+
.. OH O
O O
-
+ H - HSO 4 HSO 4 + H3C O CH3
H3C O CH3
COOH H
COOH OH
+
+ O O CH3
OH
.. OH O
COOH H COOH H
OH OH +
+ O O CH3
O O CH3
CH3 O CH3 O
COOH H COOH
OH + O
O O CH3 O CH3
H3C
+ + OH
CH3 O OH
COOH COOH
O CH3 O CH3
-
+ + HSO 4 + H2SO 4
OH O
+ CH3COOH
Alat
Labu leher tiga 250 ml, set alat refluks, termometer, corong buchner, pipet tetes, pengaduk,
beaker glass, erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 100 ml, batu didih, kertas saring, pompa vakum
dan melting point tester.
Bahan
Asam salisilat kering (hasil hidrolisis ester pada minyak gondopuro), asam asetat anhidrida,
asam sulfat pekat, aquades, alkohol 96 %, besi (III) klorida.
Skema Kerja
10 gram Asam Salisilat
dimasukkan ke dalam labu alas bulat 250 ml dan ditambahkan 15 g (14
ml) asam asetat anhidrida.,
ditambahkan 10 tetes asam sulfat pekat dan digojog hingga terjadi
pencampuran sempurna,
dipanaskan labu pada penangas air suhu ± 50-60 oC sambil diaduk
selama 15 menit,
dinginkan labu sambil tetap diaduk dan ditambahkan 150 ml air dingin.
disaring menggunakan penyaring Buchner dengan bantuan pompa
vakum lalu dicuci kristal dengan air dingin hingga tidak bereaksi asam
lagi,
dilakukan rekristalisasi asam asetil salisilat dengan pelarut yang
merupakan campuran 30 ml alkohol 96% dan 75 ml akuades,
ditambahkan sedikit demi sedikit campuran alkohol-air yang panas
kepada kristal asam asetil salisilat hingga tepat larut, kemudian disaring
segera menggunakan kertas saring pada corong dan didinginkan
filtratnya hingga diperoleh kristal berbentuk jarum.
disaring kristal menggunakan corong Buchner,
diambil sedikit kristal dan dilakukan test dengan pereaksi besi (III)
klorida,
dikeringkan kristal asam asetil salisilat yang diperoleh, ditimbang dan
ditentukan titik lelehnya.
Hasil
Prosedur Kerja
Asam salisilat sebanyak 15 gram dan 250 mL asam asetat anhidrida dimasukkan ke
dalam labu alas bulat 250 ml. Ditambahkan 10 tetes asam sulfat pekat dan digojog hingga
terjadi pencampuran sempurna. Labu pada penangas air dipanaskan dengan suhu ± 50-60 oC
sambil diaduk selama 15 menit. Selanjutnya, labu didinginkan sambil diaduk dan
ditambahkan 150 ml air dingin.Kemudian disaring menggunakan corong buchner dengan
bantuan pompa vakum. Kristal yang terbentuk dicuci dengan air dingin hingga tidak bereaksi
asam lagi.
= 30,40 %
Hasil
Pembahasan Hasil
Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan senyawa turunan dari asam salisilat.
Aspirin dapat disentesis dari asam salisilat dan asam asetat anhidrat dengan dibantu asam
sulfat pekat yang dimaksud dengan reaksi asetilasi dan dapat diperoleh juga melalui reaksi
erterifikasi. Asetilasi merupakan proses terjadinya pergantian H pada gugus –OH dan asam
salisilat dengan gugus asetil dari asam asetil anhidrat. Reaksi ini termasuk asetil destilat fenol
karena asam salisilat meruapakan desalat fenol. Asetilasi ini tidak melibatkan ikatan C-O
yang kuat dari fenol, tetapi tergantung pada pemakaian dan pemisahan ikatan –OH.
(Fessenden, 1984).
Percobaan kali ini yaitu sintesis aspirin dari asam salisilat sebanyak 10 g dengan asam
asetat anhidrat sebanyak 14 mL dicampurkan ke dalam labu leher tiga, kemudian ditambah
dengan asam sulfat pekat sebanyak 10 tetes. Asam sulfat fungsinya sebagai katalis, dimana
akan terjadi donor proton sehingga ikatan pada asetat anhidrida lebih mudah terbuka lalu
bergabung dengan asam salisilat yang kehilangan hydrogen, setelah proses pengikatan
selesai, ion SO42- kembali mengikat proton H+ yang berlebih (Horizon, 2011). Reaksi ini
dilakukan dengan pemanasan agar mempercepat tercapainya energi aktivasi yaitu
menggunakan refluks, tanpa mengurangi volume zat yang bereaksi, sebab pelarut yang
menguap dapat terkondensasi dengan adanya kondensor tegak pada rangkaian refluks. Prinsip
dari refluks berupa penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan pelarut lalu dipanaskan, uap-uap
cairan pelarut terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan pelarut
yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, kemudian pelarut akan kembali pada sampel
yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan
sampai penyarian sempurna. Refluks ini dilakukan hingga endapan putih menghilang,
menjadi cairan bening agak kekuningan, terjadi karena adanya reaksi hidrolisis yang
menghasilkan molekul-molekul air. Garam yang terbentuk akan mengalami ionisasi bersama
air, akibatnya larutan yang dihasilkan sebagai destilat dengan satu fase. Refluks dilakukan
pada suhu yang dikontrol antara suhu 50oC – 60oC selama kurang lebih 15 menit. Apabila
suhu yang digunakan lebih dari range yang sudah ditentukan, zat yang sudah terbentuk akan
terurai, terbentuk asam metil salisilat kembali. Berikut mekanisme reaksi terjadi :
O O O
O
O O
+ C
+ H OSO4 H3C O CH3 CH3 OH
CH3
O
H O
O O
C H
C OH H C H
CH3
O
O O
O C O
+ OSO3H ++ C
CH3
H2SO4
Pada mekanisme reaksi tersebut dijelaskan bahwa sam salisilat tidak bereaksi dan
asetat anhidrat ketika reaksi telah sempurna dan akan dihasilkan asam asetilsalisilat, asam
asetat dan katalis. Asam asetilsalisilat tidak larut dalam air pada suhu kamar. Asam salisilat
akan larut selama proses pemanasan. Asetat anhidrat digunakan sebagai pelarut dalam
percobaan ini karena asetat anhidrat mempunyai titik didih yang rendah selama pemanasan.
Prinsip Le-Chatelier digunakan dalam reaksi ini, yaitu dengan adanya kelebihan asetat
anhidrat dalam persamaan kesetimbangan akan menuju ke arah pembentukan produk.
Pemanasan larutan secara terus menerus akan mempercepat reaksi untuk mendekati
kesetimbangan. Air tidak digunakan sebagai pelarut pada percobaan ini karena air mungkin
menghidrolisis pembentukan aspirin, akan diuraikan kembali menjadi asam salisilat dan asam
asetat.
Proses refluks selesai dilanjutkan dengan penambahan akudes dingin sebanyak 150
mL. Penambahan akuades ini menyebabkan terbentuknya endapan putih pada hasil refluks,
dimana endapan putih ini adalah aspirin yang masih belum murni. Endapan putih ini disaring
menggunakan corong Buchner. Metode kristalisasi dipakai untuk pemurnian asam
asetilsalisilat dari zat-zat lain dalam campurannya. Perbedaan dalam kelarutan dari sintesis
asam salisilat yang dilakukan pada temperatur yang rendah akan mengkristal dan diperoleh
zat yang dihasilkan. Aspirin yang didapat dicampur dengan campuran 30 mL alkohol 96%
dengan 75 mL akuades panas sampai bercampur sempurna, kemudian larutan disaring.
Selama penyaringan larutan dijaga agar tetap panas. Hal ini dilakukan agar kristal tidak
terbentuk di kertas saring. Filtrat yang diperoleh dipisahkan menggunakan corong Bucnher,
langsung dtempatkan pada erlenmeyer yang sudah dikelilingi es. Pendinginan ini akan
mempercepat proses kristalisasi dari asam asetilsalisilat. Selama pendinginan, larutan dalam
erlenmeyer dikelilingi oleh es, asam asetilsalisilat menjadi tidak larut, kelarutannya semakin
menurun sampai terbentuk kristal. Sehingga filtrat akan berubah menjadi kristal putih. Kristal
yang diperoleh selanjutnya disaring dan dikeringkan dalam oven. Fungsi pengeringan ini
yaitu untuk menghilangkan sisa-sisa air yang masih terdapat dalam kristal. Hasil proses
pengeringan berupa serbuk kristal putih kering dengan massa 1,67 g dengan rendemen
sebesar 30,40 % dan kristal yang diperoleh berbentuk seperti serpihan jarum
Tahap yang terakhir pada praktikum ini yaitu uji kemurnian aspirin dan uji titik leleh.
Kristal aspirin yang didapat, diuji dengan cara ditambahkan dengan reagen FeCl3. Kristal
aspirin ditambahkan dengan reagen FeCl3, maka akan berubah warna menjadi ungu. Proses
penambahan reagen FeCl3 dengan aspirin menunjukkan bahwa terjadi pengompleksan dimana
atom Fe sebagai atom pusat dan aspirin sebagai ligannya. Senyawa fenol yang bereaksi
dengan FeCl3 akan memberikan warna kuning. Asam salisilat merupakan senyawa yang
mengandung fenol maka reaksi hasil percobaan memberikan warna ungu kehitaman . Hal ini
menunjukkan bahwa terbentuk senyawa kompleks dari Fe3+ dengan fenol. Fenol merupakan
senyawa mengandung gugus hidroksil yang terikat pada karbon tak jenuh, sehingga dapat
bereaksi dengan besi (III) klorida menghasilkan larutan berwarna. Hasil proses sintesis
aspirin dari asam salisilat direaksikan dengan FeCl3 memberikan warna ungu kehitaman, hal
ini menunjukkan bahwa dalam kristal masih terdapat asam salisilat yang masih belum
bereaksi membentuk aspirin. Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak sesuai dengan hasil
reaksi aspirin dengan FeCl3 sebenarnya. Proses berikutnya yaitu uji titik leleh. Berdasarkan
percobaan yang dilakukan, diperoleh titik leleh awal 134 ᵒC. Hasil ini sudah sesuai dengan
literatur, dimana pada literatur titik leleh aspirin 133 ᵒC hal ini membuktikan bahwa padatan
sudah sepenuhnya berupa asam asetil salisilat
Kesimpulan
1. Sintesis aspirin dapat dilakukan dengan asetilasi asam salisilat dengan asam asetat
anhidrida dibantu dengan katalis asam.
2. Kristal aspirin yang didapat sebanyak 1,67 gram dengan besar randemen hasil percobaan
yaitu 30,4%.
3. Hasil sintesis yang diperoleh menunjukkan adanya aspirin tetapi belum murni. Hal ini
ditunjukkan dengan pengujian menggunakan FeCl3 dimana hasil yang diperoleh berwarna
ungu yang menunjukkan masih adanya gugus –OH yang belum tergantikan oleh gugus
asetil –COCH3.
Referensi
Austin, T. George. 1984. “Shreve’s Chemical Process Industries”. Fifth Edition. McGraw-
Hill Book Company. New York.
Fessenden, Ralph. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran Dan
Program Strata I Fakultas Bioekskta. Jakarta: EGC.
Tim penyusun. 2016 Petunjuk Praktikum Sintesis Senyawa Organik. Jember: Universitas
Jember.
Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: Kalman Media
Pusaka.
Saran
1. Lebih memahami prosedur kerja telah ada di buku petunjuk praktikum agar percobaan
berjalan lebih efektif.
2. Sebaiknya saat menyaring kristal yang diperoleh jangan langsung dituang sekaligus
namun perlahan.
3. Lebih berhati-hati dalam melaksakan setiap langkah dan menjaga baik-baik peralatan
gelas dan lainnya untuk meminimalkan tingkat kecelakaan dan kerusakan alat.
NamaPraktikan
Muhammad Ilham Fahruzi 141810301025