Anda di halaman 1dari 58

PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan
pertaniannya. Dalam dunia modern saat ini sudah banyak model irigasi yang
dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu jika persediaan air melimpah
karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi
dilakukan dengan mangalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun
demikian irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan
menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu-persatu.
Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.
Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara
yang dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejak
Mesir Kuno.
Sejak Mesir Kuno telah dikenal dengan memanfaatkan Sungai Nil. Di
Indonesia, irigasi tradisional telah juga berlangsung sejak nenek moyang kita.
Hal ini dapat dilihat juga cara bercocok tanam pada masa kerajaan-kerajaan
yang ada di Indonesia. Dengan membendung kali secara bergantian untuk
dialirkan ke sawah. Cara lain adalah mencari sumber air pegunungan dan
dialirkan dengan bambu yang bersambung. Ada juga dengan membawa
dengan ember yang terbuat dari daun pinang atau menimba dari kali yang
dilemparkan ke sawah dengan ember daun pinang juga.
Secara umum, air untuk tanaman berfungsi sebagai berikut:
1. Kebutuhan dalam penyiapan lahan.
2. Kebutuhan untuk tanaman.
3. Perkolasi dan rembesan.
4. Melarutkan zat-zat makanan dalam tanah sehingga memudahkan
penyerapan tanaman.
5. Melindungi tanaman dari tanaman gulma (tanaman pengganggu).
6. Pergantian lapisan air.

KEVIN 1
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

1.2. Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara yang termasuk perkembangan penduduknya
sangat cepat yang menyebabkan jumlah penduduk semakin bertambah banyak.
Dengan demikian kebutuhan pendudukpun semakin bertambah banyak
termasukk kebutuhan penduduk yang disuplay oleh lahan pertanian.
Dengan demikian mau tidak mau lahan pertanian akan semakin luas untuk
dapat memenuhi kebutuhan peduduk yang semakin bertambah. Maka
bertambahnya lahan pertanian yang makin luas maka kebutuhan akan air pun
semakin bertambah banyak. Air yang dibutuhkan lahan pertanian tidak cukup
hanya mengandalkan dari air hujan saja karna Indonesia memeiliki dua musim
yaitu musim kemarau dan penghujan. Untuk itu perlu sumber air untuk
mengairi lahan tersebut dengan metode jaringan irigasi.
Kegagalan panen sebuah lahan pertanian yang menyebabkan sering
ruginya para petani dan mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan pangan
yang di konsumsi masyarakat membuat timbulnya permasalan baru bagi
kesejahteraan masyarakat. Hal ini sering disebabkan oleh kekurangan air yang
dibutuhkan oleh sebuah lahan pertanian sehingga terjadi kegagalan panen.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu sumber air yang banyak untuk
mensuplai air ke lahan pertanian. Biasa sumber air yang digunakan adalah
sungai. Untuk membawa air dari sungai ke lahan pertanian maka diperlukan
suatu metode irigasi yang tepat yaitu dengan mempertimbangkan semua aspek
yang ada dalam hidrologi dan hidrolika.

KEVIN 2
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

1.3. Batasan Tugas


Untuk mencapai tujuan dari penulisan ini serta kompleksnya permasalahan
yang ada maka penulis dalam hal ini membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Tidak dilakukan pengujian data hidrometeorologi dan toofografi.
2. Tidak dilakukan penyelidikan geologi teknik.
3. Tidak dilakukan survey social budaya masyarakat setempat.
4. Tidak dilakukan pengujian kualitas sumber air.
5. Semua data yang diperoleh dikelolah sesuai dengan teori yang telah
dipelajari di bangku kuliah.

1.4. Rumusan Kajian dalam Tugas


1. Bagaimana cara menghitung kebutuhan air irigasi.
2. Membuat Layout jaringan irigasi.
3. Menggambar skema jaringan irigasi.
4. Membuat perencanaan detail saluran sesuai layout.
5. Membuat perencanaan detail bangunan sesuai layout.
6. Menggambar hasil perencanaan saluran (potongan memanjang dan
melintang saluran).
7. Menggambar hasil perencanaan bangunan (denah dan potongan).

1.5. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk menyelesaikan tugas
wajib irigasi yang merupakan suatu syarat memperoleh gelar sarjana.
Manfaat pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui bagimana cara
perencanaan suatu sistem jaringan petak – petak irigasi dan bangunan
pelengkap yang ada didalamnya.

KEVIN 3
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

1.6. Sistematika Pembahasan


Sistematika penulisan laporan tugas wajib irigasi ini terdiri dari 4 (empat) Bab
dan beberapa subbab didalamnya yaitu:
BAB 1 : PENDAHULUAN
....... Pada bab ini menguraikan mengenai umum, latar belakang, masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat,
sistematika pembahasan.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
.......Pada bab ini menguraikan kerangka konseptual dengan menggunakan
beberapa teori dan pengertian yang dapat membantu memperjelas dan
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan
diselesaikan.
BAB 3 : DATA DAN ANALISA DATA
.......Dalam bab ini membahas data-data hidrologi yang ada serta menganalisa
data tersebut sesuai teori yang telah ditentukan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada.
BAB 4 : PENUTUP
.......Dalam bab ini menyimpulkan dari keseluruhan dari laporan ini serta
saran-saran untuk kemajuan pengetahuan mengenai sistem jaringan irigasi.
Dan dapat dimanfaatkan sebagai pedoman dalam menganalisis rumusan
masalah yanga ada.

KEVIN 4
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Metodologi Penulisan

Mulai

Maksud dan Tujuan

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Rencana Pola Tanam Data Hidrologi Peta Topografi Peta Geologi


Teknik
a. Curah Hujan

b. Klimatologi

Pra Layout
Analisis Hidrologi

Analisis Kebutuhan Layout Jaringan


Air Irigasi

Perhitungan Dimensi
Saluran dan Bangunan

Perhitungan Struktur Saluran


dan Bangunan Pelengkap

Penggambaran Desain

Selesai

KEVIN 5
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.1 Umum
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian
di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya
dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air
sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan
tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat
berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau
dikatakan air merupakan sumber kehidupan.
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang
tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai
kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk
mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara
normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara
aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air
tersedia yang dibutuhkan tanaman.
1. Fungsi Irigasi
 memasok kebutuhan air tanaman
 menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan
 menurunkan suhu tanah
 mengurangi kerusakan akibat frost
 melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah

KEVIN 6
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

2. Tujuan Irigasi
Irigasi bertujuan untuk membantu para petani dalam mengolah lahan
pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan yang sering
kekurangan air.
1. Meningkatkan Produksi Pangan terutama beras
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi
3. Meningkatkan intensitas tanam
4. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam
pembangunan jaringan irigasi perdesaan
3. Manfaat Irigasi
Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di pedesaan.
Dengan irigasi, sawah dapat digarap tiap tahunnya, dapat dipergunakan
untuk peternakan, dan keperluan lain yang bermanfaat.

2.2 Evapotranspirasi
2.2.1. Evaporasi
Evaporasi atau penguapan adalah proses perubahan dari molekul air
dalam bentuk zat cair menjadi molekul uap air (gas) di atmosfer. Evaporasi
merupakan unsur hidrologi yang sangat penting dalam keseluruhan proses
hidrologi. Meskipun dalam beberapa analisis untuk kepentingan tertentu
seperti analisis banjir, penguapan ukan merupakan unsur yang dominan,
namun untuk kepentingan lain seperti analisis irigasi, dan analisis
bendungan, penguapan merupakkan unsur yang sangat penting. Evaporasi
sangat mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas waduk, besarnya
kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan konsumtif (consumtif use) untuk
tanaman dan lain-lain. Proses penguapan sebenarnya terdiri dari dua
kejadian yang berkelanjutan, yaitu :
1. Interface evaporation, yaitu proses transformasi dari air menjadi uap air
di permukaan yang tergantung dari besarnya tenaga yang tersimpan
(stored energy).
2. Vertical vapor transfer, yaitu pemindahan (removal) lapisan udara yang
kenyang uap air dari interface sehingga proses penguapan berjalan terus.

KEVIN 7
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Transfer ini dipengaruhi oleh kecepatan angin, stabilitas topografi dan


iklim lokal di sekitarnya.
Penguapan atau evaporasi sangat bervariasi baik harian maupun
musiman. Penguapan di siang hari lebih besar jika dibandingkan dengan
pengupan di malam hari. Demikian pula penguapan pada musim kemarau
dan musim penghujan juga akan berbeda. Evaporasi atau penguapan juga
dipengaruhi oleh besarnya faktor meteorologi, yaitu antara lain :
 Radiasi matahari (solar radiation).
Evaporasi merupakan konversi air ke dalam uap air. Proses ini terjadi
hampir tanpa berhenti di siang hari dan sering kali juga di malam hari.
Perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini memerlukan input energi
yang berupa panas latent atau evaporasi. Proses tersebut akan sangat aktif
jika ada penyinaran langsung dari matahari. Awan merupakan penghalang
radiasi matahari dan akan mengurangi input energi, jadi akan menghambat
proses evaporasi.
 Angin (wind)
Jika air menguap ke atmosfer maka lapisan batas antara tanah dengan
udara menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses evaporasi terhenti. Agar
proses tersebut berjalan terus, lapisan jenuh itu harus diganti dengan udara
kering. Pergantian itu dapat dimungkinkan hanya kalau ada angin, jadi
kecepatan angin memegang peranan dalam proses evaporasi.
 Kelembaman Relatif (relative humidity)
Faktor lain yang mempengaruhi evaporasi adalah kelembaman relatif
udara. Jika kelembaman relatif ini naik, kemampuannya untuk menyerap
uap air akan berkurang sehingga laju evaporasinya munurun. Penggantian
lapisan udara pada batas tanah dan udara denganudara yang sama
kelembaman relatifnya tidak akan menolong untuk memperbesar laju
evaporasi. Ini hanya dimungkinkan jika diganti dengan udara yang lebih
kering.
 Suhu (temperature)
Seperti disebutkan di atas, suatu input energi sangat diperlikan agar
evaporasi berjalan terus. Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi, proses

KEVIN 8
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

evaporasi akan berjalanlebih cepat jika dibandingkan dengan suhu udara


dan tanah rendah, karena adanya energi panas yang tersedia. Karena
kemampuan udara untuk menyerap uap air akan naik jika suhunya naik,
maka suhu udara mempunyai efek ganda terhadap besarnya evaporasi,
sadangkan suhu tanah dan air hanya mempunyai efek tunggal.
Pada waktu pengukuran evaporasi, maka kondisi/keadaan ketika itu
harus diperhatikan, mengingat factor itu sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan.Karena kondisi-kondisi tidak merata di seluruh
daerah, umpamanya di bagian yang satu disinari matahari, dibagian yang
lain berawan, maka harus diakui bahwa perkiraan evaporasi yang
menggunakan harga yang hanya diukur pada sebagian daerah itu adalah
sulit dan sangat menyimpang..

2.2.2. Transpirasi
Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya
kehidupan tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan
selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air
kedalam tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan
kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari
tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya
atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas keudara
disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi dapat diartikan
sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan
melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman
melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi
kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui
stomata.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Transpirasi Kegiatan, transpirasi
terpengaruh oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam maupun faktor-
faktor luar.
Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah:

KEVIN 9
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

 Besar kecilnya daun


 Tebal tipisnya daun
 Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun
 Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun
 Banyak sedikitnya stomata
 Bentuk dan lokasi stomata
Hal-hal ini semua mempengaruhi kegiatan transpirasi
a) Bentuk serta distribusi stomata
Lubang stomata yang tidak bundar melainkan oval itu ada sangkut
paut dengan intensitas pengeluaran air. Juga yang letaknya satu sama lain
di perantaian oleh suatu juga jarak yang tertentu itu pun mempengaruhi
intensitas penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan maka
penguapan dari lubang yang satu malah menghambat penguapan dari
lubang yang berdekatan.
b) Membuka dan menutupnya stomata
Mekanisme mebuka dan menutupnya stomata berdasarkan suatu
perubahan turgor itu adalah akibat dari perubahan nilai osmosis dari isi
sel-sel penutup.
c) Banyaknya stomata
Pada tanaman darat umumnya stomata itu kedapatan pada permukaan
daun bagian bawah. Pada beberapa tanaman permukaan atas dari daun pun
mempunyai stomata juga. Temperatur berpengaruh pada membuka dan
menutupnya stomata. Pada banyak tanaman stoma tidak berserdia
membuka jika temperatur ada disekitar 0 derajat celcius.

1. Faktor-faktor luar yang mempengaruhi transpirasi


 Sinar matahari
Sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan
menutupnya stoma jadi banyak sinar mempercepat transpirasi
 Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau
dari sudut lain yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air

KEVIN 10
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

didalam daun dan tekanan uap air diluar daun, kenaikan temperatur
menambah tekanan uap didalam daun.
 Kelembaban udara
 Angin
 Keadaan air didalam tanah
Walaupun beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan
transpirasi, tetapi jika transpirasi berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat
memberikan beberapa keuntungan bagi tumbuhan tersebut misalnya dalam:
 Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xylem
 Menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal
 Sebagian salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu

2.2.3 Evapotranspirasi
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan
tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa
pengauapan dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama
disebut evapotranspirasi.
Faktor-faktor utama yang berpengaruh adalah (Ward dalam Seyhan,
1977) :
1. Faktor-faktor meteorologi
a) Radiasi Matahari
b) Suhu udara dan permukaan
c) Kelembaban
d) Angin
e) Tekanan Barometer
2. Faktor-faktor Geografi
a) Kualitas air (warna, salinitas dan lain-lain)
b) Jeluk tubuh air
c) Ukuran dan bentuk permukaan air
d) Faktor-faktor lainnya
e) Kandungan lengas tanah

KEVIN 11
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

3. Karakteristik kapiler tanah


a) Jeluk muka air tanah
b) Warna tanah
c) Tipe, kerapatan dan tingginya vegetasi
d) Ketersediaan air (hujan, irigasi dan lain-lain)

Banyaknya air untuk evapotranspirasi dapat diperkirakan dengan cara


Hargreaves atau Penman. Untuk menghitung besarnya evapotranspirasi
tersebut dapat digunakan beberapa metode, yaitu:
1. Metode Blaney Criddle
Data utama yang diperlukan dalam metode ini adalah suhu udara.
Persamaan umum yang digunakan adalah:
Eta = c ( p (0.46T + 8)) mm/hari
Dimana :
Eta = evapotranspirasi (mm/hari)
T = suhu harian rata-rata (0C)
P = persentase harian rata – rata dari jumlah panjang harian setahun,
yang besarnya tergantung pada posisi lintang.
c = factor koreksi yang tergantung pada kelembaban relative
minimum, panjang hari, dan kondisi angin pada siang hari.
Selain itu data suhu udara, metode radiasi juga membutuhkan data
pendukung berupa letak lintang, dan besaran angka koreksi (c).

Tabel hubungan P dan letak Lintang (LL) Tabel BC.1


Lintang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
5.0 Utara 0.27 0.27 0.27 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.27 0.27 0.27
2.5 Utara 0.27 0.27 0.27 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.27 0.27 0.27
0 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27
2.5 Selatan 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28
5 Selatan 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28
7.5 Selatan 0.29 0.28 0.28 0.28 0.27 0.27 0.27 0.27 0.28 0.28 0.28 0.29
10 Selatan 0.29 0.28 0.28 0.27 0.26 0.26 0.26 0.26 0.27 0.28 0.28 0.29

KEVIN 12
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Tabel : Angka Koreksi ( C ) Menurut Blaney Criddle. Tabel BC.2


Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
(C) 0.80 0.80 0.75 0.70 0.70 0.70 0.70 0.75 0.80 0.80 0.80 0.80

2. Metode Radiasi
Metode ini dipakai terutana untuk stasiun yang memiliki pengamatan
suhu udara, panjang hari, dan keawanan atau radiasi.
Persamaan umum yang digunakan adalah
ETo = C x w x Rs……………………………………(2.2)
Dimana:
Eta = evapotranspirasi (mm/hari)
Rs = radiasi gelombang pendek yang diterima bumi (mm/hari)
W = faktor pengaruh suhu dan elevasi ketinggian daerah
c = factor koreksi
Prosedur perhitungan :
1. Cari suhu rata-rata bulanan (t)
2. Berdasar t cari w (tabel R.1)
3. Cari letak lintang (LL)
4. Berdasarkan LL cari Rϒ (Tabel R.2)
5. Cari data kecerahan matahari (n/N)
6. Hitung Rs
7. Cari angka koreksi (C) (Tabel R.3)
8. Hitung Eto
Eto = C x w x Rs

KEVIN 13
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Tabel hubungan t dan w Tabel R.1

Suhu (°C) W Suhu (°C) W


24,0 0,735 26,6 0,761
24,2 0,737 26,8 0,763
24,4 0,739 27,0 0,765
24,6 0,741 27,2 0,767
24,8 0,743 27,4 0,769
25,0 0,745 27,6 0,771
25,2 0,747 27,8 0,773
25,4 0,749 28,0 0,775
25,6 0,751 28,2 0,777
25,8 0,753 28,4 0,779
26,0 0,755 28,6 0,781
26,2 0,757 28,8 0,783
26,4 0,759 29,0 0,785
Sumber : Hidrologi Teknik Sumberdaya Air-1 : 33

Tabel angka koreksi Tabel R.3


Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun
C 0,8 0,8 0,75 0,75 0,75 0,75

Bulan Jul Ags Sep Okt Nov Des


C 0,75 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Sumber : Hidrologi Teknik Sumberdaya Air-1 : 32

KEVIN 14
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

3. Metode Penman
Metode ini membutuhkan data suhu, kelembaban, kecepatan angin,
lama penyinaran dan intensitas radiasi. Selain itu juga membutuhkan
data posisi geografis dan factor (c). bila dibandingkan dengan metode
lain, metode penman dianggap paling banyak membutuhkan input data
sehingga dianggap paling sempurna karena mereduksi banyak factor.
Rumus :
ETo = C . ETo*
ETo* = w (0,75Rs – Rnl) + (1-w) f(U) ( –  d) ......…..(2.3)
Dimana :
ETo = Evaporasi potensial (mm/hari).
ETo* = Evaporasi (mm/hari).
w = Faktor yang berhubungan dengan suhu dan elevasi daerah.
(Tabel 2.1.)
Rs = Radiasi gelombang pendek.
n
Rs = (0,25 + 0,54 ) R
N

n
= Penyinaran matahari (%)
N

R = Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas atmosfir


(berhubungan dengan LL daerah)  Tabel A
Rn = Radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
n
Rnl = f(T)*f(d)*f( )
N

f(T) = Fungsi suhu : s.Ta4  Tabel 2.1.


f(d) = Fungsi tekanan uap

= 0,34 – 0,044 d
d = Tekanan uap sebenarnya (mbar) = d * Rh
Rh = Kelembaban relatif (%)
n n
f( ) = Fungsi penyinaran matahari = 0,1 + 0,9 ( )
N N

f(U) = Fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2,00 m


= 0,27 * (1 + 0,864 U)

KEVIN 15
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

 = Tekanan uap jenuh (mbar)  Tabel 2.1.


(-d) = perbedaan antara tekanan uap jenuh dengan tekanan uap
sebenarnya di udara (mbar)
C = Factor koreksi untuk mengimbangi pengaruh kondisi
cuaca pada siang dan malam hari.
Uraian tentang variable-variabel dan metode perhitungannya:
1. Perhitungan W
Temperatur rata-rata
T T
T  maks min
2

W 
 
Dimana
 = 2(0.00738T + 0.8072)7 – 0.00116
0.386  P
0
 =
L

P = 1013 – 0.1055E
0
L = 595 – 0.51T
E = Elevasi dari permukaan laut
 = sudut dari kurva hubungan antara uap air dan temperature
 = konstanta psychomet.

2. Perhitungan ea-ed

R e
H a
Ea =
100 %
R R
Hmaks H min
RH = relative humadity =
2

Ea = 6.11e(17.4T/(T/239))

KEVIN 16
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

3. Perhitungan fu
Faktor kecepatan angin (f(u))

 u 
= 0.27 1 
100 
f(u)
 
Dimana :
u = kecepatan angin Selma 24 jam pada ketinggian 2m dari
permukaan tanah, dimana kecepatan rata-rata
= 250km/jam
4. Perhitungan Rn (Net Radition)
Rn = Rns –Rnl
Dimana :
Rns = short wave radition = (1- α)Rs
= (1- α)(0.25+0.5(n/N)Ra
Rnl = net long wave yang diperhitungkan bumi ke
atmosfir
Rs =(a+b(n/N))
Rnl = ∑(tk4)0.34-0.0044(ed)1/2)(0.1+0.9(n/N))
n = lamanya penyinaran matahari/hari

KEVIN 17
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Tabel 2.1. Hubungan T dengan , w, f(T)

Suhu 
w f(T)
(°C) (mbar)
24,0 29,85 0,735 15,40
24,2 30,21 0,737 15,45
24,4 30,57 0,739 15,50
24,6 30,94 0,741 15,55
24,8 31,31 0,743 15,60
25,0 31,69 0,745 15,65
25,2 32,06 0,747 15,70
25,4 32,45 0,749 15,75
25,6 32,83 0,751 15,80
25,8 33,22 0,753 15,85
26,0 33,62 0,755 15,90
26,2 34,02 0,757 15,94
26,4 34,42 0,759 15,98
26,6 34,83 0,761 16,02
26,8 35,25 0,763 16,06
27,0 35,66 0,765 16,10
27,2 36,09 0,767 16,14
27,4 36,50 0,769 16,18
27,6 36,94 0,771 16,22
27,8 37,37 0,773 16,26
28,0 37,81 0,775 16,30
28,2 38,25 0,777 16,34
28,4 38,70 0,779 16,38
28,6 39,14 0,781 16,42
28,8 39,61 0,783 16,46
29,0 40,06 0,785 16,50
Sumber : Hidrologi Teknik Sumberdaya Air-1 : 33

Tabel 2.2. Besar angka koefisien bulanan (C) untuk rumus Penman

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun


C 1,10 1,10 1,10 0,90 0,90 0,90

Bulan Jul Ags Sep Okt Nov Des


C 0,90 1,00 1,10 1,10 1,10 1,10
Sumber : Hidrologi Teknik Sumberdaya Air-1 : 32

KEVIN 18
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Tabel 2.3 Hubungan nilai Rs dengan Ra dan n/N (Rs = (0.25 +0.54 n/N)

Persentase kecerahan matahari n/N (%)


Ra
20 30 40 50 60 70 80 90
12.0 4.3 4.9 5.6 6.2 6.9 7.5 8.2 8.8
12.2 4.4 5.0 5.7 6.3 7.0 7.7 8.3 9.0
12.4 4.4 5.1 5.8 6.4 7.1 7.8 8.5 9.1
12.6 4.5 5.2 5.9 6.6 7.2 7.9 8.6 9.3
12.8 4.6 5.3 6.0 6.7 7.3 8.0 8.7 9.4
13.0 4.7 5.4 6.1 6.8 7.5 8.2 8.9 9.6
13.2 4.7 5.4 6.2 6.9 7.6 8.3 9.0 9.7
13.4 4.8 5.5 6.2 7.0 7.7 8.4 9.1 9.9
13.6 4.9 5.6 6.3 7.1 7.8 8.5 9.3 10.0
13.8 4.9 5.7 6.4 7.2 7.9 8.7 9.4 10.2
14.0 5.0 5.8 6.5 7.3 8.0 8.8 9.5 10.3
14.2 5.1 5.9 6.6 7.4 8.2 8.9 9.7 10.5
14.4 5.2 5.9 6.7 7.5 8.3 9.0 9.8 10.6
14.6 5.2 6.0 6.8 7.6 8.4 9.2 10.0 10.7
14.8 5.3 6.1 6.9 7.7 8.5 9.3 10.1 10.9
15.0 5.4 6.2 7.0 7.8 8.6 9.4 10.2 11.0
15.2 5.4 6.3 7.1 7.9 8.7 9.5 10.4 11.2
15.4 5.5 6.3 7.2 8.0 8.8 9.7 10.5 11.3
15.6 5.6 6.4 7.3 8.1 9.0 9.8 10.6 11.5
15.8 5.7 6.5 7.4 8.2 9.1 9.9 10.8 11.6
16.0 5.7 6.6 7.5 8.3 9.2 10 10.9 11.8
16.2 5.8 6.7 7.5 8.4 9.3 10.2 11.0 11.9
Min 4.3 4.9 5.6 6.2 6.9 7.5 8.2 8.8
Max 5.8 6.7 7.5 8.4 9.3 10.2 11.0 11.9
Rerata 5.1 5.8 6.6 7.3 8.1 8.9 9.6 10.4

KEVIN 19
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Tabel 2.4 Harga f(n/N) guna perhitungan rumus Penman

n/N f(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N


(%) ,0 ,2 ,4 ,6 ,8
30 0.370 0.388 0.406 0.424 0.442
40 0.460 0.478 0.496 0.514 0.532
50 0.550 0.568 0.586 0.604 0.622
60 0.640 0.658 0.676 0.694 0.712
70 0.730 0.748 0.766 0.784 0.802
80 0.820 0.838 0.856 0.874 0.892
Sumber : Suhardjono,1989 : 47

KEVIN 20
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Tabel 2.5 Radiasi ekstra matahari (Ra) dalam evaporasi ekivalen (mm/hari) dalam
hubungan dengan letak lintang (untuk daerah Indonesia, antara 5 LU –
10 LS)

Suhu Udara Ketinggian tempat (m)


(°c) 0 500 1000 2000 3000 4000
2 0.43 0.44 0.46 0.49 0.52 0.54
4 0.46 0.48 0.49 0.52 0.55 0.58
6 0.49 0.51 0.52 0.55 0.58 0.61
8 0.52 0.54 0.55 0.58 0.61 0.64
10 0.55 0.57 0.58 0.61 0.64 0.66
12 0.58 0.6 0.61 0.64 0.66 0.69
14 0.61 0.62 0.64 0.66 0.69 0.71
16 0.64 0.65 0.66 0.69 0.71 0.73
18 0.66 0.67 0.69 0.71 0.73 0.75
20 0.69 0.7 0.71 0.73 0.75 0.77
22 0.71 0.72 0.73 0.75 0.77 0.79
24 0.73 0.74 0.75 0.77 0.79 0.81
26 0.75 0.76 0.77 0.79 0.81 0.82
28 0.77 0.78 0.79 0.81 0.82 0.84
30 0.78 0.79 0.8 0.82 0.84 0.85
32 0.8 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86
34 0.82 0.82 0.83 0.85 0.86 0.87
36 0.83 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88
38 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88 0.89
40 0.85 0.86 0.87 0.88 0.89 0.9
Sumber : Suhardjono,1989 : 47

KEVIN 21
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Tabel 2.6 Harga f(ed) guna perhitungan rumus Penman

d f(d) = 0,34 - 0,044 (d)^0,5


m.bar ,0 ,25 ,5 ,75
15 0.170 0.168 0.167 0.165
16 0.164 0.163 0.161 0.160
17 0.159 0.157 0.156 0.155
18 0.153 0.152 0.151 0.149
19 0.148 0.147 0.146 0.144
20 0.143 0.142 0.141 0.140
21 0.138 0.137 0.136 0.135
22 0.134 0.132 0.131 0.130
23 0.129 0.128 0.127 0.126
24 0.124 0.123 0.122 0.121
25 0.120 0.119 0.118 0.117
26 0.116 0.115 0.113 0.112
27 0.111 0.110 0.109 0.108
28 0.107 0.106 0.105 0.104
29 0.103 0.102 0.101 0.100
30 0.099 0.098 0.097 0.096
31 0.095 0.094 0.093 0.092
32 0.091 0.090 0.089 0.088
33 0.087 0.086 0.085 0.840
34 0.083 0.082 0.082 0.081
35 0.080 0.079 0.078 0.077
36 0.076 0.075 0.074 0.073
Sumber : Suhardjono, 1989 : 47

KEVIN 22
130310036
Tabel A
Radiasi Ekstra terrestrial (Ra), mm/hari Tabel 2.7. Radiasi Ekstra Terrestrial (Ra), mm/hari

Lintang Utara Posisi Lintang Selatan

KEVIN
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Lintang ( o ) Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

130310036
o
3.80 6.10 9.40 12.70 15.80 17.10 16.40 14.10 10.90 7.40 4.50 3.20 50 17.50 14.70 10.90 7.00 4.20 3.10 3.50 5.50 8.90 12.90 16.50 18.20
o
4.30 6.60 9.80 13.00 15.90 17.20 16.50 14.30 11.20 7.80 5.00 3.70 48 17.60 14.90 11.20 7.50 4.70 3.50 4.00 6.00 9.30 13.20 16.60 18.20
o
4.90 7.10 10.20 13.30 16.00 17.20 16.60 14.50 11.50 8.30 5.50 4.30 46 17.70 15.10 11.50 7.90 5.20 4.00 4.40 6.90 9.70 13.40 16.70 18.30
o
5.30 7.60 10.60 13.70 16.10 17.20 16.60 14.70 11.90 8.70 6.00 4.70 44 17.80 15.30 11.90 8.40 5.70 4.40 4.90 6.90 10.20 13.70 16.70 18.30
o
5.90 8.10 11.00 14.00 16.20 17.30 16.70 15.00 12.20 9.10 6.50 5.20 42 17.80 15.50 12.20 8.80 6.10 4.90 5.40 7.40 10.60 14.00 16.80 18.30
o
6.40 8.60 11.40 14.30 16.40 17.30 16.70 15.20 12.50 9.60 7.00 5.70 40 17.90 15.70 12.50 9.20 6.60 5.30 5.90 7.90 11.00 14.20 16.90 18.30
o
6.90 9.00 11.80 14.50 16.40 17.20 16.70 15.30 12.80 10.00 7.50 6.10 38 17.90 15.80 12.80 9.60 7.10 5.80 6.30 8.30 11.40 14.40 17.00 18.30
o
7.40 9.40 12.10 14.70 16.40 17.20 16.70 15.40 13.10 10.60 8.00 6.60 36 17.90 16.00 13.20 10.10 7.50 6.30 6.80 8.80 11.70 14.60 17.00 18.20
o
7.90 9.80 12.40 14.80 16.50 17.10 16.80 15.50 13.40 10.80 8.50 7.20 34 17.80 16.10 13.50 10.50 8.00 6.80 7.20 9.20 12.00 14.90 17.10 18.20
o
8.30 10.20 12.80 15.00 16.50 17.00 16.80 15.60 13.60 11.20 9.00 7.80 32 17.80 16.20 13.80 10.90 8.50 7.30 7.70 9.60 12.40 15.10 17.20 18.10
o
8.80 10.70 13.10 15.20 16.50 17.00 16.80 15.70 13.90 11.60 9.50 8.30 30 17.80 16.40 14.00 11.30 8.90 7.80 8.10 10.10 12.70 15.30 17.30 18.10
o
9.30 11.10 13.40 15.30 16.50 16.80 16.70 15.70 14.10 12.00 9.90 8.80 28 17.70 16.40 14.30 11.60 9.30 8.20 8.60 10.40 13.00 15.40 17.20 17.90
o
9.80 11.50 13.70 15.30 16.40 16.70 16.60 15.70 14.30 12.30 10.30 9.30 26 17.60 16.40 14.40 12.00 9.70 8.70 9.10 10.90 13.20 15.50 17.20 17.80
o
10.20 11.90 13.90 15.40 16.40 16.60 16.50 15.80 14.50 12.60 10.70 9.70 24 17.50 16.50 14.60 12.30 10.20 9.10 9.50 11.20 13.40 15.60 17.10 17.70

23
o
10.70 12.30 14.20 15.50 16.30 16.40 16.40 15.80 14.60 13.00 11.10 10.20 22 17.40 16.50 14.80 12.60 10.60 9.60 10.00 11.60 13.70 15.70 17.00 17.50
o
11.20 12.70 14.40 15.60 16.30 16.40 16.30 15.90 14.80 13.30 11.60 10.70 20 17.30 16.50 15.00 13.00 11.00 10.00 10.40 12.00 13.90 15.80 17.00 17.40
o
11.60 13.00 14.60 15.60 16.10 16.10 16.10 15.80 14.90 13.60 12.00 11.10 18 17.10 16.50 15.10 13.20 11.40 10.40 10.80 12.30 14.10 15.80 16.80 17.10
o
12.00 13.30 14.70 15.60 16.00 15.90 15.90 15.70 15.00 13.90 12.40 11.60 16 16.90 16.40 15.20 13.50 11.70 10.80 11.20 12.60 14.30 15.80 16.70 16.80
o
12.40 13.60 14.90 15.70 15.80 15.70 15.70 15.70 15.10 14.10 12.80 12.00 14 16.70 16.40 15.30 13.70 12.10 11.20 11.60 12.90 14.50 15.80 16.50 16.60
o
12.80 13.90 15.10 15.70 15.70 15.50 15.50 15.60 15.20 14.40 13.30 12.50 12 16.60 16.30 15.40 14.00 12.50 11.60 12.00 13.20 14.70 15.80 16.40 16.50
o
13.20 14.20 15.30 15.70 15.50 15.30 15.30 15.50 15.30 14.70 13.60 12.90 10 16.40 16.30 15.50 14.20 12.80 12.00 12.40 13.50 14.80 15.90 16.20 16.20
o
13.60 14.50 15.30 15.60 15.30 15.00 15.10 15.40 15.30 14.80 13.90 13.30 8 16.10 16.10 15.50 14.40 13.10 12.40 12.70 13.70 14.90 15.80 16.00 16.00
o
13.90 14.80 15.40 15.50 15.10 14.70 14.90 15.20 15.30 15.00 14.20 13.70 6 15.80 16.00 15.60 14.70 13.40 12.80 13.10 14.00 15.00 15.70 15.80 15.70
o
14.30 15.00 15.50 15.40 14.90 14.40 14.60 15.10 15.30 15.10 14.50 14.10 4 15.50 15.80 15.60 14.90 13.80 13.20 13.40 14.30 15.10 15.60 15.50 15.40
o
14.70 15.30 15.60 15.30 14.60 14.20 14.30 14.90 15.30 15.30 14.80 14.40 2 15.30 15.70 15.70 15.10 14.10 13.50 13.70 14.50 15.20 15.50 15.30 15.10
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

o
15.00 15.50 15.70 15.30 14.40 13.90 14.10 14.80 15.30 15.40 15.10 14.80 0 15.00 15.50 15.70 15.30 14.40 13.90 14.10 14.80 15.30 15.40 15.10 14.80
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

4. Metode evaporasi panci


Metode evaporasi panci merupakan pengukuran yang
melihat pengaruh radiasi , angin, suhu udara, dan kelembaban
terhadap evaporasi ditempat terbuka. Evapotranspirasi tanaman
dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
ETa = Kp . Epan
dimana :
ETa = evapotranspirasi (mm/hari)
Kp = koefisien panic

5. Metode Thornwhite
Thorntwhite telah mengembangkan suatu metode untuk
memperkirakan besarnya evapotranspirasi potensial dari data
klimatologi. Evapotranspirasi potensial (PET) tersebut berdasarkan
suhu udara rerata bulanan dengan standar 1 bulan 30 hari, dan lama
penyinaran matahari 12 jam sehari. Metode ini memanfaatkan suhu
udara sebagai indeks ketersediaan energi panas untuk
berlangsungnya proses ET dengan asumsi suhu udara tersebut
berkorelasi dengan efek radiasi matahari dan unsur lain yang
mengendalikan proses ET.
Rumus dasar:
a
 10 x T 
PET = 1,6  
 I 

keterangan:
PET = evapotranspirasi potensial bulanan (cm/bulan)
T = temperatur udara bulan ke-n (OC)
I = indeks panas tahunan
a = koefisien yang tergantung dari tempat
Harga a dapat ditetapkan dengan menggunakan rumus:
a = 675  10-9 ( I3 ) – 771  10-7 ( I2 ) + 1792  10-5 ( I ) + 0,49239
Jika rumus tersebut diganti dengan harga yang diukur, maka:
PET = evapotranspirasi potensial bulanan standart (belum disesuaikan dalam cm).

KEVIN 24
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Karena banyaknya hari dalam sebulan tidak sama, sedangkan jam penyinaran
matahari yang diterima adalah berbeda menurut musim dan jaraknya dari
katulistiwa, maka PET harus disesuaikan menjadi:
 s x Tz 
PE = PET  
 30 x 12 
Keterangan:
s = jumlah hari dalam bulan
Tz = jumlah jam penyinaran rerata per hari

2.3 Pola Tata Tanam

2.3.1 Tata Tanam


Agar kebutuhan air pada tanaman dapat terpenuhi dengan baik,
maka perlu dilakukan suatu pembagian. Pembagian tersebut merupakan
pola tanam. Untuk pola tanam hendaknya disesuaikan dengan ketersediaan
sumber air untuk jaringan irigasi. Apabila sumber air cukup banyak, maka
pola tanam dalam satu tahun dapat berupa Padi-Padi-Palawija, apabila
sumber air yang tersedia cenderung sedikit, maka dapat digunakan pola
tanam Padi-Palawija-Palawija.
2.3.2 Jadwal Tata Tanam
Wilayah Indonesia memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan
musim hujan. Oleh karena itu dalam pola tata tanam awal tanam
merupakan hal yang penting untuk direncanakan. Pada awal tanam,
biasanya musim hujan belum turun sehingga persediaan air relatif kecil.
Untuk menghindari kekurangan air, maka urutan tata tanam pada waktu
penyiapan lahan diatur sebaik-baiknya.

2.4 Koefisien Tanaman


Setiap tanaman memiliki koefisien yang berbeda. Koefisien tanaman
ini akan berhubungan dengan nilai evapotranspirasi yang akan dipakai
pada metoda Penman modifikasi.Koefisien yang dipakai harus berdasarkan
pada pengalaman dari proyek-proyek irgasi yang ada.

KEVIN 25
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Sebagai acuan biasanya diberikan table koefisien tanaman menurut


NEDECO/PROSIDA serta dari FAO. Koefisien tanaman yang biasanya
dipergunakan di Indonesia adalah koefisien tanaman untuk padi dan
palawija, karena dianggap padi dan palawija merupakan tanaman yang
paling sering ditanam di Indonesia.

Tabel 2.7. Harga – harga koefisien tanaman untuk diterapkan dengan metode
perhitungan evapotranspirasi FAO

Jangka 1/2 bulan No.


Tanaman
tumbuh/hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kedelai 85 0,5 0,75 1,0 1,0 0,82 0,45*

Jagung 80 0,5 0,59 0,96 1,05 1,02 0,95*

Kacang
130 0,5 0,51 0,66 0,85 0,95 0,95 0,95 0,55 0,55*
tanah

Bawang 70 0,5 0,51 0,69 0,90 0,95*

Buncis 75 0,5 0,64 0,89 0,95 0,88


Kapas 195 0,5 0,5 0,58 0,75 0,91 1,04 1,05 1,05 1,05 0,78 0,65 0,65 0,65
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, KP-01, Departemen Pekerjaan Umum

2.5 Kebutuhan Air Tanaman (evapotranspirasi potensial)


Dalam penentuan kebutuhan air tanaman, kebutuhan air akan
diperhitungkan berdasarkan kebutuhan air pada masa persiapan lahan, dan
pada masa tanam. Rumus untuk mendapatkan kebutuhan air tanaman :
ET = k . ETo
Dimana :
ET = Kebutuhan air tanaman (evapotranspirasi potensial) (mm/hari).
k = Koefisien tanaman
ETo = Evaporasi potensial (mm/hari).
Untuk lebih lengkapnya akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan


Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat
ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah. Rumus berikut
dipakai untuk memperkirakan kebutuhan air untuk penyiapan lahan.

KEVIN 26
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

( S a  S b ) N .d
PWR   Pd  F1
10 4

dimana :

PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm

Sa = Derajat kejenuhan tanag setelah, penyiapan lahan dimulai, %

Sb = Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai, %

N = Porositas tanah dalam % pada harga rata-rata untuk kedalaman tanah


d = Asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan mm

Pd = Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan, mm

F1 = Kehilangan air di sawah selama 1 hari, mm

Untuk tanah berstruktur berat tanpa retak-retak kebutuhan air untuk penyiapan
lahan diambil 200 mm. Ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah.
Pada permulaan transplantasi tidak akan ada laposan air yang tersisa di sawah.
Setelah transplantasi selesai, lapisan air di sawah akan ditambah 50 mm. Secara
keseluruhan, ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan menjai 250 mm untuk
menyiapkan lahan dan untuk lapisan air awal setelah transpantasi selesai.

Bila lahan telah dibiarkan beda selama jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau
lebih), maka lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm,
termasuk yang 50 mm untuk penggenangan setelah transplantasi.

Untuk tanah-tanah ringan dengan laju perkolasi yang lebih tinggi, harga-harga
kebutuhan air untuk penyelidikan lahan bisa diambil lebih tinggi lagi. Kebutuhan
air untuk penyiapan lahan sebaiknya dipelajari dari daerah-daerah di dekatnya
yang kondisi tanahnya serupa dan hendaknya didasarkan pada hasil-hasil
penyiapan di lapangan. Walau pada mulanya tanah-tanah ringan mempunyai laju
perlokasi tinggi, tetapi laju ini bisa berkurang setelah lahan diolah selama
beberapa tahun. Kemungkinan ini hendaknya mendapat perhatian tersendiri
sebelum harga-harga kebutuhan air untuk penyiapan lahan ditetapkan menurut
ketentuan di atas.

KEVIN 27
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam harga-harga kebutuhan air


diatas.

2. Kebutuhan air selama penyiapan lahan


Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan metode
yang dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut
didasarkan pada laju air konstan dalam 1/dt selama periode penyiapan lahan dan
menghasilkan rumus berikut :

IR = M ek/ (ek – 1)

Dimana :

IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/ hari


M = Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensari kehilangan air akibat
evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan M = Eo + P,
mm/ hari
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1* ETo selama penyiapan lahan, mm/
hari
P = Perkolasi
k = MT/S
T = jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan laposan air 50 mm,
mm yakni 200 + 50 = 250 mm seperti yang sudah diterangkan di atas.
Untuk menyikapi perubahan iklim yang selalu berubah dan juga dalam rangka
penghematan air maka diperlukan suatu metode penghematan air pada saat pasca
konstruksi.

Pada saat ini perhitungan kebutuhan air dihitung secara konvensional yaitu
dengan metode genangan, yang berkonotasi bahwa metode genangan adalah
metode boros air.

KEVIN 28
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

2.6 Perkolasi
Kehilangan air di lahan pertanian diperhitungkan karena adanya
rembesan air dari daerah tidak jenuh ke daerah jenuh air (perkolasi). Besarnya
perkolasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Tekstur tanah
Makin besar tektur tanah makin besar angka perkolasinya dan sebaliknya.
2. Permeabilitas tanah, makin besar permeabilitasnya, makin kecil perkolasi
yang terjadi.
3. Tebal lapisan tanah bagian atas. Makin tipis lapisan tanah bagian atas
makin kecil angka perkolasinya.
4. Letak permukaan air tanah
Makin dangkal air tanah makin kecil angka perkolasinya. Perkolasi dapat
mencapai 1 – 3 mm per hari.

2.7 Pengolahan Tanah Dan Persemaian (Penyiapan Lahan)


2.7.1 Pengolahan Tanah
Untuk penanaman padi, tanah terlebih dahulu harus diolah, untuk
pengolahan tanah diperlukan air agar tanah tersebut menjadi lembek.
Banyaknya air yang diperlukan dalam periode pengolahan tanah berkisar
antara 150-250 mm. Banyaknya air irigasi yang paling banyak adalah saat
terjadi pengolahan tanah, apalagi bila tidak terjadi turun hujan atau waktu
untuk pengolahan tanah tersebut sangat sempit. Pengolahan tanah pada
umumnya dilakukan 20-30 hari sebelum penanaman dimulai pengolahan
tanah ini dilakukan dalam 2 tahap, yaitu pembajakan dan panggarukan.
Banyaknya air yang diperlukan untuk saat pengolahan tanah dapat dihitung
dari rumus sebagai berikut :
Wp = [ A . S + A . d (n-1) / 2 ] . 10 (m3)
Wp = Banyaknya air saat pengolahan tanah
N = Jumlah hari pengolahan tanah
S = Tinggi air untuk pengolahan (mm)
D = Unit water requirement (mm) (Evapotranspirasi + Perkolasi)
A = Luas daerah yang tanahnya diolah

KEVIN 29
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Banyaknya air untuk pengolahan tanah pada hari ke- X dapat dihitung dari
persamaan sebagai berikut:
W px = A/n [ s + (x-1) d ] 10 m3

2.7.2 Persemaian
Pekerjaan persemaian tanaman biasanya bersamaan dengan pekerjaan
pengolahan tanah, tetapi karena kurang tenaga kerja terkadang dilakukan
sekitar 5 hari setelah pengolahan tanah . Untuk persemaian ini biasanya
diperlukan waktu 20-25 hari adapun luas yang diperlukan untuk persemaian
pada umumnya 5% dari luas lahan. Sedang kebutuhan air untuk persemaian
lebih kurang 6 mm/hari.

2.8 Curah Hujan Efektif


Untuk mengaliri suatu sawah, maka perlu dipertimbangkan curah hujan
efektif yang akan digunakan. Biasanya untuk curah hujan efektif bulanan
diambil 80% untuk tanaman padi dengan kemungkinan tidak terpenuhi
adalah 20%. Curah hujan efektif dilakukan dari hasil analisis data curah
hujan. Analisis data curah hujan bertujuan untuk menentukan :
- Curah hujan efektif adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang
tersedia secara efektif untuk memenuhi kebutuhan air tanaman
- Curah hujan lebih dipakai untuk menghitung kebutuhan pembuangan/
drainase dan debit banjir Jadi yang dimaksud dengan Re adalah Rh
yakni curah hujan efektif yang didapatkan dari hasil 0,7 * R80, dimana
R80 adalah curah hujan dengan kemungkinan 80% terjadi.Untuk
mencari nilai dari R80, maka yang perlu dilakukan adalah hal-hal
sebagai berikut :
 Mengumpulkan data curah hujan bulanan selama kurun waktu
tertentu dari beberapa stasiun curah hujan yang terdekat dengan
daerah irigasi. Biasanya perhitungan menggunakan minimal waktu
10 tahun, dan dibutuhkan 3 stasiun curah hujan yang terdekat
dengan daerah irigasi.

KEVIN 30
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

 Merata-ratakan data curah hujan dari beberapa stasiun yang


diperoleh.
 Mengurutkan data curah hujan dari yang terkecil sampai yang
terbesar.
 Mencari nilai R80 dengan mengguanakan rumus (N/n+1), dimana
N adalah urutan dan n adalah jumlah tahun yang diambil
 Menghitung nilai Re, dimana Re=0,7*R80

2.9 Debit Andalan


Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk
kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi.
Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit sungai lebih
rendah dari debit andalan adalah 20%). Debit andalan ditentukan untuk periode
tengah – bulanan. Debit minimum sungai diantalisis atas dasar data debit harian
sungai. Agar analisisnya cukup tepat dan andal, catatan data yang diperlukan
harus meliputi jangka waktu paling sedikit 20 tahun. Jika persyaratan ini tidak
bisa dipenuhi, maka metode hidrologi analitis dan empiris bisa dipakai.

Dalam menghitung debit andalan, kita harus mempertimbangkan air yang


diperlukan dari sungai di hilir pengambilan.

Dalam praktek ternyata debit andalan dari waktu kewaktu mengalami


penurunan seiring dengan penurunan fungsi daerah tangkapan air.

Penurunan debit andalan dapat menyebabkan kinerja irigasi berkurang


yang mengakibatkan pengurangan areal persawahan. Antisipasi keadaan ini perlu
dilakukan dengan memasukan faktor koreksi besaran 80% - 90% untuk debit
andalan. Faktor koreksi tersebut tergantung pada kondisi perubahan DAS.

Salah satu metode untuk mengestimasi data debit yang digunakan adalah
Metode Dr. F.J. Mock (1973) dimana memperkenalkan model sederhana simulasi
simulasi keseimbangan air bulanan untuk aliran yang meliputi data hujan,
evaporasi dan karakteristik hidroogi daerah pengaliran.

KEVIN 31
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Kriteria perhitungan dan asumsi yang digunakan dalam analisa Dr. F.J. Mock
adalah sebagai berikut :

1. Evapotranspirasi Aktual (Ea) / Evapotranspirasi Terbatas (Et)

Evapotranspirasi aktual dihitung dari evaporasi potensial metode Penman


(ETo). Hubungan antara evaporasi potensial dengan evapotranspirasi aktual
dihitung dengan rumus :
Ea = ETo - E  (Ea = Et)
E = ETo x (m/20) x (18-n)  (E = E)
Dengan :
Ea = Evapotranspirasi aktual (mm/hari)
Et = Evapotranspirasi terbatas (mm/hari)
ETo = Evaporasi potensial metode Penman (mm/hari)
m = Prosentase lahan yang tidak tertutup tanaman, ditaksir dari peta
tataguna lahan
m = 0 untuk lahan dengan hutan lebat
m = 0 untuk lahan dengan hutan sekunder pada akhir musim hujan dan
bertambah 10 % setiap bulan kering berikutnya
m = 10 % – 40 % untuk lahan yang tererosi
m = 30 % – 50 % untuk lahan pertanian yang diolah (misal: sawah,ladang)
n = Jumlah hari hujan dalam sebulan

2. Keseimbangan Air di Permukaan Tanah

a. Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai


berikut :
Ds = P – Et
Dengan :
Ds = Air hujan yang mencapai permukaan tanah(mm/hari)
P = Curah hujan (mm/hari)
Et = Evapotranspirasi terbatas (mm/hari)
Bila harga DS positif (P > Et) maka air akan masuk ke dalam tanah bila
kapasitas kelembaban tanah belum terpenuhi, dan sebaliknya akan
melimpas bila kondisi tanah jenuh. Bila harga Ds negatif (P > Et),
sebagian air tanah akan keluar dan terjadi kekurangan (defisit).

KEVIN 32
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

b. Perubahan kandungan air tanah (soil storage) tergantung dari harga Ds.
Bila harga negatif maka kapasitas kelembaban kekurangan kapasitas
kelembaban tanah bulan sebelumnya.
c. Kapasitas kelembaban tanah (Soil Moisture Capacity)
Perkiraan kapasitas kelembaban tanah awal diperlukan pada saat
dimulainya simulasi dan besarnya tergantung dari kondisi porositas
lapisan tanah atas dari daerah pengaliran. Biasanya diambil 50 s/d 250
mm, yaitu kapasitas kandungan air dalam tanah per m3. Jika porositas
tanah lapisan atas tersebut makin besar, maka kapasitas kelembaban
tanah akan makin besar pula.
Jika pemakaian model dimulai bulan januari, yaitu pertengahan hujan,
maka tanah dapat dianggap berada pada lapisan lapangan (field capacity).
Sedangkan jika model dimulai dalam musim kemarau, akan terdapat
kekurangan, dan kelembaban tanah awal yang mestinya di bawah kapasitas
lapangan.

3. Limpasan dan Penyiapan Air Tanah (Run Off & Groundwater Storage)
a. Koefisien Infiltrasi (i)
Koefisien infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan
kemiringan daerah pengaliran. Lahan yang porous misalnya pasir halus
mempinyai infiltrasi lebih tinggi dibandingkan tanah lempung berat.
Lahan yang terjal dimana air tidak sempat infiltrasi ke dalam tanah maka
koefisien infiltrasi akan kecil. Batasan infiltrasi adalah 0,0 – 1,0.
b. Penyiapan Air Tanah (Groundwater Storage)
Pada permulaan simulasi harus ditentukan penyiapan awal (initial
storage) yang besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan
waktu. Sebagai contoh : dalam daerah pengaliran kecil yang mana
kondisi geologi lapisan bawah adalah tidak ada air sungai pada musim
kemarau, maka penyimpanan air tanah menjadi nol.
Rumus – rumus yang digunakan :
Vn = k . Vn-1 + ½ (1 + k) . In
DVn = Vn – Vn-1

KEVIN 33
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Dengan :
Vn = Volume air tanah bulan ke n
Vn-1 = Volume air tanah bulan ke (n – 1)
K = qt/qo = Faktor resesi aliran air tanah (catchment area recession
factor)
qt = Aliran air tanah pada waktu t (bulan ke t)
qo = Aliran air tanah pada awal t (bulan ke 0)
In = Infiltrasi bulan ke n
DVn-1 = Perubahan volume aliran air tanah
Faktor resesi air tanah (k) adalah 0 – 1,0. Harga k yang tinggi akan
memberikan resesi yang lambat seperti pada kodisi geologi lapisan
bawah yang lambat seperti pada kondisi geologi lapisan bawah yang
sangat lulus air (permeable).
c. Limpasan (Run Off)
Aliran dasar : infiltrasi dikurangi perubahan volume aliran air
dalam tanah.
Limasan langsung : kelebihan air (water surplus) – infiltrasi
Limpasan : aliran dasar + limpasan langsung
Debit andalan : aliran sungai dinyatakan dalam m3/bulan

Langkah – langkah perhitungan debit Metode F.J. Mock :


1. Mempersiapkan data-data yang dibutuhkan, antara lain : rerata hujan daerah
(P), evapotranspirasi potensial (ETo), jumlah hari hujan (n), faktor resesi
aliran air tanah (k), dan angka koefisien infiltrasi (i).
2. Menentukan evapotranspirasi terbatas (Et).
3. Menentukan besar hujan dipermukan tanah (Ds).
4. Menentukan harga kelembaban tanah (SMC).
5. Menentukan infiltrasi (i), dengan koefisien antara 0 – 1,0.
6. Menentukan air lebihan tanah (water surplus).
7. Menentukan kandungan air bawah tanah (Vn).
8. Menentukan perubahan kandungan air bawah tanah (DVn).
9. Menentukan aliran dasar aliran langsung.
10. Menentukan debit yang tersedia di sungai.

KEVIN 34
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Tabel Debit Andalan

Parameter
Catatan Debit Metode
Perencanaan

1a Data cukup Analisis frekuensi distribusi Debit rata-rata


(20 tahun atau frekuensi normal tengah bulan
lebih) dengan
kemungkinan tak
terpenuhi 20%

1b Data terbatas Analisis frekuensi Rangkaian Seperti pada 1a


debit dihubungkan dengan dengan ketelitian
rangkaian curah hujan yang kurang dari itu
mencakup waktu lebih lama

2 Data Minimal a. Model simulasi pertimbangan Seperti pada 1b


atau tidak ada air dari Dr. Mock atau dengan ketelitian
metode Enreca dan yang kurang dari itu
serupa lainnya Curah hujan
didaerah aliran sungai,
evapotranspirasi, vegetasi,
tanah dan karakteristik
geologis daerah aliran
sebagai data masukan
b. Perbandingan dengan daerah
aliran sungai di dekatnya

3 Data tidak ada Metode kapasitas saluran Aliran Seperti pada 1b


rendah dihitung dari muka air dengan ketelitian
rendah, potongan melintang kurang dari itu
sungai dan kemiringan yang
sudah diketahui. Metode tidak
tepat hanya sebagai cek

Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, KP-01

2.10 Pergantian Lapisan Air


Pergantian lapisan air biasanya dilakukan setelah pemupukan. Pergantian
lapisan air dilakukan menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan yang
khusus, hendaknya melakukan pergantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50
mm selama satu bulan atau satu setengah bulan setelah transplantasi.

2.11 Efesiensi Irigasi


Efisiensi irigasi (e) adalah angka perbandingan jumlah debit air irigasi
terpakai dengan debit yang dialirkan; dan dinyatakan dalam prosen (%).
Untuk tujuan perencanaan, dianggap seperempat atau sepertiga dari jumlah

KEVIN 35
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

air yang diambil akan hilang sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini
disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi dan rembesan. Efisiensi
irigasi keseluruhan rata-rata berkisar antara 59 % - 73 %. Oleh karena itu
kebutuhan bersih air di sawah (NFR) harus dibagi effsiensi irigasi untuk
memperoleh jumlah air yang dibutuhkan di intake.
1. Saluran tersier, kehilangan air = 20%, sehingga efisiensi  80 %
2. Saluran sekunder, kehilangan air 10 %, sehingga efisiensi  90 %
3. Saluran utama, kehilangan air 10 %, sehingga efiseiensi  90 %
Efisiensi secara keseluruhan dihitung sebagai berikut = efisiensi jaringan
tersier (60%) x efisiensi jaringan sekunder (90%) x efisiensi jaringan primer
(90%), sehingga efisiensi irigasi secara keseluruhan  65 %.

2.12 Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air irigasi diperkirakan untuk menentukan analisis sumber air untuk
keperluan irgasi. Perimbangan antara air yang dibutuhkan dengan debit yang
tersedia dipelajari dengan menggunakan data-data yang ada.

Di sini dibedakan tiga bidang utama pada perhitungan kebutuhan air irigasi.
Bidang-bidang yang dimaksud adalah:
- Meteorologi
- Agronomi dan tanah serta
- Jaringan irigasi
Dalam memperhitungkan kebutuhan air harus dipertimbangkan kebutuhan untuk
domestik dan industri.
Ada berbagai unsur yang akan dibicarakan secara singkat di bawah ini.

a. Evaporasi

Eo = 1,1 x Eto

b. Curah hujan efektif

Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah-bulanan diambil 70 %


dari curah hujan rata-rata mingguan atau tengah-bulanan dengan kemungkinan
tak terpenuhi 20 %.

KEVIN 36
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

c. Pola tanam

Pola tanam seperti yang diusulkan dengan memperhatikan kemampuan tanah


menurut hasil-hasil survei. Kalau perlu akan diadakan penyesuaian-
penyesuaian.

d. Koefisien tanaman

Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan evapotranspirasi (ETo)


dengan evapotranspirasi tanaman acuan (ETtanaman) dan dipakai dalam rumus
Penman. Koefisien yang dipakai harus didasarkan pada pengalaman yang
terus menerus di daerah itu.

e. Perkolasi dan rembesan

Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai


perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah. Tes kelulusan
tanah akan merupakan bagian dari penyelidikan ini.

Apabila padi sudah ditanam di daerah tersebut, maka pengukuran laju


perkolasi dapat dilakukan langsung di sawah. Laju perkolasi normal pada
tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan berkisar antara 1 sampai 3
mm/hr. Di daerah-daerah miring perembesan dari sawah ke sawah dapat
mengakibatkan banyak kehilangan air. Di daerah-daerah dengan kemiringan di
atas 5 persen, paling tidak akan terjadi kehilangan 5 mm/hari akibat perkolasi
dan rembesan.

f. Penyiapan lahan

Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan lahan
adalah 1,5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan peralatan
mesin, jangka waktu satu bulan dapat dipertimbangkan.

Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa diambil 200
mm. Ini meliputi penjenuhan (presaturation) dan penggenangan sawah; pada
awal transplantasi akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi.

KEVIN 37
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Angka 200 mm di atas mengandaikan bahwa tanah itu "bertekstur berat, cocok
digenangi dan bahwa lahan itu belum bera (tidak ditanami) selama lebih dari
2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan bera lebih lama lagi, ambillah 250 mm
sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Kebutuhan air untuk penyiapan
lahan termasuk kebutuhan air untuk persemaian.

g. Efisiensi Irigasi

h. Rotasi / Golongan

Untuk menghitung kebutuhan air total penyiapan lahan dapat


dihitung dengan rumus sebagai berikut :
NFR = ( IR-Re )
 Menghitung kebutuhan air total ( bersih ) di sawah untuk padi
menggunakan Re80, sementara untuk palawija digunakan Re50.Untuk
menghitung kebutuhan air bersih digunakan rumus :
NFR = ETc + P + WLR – Re

 Menghitung kebutuhan air irigasi di intake


DR = NFR / 0,65*8,64
Keterangan
DR : Kebutuhan air irigasi di intake (diversion requirement)
LP : Kebutuhan air selama masa penyiapan lahan
Faktor 0,65 adalah nilai efisiensi dari saluran, dan 8,64 adalah konstanta pengubah
mm/hari menjadi l/dt/ha.

2.13 Sistem Pemberian Air


2.13.1 Sistem Rotasi
Irigasi rotasi (rotational irrigation) merupakan teknik irigasi dimana
pemberian air dilakukan pada suatu luasan tertentu untuk periode tertentu,
sehingga areal tersebut menyimpan air yang dapat digunakan hingga
periode irigasi berikutnya dilakukan. Jika terjadi kekurangan air akibat
kebutuhan air yang besar sementara tersedianya air kurang, maka perlu

KEVIN 38
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

dilakukan pemberian air secara rotasi antar petak tersier atau antar petak
sekunder.

2.13.2 Sistem Giliran


Pada umumnya sering terjadi kekurangan air irigasi selama musim
kemarau, terutama pada petak yang terakhir. Jika hal ini terjadi, pengairan
saluran-saluran harus digilir untuk menghilangi kehilangan air yang
banyak selama pengangkutan.
Debit minimum suatu saluran berbeda-beda, tergantung luas sawah
yang ditanami dan luas sawah yang mendapat air dari saluran tersebut.
Untuk keperluan itu perlu diperhitungkan hal-hal sebagai berikut :
a. Pembagian air tidak kurang dari 20 lt/dt. Untuk menjamin hal
tersebut pemberian air digilir.
b. Seluruh jaringan tersier tergilir, jika jumlah air bersesuaian dengan
FR 0,1 0 lt/dt/ha.
c. Prioritas pemberian air disesuaikan dengan P > W > R.
1. Jadwal pemberian disiapkan untuk masing-masing saluran tersier,
dan diberitahukan ke tiap desa. Jadwal penggiliran didasarkan
pada periode 10 harian dan LPR dari tersier-tersier.
2. Pembagian sampai pada pintu tersier akan diawasi oleh juru,
sedangkan dalamjaringan diawasi oleh ulu-ulu (sambong).
3. Juru dan pengamat akan turun tangan dalam pembagian air di
petak tersier, hanya jika terjadi perselisihan di desa-desa.

Keterangan :
FPR (Factor Palawija Relatif) adalah perbandingan antara debit
minimum terhadap LPR.
FPR = Q/LPR
Dimana:
Q = Debit air minimum
LPR = Angka perbandingan antara satuan luas baku terhadap
palawija yang berdasarkan jumlah kebutuhan satuan air terhadap tanaman
palawija.

KEVIN 39
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Keuntungan yang diperoleh dari sistim giliran adalah


1. Berkurangnya kebutuhan pengambilan puncak
2. Kebutuhanpengambilan bertambah secara berangsur-angsur
pada awal waktu pemberian air irigasi (pada perioda pengolahan
lahan)
Sedangkan yang tidak menguntungkan adalah
1. jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama akibat
lebih sedikit waktu tersedia untuk tanaman
2. kehilangan air akibat eksploitasi ssedikit lebih tinggi
2.13.3 Sistem Golongan
Cara ini dilakukan bila jumlah air sangat terbatas, sementara
kebutuhan air (terutama saat pengolahan tanah) sangat besar. Maka saat
tanam dilakukan secara bertahap dari satu petak tersier ke petak lainnya.
Kelompok – kelompok dalam petak tersier ini disebut sebagai golongan,
yang idealnya satu daerah irigasi dibagi dalam 3 – 5 golongan dengan
jarak waktu tanam biasanya 2 – 3 minggu. Untuk memudahkan
operasional jaringan irigasi, tiap pintu tersier diberi tanda/papan nama
yang menunjukkan urutan golongan dan tanggal menerima air irigasi.
Urutan – urutan pemberian air irigasi setiap tahun dapat berubah sehingga
permulaan masa tanam untuk tiap golongan tiap tahunnya juga berubah.

2.14 Perencanaan Sistem Jaringan


2.14.1 Banguna Irigasi
A. Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air
untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan
sumber airnya, bangunan utarna dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kategori:
1. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang
dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan
maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air

KEVIN 40
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

di bendung mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai


dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-ternpat yang
mernerlukannya. Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan
bangunan pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan
pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir. Terdapat beberapa jenis
bendung, diantaranya adalah:

 Bendung Tetap
Merupakan suatu bangunan air yang dibangun melintang
dengan sungai dan sengaja dibuat untuk meninggikan muka air
dengan ambang tetap sehingga air sungai dapat disadap dan
dialirkan secara gravitasi ke jaringan irigasi. Kelebihan airnya
dilimpahkan ke hilir dengan terjunan yang dilengkapi dengan
kolam olak dengan maksud untuk meredam energi.
Ada dua (2) jenis tipe bendung tetap apabila dilihat dari bentuk
struktur ambang pelimpahnya yakni :
- Ambang tetap yang lurus dari tepi ke tepi kanan sungai artinya
as ambang tersebut berupa garis lurus yang menghubungkan
dua titik tepi sungai.
- Ambang tetap yang berbelok-belok seperti gigi gergaji. Tipe ini
diperlukan apabila panjang ambang tidak mencukupi dan
biasanya untuk sungai dengan lebar yang kecil tetapi debitnya
cukup besar. Dengan menggunakan ambang jenis ini, akan
didapat panjang ambang yang lebih besar. Untuk menerapkan
ambang jenis ini ada beberapa syarat yang harus diperhatikan
antara lain debitnya harus relatif stabil, tidak membawa
material terapung berupa batang-batang pohon, serta efektifitas
panjang bendung gergaji terbatas pada kedalaman air
pelimpasan tertentu. (KP-01)
 Bendung Gerak Vertikal
Merupakan suatu bangunan yang terdiri dari tubuh bendung
dengan ambang tetap yang rendah dilengkapi dengan pintu-pintu

KEVIN 41
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

yang dapat digerakkan secara vertical maupun radial. Tipe bendung


ini mempunyai fungsi ganda yakni mangatur tinggi muka air di
hulu bendung kaitannya dengan muka air banjr, dan meninggikan
muka air sungai, kaitannya dengan penyadapan air untuk berbagai
keperluan. Operasional di lapangan dilakukan dengan membuka
pintu seluruhnya pada saat banjir besar, serta membuka pintu
sebagian pada saat banjir sedang dan kecil. Pintu ditutup pada saat
keadaan normal untuk kepentingan penyadapan air. Tipe bendung
gerak ini hanya dibedakana dari bentuk pintu-pintunya antara lain:
- Pintu geser atau sorong banyak digunakan untuk lebar dan tinggi
bukaan yang kecil dan sedang. Diupayakan pintu tidak terlalu
berat karena akan memerlukan perlatan angkat yang lebih besar
dan mahal. Sebaiknya pintu cukup ringan tetapi memiliki
kekakuan yang tinggi sehingga apabila diangkat tidak mudah
bergetar karena gaya dinamis aliran air.
- Pintu radial memiliki daun pintu berbentuk busur dengan lengan
pintu yang sendinya tertanam pada tembok sayap atau pular.
Konstruksi seperti ini dimaksudkan agar daun pintu lebih ringan
untuk diangkat dengan menggunakan kabel atau rantai
 Bendung Karet ( Bendung Gerak Horisontal )
Pada bendung karet memiliki dua bagian pokok yaitu : Tubuh
bendung yang terbuat dari karet, dan pondasi beton berbentuk plat
beton sebagai dudukan tabung karet, serta dilengkapi dengan satu
ruang control untuk mengontrol mengembang dan mengempisnya
tabung karet. Bendung jenis ini berfungsi untuk meninggikan muka
air dengan cara mengembungkan tubuh bendung dan menurunkan
muka air dengan cara mengempiskannya. Tubuh bendung yang
terbuat dari tabung karet dapat diisi dengan udara atau air dari
pompa udara atau air yang dilengkapi dengan instrument pengontrol
udara atau air ( manometer ). (KP-01)

KEVIN 42
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

 Bendung Saringan Bawah


Bendung ini berupa bendung pelimpah yang dilengkapi dengan
saluran penangkap dan saringan. Bendung ini meloloskan air lewat
saringan dengan membuat bak penampung air berupa saluran
penangkap melintang sungai dan mengalirkan airnya ke tepi sungai
untuk dibawa ke jaringan irigasi. Operasional di lapangan dilakukan
denga cara membiarkan sedimen dan batuan meloncat melewati
bendung, sedang air diharapkan masuk ke saluran penangkap.
Sedimen yang tinggi diendapkan pada saluran penangkap pasir yang
secara periodeik dibilas masuk sungai kembali.
2. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai
menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani.
Perbedaan dengan bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas
tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di sungai. Untuk dapat
mengalirkan air secara, gravitasi muka air di sungai harus lebih tinggi
dari daerah irigasi yang dilayani. (KP-01)
3. Pengambilan dari waduk
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi
kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari
kegunaannya, waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna. Pada
umumnya waduk dibangun memiliki banyak kegunaan seperti untuk
irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir, pariwisata, dan perikanan.
Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan
outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi
pemberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta
karakteristik waduk.
4. Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila
upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan
untuk dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu
karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal

KEVIN 43
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang
sangat besar.

B. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa mempunyai fungsi membawa / mengalirkan air
dari sumbemya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran
primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk
dalam bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan
dan got miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah
irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan
sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut.
Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistern
irigasi.
 Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran
primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
 Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan
sadap terakhir
 Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah
bangunan boks tersier terkahir
 Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari
boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan
boks kuarter terkahir

KEVIN 44
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

C. Bangunan Bagi dan sadap


Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu
dan alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai
jumlah dan pada waktu tertentu.

Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-kesulitan


dalam operasi dan pemeliharaan sehingga muncul usulan sistem
proporsional. Yaitu bangunan bagi dan sadap tanpa pintu dan alat ukur
tetapi dengan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Elevasi ambang ke semua arah harus sama


2. Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama.
3. Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi.
Tetapi disadari bahwa sistem proporsional tidak bisa diterapkan dalam
irigasi yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem
golongan.

Untuk itu kriteria ini menetapkan agar diterapkan tetap memakai pintu
dan alat ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional.

a. Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik
cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau
lebih.

b. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau


sekunder ke saluran tersier penerima.

c. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian


bangunan.

d. Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran


atau lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter). (Kp-01)

KEVIN 45
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

D. Bangunan pengatur dan pengukur


Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran
jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier.
Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas
(free overflow) dan bangunan ukur alirah bawah (underflow). Beberapa
dari bangunan pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air.
Bangunan ukur yang dapat dipakai ditunjukkan pada Tabel 2.8

Tabel 2.8 Alat-alat ukur

Tipe Alat Ukur Mengukur Dengan Kemampuan Mengatur

Ambang Lebar aliran atas tidak

Parshal Flume aliran atas tidak

Cipoletti aliran atas tidak

Romijn aliran atas ya

Crump de Gruyter aliran bawah ya

Constant Head aliran bawah ya


Orifice

Bangunan Sadap pipa aliran bawah ya


sederhana

Sumber Kriteria Perencanaan Irigasi (KP 01)


Untuk menyederhanakan operasi dan pemeliharaan, bangunan ukur
yang dipakai di sebuah jaringan irigasi hendaknya tidak terlalu banyak,
dan diharapkan pula pemakaian alat ukur tersebut bisa benar-benar
mengatasi permasalahan yang dihadapi para petani. (KP-01)

KEVIN 46
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

E. Bangunan Drainase
Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di
petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang
melalui saluran pembuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang
melalui bangunan pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang,
yaitu saluran pembuang kuerter, saluran pembuang tersier, saluran
pembuang sekunder dan saluran pembuang primer. Jaringan pembuang
tersier dimaksudkan untuk :
o Mengeringkan sawah
o Membuang kelebihan air hujan
o Membuang kelebihan air irigasi
Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di
daerah atasnya atau dari saluran pembuang di daerah bawah. Saluran
pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter.
Saluran pembuang primer menampung dari saluran pembuang tersier dan
membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai.

2.14.2 Bangunan Pelengkap Dalam Saluran


Bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke
bangunan utama apabila diperlukan untuk kegiatan :
 Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran
 Rumah untuk operasi pintu
 Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga
operasional, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan
pemeliharaan
 Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah
di jangkau, atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum
 Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi
ekonomi serta kemungkinan hidrolik
 Bangunan tangga ikan untuk lokasi yang senyatanya perlu dijaga
keseimbagan biotanya

KEVIN 47
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Ada juga bangunan lain yang juga terkadang dibutuhkan dalam sebuah
jaringan irigasi. Beberapa bangunan tersebut antara lain :
 Kolam olak
Kolam olak berfungsi sebagai peredam energi dari air yang mengalir
dengan kecepatan tinggi. Bila ada kehilangan energi yang besar akibat
perbedaan tinggi muka air yang cukup besar, maka diperlukan suatu
bangunan terjun di dasar saluran yang disebut kolam olak.
 Talang
Talang adalah jembatan untuk menyeberangkan air dari tepi sungai ke
tepi seberangnya. Konstruksi dibuat dari bahan yang kuat dan awet
seperti baja, beton, atau bahan yang kurang kuat seperti kayu. Kecepatan
air di dalam talang besi disarankan tidak melebihi 3m/dtk. Di dalam
talang beton kecepatan air antara 2-2,5 m/dtk
 Sipon
Sipon digunakan apabila selisih elevasi antara dua sisi yang bersilangan
kecil dan apabila pembuatan talang maupun gorong-gorong tidak
memungkinkan. Pipa sipon dapat dibaut dari beton bertulang. Pada
bangunan bagi ada kalanya dijumpai penyadapan langsung ke saluran
tersier yang disebut bangunan sadap.

2.14.3 Layout Jaringan Irigasi Daerah Rencana


Lay Out jaringan irigasi adalah suatu cara yang membedakan bagian-
bagian yang terdapat dalam irigasi bentuknya serupa Lay Out Map. Lay
Out Map berisi skema jaringan irigasi. Tujuan pembuatan skema jaringan
irigasi adalah mengetahui jaringan irigasi, bangunan irigasi, serta daerah-
daerah yang diairi meliputi luas, nama dan debit.
1. Bangunan utama (head work)
2. Sistyem saluran pembawa (irigasi)
3. Sistem saluran pembuang (drainase)
4. Primer unit, sekunder unit, tersier unit.
5. Lokasi bangunan irigasi
6. Sistem jalan

KEVIN 48
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

7. Non irigated area (lading)


8. Non irigatable area (tidak dapat dialiri)
9. Misalnya :
1. daerah dataran tinggi
2. rawa (daerah yang tergenang)
Saluran pembawa adalah saluran yang membawah air irigasi dari
bangunan utama ke petak-petak sawah. Ada empat macam saluran
pembawa, yaitu saluran primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Prinsip
pembuatan saluran primer adalah direncanakan bedasarkan titik elevasi
tertinggi dari daerah yang dapat dialiri. Jika daerah yang dialiri diapit oleh
dua buah sungai, maka saluran dibuat mengikuti garis prmisah air. Saluran
sekunder direncanakan melalui punggung kontur.
Selain saluran pembawa, pada daerah irigasi harus terdapat saluran
pembuang. Saluran pembuang dibuat untuk menampung buangan
(kelebihan) air dari petak sawah. Sistem pembuangan ini disebut sistem
drainase. Tujuan sistem drainase adalah mengeringkan sawah, membuang
kelebihan air hujan, dan membuang kelebihan air irigasi. Saluran
pembuangan di buat di lembah kontur.
Tata warna peta adalah :
 Biru untuk jaringan irigasi
 Merah untuk jaringan pembuang
 Cokelat untuk jaringan jalan
 Kuning untuk daerah yang tidak dialiri
 Hijau untuk perbatasan Kabupaten, Kecamatan, desa dan kampung
 Merah untuk tata nama bangunan
 Hitam untuk jalan kereta api
Skala Lay Out Map
 General Lay Out Map dan Topographic map adalah 1 : 5000
 Skema irigasi adalah 1 : 10000
 Skema unti tersier adalah 1 : 5000 atau 1 : 2000

KEVIN 49
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Standarisasi jaringan ukuran gravitasi :


 Ukuran petak tersier 50 – 100 Ha
- Luas petak tersier
- Batas-batas petak
 Ukuran petak kuartier adalah 8 – 15 Ha
 Panjang saluran tersier adalah 1500 km
 Panjang saluran kuartier adalah 500 km
 Jarak saluran kuartier ke pembangan adalah 300 km
Dasar perencanaan lahan untuk jaringan irigasi adalah unit tersier.
Petak tersier adalah petak dasar disuatu jaringan irigasi yang mendapatkan
air irigasi dari suatu bangunan sadap tersier dan dilayani suatu suatu
jaringan tersier.
A. Batas-batas untuk perencanaan lahan untuk daerah irigasi
1. Batas alam
 Topografi (puncak gunung)
 Sungai
 Lembah
2. Batas Administrasi
Untuk perencanaan detail jaringan pembawa dan pembuang
diperlukan peta topografi yang akurat dan bisa menunjukkan
gambarangambaran muka tanah yang ada. Peta topografi tersebut bisa
dieroleh dari hasil pengukura topografi atau dari foto udara. Peta
teesebut mencakup informasi yang berhubungan dengan :
 Garis kontur dengan interval
 Batas petak yang akan dicat
 Tata guna tanah, saluran pembuang dan jalan yang sudah ada serta
bangunannya
 Tata guna tanah administratif

KEVIN 50
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

B. Kondisi medan
Garis kontur pada peta menggambarkan medan daerah yang akan
direncanakan. Topografi suatu daerah akan menentukan Lay 0ut serta
konfigurasi yang paling efektif untuk saluran pembawa atau saluran
pembuang. Dari kebanyakan tipe medan Lay Out yang cocok
digambarkan secara sistematis. Tiap peta tersier yang direncanakan
terpisah agar sesuai dengan batas alam dan topografi. Dalam banyak hal
biasanya dibuat beberapa konfigurasi Lay Out jaringan irigasi dan
pembuang.
Klasifikasi tipe medan sehubungan dengan perencanaan daerah irigasi :
1. Medan terjal kemiringan tanah 2 %
Medan terjal dimasna tanahnya sedikit mengandung lempun rawan
erosi karena aliran yang tidak terkendali. Erosi terjadi jika kecepatan
air pada saluran lebih batas ijin.hal ini menyebabkan berkurangnya
debit air yang lewat, sehingga luas daerah yng dialiri berkurang. Lay
Out untuk daerah semacam ini dibuat
dengan dua alternatif .
kemiringan tercuram dijumpai dilereng hilir satuan primer. Sepasang
saluran tersier menggambil air dari saluran primer di kedua sisi
saluran sekunder.
Saluran tersier pararel dengan saluran sekunder pada satu sisi dan
memberikan airnya ke saluran kuarter garis tinggi, melalui boks bagi
kedua sisinya.
2. Medan gelombang, kemiringan 0,25-2,3%
Kebanyakan petak tersier mengambil airnya sejajar dengan saluran
sekunder yang akan merupakan batas petak tersier pada suatu sisi.
Batas untuk sisi yang lainnya adalah saluran primer. Jika batas-batas
alam atau desa tidak ada, batas alam bawah akan ditentukan oleh trase
saluran garis tinggi dan saluran pembuang. Umumnya saluran yang
mengikuti lereng adalah saluran tersier. Biasanya saluran tanah
dengan bangunan terjun di tempat-tempat tertentu. Saluran kuarter
akan memotong lereng tanpa bangunan terjun dan akan memberikan

KEVIN 51
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

air karena bawah lereng. Kemungkinan juga untuk memberikan air ke


arah melintang dari sawah satu ke sawah yang lain.
3. Medan berombak, kemiringan tanahnya 0,25-2% umumnya kurang
dari 1%
Saluran tersier diatur letaknya di kaki bukit dan memberikan air dari
salah satu sisi. Saluran kuarter yang mengalir paralel atau dari kedua
sisi saluran kuarter yang mungkin mengalir ke bawah punggung
medan. Saluran pembuang umumnya merupakan saluran pembuang
alami yang letaknya cukup jauh dari saluran irigasi. Saluran
pembuang alami biasanya akan dilengkapi sistem punggung medan
dan sistem medan. Situasi dimana saluran irigasi harus melewati
saluran pembuang sebaiknya harus dihindari.
4. Medan sangat datar, kemiringan tanah 0,25%
bentuk petak irigasi direncanakan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
 Bentuk petak sedapat mungkin sama lebar dan sama panjang
karena bentuk yang memanjang harus dibuat saluran tersier yang
panjang akan menyulitkan pemeriksaan pemberian air dan
pemeliharaan juga menyebabkan banyaknya air yang hilang
karena rembesan ke dalam tanah dan bocoran keluar saluran.
 Petak yang panjang dengan saluran tersier ditengah-tengah petak
tidak memberi cukup kesempatan pada air untuk meresap
kedalam tanah karena jarak pengangkut yang terlalu pendek.
 Tiap petak yang dibuat harus diberi batas nyata dan tegas agar
tidak terjadi keraguan dalam pemberian air.
 Tiap bidang tanah dalam petak harus mudah menerima dan
membuang air yang sudah tidak berguna lagi.
 Letak petak berdekatan dengan tempat-tempat pintu
pengambilan. Maksudnya agar pemeriksaan pemberian air pada
intake tersier mudah dijalani petugas.

KEVIN 52
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

C. Keadaan Topografi
Untuk perencanaan detail jaringan irigasi tersier dan pembuang,
diperlukan peta topografi yang secara akurat menunjukkan gambaran
muka tanah yang ada. Untuk masing-masing jaringan irigasi dan
digunakan titik referensi dan elevasi yang sama.
Peta-peta ini dapat diperoleh dari hasil-hasil pengukuran topografi
(metode terestris) atau dari foto udara (peta ortofoto). Peta-peta ini harus
mencakup informasi yang berkenaan dengan :
 Garis-garis kontur
 Batas-batas petak sawah
 Tata guna lahan
 Saluran irigasi, pembuang dan jalan-jalan yang ada beserta
bangunannya
 Batas-batas administratif (desa, kampung)
 Rawa dan kuburan
 Bangunan
Skala peta dan interval garis-garis kontur bergantung kepada keadaan
topografi :

Tabel definisi Medan untuk Topografi Makro


Kontur Medan Kemiringan Medan Skala Interval
Sangat Datar <0,25 % 1: 5000 0,25
Datar 0,25 - 1,0 % 1 : 5000 0,5
Bergelombang 1-2% 1 : 2000 0,5
Terjal >2 % 1 : 2000 1,0

Selain itu juga akan diperhatikan kerapatan atau densitas titik-titik di


petak-petak sawah agar arah aliran antar petak dapat ditentukan.
Peta ikhtisar harus disiapkan dengan skala 1 : 25000 dengan lay out
jaringan utama dimana petak tersier terletak. Peta ini harus mencakup trase
saluran pembuang, batas-batas petak tersier dan sebagainya. Untuk
penjelasan yang lebih rinci mengenai pengukuran dan pemetaan, lihat

KEVIN 53
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

persyaratan teknis untuk Pemetaan Terestris dan pemetaan ortofoto.


Berikut contoh gambar layout petak sesuai Topografi Medannya.

Gambar 2.1. Skema Layout Petak Tersier Pada Medan terjal

KEVIN 54
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Gambar 2.2. Skema Layout Petak Tersier Pada Kontur Medan

Gambar 2.3. Skema Layout Petak Tersier Pada Daerah Datar Berawa-rawa

KEVIN 55
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

Gambar 2.4. Skema Layout Petak Tersier Pada Daerah Datar Bergelombang

Gambar 2.5. Skema Layout Petak Tersier Pada agak Terjal

KEVIN 56
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

D. Gambar-gambar Perencanaan Jaringan yang ada ( As Built drawing)


Di daerah-daerah yang sudah ada fasilitas irigasinya, diperlukan data-
data perencanaan yang berhubungan dengan daerah-daerah irigasi,
kapasitas saluran irigasi dan muka air maksimum dari saluran-saluran yang
ada dan gambar-gambar purbalaksanan (kalau ada), untuk menentukan
tinggi muka air dan debit rencana.
Jika data-data ini tak tersedia, maka untuk menentukan tinggi muka air
rencana pada pintu sadap dan elevasi bangunan sadap lainnya harus
dilaksanakan pengukuran.

E. Skema Sistem Jaringan Irigasi


Skema jaringan irigasi merupakan penyederhanaan dari tata letak
jaringan irigasi yang menunjukkan letak bangunan irigasi yang penting.
Skema jaringan irigasi mempertimbangkan hal sebagai berikut :
 Saluarn primer, sekunder dan bangunan sadap menuju saluran tersier
digambar terlebih dahulu dengan lambang sesuai ketentuan.
 Tiap ruas saluran diantara saluran menunjukkan luas daerah yang
diairi. Panjang saluran disesuaikan dengan panjang sesungguhnya dan
kapasitasnya.
 Tiap bangunan sadap diberi nama bangunan, luas, kapasitas bangunan
serta saluran yang akan diari.
 Lokasi dan nama pembendung air ditulis.
 Arah aliran sungai ditunjukkan.
 Ditulis juga nama bangunan pelengkap serta bangunan kontrol lainnya.

2.14.5 Petak Tersier Percontohan


Perencanaan jaringan irigasi tersier harus sedemikian sehingga
pengelolaan air dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk mendapatkan hasil
perencanaan yang baik prlu diperhatikan hal sebagai berikut :
 Petak Tersier Ideal
Petak tersier ideal adalah petak yang masing-masing pemilik sawahnya
memiliki pengambilan sendiri dan dapat membuang kelebihan air langsung

KEVIN 57
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI

ke jaringan pembuang. Para petani dapat mengangkut hasil pertanian dan


peralatan mesin atau ternaknya dari dan kesawah melalui jalan petani yang
ada.
 Ukuran Petak Tersier dan Kuarter
Ukuran optimum suatu petak tersier adalah 50-100 ha. Ukuran ini dapat
ditambah sehingga 15 ha, jika keadaan topogrfi memaksa. Di petak tersier
yang berukuran kecil, efisiensi irigasi akan lebih tinggi karena :
 Diperlukan titik pembagi yang lebih
 Saluran-saluran yang lebih pendek menyebabkan kehilangan air yang
kecil
 Lebih sedikit petani yang terlibat kerja sama lebih baik
 Pengaturan air yang lebih baik sesuai dengan kondisi tanaman
 Perencanaan lebih fleksibel sehubungan dengan batas-batas desa

Kriteria umum untuk pengembangan petak tersier :


- Ukuran petak tersier : 5-100 hektar
- Ukuran petak kuarter : 8-15 hektar
- Panjang saluran tersier : 1500 meter
- Panjang saluarn kuarter : 500 meter
- Jarak antara saluran kuarter dan pembuang : 300 meter
 Batas Petak
Batas berdasarkan pada kondisi topografi. Daerah itu hendaknya diatur
sebaik mungkin, sedemikian hingga satu petak tersier terletak dalam satu
daerah administrative desa agar eksploitasi dan pemeliharaan jaringan lebih
baik.
Jika ada dua desa di petak tersier yang sangat luas maka dianjurkan
untuk membagi petak-petak tersebut menjadi dua petak subtersier yang
berdampingan sesuai dengan daerah desa masing-masing.
Batas-batas petak kuarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan
pembuangan kuarter yang memotong kemiringan medan dan saluran irigasi
serta pembuangan kuarter yang memotong kemiringan medan. Jika
mungkin batas ini bertepatan dengan batas-batas hak milik tanah.

KEVIN 58
130310036

Anda mungkin juga menyukai