Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEBIDANAN

PENJAHITAN LUKA EPISIOTOMI ATAU ROBEKAN


PERINEUM

Disusun Oleh :
1. Alfa laila diesty aulia 19153020003
2. Aulia ramadani 19153020009
3. Elysa dwi prastika 19153020015
4. Intan kiswandari 19153020021
5. Marwiyah 19153020027
6. Novyanti Hidayat 19153020033
7. Rizki firsausya 19153020040
8. Siti Marfu'atin 19153020046
9. Tuti Alawiyah 19153020052
STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN AHLI JENJANG
BANGKALAN
2019
KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kebidanan “Asuhan
Kebidanan Episiotomi” dengan baik. Makalah ini, dapat diselesaikan dengan
baik karena dukungan dan partisipasi berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini,
begitupun makalah yang telah penulis buat, baik dalam hal isi maupun
penulisannya. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan ilmu pengetahuan maupun
lingkungan masyarakat.
.

Bangkalan, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................2
D. Manfaat............................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi.............................................................................................3
B. Tujuan dan Manfaat..........................................................................3
C. Indikasi dan Kontra Indikasi............................................................3
D. Jenis Episiotomi...............................................................................4
E. Prosedur Tindakan............................................................................6
F. Klasifikasi Tindakan.........................................................................8
G. Anjuran Tindakan.............................................................................9
H. Penyembuhan Luka........................................................................10
I. Komplikasi.....................................................................................11
J. Macam-Macam Jahitan.........................................................................12
K. Teknik Penjahitan Robekan Perineum ..............................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................13
B. Saran...............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu hal yang paling banyak ditakuti oleh para ibu hamil pada saat
proses melahirkan adalah episiotomi. Saat ini banyak pandangan di masyarakat
bahwa proses persalinan harus dilakukan melalui episiotomi. Bayangan akan rasa
sakit yang tak terkira pada saat proses episiotomi selalu menghantui para ibu
hamil. Kadang ketakutan yang berlebih ini, justru membuat proses persalinan itu
sendiri menjadi tidak berjalan lancar. Untuk menghindarkan hal tersebut, ada
baiknya para ibu hamil mengenal lebih jauh apa itu episiotomi.

Episiotomi adalah pengguntingan kulit dan otot antara alat kelamin dan
anus. Tujuannya untuk melebarkan jalan lahir. Biasanya dokter akan memberikan
anestesi lokal untuk menghilangkan nyeri. Namun, dalam keadaan darurat
episotomi dilakukan tanpa anestesi lokal. Episiotomi dilakukan untuk melebarkan
jalan lahir, jika :dokter memperkirakan memang diperlukan, misalnya jika bahu
bayi tersangkut dan dokter atau bidan memperkirakan bahu tetap tersangkut jika
tidak dibantu dengan episiotomi, janin dalam keadaan stres dan dokter
menginginkan persalinan berlangsung lebih cepat.

Episiotomi merupakan bagian dari persalinan yang dibantu dengan forsep


atau vakum. Daerah otot-otot perineum sangat kaku, sehingga akan dilakukan
luka yang lebih luas diperineum atau labia (lipatan disisi kanan dan kiri alat
kelamin) jika tidak dilakukan episiotomi.

Meskipun tindakan episiotomi adalah intervensi yang umum, tapi


sebenarnya tindakan ini harusnya bukan menjadi tindakan /intervensi rutin di

1
setiap pertolongan persalinan pervagina, sekitar lebih dari 70% dari se i7mua
2
persalinan per vagina tidak perlu episiotomi. Memotong memperbesar lubang
vagina dan membantu dalam melahirkan bayi . Jika memerlukan forsep atau
pengiriman vakum, maka panjang sayatan akan lebih panjang dari yang
seharusnya jika bayi lahir tanpa dibantu instrumen. Setelah bayi dan plasenta
lahir, maka jalan lahir akan diperiksa untuk setiap robekan yang perlu perbaikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi dari Episiotomi ?
2. Apa Tujuan Dan Manfaat Episiotomi ?
3. Apa Indikasi Dan Kontra Indikasi Dilakukannya Episiotomi ?
4. Apa Jenis-Jenis Episiotomi ?
5. Apa Prosedur Tindakan Episiotomi ?
6. Apa Klasifikasi Laserasi Episiotomi ?
7. Bagaimana Anjuran Dalam Melakukan Episiotomi ?
8. Bagamana Penyembuhan Luka ?
9. Apa Komplikasi Episiotomi ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Definisi dari Episiotomi.
2. Mengetahui Tujuan Dan Manfaat Episiotomi.
3. Mengetahui Indikasi Dan Kontra Indikasi Dilakukannya Episiotomi.
4. Mengetahui Jenis-Jenis Episiotomi.
5. Mengetahui Prosedur Tindakan Episiotomi.
6. Mengetahui Klasifikasi Laserasi Episiotomi.
7. Mengetahui Anjuran Dalam Melakukan Episiotomi.
8. Mengetahui Penyembuhan Luka.
9. Mengetahui Komplikasi Episiotomi.

1.3 Manfaat
1. Agar Mahasiswa dapat lebih memahami tentang Episiotomi.
2. Agar Mahasiswa dapat mempraktikan tindak efisiotomi dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Episiotomi


Episiotomi adalah insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya
selaput lender vagina,cincin hymen,jaringan septum rektovaginal, otot-otot dan
fasia perineum,serta kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan jalan lahir
sehingga mempermudah kelahiran.(Arief Mansjoer,Kapita selekta kedokteran
2001)
Episiotomi adalah suatu tindakan operatif berupa sayatan pada perineum
meliputi selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan kulit depan perineum.
Episiotomi biasanya dikerjakan pada hampir semua primipara atau pada
perempuan dengan perineum kaku.

2.2 Tujuan dan Manfaat Episiotomi


Episiotomi bertujuan mencegah rupture perineum dan mempermudah
pemulihan perineum kaku.Episitomi dlakukan saat perineum telah menipis dan
kepala janin tidak masuk kembali ke dalam vagina.(Arief Mansjoer,Kapita selekta
Kedokteran 2001)
a) Mempercepat kelahiran pada waktu janin mengalami kegawatan.
b) Mempercepat proses kelahiran.
c) Memfasilitasi kelahiran pada kasus-kasus tertentu.
d) Melindungi kepala bayi premature.

2.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Dilakukannya Episiotomi


Indikasi
Menurut Arief Mansjoer dalam buku Kapita selekta Kedokteran 2001 Indikasi
dilakukannya episiotomi dan macam-macam dari episiotomi adalah sebagai
berikut :
a. Pada keadaan yang mungkin terjadi rupture uteri.
b. Janin premature atau adanya gawat janin.
c. Janin letak sungsang,persalinan dengan ekstrasi cunam, vakum dan janin
besar.
Kontra indikasi
a. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
b. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti
penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada
vulva dan vagina.

2.4 Jenis-Jenis Episiotomi


Ada 4 jenis episiotomi berdasarkan arah insisinya yaitu: Episiotomi
medialis, Episiotomi mediolateralis, Episiotomi lateralis, dan Insisi Schuchardt.
a. Episitomi mediana, merupakan insisi yang paling mudah diperbaiki, lebih sedikit
pendarahan, penyembuhan lebih baik dan jarang dispareuni. Episitomi ini dapat
menyebabkan ruptur totalis.
Manfaat:
a) Secara dratomis lebih alamiah.
b) Menghindari pembuluh darah dan saraf.
c) Lebih mudah dijahit.
Bahayanya: jika meluas bisa memanjang melalui sfingter ani
b. Episitomi mediolateral merupakan jenis insisi yang banyak dilakukan karena lebih
aman.
Manfaat: perluasan akan lebih kecil kemungkinan terjadi melalui sfingter ani
Bahaya:
a) Penyembuhan terasa lebih sakit.
b) Lebih sulit dijahit.
c) Mungkin kehilangan darah lebih banyak. (APN, Revisi 2007)
c. Episiotomi lateral, tidak dianjurkan lagi karena hanya dapat menimbulkan sedikit
relaksasi introitus, pendarahan lebih banyak dan sukar direparasi.
Menurut Benson dan Pernoll (2009), sekarang ini hanya ada dua jenis
episiotomi yang di gunakan yaitu Episiotomi pada garis tengah (midline
epuisiotomy) dan Episiotomi mediolateral

a. Episiotomi pada garis tengah (midline epuisiotomy) atau median.

Sayatan yang di buat di garis tengah, dimana Insisi atau sayatan dimulai
dari ujung terbawah introitus vagina atau pada garis tengah komissura
posterior sampai batas atas otot- otot sfingter ani (tidak sampai mengenai serabut
sfingter ani).
Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:
1. Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena
daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
2. Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih
mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
3. Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri dasar pelvis.
4. Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut mudah
dirapatkan.
5. Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan.
6. Dispareuni jarang terjadi.
Kerugiannya adalah terjadi perluasan laserasi ke sfingter ani (laserasi
median sfingter ani) sehingga terjadi laserasi perinei tingkat III inkomplet
atau laserasi menjangkau hingga rektum (laserasi dinding rektum), sehingga
terjadi ruptur perineii komplit yang mengakibatkan kehilangan darah lebih
banyak dan lebih sulit dijahit.
b. Episiotomi Modiolateral
Sayatan yang di buat dari garis tengah kesamping menjauhi anus yang
sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei
tingkat III, dimana insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina menuju ke
belakang dan samping kiri atau kanan ditengah antara spina ischiadica dan anus.
Dilakukan pada ibu yang memiliki perineum pendek, pernah ruptur grade
3, dengan Panjang sayatan kira-kira 4 cm dan insisi dibuat pada sudut 45
derajat terhadap forset posterior pada satu sisi kanan atau kiri tergantung pada
kebiasaan orang yang melakukannya.
Keuntungan dari epistomi mediolateral adalah perluasan laserasi akan
lebih kecil kemungkinannya mencapai otot sfingter ani dan rektum sehingga dapat
mencegah terjadinya laserasi perinei tingkat III ataupun laserasi perineum yang
lebih parah yang sampai pada rectum.
Kerugian episiotomi mediolateral :
1. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak
pembuluh darahnya. Daerah insisi kaya akan fleksus venosus.
2. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar dan
penyembuhan terasa lebih sakit dan lama.
3. Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan) keseimbangan
dasar pelvis.
4. Otot – ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar (aposisinya
sulit), sehingga terbentuk jaringan parut yang kurang baik.
5. Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan kadang –
kadang diikuti dispareuni (nyeri saat berhubungan).
6. Hasil akhir anatomik tidak selalu bagus (pada 10% kasus) dan Pelebaran
introitus vagina

2.5 Prosedur Tindakan Episiotomi


Persiapan
1. Pertimbangkan indikasi untuk melakukan episiotomi dan pastikan bahwa episitomi
tersebut penting untuk keselamatan dan kenyaman ibu dan bayi
2. Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan sudah
tersedia dan dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
3. Gunakan teknik aseptic atau antiseptic setiap saat, cuci tangan dan pakai sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
4. Jelaskan pada ibu menapa ia memerlukan episiotomi dan diskusikan prosedur
denagn ibu. Berikan alasan rasional pada ibu.(APN, Revisi 2007)
Memberikan anestesi local
Berikan anestesi local secara dini agar obat tersebut memiliki cukup waktu untuk
memberikan efek sebelum episiotomi dilakukan. Episiotomi adalah tindakan yang
menimbulkan rasa sakit dan menggunakan anestesi local adalah bagian dari
asuhan sayang ibu.
1. Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu klien untuk merasa rileks
2. Hisap 10ml larutan lidokain 1% tanpa epinefrin ke dalam tabung suntik steril
ukuran 10ml (tabung suntik lebih besar boleh digunakan jika diperlukan). Jika
lidokain 1% tidak tersedia, larutkan 1 bagian lidokain 2% dengan 1 bagian cairan
garam fisologis atau air distilasi steril, sebagai contoh larutan 5ml lidokain dalam
5ml cairan garam fisiologis atau air steril
3. Pastikan bahwa tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan panjang 4cm (jarum
yang lebih panjang boleh digunakan jika diperlukan)
4. Letakkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum
5. Masukkan jarum ditengah fourchette dan arahkan jarum sepanjang tempat yang
akan diepisiotomi
6. Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di
dalam pembuluh darah.jika darah masuk kedalam tabung suntik jangan suntikkan
lidokain, tarik jarum tersebut keluar. Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali.
Alasan:ibu bisa mengalami kejang dan bisa terjadi kematian, jika lidokain
disuntikan kedalam pembuluh darah
7. Tarik jarum perlahan sambil menyuntikan maksimal 10ml lidokain
8. Tarik jarum bila sudah kembali ketitik asal jarum suntik ditusukkan kulit
melembung karena anestesi bisa terlihat dan dipalpasi pada perineum disepanjang
garis yang akan dilakukan episiotomi.(APN, Revisi 2007)
Prosedur dalam episiotomi menurut buku panduan APN Revisi 2007 sebagai
berikut:
1. Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat dan 3-4 cm kepala
bayi sudah terlihat pada saat kontraksi.alasannya: melakukan episiotomi akan
menyebabkan perdarahan , jangan melakukannya terlalu dini
2. Masukkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum, kedua jari
agak diregangkan dan diberikan sedikit tekanan lembut kearah luar pada
perineum.Alasannya: hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan
meratakan perineum sehingga membuatnya lebih mudah diepisiotomi
3. Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Tempatkan gunting di
tengah-tengah fourchette posterior dan gunting mengarah kesudut yang diinginkan
untuk melakukan episiotomi mediolateral (jika bukan kidal, episiotomi
mediolateral yang dilakukan disisi kiri lebih mudah dijahit). Pastikan untuk
melakukan palpasi atau mengidentifikasi sfinter ani eksterna dan mengarahkan
gunting cukup jauh kearah samping untuk menghindari sfingter
4. Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu
atau dua guntingan yang mantap. Hindari mengunting jaringan sedikit-sedikit
karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga menyulitkan penjahitan
dan waktu penyembuhan lebih lama.
5. Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm kedalam vagina
6. Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi dengan
dilapisi kain atau kasa steril diantara kontraksi untuk membantu mengurangi
pendarahan
7. Kendalikan kepala, bahu dan bahan bayi untuk mencegah perluasan episiotomi
8. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episiotomi,
perineum dan vagina mengalami perluasan atau laserasi, lakukan penjahitan jika
terjadi perluasan episiotomi atau laserasi tambahan

2.6 Klasifikasi Laerasi Episiotomi


Laserasi diklasifikasikan berdasar luasnya robekan
a. Derajat I : Mukosa vagina, komisura posterior dan kulit perineum
b. Derajat II : Mukosa vagina, mukosa posterior, kulit perineum dan otot
perineum
c. Derajat III : Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum dan otot sfingter ani
d. Derajat IV : Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot sfingter ani dan dinding depan rectum (APN, Revisi 2007)

2.7 Anjuran Episiotomi


Menurut Buku panduan APN Revisi 2007, di masa lalu dianjurkan untuk
melakukan episiotomi secara rutin yang tujuannya untuk mencegah robekan
berlebihan pada perineum,membuat tepi luka rata sehingga mudah dilakukan
penjahitan (reparasi), mencegah penyulit ata tahanan pada kepala dan insfeksi
tetapi hal tersebut ternyata tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup.
Namun, hal ini bukanlah berarti episiotomi tidak diperbolehkan karena indikasi
tertentu untuk melakukan episiotomi (misalnya persalinan dengan ekstrasi cunam,
distosia bahu, rigitas perineum dan sebagainya).

Episiotomi rutin tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan :


a. Meningkatkan jumlah darah yang hilang dan resiko hematoma
b. Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada episiotomi rutin
dibandingkan dengan tanpa episiotomi
c. Meningkatkan risiko infeksi (terutama jika prosedur PI diabaikan)

Episiotomi tidak boleh dilakukan karena :


a) Persalinan dan kelahiran merupakan proses normal
b) Akan meningkatkan perdarahan
c) Bisa menambahkan dalamnya laserasi perineal
d) Menambahkan resiko kerusakan spinoterani
e) Menambah rasa sakit selama hari-hari pertama PP
f) Belum ada bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan mamfaat episiotomi
Adakah cara lain yang bisa dilakukan oleh ibu hamil, agar pada saat proses
melahirkan nanti terhindar dari episiotomi? jawabannya adalah ada yaitu dengan
melakukan pijatan perineum pada 2 bulan terakhir menjelang persalinan atau
latihan Kegel (terutama pada fase relaksasi) dapat menghindari episiotomi.
Kadang digunakan kompres hangat untuk membantu perineum relaks. Ketika bayi
akan keluar, dokter atau bidan akan menahan perineum dengan jari mereka.
Kemungkinan paling efektif menghindari tindakan episiotomi adalah dengan
melakukan proses persalinan yang benar, misal perlahan mengeluarkan kepala
bayi sesuai dengan tingkatan pembukaan alat kelamin. Tunggulah refleks
menekan secara alamiah yang akan Anda alami. Hindarilah tekanan yang terlalu
dipaksakan.

2.8 Penyembuhan Luka


Menurut Walsh (2008) proses penyembuhan terjadi dalam tiga fase, yaitu:
Fase 1 :
Segera setelah cedera, respons peradangan menyebabkan peningkatan aliran darah
ke area luka, meningkatkan cairan dalam jaringan,serta akumulasi leukosit dan
fibrosit. Leukosit akan memproduksi enzim proteolitik yang memakan jaringan
yang mengalami cedera.
Fase 2 :
Setelah beberapa hari kemudian, fibroblast akan membentuk benang – benang
kolagen pada tempat cedera.
Fase 3 :
Pada akhirnya jumlah kolagen yang cukup akan melapisi jaringan yang rusak
kemudian menutup luka.
Proses penyembuhan sangat dihubungani oleh usia, berat badan, status
nutrisi, dehidrasi, aliran darah yang adekuat ke area luka, dan status
imunologinya. Penyembuhan luka sayatan episiotomi yang sempurna tergantung
kepada beberapa hal. Tidak adanya infeksi pada vagina sangat mempermudah
penyembuhan. Keterampilan menjahit juga sangat diperlukan agar otot-otot yang
tersayat diatur kembali sesuai dengan fungsinya atau jalurnya dan juga dihindari
sedikit mungkin pembuluh darah agar tidak tersayat. Jika sel saraf terpotong,
pembuluh darah tidak akan terbentuk lagi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka
1. Status nutrisi yang tidak tercukupi memperlambat penyembuhan luka
2. Kebiasaan merokok dapat memperlambat penyembuhan luka
3. Penambahan usia memperlambat penyembuhan luka
4. Peningkatan kortikosteroid akibat stress dapat memperlambat penyembuhan luka
5. Ganguan oksigenisasi dapat mengganggu sintesis kolagen dan menghambat
epitelisasi sehingga memperlambat penyembuhan luka
6. Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka

2.9 Komplikasi Episiotomi


Komplikasi episiotomi adalah :
1. Nyeri post partum dan dyspareunia.
2. Rasa nyeri setelah melahirkan lebih sering dirasakan pada pasien bekas
episiotomi, garis jahitan (sutura) episiotomi lebih menyebabkan rasa sakit.
Jaringan parut yang terjadi pada bekas luka episiotomi dapat menyebabkan
dyspareunia apabila jahitannya terlalu erat.
3. Nyeri pada saat menstruasi pada bekas episiotomi dan terabanya massa .
4. Trauma perineum posterior berat.
5. Trauma perineum anterior
6. Cedera dasar panggul dan inkontinensia urin dan feses
7. Infeksi bekas episiotomi, Infeksi lokal sekitar kulit dan fasia superfisial akan
mudah timbul pada bekas insisi episiotomi.
8. Gangguan dalam hubungan seksual, Jika jahitan yang tidak cukup erat,
menyebabkan akan menjadi kendur dan mengurangi rasa nikmat untuk
kedua pasangan saat melakukan hubungan seksual.
2.10 MACAM-MACAM HEKTING PERINEUM
a. Jahitan Kulit
1) Jahitan simple interrupted (jahitan satu demi satu)
2) Merupakan jenis jahitan yang paling dikenal dan paling banyak
digunakan. Jarak antara jahitan sebanyak 5-7 mm dan batas jahitan dari tepi
luka sebaiknya 1-2 mm. Semakin dekat jarak antara setiap jahitan, semakin
baik bekas luka setelah penyembuhan.
b. Jahitan Matras
1) Jahitan matras vertikal
Jahitan jenis ini digunakan jika tepi luka tidak bisa dcapai hanya dengan
menggunakan jahitan satu demi satu. Misalnya didaerah yang tipis lunak
subkutisnya dan tepi luka cenderung masuk ke dalam.
2) Jahitan matras horizontal
Jahitan ini tidak boleh digunakan untuk menjahit lemak subkutis karena
membuat kulit diatasnya terlihat bergelombang.
c. Jahitan kontinous
1) Jahitan jelujur
Jahitan ini lebih cepat dibuat, lebih kuat dan pembagian tekanannya lebih
rata bila dibandingkan dengan jahitan terputus. Kelemahannya jika benang
putus/simpul terurai tepi luka akan terbuka.

2.11 TEKNIK MENJAHIT ROBEKAN PERINEUM


a. Tingkat I
Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya dengan
memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (kontinous sutur) atau dengan
cara angka delapan (figure of eight).
b. Tingkat II
Pada robekan perineum tingkat II, setelah diberi anestesi lokal otot-otot
diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan
kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikut
sertakan jaringan-jaringan dibawahnya.
c. Tingkat III
Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II maupun
tingkat III, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi,
maka pinggir yang bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu.
Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing diklem terlebih
dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan
penjahitan
luka robekan.
d. Tingkat IV
Mula- mula
dinding
depan rektum
yang robek dijahit. Kemudian fasia perirektal dan fasia septum rektovaginal
dijahit dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot
sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan diklem, kemudian dijahit
dengan 2-3 jahitan catgut kromik sehingga bertemu kembali. Selanjutnya
robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat
II, tingkat III dan tingkat IV.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Episiotomi adalah tindakan pencegahan kerusakan yang hebat pada jaringan
lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas atau elastisitas jaringan.
Episiotomi harus mengacu pada penilaian klinik yang tepat dan tehnik yang sesuai
dengan kondisi yang sedang dihadapi. Saat ini episiotomi tidak selalu dilakukan,
karena episiotomi secara bebas dan kurang tepat dapat meningkatkan jumlah
perdarahan yang terjadi pada persalinan. Upaya yang dilakukan untuk mencegah
robekan perinium antara lain;
1. Aplikasi handuk hangat pada perinium.
2. Fasilitasi fleksi kepala bayi agar tidak menyebabkan regangan mendadak.
3. Mengarahkan kepala agar perinium dilalui oleh diameter terkecil saat
ekspulsi.
4. Menahan perinium dengan regangan telunjuk dan ibu jari

3.2 Saran
1. SARAN UNTUK TENAGA MEDIS
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai panduan untuk melakukan
tindakan serta meningkatkan kualitas dari pelayanan tenaga medis.
2. SARAN UNTUK PEMBACA
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan referensi untuk
menambah pengetahuan dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta :
EGC
Wiknjosastro, Hanafi. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
Prawirohardjo,Sarwono.2010.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal.Jakarta:PT.Bina Pustaka
Prawirohardjo,Sarwono.2010.Perawatan Luka Jalan Lahir, Ilmu Bedah Kebidanan,
Edit. H. Wiknjosastro.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai