Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Penyakit asma pada kehamilan kadang-kadang berat atau malah
berkurang. Dalam batas wajar penyakit asma yang berat dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
melalui gangguan pertukaran gas oksigen dan carbondioksida.
Pengawasan hamil dan pertolongan persalinan dapat dilakukan dengan
operasi.
Asma bronkial merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan yang
sering dijumpai pada kehamilan, mempengaruhi 1-4% wanita hamil.
Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya asma tidak selalu sama pada
setiap penderita, bahkan pada seorang penderita asma serangannya tidak
selalu sama pada kehamilan pertama dan berikutnya. Kurag dari 1/3
penderita asma kurang membaik dalam kehamilan lebih dari 1/3 akan
menetap, kurang 1/3 lagi akan bertambah buruk pada serangan bertambah
berat. Biasanya serangan akan timbul pada usia 24-26 minggu dan pada
akhir kehamilan jarang terjadi.
Asma Bronchial adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan
ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma
merupakan penyakit kompleks yang diakibatkan oleh faktor biokimia,
endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi. (Irman Somantri, 2008 : 43)

B. Etiologi
Sampai saat ini patogenesis maupun etiologi asma belum diketahui
dengan pasti. Berbagai teori tentang patogenesis telah diajukan, tetapi
yang paling disepakati oleh para ahli adalah yang berdasarkan gangguan
saraf autonom dan sistem imun.
Asma saat ini dipandang sebagai penyakit inflamasi saluran napas.
Adanya inflamasi hiperaktivitas saluran napas dijumpai pada asma baik
pada asma alergi maupun non-alergi. Oleh karena itu dikenal dua jalur
untuk mencapai keadaan tersebut.
Jalur imunologi utama didominasi oleh IgE dan jalur saraf
otonom. Pada jalur IgE , masuknya allergen kedalam tubuh akan diolah
oleh APC (Antigen Presenting Cells), untuk selanjutnya hasil olahan
alergen akan dikomunikasikan kepada sel T helper (T penolong). Sel ini
akan memberikan instruksi melalui interleukin atau sitokin agar sel-sel
plasma membentuk serta sel- sel radang lain seperti mastosit, makrofag,
sel epitel, eosinifil, neotrofil, trombosit, serta limfosit untuk
mengeluarkan mediator-mediator inflamasi seperti histamin prostaglandin
(PG), leukotrin (LT), platelet activating factor (PAF), bradikinin,
tromboksin (TX) dan lain-lain akan mempengaruhi organ sasaran
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding vaskuler, edema saluran
napas, infiltrasi sel-sel radang, sekresi mukus, dan fibrosis sub epitel
sehingga menimbulkan hiperreaktivitas saluran napas (HSN).
Jalur non- alergi selain merangsang sel inflamasi, juga
merangsang sistem saraf otonom dengan hasil akhir berupa inflamasi dan
hiperreaktivitas saluran napas. Hiperreaktivitas saluran napas diduga
sebagian didapat sejak lahir. Berbagai keadaan dapat meningkatkan
hiperreaktivitas saluran napas yaitu : inflamasi saluran napas, kerusakan
epitel, mekanisme neurologis, gangguan intrinsik, dan obstruksi saluran
napas.
Penyebab asma pada kehamilan antara lain :
1. Zat-zat alergi contohnya tepung, debu, bulu, dll.
2. Infeksi saluran pernapasan.
3. Pengaruh udara misalnya terlalu dingin, terlalu panas.
4. Factor psikis misalnya kelelahan, stress.
C. Patofisiologi
Pengaruh asma pada ibu hamil dan janin sangat tergantung dari
sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan
oksigen dan hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu
akan berpengaruh pada janin yang sering terjadi keguguran, persalinan
premature dan berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan atau
gangguan perumbuhan janin.
Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme
otot bronkus, penyumbatan mukus, edema dan inflamasi dinding bronkus.
Obstruksi bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisioiogis
saluran napas menyempit pada fase tersebut. Hal ini menyebabkan udara
distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi.
Selanjutnya terjadi peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional
(KRF), dan pasien akan bernapas pada volume yang tinggi mendekati
kapasitas paru total (KPT). Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran
napas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar. Untuk
mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot bantu napas.
Gangguan yang berupa obstruksi saluran napas dapat dinilai secara
obyektif dengan VEP1 (Volume Ekspirasi Paksa detik pertama) atau APE
(Arus Puncak Ekspirasi), sedang penurunan KVP (Kapasitas Vital
Paksa) menggambarkan derajat hiperinflasi paru. Penyempitan
saluran napas dapat terjadi, baik pada saluran napas besar, sedang maupun
kecil. Gejala mengi (wheezing) menandakan adanya penyempitan
disaluran napas besar, sedangkan penyempitan pada saluran napas kecil
gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding mengi.
Perubahan fungsi paru pada kehamilan meliputi 20% karena
peningkatan kebutuhan oksigen dan metabolisme ibu, 40% peningkatan
ventilasi semenit dan peningkatan tidal volume. Terdapat sejumlah
perubahan fisiologik dan struktural terhadap fungsi paru selama
kehamilan. Hiperemia, hipersekresi dan edema mukosa dan saluran
pernapasan merupakan akibat dari meningkatnya kadar estrogen. Pada
uterus gravid terjadi peningkatan ukuran lingkar perut, diafragma
meninggi, dan semakin dalamnya sudut antar kosta. Wanita hamil
mengalami peningkatan tidal volume, volume residu, serta kapasitas residu
fungsional, penurunan volume balik ekspirasi, sementara kapasitas vital
tidak berubah. Hiperventilasi alveolar terjadi bila PCO2 menurun dari 34-
40 mmHg menjadi 27-34 mmHg, yang biasanya terlihat pada umur
kehamilan 12 minggu. Seperti yang diperkirakan, frekuensi terjadinya
serangan eksaserbasi asma puncaknya pada umur kehamilan sekitar enam
bulan, gejala yang berat biasanya terjadi antara umur kehamilan 24
minggu - 36 minggu.
Jelasnya patofisiologi asma adalah sebagai berikut:
1. Kontraksi otot pada saluran napas meningkatkan resistensi
jalan napas
2. Peningkatan sekresi mukosa dan obstruksi saluran napas
3. Hiperinflasi paru dengan peningkatan volume residu
4. Hiperaktivitas bronkial, yang diakibatkan oleh histamin,
prostaglandin dan leukotrin.

D. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala utama asma adalah bunyi wheezing, dispnea, dan
batuk.
2. Penggunaan otot bantu napas saat serangan.
3. Sputum dengan sedikit mucus.
4. Takikardi.
5. Berkeringat dingin.
6. Serangan berlangsung sekitar 70 menit sampai beberapa jam dan
dapat hilang secara spontan.
7. Ronchi basah.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X dada
2. Hiperinflasi paru, mendatarnya diagfragma, peningakatan area udara
retsosoternal, hasil normal selama periode remisi.
3. Tes fungsi paru
4. Kapasitas inspirasi
5. GDA
6. PaO2 turun, PaCo2 meningkat.
7. Sputum
8. EKG dan tes stress.

F. Penatalaksanaan Medis

Panatalaksanaan pada penderita asma antara lain :

1. Mencegah adanya strees.


2. Menghindari factor pencetus yang sudah diketahui secara intensif.
3. Mencegah penggunaan aspirin karena dapat menimbulkan
serangan.
4. Pada serangan ringan dapat digunakan obat inhalan.
5. Pada keadaan yang lebih berat penderita harus dirawat dan
serangan dapat dihilangkan seperti efinefrin/sc, oksigen,
isoproerenol/Inhalasi, aminoplin/infuse, glukosa,Hidrokortison/
infuse dektrose 10%.

Terapi asma bronchial memiliki dua tujuan : 1. Meredakan


serangan yang akut dan 2. Mencegah atau membatasi serangan yang
dating. Pada semua individu yang menderita asma, allergen yang
diketahui harus dieliminasi dan suhu harus dipertahankan nyaman
didalam rumah. Infeksi pernafasan harus diobati dan inhalasi uap atau
kabut diterapkan untuk mengencerkan.lendir. terapi asma bronchial
diberikan. Episode akut membutuhkan steroid, aminofilin, oksigen,
dan koreksi ketidakseimbangan cairan-elektrolit

Tindakan pencegahan khusus untuk obstetric meliputi hal-hal


berikut :

a. Jangan gunakan morfin dalam persalinan karena obat ini


dapat menyebabkan bronkospasme. Meperidin (Demerol)
biasanya akan meredakan bronkospasme.
b. Hindari atau batasi penggunaan efedrin dan kortikosteroid
(obat-obatan penekan) pada klien dengan preeklamsi dan
eklamsia.
c. Pilih kelahiran per vaginam serta penggunaan anestesi
local atau anestesi regional setiap kali ada kesempatan

G. Efek kehamilan pada asma


Efek kehamilan pada asma tidak dapat diprediksi. Perubahan
fisiologis, yang diinduksi oleh kehamilan, tidak membuat wanita hamil
lebih rentan terhadap serangan asma. Asma meningkatkan insiden aborsi
dan persalinan premature, tetapi kanin sendiri tidak terpengaruh. Pada
kasus-kasus yang berat, asma dapat mengancam kehidupan wanita hamil.
Pada kebanyakan kasus prognosis baik pada ibu dan janin.

H. Komplikasi
1. Hipoksia janin dan ibu.
2. Abortus.
3. Persalinan premature.
4. BBLR.
I. Pathway WOC ibu dengan Asma Bronkial

Etiologi : Zat-zat elergi, Infeksi saluran


nafas, Lingkungan, Faktor Psikis

Spasme otot bronkus, Penyumbatan Mukosa,


Oedem, Inflamasi didinding Bronkus

Bronkospasme

ASMA BROKIAL
---

Ditandai suara Suplai O2 ke Dispnue


Takikardi
nafas tambahan : alveoli menurun
Rochi, Whezing

Palpitasi Hipoksia Penggunaan


MK : otot bantu
pernafasan
Ketidakefektifan Kebingungan Suplai O2
jalan nafas kejalan nafas
Kelemahan
menurun
/kelelahan
MK :Ansietas

MK :
MK :
Tidak tahu tentang Risiko intoleransi
prognosis penyakit Hipoksia janin Aktifitas

MK : Kurang pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai