Anda di halaman 1dari 3

FARMAKOKINETIK KLINIK

1. Obat Indeks Terapi Sempit


Obat dengan indeksi terapi sempit merupakan obat-obat dengan batas keamanan yang
sempit. Pada obat dengan indeks terapi sempit, perubahan sejumlah kecil dosis obat
dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan atau bahkan efek toksik. Oleh
karena itu, obat-obat ini memerlukan pengawasan pada level obat dalam plasma dan
penyesuaian dosis untuk mencegah timbulnya efek toksik (Kang dan Lee, 2009).
Contoh obat indeks terapi sempit yaitu :
A. Fargoksin ( digoksin )
Mekanisme kerja digoksin yaitu dengan menghambat pompa Na-K ATPase
yang menghasilkan peningkatan natrium intracellular yang menyebabkan lemahnya
pertukaran natrium/kalium dan meningkatkan kalsium intracellular. Hal tersebut
dapat meningkatkan penyimpanan kalsium intrasellular di sarcoplasmic reticulum
pada otot jantung, dan dapat meningkatkan cadangan kalsium untuk memperkuat
/meningkatkan kontraksi otot.
Penggunaan Digoksin dimulai pada dosis 0,125-0,25 mg sehari dan tergantung
pada usia, fungsi ginjal, berat badan, dan risiko toksisitas. Dosis yang lebih rendah
harus digunakan jika pasien memenuhi salah satu kriteria berikut: berusia lebih dari
65 tahun, bersihan kreatinin (creatinine clearance) kurang dari 60 mL/menit atau
berat badan ideal kurang dari 70 kg (154 lb). Dosis 0,125 mg perhari cukup pada
sebagian besar pasien. Rentang konsentrasi yang diinginkan untuk digoksin adalah
0,5-1,2 ng / mL (0,64-1,5 nmol / L), sebaiknya dengan konsentrasi pada atau kurang
dari 0,8 ng / mL (1 nmol / L).
Toksik : konsentrasi serum dalam darah > 2,5 ng/ml
 Interkasi dengan obat
 Meningkatkan kadar digoksin : Karvedilol ,amiodaron, bepridil, siklosporin,
diltiazem, indometasin, itrakonazol, antibiotik, metimazol, nitrendipin, propafenon,
propiltiourasil, kuinidi, verapami, Moricizine dll
 Menurunkan kadar digoksin : Amilorid dan spironolakton dapat menurunkan respon
inotropik digoksin. Kolestiramin, kolestipol, kaolin-pektin, dan metoklopramid dapat
menurunkan absorpsi digoksin. Levothyroxine

 Interkaksi obat dan makanan :


 Makanan yang mengandung serat (fiber) atau makanan yang kaya akan pektin
 natural licorice (menyebabkan retensi air dan natrium dan meningkatkan hilangnya
kalium dalam tubuh)
 Interaksi Digoksin dengan suplemen Magnesium (Mg)
 Interaksi Digoksin dengan Potassium (Kalium)
 nteraksi Digoksin dengan Calcium(Ca)
 Interaksi makanan dengan Herb (tanaman/jamu) : gingseng teh jawa

B. Warfarin

 Indikasi :pengobatandanpencegahantrombosis vena, terapi tambahan untuk mengatasi


penyumbatan koroner.

 Dosis :dosis bersifat individual, dosis awal 5-10 mg per hariselama 2 hari. Dosis
pemeliharaan 2-10 mg per hari.

 Kontraindikasi :kondisipotensialperdarahan, pembedahansegera, anestesilumbalis, pre


eklamsiadaneklamsia, ancaman abortusdanhamil.

 Efeksamping :perdarahan, ileus paralitik, perdarahan uterus berlebih, nekrosis pada


kulit dan jaringan lain.

 Interaksiobat :efek obat ini berkurang oleh amino glutetimida, barbiturat,


karbamazepin, griseofulvin, phenobarbital, dan primidon.

 Efekobat meningkat oleh anabolik steroid, amiodaron, antibiotika, simetidin,


klofibrat, danazol, dilsufiram, imidazol, antifungal dan omeprazole.

C. Fenitoin

 Mekanisme kerja utama Fenitoin

1. Pada korteks motoris yaitu menghambat penyebaran aktivitas kejang

2. Disebabkan peningkatan pengeluaran natrium dari neuron dan fenitoin cenderung


menstabilkan ambang rangsang terhadap hipereksitabilitas yang disebabkan
perangsangan berlebihan

3. Fenitoin menurunkan aktivitas maksimal pusat batang otak yang berhubungan dengan
fase tonik dari kejang tonik-klonik (grand mal)

4. Waktu paruh plasma setelah pemberian oral rata-rata adalah 22 jam (antara 7-42 jam).

Interaksi obat pada fenitoin

 Analgetik : Kadar plasma fenitoin dinaikkan oleh asetosal, azapropazon dan


fenilbutazon.

 Antasida : Menurunkan absorpsi fenitoin.

 Antiaritmia : Amiodaron menaikkan kadar plasma fenitoin; fenitoin menurunkan


kadar plasma disopiramid, meksiletin, dan kinidin.
 Antiepileptik lain : Pemberian bersama dua atau lebih antiepileptik dapat
meningkatkan toksisitas tanpa diikuti peningkatan khasiat anti epileptik; selain itu
interaksi antar antiepileptik dapat menyulitkan pemantauan pengobatan; interaksi
meliputi peningkatan efek, peningkatan sedasi,dan penurunan kadar plasma.

Interaksi Fenitoin dengan makanan

 Dengan Makanan : Makanan dapat mempengaruhi kadar obat dalam darah.

 Jika diberikan bersamaan dengan nutrisi enteral, bioavailabilitas fenitoin akan turun.

 Nutrisi enteral diberikan 2 jam sebelum atau sesudah pemberian fenitoin.

Dapat menurunkan kadar kalsium, asam folat dan vitamin D yang berasal dari
makanan.

(Sumber : https : //id.scribd.com/doc/319869814/konseling-obat-indeks-terapi-sempit-1)

2. Individualisasi Dosis

Respon klinis terhadap dosis obat rata-rata atau yang biasa direkomendasikan dapat
bervariasi, walaupun telah diberikan dosis sesuai dengan berat badan, luas permukaan
tubuh, dan tahap maturasi penderita. Variasi ini merupakan akibat dari perbedaan antar
perorangan pada farmakokinetik dan farmakodinamik obat, serta berbagai variabel
biologis, termasuk perbedaan genetic dalam metabolisme dan patofisiologi yang
menyertai . variabilitas perorangan berkenaan dengan kemanjuran dan kemungkinan
toksisitas obat seringkali memerlukan penyesuaian regimen dosis untuk penderita
tertentu, terutama bila obat yang diberikan mempunyai indeks terapeutik rendah. Untuk
obat-obat tertentu, termasuk dopamin, nitroprusida, dan furosemid, dosis obat dapat
segera disesuaikan, sesuai dengan respons klinis segera dan dengan mudah dapat
dikuantifikasi penderita. Untuk obat lain penyesuaian lebih baik berpedoman pada
kombinasi antara respons klinis dan pengukuran kadar obat dalam plasma atau serum.
Pendekatan terapi seperti ini sering disebut sebagai strategi kadar sasaran, karena
respons farmakologis dan toksikologis obat secara langsung dihubungkan dengan kisaran
kadar serum spesifik

Anda mungkin juga menyukai