BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan
pertaniannya. Dalam dunia modern saat ini sudah banyak model irigasi yang
dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu jika persediaan air melimpah
karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi
dilakukan dengan mangalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun
demikian irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan
menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu-persatu.
Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.
Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara
yang dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejak
Mesir Kuno.
Sejak Mesir Kuno telah dikenal dengan memanfaatkan Sungai Nil. Di
Indonesia, irigasi tradisional telah juga berlangsung sejak nenek moyang kita.
Hal ini dapat dilihat juga cara bercocok tanam pada masa kerajaan-kerajaan
yang ada di Indonesia. Dengan membendung kali secara bergantian untuk
dialirkan ke sawah. Cara lain adalah mencari sumber air pegunungan dan
dialirkan dengan bambu yang bersambung. Ada juga dengan membawa
dengan ember yang terbuat dari daun pinang atau menimba dari kali yang
dilemparkan ke sawah dengan ember daun pinang juga.
Secara umum, air untuk tanaman berfungsi sebagai berikut:
1. Kebutuhan dalam penyiapan lahan.
2. Kebutuhan untuk tanaman.
3. Perkolasi dan rembesan.
4. Melarutkan zat-zat makanan dalam tanah sehingga memudahkan
penyerapan tanaman.
5. Melindungi tanaman dari tanaman gulma (tanaman pengganggu).
6. Pergantian lapisan air.
KEVIN 1
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 2
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 3
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 4
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Metodologi Penulisan
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
b. Klimatologi
Pra Layout
Analisis Hidrologi
Perhitungan Dimensi
Saluran dan Bangunan
Penggambaran Desain
Selesai
KEVIN 5
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.1 Umum
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian
di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya
dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air
sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan
tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat
berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau
dikatakan air merupakan sumber kehidupan.
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang
tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai
kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk
mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara
normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara
aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air
tersedia yang dibutuhkan tanaman.
1. Fungsi Irigasi
memasok kebutuhan air tanaman
menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan
menurunkan suhu tanah
mengurangi kerusakan akibat frost
melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah
KEVIN 6
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
2. Tujuan Irigasi
Irigasi bertujuan untuk membantu para petani dalam mengolah lahan
pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan yang sering
kekurangan air.
1. Meningkatkan Produksi Pangan terutama beras
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi
3. Meningkatkan intensitas tanam
4. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam
pembangunan jaringan irigasi perdesaan
3. Manfaat Irigasi
Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di pedesaan.
Dengan irigasi, sawah dapat digarap tiap tahunnya, dapat dipergunakan
untuk peternakan, dan keperluan lain yang bermanfaat.
2.2 Evapotranspirasi
2.2.1. Evaporasi
Evaporasi atau penguapan adalah proses perubahan dari molekul air
dalam bentuk zat cair menjadi molekul uap air (gas) di atmosfer. Evaporasi
merupakan unsur hidrologi yang sangat penting dalam keseluruhan proses
hidrologi. Meskipun dalam beberapa analisis untuk kepentingan tertentu
seperti analisis banjir, penguapan ukan merupakan unsur yang dominan,
namun untuk kepentingan lain seperti analisis irigasi, dan analisis
bendungan, penguapan merupakkan unsur yang sangat penting. Evaporasi
sangat mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas waduk, besarnya
kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan konsumtif (consumtif use) untuk
tanaman dan lain-lain. Proses penguapan sebenarnya terdiri dari dua
kejadian yang berkelanjutan, yaitu :
1. Interface evaporation, yaitu proses transformasi dari air menjadi uap air
di permukaan yang tergantung dari besarnya tenaga yang tersimpan
(stored energy).
2. Vertical vapor transfer, yaitu pemindahan (removal) lapisan udara yang
kenyang uap air dari interface sehingga proses penguapan berjalan terus.
KEVIN 7
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 8
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
2.2.2. Transpirasi
Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya
kehidupan tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan
selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air
kedalam tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan
kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari
tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya
atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas keudara
disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi dapat diartikan
sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan
melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman
melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi
kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui
stomata.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Transpirasi Kegiatan, transpirasi
terpengaruh oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam maupun faktor-
faktor luar.
Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah:
KEVIN 9
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 10
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
didalam daun dan tekanan uap air diluar daun, kenaikan temperatur
menambah tekanan uap didalam daun.
Kelembaban udara
Angin
Keadaan air didalam tanah
Walaupun beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan
transpirasi, tetapi jika transpirasi berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat
memberikan beberapa keuntungan bagi tumbuhan tersebut misalnya dalam:
Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xylem
Menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal
Sebagian salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu
2.2.3 Evapotranspirasi
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan
tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa
pengauapan dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama
disebut evapotranspirasi.
Faktor-faktor utama yang berpengaruh adalah (Ward dalam Seyhan,
1977) :
1. Faktor-faktor meteorologi
a) Radiasi Matahari
b) Suhu udara dan permukaan
c) Kelembaban
d) Angin
e) Tekanan Barometer
2. Faktor-faktor Geografi
a) Kualitas air (warna, salinitas dan lain-lain)
b) Jeluk tubuh air
c) Ukuran dan bentuk permukaan air
d) Faktor-faktor lainnya
e) Kandungan lengas tanah
KEVIN 11
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 12
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
2. Metode Radiasi
Metode ini dipakai terutana untuk stasiun yang memiliki pengamatan
suhu udara, panjang hari, dan keawanan atau radiasi.
Persamaan umum yang digunakan adalah
ETo = C x w x Rs……………………………………(2.2)
Dimana:
Eta = evapotranspirasi (mm/hari)
Rs = radiasi gelombang pendek yang diterima bumi (mm/hari)
W = faktor pengaruh suhu dan elevasi ketinggian daerah
c = factor koreksi
Prosedur perhitungan :
1. Cari suhu rata-rata bulanan (t)
2. Berdasar t cari w (tabel R.1)
3. Cari letak lintang (LL)
4. Berdasarkan LL cari Rϒ (Tabel R.2)
5. Cari data kecerahan matahari (n/N)
6. Hitung Rs
7. Cari angka koreksi (C) (Tabel R.3)
8. Hitung Eto
Eto = C x w x Rs
KEVIN 13
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 14
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
3. Metode Penman
Metode ini membutuhkan data suhu, kelembaban, kecepatan angin,
lama penyinaran dan intensitas radiasi. Selain itu juga membutuhkan
data posisi geografis dan factor (c). bila dibandingkan dengan metode
lain, metode penman dianggap paling banyak membutuhkan input data
sehingga dianggap paling sempurna karena mereduksi banyak factor.
Rumus :
ETo = C . ETo*
ETo* = w (0,75Rs – Rnl) + (1-w) f(U) ( – d) ......…..(2.3)
Dimana :
ETo = Evaporasi potensial (mm/hari).
ETo* = Evaporasi (mm/hari).
w = Faktor yang berhubungan dengan suhu dan elevasi daerah.
(Tabel 2.1.)
Rs = Radiasi gelombang pendek.
n
Rs = (0,25 + 0,54 ) R
N
n
= Penyinaran matahari (%)
N
= 0,34 – 0,044 d
d = Tekanan uap sebenarnya (mbar) = d * Rh
Rh = Kelembaban relatif (%)
n n
f( ) = Fungsi penyinaran matahari = 0,1 + 0,9 ( )
N N
KEVIN 15
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
P = 1013 – 0.1055E
0
L = 595 – 0.51T
E = Elevasi dari permukaan laut
= sudut dari kurva hubungan antara uap air dan temperature
= konstanta psychomet.
2. Perhitungan ea-ed
R e
H a
Ea =
100 %
R R
Hmaks H min
RH = relative humadity =
2
Ea = 6.11e(17.4T/(T/239))
KEVIN 16
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
3. Perhitungan fu
Faktor kecepatan angin (f(u))
u
= 0.27 1
100
f(u)
Dimana :
u = kecepatan angin Selma 24 jam pada ketinggian 2m dari
permukaan tanah, dimana kecepatan rata-rata
= 250km/jam
4. Perhitungan Rn (Net Radition)
Rn = Rns –Rnl
Dimana :
Rns = short wave radition = (1- α)Rs
= (1- α)(0.25+0.5(n/N)Ra
Rnl = net long wave yang diperhitungkan bumi ke
atmosfir
Rs =(a+b(n/N))
Rnl = ∑(tk4)0.34-0.0044(ed)1/2)(0.1+0.9(n/N))
n = lamanya penyinaran matahari/hari
KEVIN 17
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Suhu
w f(T)
(°C) (mbar)
24,0 29,85 0,735 15,40
24,2 30,21 0,737 15,45
24,4 30,57 0,739 15,50
24,6 30,94 0,741 15,55
24,8 31,31 0,743 15,60
25,0 31,69 0,745 15,65
25,2 32,06 0,747 15,70
25,4 32,45 0,749 15,75
25,6 32,83 0,751 15,80
25,8 33,22 0,753 15,85
26,0 33,62 0,755 15,90
26,2 34,02 0,757 15,94
26,4 34,42 0,759 15,98
26,6 34,83 0,761 16,02
26,8 35,25 0,763 16,06
27,0 35,66 0,765 16,10
27,2 36,09 0,767 16,14
27,4 36,50 0,769 16,18
27,6 36,94 0,771 16,22
27,8 37,37 0,773 16,26
28,0 37,81 0,775 16,30
28,2 38,25 0,777 16,34
28,4 38,70 0,779 16,38
28,6 39,14 0,781 16,42
28,8 39,61 0,783 16,46
29,0 40,06 0,785 16,50
Sumber : Hidrologi Teknik Sumberdaya Air-1 : 33
Tabel 2.2. Besar angka koefisien bulanan (C) untuk rumus Penman
KEVIN 18
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Tabel 2.3 Hubungan nilai Rs dengan Ra dan n/N (Rs = (0.25 +0.54 n/N)
KEVIN 19
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 20
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Tabel 2.5 Radiasi ekstra matahari (Ra) dalam evaporasi ekivalen (mm/hari) dalam
hubungan dengan letak lintang (untuk daerah Indonesia, antara 5 LU –
10 LS)
KEVIN 21
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 22
130310036
Tabel A
Radiasi Ekstra terrestrial (Ra), mm/hari Tabel 2.7. Radiasi Ekstra Terrestrial (Ra), mm/hari
KEVIN
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Lintang ( o ) Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
130310036
o
3.80 6.10 9.40 12.70 15.80 17.10 16.40 14.10 10.90 7.40 4.50 3.20 50 17.50 14.70 10.90 7.00 4.20 3.10 3.50 5.50 8.90 12.90 16.50 18.20
o
4.30 6.60 9.80 13.00 15.90 17.20 16.50 14.30 11.20 7.80 5.00 3.70 48 17.60 14.90 11.20 7.50 4.70 3.50 4.00 6.00 9.30 13.20 16.60 18.20
o
4.90 7.10 10.20 13.30 16.00 17.20 16.60 14.50 11.50 8.30 5.50 4.30 46 17.70 15.10 11.50 7.90 5.20 4.00 4.40 6.90 9.70 13.40 16.70 18.30
o
5.30 7.60 10.60 13.70 16.10 17.20 16.60 14.70 11.90 8.70 6.00 4.70 44 17.80 15.30 11.90 8.40 5.70 4.40 4.90 6.90 10.20 13.70 16.70 18.30
o
5.90 8.10 11.00 14.00 16.20 17.30 16.70 15.00 12.20 9.10 6.50 5.20 42 17.80 15.50 12.20 8.80 6.10 4.90 5.40 7.40 10.60 14.00 16.80 18.30
o
6.40 8.60 11.40 14.30 16.40 17.30 16.70 15.20 12.50 9.60 7.00 5.70 40 17.90 15.70 12.50 9.20 6.60 5.30 5.90 7.90 11.00 14.20 16.90 18.30
o
6.90 9.00 11.80 14.50 16.40 17.20 16.70 15.30 12.80 10.00 7.50 6.10 38 17.90 15.80 12.80 9.60 7.10 5.80 6.30 8.30 11.40 14.40 17.00 18.30
o
7.40 9.40 12.10 14.70 16.40 17.20 16.70 15.40 13.10 10.60 8.00 6.60 36 17.90 16.00 13.20 10.10 7.50 6.30 6.80 8.80 11.70 14.60 17.00 18.20
o
7.90 9.80 12.40 14.80 16.50 17.10 16.80 15.50 13.40 10.80 8.50 7.20 34 17.80 16.10 13.50 10.50 8.00 6.80 7.20 9.20 12.00 14.90 17.10 18.20
o
8.30 10.20 12.80 15.00 16.50 17.00 16.80 15.60 13.60 11.20 9.00 7.80 32 17.80 16.20 13.80 10.90 8.50 7.30 7.70 9.60 12.40 15.10 17.20 18.10
o
8.80 10.70 13.10 15.20 16.50 17.00 16.80 15.70 13.90 11.60 9.50 8.30 30 17.80 16.40 14.00 11.30 8.90 7.80 8.10 10.10 12.70 15.30 17.30 18.10
o
9.30 11.10 13.40 15.30 16.50 16.80 16.70 15.70 14.10 12.00 9.90 8.80 28 17.70 16.40 14.30 11.60 9.30 8.20 8.60 10.40 13.00 15.40 17.20 17.90
o
9.80 11.50 13.70 15.30 16.40 16.70 16.60 15.70 14.30 12.30 10.30 9.30 26 17.60 16.40 14.40 12.00 9.70 8.70 9.10 10.90 13.20 15.50 17.20 17.80
o
10.20 11.90 13.90 15.40 16.40 16.60 16.50 15.80 14.50 12.60 10.70 9.70 24 17.50 16.50 14.60 12.30 10.20 9.10 9.50 11.20 13.40 15.60 17.10 17.70
23
o
10.70 12.30 14.20 15.50 16.30 16.40 16.40 15.80 14.60 13.00 11.10 10.20 22 17.40 16.50 14.80 12.60 10.60 9.60 10.00 11.60 13.70 15.70 17.00 17.50
o
11.20 12.70 14.40 15.60 16.30 16.40 16.30 15.90 14.80 13.30 11.60 10.70 20 17.30 16.50 15.00 13.00 11.00 10.00 10.40 12.00 13.90 15.80 17.00 17.40
o
11.60 13.00 14.60 15.60 16.10 16.10 16.10 15.80 14.90 13.60 12.00 11.10 18 17.10 16.50 15.10 13.20 11.40 10.40 10.80 12.30 14.10 15.80 16.80 17.10
o
12.00 13.30 14.70 15.60 16.00 15.90 15.90 15.70 15.00 13.90 12.40 11.60 16 16.90 16.40 15.20 13.50 11.70 10.80 11.20 12.60 14.30 15.80 16.70 16.80
o
12.40 13.60 14.90 15.70 15.80 15.70 15.70 15.70 15.10 14.10 12.80 12.00 14 16.70 16.40 15.30 13.70 12.10 11.20 11.60 12.90 14.50 15.80 16.50 16.60
o
12.80 13.90 15.10 15.70 15.70 15.50 15.50 15.60 15.20 14.40 13.30 12.50 12 16.60 16.30 15.40 14.00 12.50 11.60 12.00 13.20 14.70 15.80 16.40 16.50
o
13.20 14.20 15.30 15.70 15.50 15.30 15.30 15.50 15.30 14.70 13.60 12.90 10 16.40 16.30 15.50 14.20 12.80 12.00 12.40 13.50 14.80 15.90 16.20 16.20
o
13.60 14.50 15.30 15.60 15.30 15.00 15.10 15.40 15.30 14.80 13.90 13.30 8 16.10 16.10 15.50 14.40 13.10 12.40 12.70 13.70 14.90 15.80 16.00 16.00
o
13.90 14.80 15.40 15.50 15.10 14.70 14.90 15.20 15.30 15.00 14.20 13.70 6 15.80 16.00 15.60 14.70 13.40 12.80 13.10 14.00 15.00 15.70 15.80 15.70
o
14.30 15.00 15.50 15.40 14.90 14.40 14.60 15.10 15.30 15.10 14.50 14.10 4 15.50 15.80 15.60 14.90 13.80 13.20 13.40 14.30 15.10 15.60 15.50 15.40
o
14.70 15.30 15.60 15.30 14.60 14.20 14.30 14.90 15.30 15.30 14.80 14.40 2 15.30 15.70 15.70 15.10 14.10 13.50 13.70 14.50 15.20 15.50 15.30 15.10
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
o
15.00 15.50 15.70 15.30 14.40 13.90 14.10 14.80 15.30 15.40 15.10 14.80 0 15.00 15.50 15.70 15.30 14.40 13.90 14.10 14.80 15.30 15.40 15.10 14.80
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
5. Metode Thornwhite
Thorntwhite telah mengembangkan suatu metode untuk
memperkirakan besarnya evapotranspirasi potensial dari data
klimatologi. Evapotranspirasi potensial (PET) tersebut berdasarkan
suhu udara rerata bulanan dengan standar 1 bulan 30 hari, dan lama
penyinaran matahari 12 jam sehari. Metode ini memanfaatkan suhu
udara sebagai indeks ketersediaan energi panas untuk
berlangsungnya proses ET dengan asumsi suhu udara tersebut
berkorelasi dengan efek radiasi matahari dan unsur lain yang
mengendalikan proses ET.
Rumus dasar:
a
10 x T
PET = 1,6
I
keterangan:
PET = evapotranspirasi potensial bulanan (cm/bulan)
T = temperatur udara bulan ke-n (OC)
I = indeks panas tahunan
a = koefisien yang tergantung dari tempat
Harga a dapat ditetapkan dengan menggunakan rumus:
a = 675 10-9 ( I3 ) – 771 10-7 ( I2 ) + 1792 10-5 ( I ) + 0,49239
Jika rumus tersebut diganti dengan harga yang diukur, maka:
PET = evapotranspirasi potensial bulanan standart (belum disesuaikan dalam cm).
KEVIN 24
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Karena banyaknya hari dalam sebulan tidak sama, sedangkan jam penyinaran
matahari yang diterima adalah berbeda menurut musim dan jaraknya dari
katulistiwa, maka PET harus disesuaikan menjadi:
s x Tz
PE = PET
30 x 12
Keterangan:
s = jumlah hari dalam bulan
Tz = jumlah jam penyinaran rerata per hari
KEVIN 25
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Tabel 2.7. Harga – harga koefisien tanaman untuk diterapkan dengan metode
perhitungan evapotranspirasi FAO
Kacang
130 0,5 0,51 0,66 0,85 0,95 0,95 0,95 0,55 0,55*
tanah
KEVIN 26
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
( S a S b ) N .d
PWR Pd F1
10 4
dimana :
Untuk tanah berstruktur berat tanpa retak-retak kebutuhan air untuk penyiapan
lahan diambil 200 mm. Ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah.
Pada permulaan transplantasi tidak akan ada laposan air yang tersisa di sawah.
Setelah transplantasi selesai, lapisan air di sawah akan ditambah 50 mm. Secara
keseluruhan, ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan menjai 250 mm untuk
menyiapkan lahan dan untuk lapisan air awal setelah transpantasi selesai.
Bila lahan telah dibiarkan beda selama jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau
lebih), maka lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm,
termasuk yang 50 mm untuk penggenangan setelah transplantasi.
Untuk tanah-tanah ringan dengan laju perkolasi yang lebih tinggi, harga-harga
kebutuhan air untuk penyelidikan lahan bisa diambil lebih tinggi lagi. Kebutuhan
air untuk penyiapan lahan sebaiknya dipelajari dari daerah-daerah di dekatnya
yang kondisi tanahnya serupa dan hendaknya didasarkan pada hasil-hasil
penyiapan di lapangan. Walau pada mulanya tanah-tanah ringan mempunyai laju
perlokasi tinggi, tetapi laju ini bisa berkurang setelah lahan diolah selama
beberapa tahun. Kemungkinan ini hendaknya mendapat perhatian tersendiri
sebelum harga-harga kebutuhan air untuk penyiapan lahan ditetapkan menurut
ketentuan di atas.
KEVIN 27
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
IR = M ek/ (ek – 1)
Dimana :
Pada saat ini perhitungan kebutuhan air dihitung secara konvensional yaitu
dengan metode genangan, yang berkonotasi bahwa metode genangan adalah
metode boros air.
KEVIN 28
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
2.6 Perkolasi
Kehilangan air di lahan pertanian diperhitungkan karena adanya
rembesan air dari daerah tidak jenuh ke daerah jenuh air (perkolasi). Besarnya
perkolasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Tekstur tanah
Makin besar tektur tanah makin besar angka perkolasinya dan sebaliknya.
2. Permeabilitas tanah, makin besar permeabilitasnya, makin kecil perkolasi
yang terjadi.
3. Tebal lapisan tanah bagian atas. Makin tipis lapisan tanah bagian atas
makin kecil angka perkolasinya.
4. Letak permukaan air tanah
Makin dangkal air tanah makin kecil angka perkolasinya. Perkolasi dapat
mencapai 1 – 3 mm per hari.
KEVIN 29
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Banyaknya air untuk pengolahan tanah pada hari ke- X dapat dihitung dari
persamaan sebagai berikut:
W px = A/n [ s + (x-1) d ] 10 m3
2.7.2 Persemaian
Pekerjaan persemaian tanaman biasanya bersamaan dengan pekerjaan
pengolahan tanah, tetapi karena kurang tenaga kerja terkadang dilakukan
sekitar 5 hari setelah pengolahan tanah . Untuk persemaian ini biasanya
diperlukan waktu 20-25 hari adapun luas yang diperlukan untuk persemaian
pada umumnya 5% dari luas lahan. Sedang kebutuhan air untuk persemaian
lebih kurang 6 mm/hari.
KEVIN 30
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Salah satu metode untuk mengestimasi data debit yang digunakan adalah
Metode Dr. F.J. Mock (1973) dimana memperkenalkan model sederhana simulasi
simulasi keseimbangan air bulanan untuk aliran yang meliputi data hujan,
evaporasi dan karakteristik hidroogi daerah pengaliran.
KEVIN 31
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Kriteria perhitungan dan asumsi yang digunakan dalam analisa Dr. F.J. Mock
adalah sebagai berikut :
KEVIN 32
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
b. Perubahan kandungan air tanah (soil storage) tergantung dari harga Ds.
Bila harga negatif maka kapasitas kelembaban kekurangan kapasitas
kelembaban tanah bulan sebelumnya.
c. Kapasitas kelembaban tanah (Soil Moisture Capacity)
Perkiraan kapasitas kelembaban tanah awal diperlukan pada saat
dimulainya simulasi dan besarnya tergantung dari kondisi porositas
lapisan tanah atas dari daerah pengaliran. Biasanya diambil 50 s/d 250
mm, yaitu kapasitas kandungan air dalam tanah per m3. Jika porositas
tanah lapisan atas tersebut makin besar, maka kapasitas kelembaban
tanah akan makin besar pula.
Jika pemakaian model dimulai bulan januari, yaitu pertengahan hujan,
maka tanah dapat dianggap berada pada lapisan lapangan (field capacity).
Sedangkan jika model dimulai dalam musim kemarau, akan terdapat
kekurangan, dan kelembaban tanah awal yang mestinya di bawah kapasitas
lapangan.
3. Limpasan dan Penyiapan Air Tanah (Run Off & Groundwater Storage)
a. Koefisien Infiltrasi (i)
Koefisien infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan
kemiringan daerah pengaliran. Lahan yang porous misalnya pasir halus
mempinyai infiltrasi lebih tinggi dibandingkan tanah lempung berat.
Lahan yang terjal dimana air tidak sempat infiltrasi ke dalam tanah maka
koefisien infiltrasi akan kecil. Batasan infiltrasi adalah 0,0 – 1,0.
b. Penyiapan Air Tanah (Groundwater Storage)
Pada permulaan simulasi harus ditentukan penyiapan awal (initial
storage) yang besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan
waktu. Sebagai contoh : dalam daerah pengaliran kecil yang mana
kondisi geologi lapisan bawah adalah tidak ada air sungai pada musim
kemarau, maka penyimpanan air tanah menjadi nol.
Rumus – rumus yang digunakan :
Vn = k . Vn-1 + ½ (1 + k) . In
DVn = Vn – Vn-1
KEVIN 33
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Dengan :
Vn = Volume air tanah bulan ke n
Vn-1 = Volume air tanah bulan ke (n – 1)
K = qt/qo = Faktor resesi aliran air tanah (catchment area recession
factor)
qt = Aliran air tanah pada waktu t (bulan ke t)
qo = Aliran air tanah pada awal t (bulan ke 0)
In = Infiltrasi bulan ke n
DVn-1 = Perubahan volume aliran air tanah
Faktor resesi air tanah (k) adalah 0 – 1,0. Harga k yang tinggi akan
memberikan resesi yang lambat seperti pada kodisi geologi lapisan
bawah yang lambat seperti pada kondisi geologi lapisan bawah yang
sangat lulus air (permeable).
c. Limpasan (Run Off)
Aliran dasar : infiltrasi dikurangi perubahan volume aliran air
dalam tanah.
Limasan langsung : kelebihan air (water surplus) – infiltrasi
Limpasan : aliran dasar + limpasan langsung
Debit andalan : aliran sungai dinyatakan dalam m3/bulan
KEVIN 34
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Parameter
Catatan Debit Metode
Perencanaan
KEVIN 35
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
air yang diambil akan hilang sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini
disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi dan rembesan. Efisiensi
irigasi keseluruhan rata-rata berkisar antara 59 % - 73 %. Oleh karena itu
kebutuhan bersih air di sawah (NFR) harus dibagi effsiensi irigasi untuk
memperoleh jumlah air yang dibutuhkan di intake.
1. Saluran tersier, kehilangan air = 20%, sehingga efisiensi 80 %
2. Saluran sekunder, kehilangan air 10 %, sehingga efisiensi 90 %
3. Saluran utama, kehilangan air 10 %, sehingga efiseiensi 90 %
Efisiensi secara keseluruhan dihitung sebagai berikut = efisiensi jaringan
tersier (60%) x efisiensi jaringan sekunder (90%) x efisiensi jaringan primer
(90%), sehingga efisiensi irigasi secara keseluruhan 65 %.
Di sini dibedakan tiga bidang utama pada perhitungan kebutuhan air irigasi.
Bidang-bidang yang dimaksud adalah:
- Meteorologi
- Agronomi dan tanah serta
- Jaringan irigasi
Dalam memperhitungkan kebutuhan air harus dipertimbangkan kebutuhan untuk
domestik dan industri.
Ada berbagai unsur yang akan dibicarakan secara singkat di bawah ini.
a. Evaporasi
Eo = 1,1 x Eto
KEVIN 36
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
c. Pola tanam
d. Koefisien tanaman
f. Penyiapan lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan lahan
adalah 1,5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan peralatan
mesin, jangka waktu satu bulan dapat dipertimbangkan.
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa diambil 200
mm. Ini meliputi penjenuhan (presaturation) dan penggenangan sawah; pada
awal transplantasi akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi.
KEVIN 37
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Angka 200 mm di atas mengandaikan bahwa tanah itu "bertekstur berat, cocok
digenangi dan bahwa lahan itu belum bera (tidak ditanami) selama lebih dari
2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan bera lebih lama lagi, ambillah 250 mm
sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Kebutuhan air untuk penyiapan
lahan termasuk kebutuhan air untuk persemaian.
g. Efisiensi Irigasi
h. Rotasi / Golongan
KEVIN 38
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
dilakukan pemberian air secara rotasi antar petak tersier atau antar petak
sekunder.
Keterangan :
FPR (Factor Palawija Relatif) adalah perbandingan antara debit
minimum terhadap LPR.
FPR = Q/LPR
Dimana:
Q = Debit air minimum
LPR = Angka perbandingan antara satuan luas baku terhadap
palawija yang berdasarkan jumlah kebutuhan satuan air terhadap tanaman
palawija.
KEVIN 39
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 40
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Bendung Tetap
Merupakan suatu bangunan air yang dibangun melintang
dengan sungai dan sengaja dibuat untuk meninggikan muka air
dengan ambang tetap sehingga air sungai dapat disadap dan
dialirkan secara gravitasi ke jaringan irigasi. Kelebihan airnya
dilimpahkan ke hilir dengan terjunan yang dilengkapi dengan
kolam olak dengan maksud untuk meredam energi.
Ada dua (2) jenis tipe bendung tetap apabila dilihat dari bentuk
struktur ambang pelimpahnya yakni :
- Ambang tetap yang lurus dari tepi ke tepi kanan sungai artinya
as ambang tersebut berupa garis lurus yang menghubungkan
dua titik tepi sungai.
- Ambang tetap yang berbelok-belok seperti gigi gergaji. Tipe ini
diperlukan apabila panjang ambang tidak mencukupi dan
biasanya untuk sungai dengan lebar yang kecil tetapi debitnya
cukup besar. Dengan menggunakan ambang jenis ini, akan
didapat panjang ambang yang lebih besar. Untuk menerapkan
ambang jenis ini ada beberapa syarat yang harus diperhatikan
antara lain debitnya harus relatif stabil, tidak membawa
material terapung berupa batang-batang pohon, serta efektifitas
panjang bendung gergaji terbatas pada kedalaman air
pelimpasan tertentu. (KP-01)
Bendung Gerak Vertikal
Merupakan suatu bangunan yang terdiri dari tubuh bendung
dengan ambang tetap yang rendah dilengkapi dengan pintu-pintu
KEVIN 41
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 42
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 43
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang
sangat besar.
B. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa mempunyai fungsi membawa / mengalirkan air
dari sumbemya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran
primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk
dalam bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan
dan got miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah
irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan
sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut.
Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistern
irigasi.
Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran
primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan
sadap terakhir
Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah
bangunan boks tersier terkahir
Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari
boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan
boks kuarter terkahir
KEVIN 44
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Untuk itu kriteria ini menetapkan agar diterapkan tetap memakai pintu
dan alat ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional.
a. Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik
cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau
lebih.
KEVIN 45
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 46
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
E. Bangunan Drainase
Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di
petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang
melalui saluran pembuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang
melalui bangunan pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang,
yaitu saluran pembuang kuerter, saluran pembuang tersier, saluran
pembuang sekunder dan saluran pembuang primer. Jaringan pembuang
tersier dimaksudkan untuk :
o Mengeringkan sawah
o Membuang kelebihan air hujan
o Membuang kelebihan air irigasi
Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di
daerah atasnya atau dari saluran pembuang di daerah bawah. Saluran
pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter.
Saluran pembuang primer menampung dari saluran pembuang tersier dan
membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai.
KEVIN 47
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Ada juga bangunan lain yang juga terkadang dibutuhkan dalam sebuah
jaringan irigasi. Beberapa bangunan tersebut antara lain :
Kolam olak
Kolam olak berfungsi sebagai peredam energi dari air yang mengalir
dengan kecepatan tinggi. Bila ada kehilangan energi yang besar akibat
perbedaan tinggi muka air yang cukup besar, maka diperlukan suatu
bangunan terjun di dasar saluran yang disebut kolam olak.
Talang
Talang adalah jembatan untuk menyeberangkan air dari tepi sungai ke
tepi seberangnya. Konstruksi dibuat dari bahan yang kuat dan awet
seperti baja, beton, atau bahan yang kurang kuat seperti kayu. Kecepatan
air di dalam talang besi disarankan tidak melebihi 3m/dtk. Di dalam
talang beton kecepatan air antara 2-2,5 m/dtk
Sipon
Sipon digunakan apabila selisih elevasi antara dua sisi yang bersilangan
kecil dan apabila pembuatan talang maupun gorong-gorong tidak
memungkinkan. Pipa sipon dapat dibaut dari beton bertulang. Pada
bangunan bagi ada kalanya dijumpai penyadapan langsung ke saluran
tersier yang disebut bangunan sadap.
KEVIN 48
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 49
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 50
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
B. Kondisi medan
Garis kontur pada peta menggambarkan medan daerah yang akan
direncanakan. Topografi suatu daerah akan menentukan Lay 0ut serta
konfigurasi yang paling efektif untuk saluran pembawa atau saluran
pembuang. Dari kebanyakan tipe medan Lay Out yang cocok
digambarkan secara sistematis. Tiap peta tersier yang direncanakan
terpisah agar sesuai dengan batas alam dan topografi. Dalam banyak hal
biasanya dibuat beberapa konfigurasi Lay Out jaringan irigasi dan
pembuang.
Klasifikasi tipe medan sehubungan dengan perencanaan daerah irigasi :
1. Medan terjal kemiringan tanah 2 %
Medan terjal dimasna tanahnya sedikit mengandung lempun rawan
erosi karena aliran yang tidak terkendali. Erosi terjadi jika kecepatan
air pada saluran lebih batas ijin.hal ini menyebabkan berkurangnya
debit air yang lewat, sehingga luas daerah yng dialiri berkurang. Lay
Out untuk daerah semacam ini dibuat
dengan dua alternatif .
kemiringan tercuram dijumpai dilereng hilir satuan primer. Sepasang
saluran tersier menggambil air dari saluran primer di kedua sisi
saluran sekunder.
Saluran tersier pararel dengan saluran sekunder pada satu sisi dan
memberikan airnya ke saluran kuarter garis tinggi, melalui boks bagi
kedua sisinya.
2. Medan gelombang, kemiringan 0,25-2,3%
Kebanyakan petak tersier mengambil airnya sejajar dengan saluran
sekunder yang akan merupakan batas petak tersier pada suatu sisi.
Batas untuk sisi yang lainnya adalah saluran primer. Jika batas-batas
alam atau desa tidak ada, batas alam bawah akan ditentukan oleh trase
saluran garis tinggi dan saluran pembuang. Umumnya saluran yang
mengikuti lereng adalah saluran tersier. Biasanya saluran tanah
dengan bangunan terjun di tempat-tempat tertentu. Saluran kuarter
akan memotong lereng tanpa bangunan terjun dan akan memberikan
KEVIN 51
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 52
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
C. Keadaan Topografi
Untuk perencanaan detail jaringan irigasi tersier dan pembuang,
diperlukan peta topografi yang secara akurat menunjukkan gambaran
muka tanah yang ada. Untuk masing-masing jaringan irigasi dan
digunakan titik referensi dan elevasi yang sama.
Peta-peta ini dapat diperoleh dari hasil-hasil pengukuran topografi
(metode terestris) atau dari foto udara (peta ortofoto). Peta-peta ini harus
mencakup informasi yang berkenaan dengan :
Garis-garis kontur
Batas-batas petak sawah
Tata guna lahan
Saluran irigasi, pembuang dan jalan-jalan yang ada beserta
bangunannya
Batas-batas administratif (desa, kampung)
Rawa dan kuburan
Bangunan
Skala peta dan interval garis-garis kontur bergantung kepada keadaan
topografi :
KEVIN 53
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 54
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Gambar 2.3. Skema Layout Petak Tersier Pada Daerah Datar Berawa-rawa
KEVIN 55
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
Gambar 2.4. Skema Layout Petak Tersier Pada Daerah Datar Bergelombang
KEVIN 56
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 57
130310036
PERENCANAAN PETAK-PETAK IRIGASI
KEVIN 58
130310036