Anda di halaman 1dari 4

Nama: Yulia Nurlaili NRP: 110116434 KP: N2

Anda adalah apoteker yang bekerja di RS Seger Waras. Saat melakukan pemantauan pengobatan
rutin, Anda melihat melihat seorang perawat hendak memberikan obat untuk Ny. WR yang
berusia 65 tahun, beberapa bulan lalu terdiagnosis Stroke Iskemik dan sejak itu mengalami
gangguan menelan, dan menggunakan NGT. Dokter mencurigai Ny. WR terdiagnosis Tifoid.
Sehingga dokter meresepkan :

 Chloramphenicol 250 mg 3x1


 Omeprazole 40 mg 1x1

Ny. WR mengkonsumsi makanan dan susu untuk menambah nutrisi

1. Bagaimana saran anda terkait cara pemberian yang tepat untuk pasien di atas? Jelaskan
jawaban anda.
 Chloramphenicol 250 mg 3x1, Karena pasien mengalami gangguan menelan dan
mendapat nutrisi parenteral melalui NGT, jadi antibiotik chloramphenicol diberikan
secara IV Intermitent dilengkapi dengan Syringe pump agar pasien tidak mendapatkan
suntikan terus-menerus yang melukai jaringan. Dapat pula memakai venflon atau kanula
sehingga mempermudah jalannya pemberian infus secara IV Intermittent. Antibiotik
chloramphenicol diberikan IV Intermitent dgn dosis 250 mg 3x (single dose) diulang
dengan interval waktu tertentu, karena dalam sehari pasien menerima chloramphenicol
sebanyak 3 kali dan pasien terdiagnosis stroke iskemik serta mengalami gangguan
menelan, dan menggunakan NGT jadi pemberiannya semisal setiap 8 jam, sebanyak 3
kali karena pemberian antibiotik itu harus diberi jeda waktu untuk membunuh
pertumbuhan bakterinya secara berkala.
Instruksi IV Intermitten Larutkan dalam 9,2 ml larutan infus yang sesuai , kemudian
diencerkan dengan N5 atau D5W sampai volume 50-100 ml. Lama pemberian 10-30
menit (Pedoman Pemberian Obat Injeksi, PIOLK Edisi 2).
1. ganti setiap 1 g dengan 9,2 ml WFI, Nacl 0,9% atau Gluc 3% untuk memberikan
larutan yang mengandung 100 mg / ml
2. menarik dosis yang diperlukan dan menambah volume cairan infus yang kompatibel
(biasanya 100 ml Nacl 0,9%)
3. solusinya harus jelas dan sederhana. periksa secara visual untuk masalah partikel atau
perubahan warna sebelum pemberian dan buang jika ada
4. berikan dengan IV lebih dari 10 menit

(Gray, Alistair. 2010. Injectable Drug Guide Edisi 1)

(Drug Information Handbook.2010 Lexicomp. 21st edition)


 Omeprazole 40 mg 1x1 diberikan secara IV Bolus. Dapat diberikan melalui vena
perifer melalui port injeksi pada kanula sebelumnya sudah dipasang pada infus
chloramphenicol. Jadi pasien akan tetap terasa nyaman. Karena dosisnya sehari hanya
1 kali 40 mg, serta pasien mengalami gangguan menelan dan menggunakan NGT
untuk nutrisi parenteral.
IV Bolus : rekonstitusi serbuk omeprazole (lyophilized) 40 mg dengan 10 ml pelarut
yang tersedia. Jangan menggunakan pelarut lain. Lama pemberian: 2,5-5menit. Laju
maksimum 4ml/menit.
Instruksi Rekonstitusi
1. tarik 10 ml pelarut dari ampul dan tambahkan sekitar 5 ml ke dalam botol
omeprazole.
2. segera tarik udara sebanyak mungkin dari botol kembali ke jarum suntik untuk
mengurangi tekanan positif tambahkan sisa pelarut ke dalam botol.
3. Putar dan kocok botol untuk memastikan semua bubuk telah larut.
4. solusinya harus jelas dan sederhana. periksa secara visual untuk masalah partikel
atau perubahan warna sebelum pemberian dan buang jika ada.
5. berikan dengan injeksi iv selama 5 menit
(Gray, Alistair. 2010. Injectable Drug Guide Edisi 1)
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

1. Tuliskan langkah apa yang perlu anda lakukan ketika menerima pertanyaan terkait rute
pemberian.
1. Penggalian Informasi Mencari informasi terkait rute pemberian dapat diberikan melalui
rute apa saja?
Semisal didapatkan informasi mengenai rute pemberian, ada 2 yaitu: rute enteral dimana
melibatkan GI Tract, seperti feeding tube dan oral rute parenteral dimana tidak
melibatkan GI Tract seperti intravena, sub kutan, intramuskular. Kelemahan dan
kelebihan dari setiap rute pemberian tersebut.
2. Perumusan masalah
 Rute pemberian yang cocok bagi pasien jika mempunyai comorbite atau penyakit
penyerta seperti atrial fibrilasi atau mungkin keadaan pasien yang tidak menguntungkan
seperti pasien luka bakar hampir sekujur tubuh 60% sehingga perlu dipasang infus Y site
dan perlu kombinasi 2 obat yang tidak incompatible.
 Kejadian yang dapat menyertai pemberian obat. Seperti rute pemberian secara
intravena: ekstravasasi. Ekstravasasi merupakan persitiwa perembesan cairan intravena
ke dalam jaringan sub kutan yang terjadi tanpa disengaja.
 Interaksi obat dengan makanan, seperti obat dengan tube feeding yang menyebabkan
buntunya jalan obat untuk masuk, makanya makanan tersebut dicampur dengan obat.
 Stabilitas, Ph Tidak semua obat harus diinjeksi/dilanjutkan, bisa saja dilarutkan. Ph
sediaan yang terlalu tinggi bisa menyebabkan iritasi atau kerusakan jaringan yang lebih
parah bila diberikan pada pasien. Perlu diperhatikan rentang waktu stabil sediaan yang
telah direkonstitusi karena seringkali suatu sediaan telah mengalami perubahan potensi
tanpa didahului perubahan stabilitas fisik secara fisika dan kimia (misalnya terbentuk
endapan dan/atau kabut).
3. Cari literatur Monograf obat yang memuat informasi lengkap mengenai sediaan rute
pemberian dengan merk dagang obat tertentu dari beberapa pustaka, dimana terdapat
kolom yang mencakup informasi mengenai rute pemberian, instruksi pengenceran dan
pelarut yang digunakan , lama pemberian, kejadian yang dapat menyertai pemberian obat,
seperti Handbook on Injectable Drug , AHFS Drug Information, Parenteral Drug
Therapy.
4. Jawaban
2. Apa saja pengetahuan yang Anda butuhkan terkait rute pemberian sebelum Anda dapat
memberikan pelayanan informasi obat (PIO) ?
1. Penggalian informasi atau bisa juga mencari di literatur , informasi mengenai Rute
Pemberian dapat diberikan melalui rute apa saja.
2. Kelebihan dan kekurangan jika menggunakan rute enteral dan rute parenteral
3. Deskripsi dari masing-masing rute pemberian, semisal rute pemberian untuk obat injeksi
meliputi IV Bolus, dimana pemberian obat (volume kecil) secara langsung melalui
VAD/. IV Intermittent, pemberian obat melalui VAD selama periode waktu yang lebih
panjang, baik yang diberikan hanya 1x (one-off dose) atau diulang dengan interval waktu
tertentu. IV Infus , pemberian obat melalui VAD selama ≥24 jam kecuali dinyatakan lain.
4. Instruksi pengenceran dan pelarut yang digunakan, informasi mengenai cara pelarutan
dan pengenceran sediaan obat dalam larutan infus tertentu sesuai dengan rute pemberian.
5. Kejadian yang dapat menyertai pemberian obat. Seperti ekstravasasi yang merupakan
peristiwa perembesan cairan intravena ke dalam jaringan sub kutan tanpa disengaja.
6. Ph, stabilitas, ketercampuran/ketidakcampuran, efek samping, resiko rute pemberian
tersebut.
3. Pertanyaan spesifik apa saja yang perlu anda tanyakan kepada penanya ketika mendapat
pertanyaan terkait rute pemberian.
1. Macam rute pemberian apa saja? Kelebihan dan kekurangan?
2. Rute pemberian yang cocok diberikan kepada pasien jika terdapat faktor comorbid atau
faktor penyakit penyerta. Atau bisa juga lokasi infus yang tepat untuk pasien yang
menderita luka bakar hampir 60%, seperti vena perifer atau central.
3. Tindakan yang harus dilakukan terdapat kejadian yang dapat menyertai pemberian obat.
4. Instruksi pengenceran dan pelarut yang digunakan
5. Lama pemberian
6. Ketercampuran/ketidakcampuran Larutan infus dalam Syringe, Y-site, dan Aditif
4. Menurut anda, hal baru apa yang dapat anda pelajari dari topik rute pemberian ini? Rute
pemberian obat secara injeksi, ketidakcampuran/ketercampuran. Adapun ketercampuran/
ketidakcampuran suatu sediaan baik dalam syringe, Y-Site, maupun aditif.
5. Menurut anda, bagaimana aplikasi dari topik ini pada pekerjaan Apoteker di Rumah Sakit
apakah anda dapat menceritakan bagaimana gambaran dari aplikasi topik ini dengan
pekerjaan Apoteker di rumah sakit?
Jadi, topik ini ada kaitannya pada pekerjaan Apoteker di rumah sakit . Semisal dokter
meminta saran kepada Apoteker rute pemberian yang tepat untuk pasien dengan keadaan
tidak menguntungkan seperti pasien yang terdiagnosis stroke iskemik, mengalami gangguan
menelan dan menggunakan NGT pengganti rute parenteral. Peran kita sebagai apoteker
adalah memilih rute pemberian yang cocok untuk pasien tersebut dilihat dari aspek kondisi
pasien yang mempunyai comorbite atau penyakit penyerta. Adapun peran lain seperti
rekonstitusi obat dengan instruksi pengenceran dan pelarut yang digunakan,
mempertimbangkan resiko, efek samping seperti kejadian yang dapat menyertai pemberian
obat. Ketercampuran/ketidakcampuran larutan infus dalam syringe, Y-site dan aditif
apotekerlah yang bertanggung jawab dalam merekonstitusi rute pemberian tersebut.
6. Tuliskan hal apa yang masih anda rasa kurang mengerti dari perkuliahan pada topik ini!
Terlalu cepat dalam menjelaskan materinya sehingga dalam hal mencatat kurang rinci.

Anda mungkin juga menyukai