheumatoid arthritis dengan manifestasi penyakit berat tidak berhasil memenuhi
kriteria ACR 20 walaupun sudah mendapat berbagai macam terapi. Sedangkan penderita
dengan penyakit lebih ringan memberikan respon yang baik dan terapi. Penelitian yang
dilakukan oleh Linqvist dkk pada penderita rheumatoid arthritis yang mulai tahun 1980-an,
memperlihatkan tidak adanya peningkatan angka mortalitas pada 8 tahun pertama sampai 13
tahun setelah diagnosis. Rasio keseluruhan penyebab kematian pada penderita rheumatoid
arthritis dibandingkan dengan populasi umum adalah 1,6. Tetapi hasil ini mungkin akan
menurun setelah penggunaan jangka panjang DMARD terbaru.3
Kesimpulan
Page 20
Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun dan ditandai inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif. Penyakit ini kebanyakan menyerang orang
yang berusia lanjut, dengan perbandingan lebih banyak wanita dibanding pria. Pada skenario
didapatkan nyeri pada jari-jari tangan dan pergelangan tangan baik kanan maupun kiri. Ini
merupakan salah satu ciri khas pada penyakit rheumatoid arthritis, ditambah pasien memiliki
riwayat keluarga dekat, yaitu ibu yang memiliki gangguan nyeri sendi lutut kiri. Sehingga
dapat dipastikan bahwa pasien pada skenario ini menderita penyakit rheumatoid arthritis.
Daftar Pustaka
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jilid III. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h.2495-508.
4. Imboden J, Hellmann D, Stone J. Current diagnosis & treatment: rheumatology. 2nd ed.
USA: The McGrawHill Companies; 2007. p.161-7.
6. I Nyoman S. Buku ajar ilmu penyakit dalam: Artritis Reumatoid. Edisi V. Jilid III.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta; 2009. h.2495-511.
8. Sjamsuhodajat R et al. Buku ajar bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010. h.1006-7.
Page 22