1.
Dosen Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta
2.
Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
3
Dosen Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
ABSTRACT
Background: For elementary school students, knowing the daily handling of first aid is important thing. Using method
and media learning which are appropriate for the elementary students can increase the knowledge.
Objective: To know the effect of giving lecture and leaflet toward the knowledge level of elementary school students
about first aid in Seyegan, Sleman, Yogyakarta.
Method: The quasi experimental research with equivalent control group pretest-posttest was done towards 70 students
of fifth grade. It consists of 35 students as intervention group and 35 students as control group.
Result: The value first aid knowledge average level of intervention group from pretest to posttest increases with
p=0.000 (p <0.05). The value first aid knowledge average level of control group from pretest to posttest there was
slightly increase with p=0.125 (p> 0.05).
Conclusion: Lecture and leaflet are effective to increase the knowledge of fifth grade students of elementary school
about first aid in Seyegan, Sleman, Yogyakarta with p=0.000 (p <0.05).
Anak usia sekolah dasar terdapat Kegiatan utama usaha kesehatan sekolah
permasalahan kesehatan yang sangat antara lain meliputi adanya pananganan P3K.
menentukan kualitas kesehatan anak di Sehingga nantinya siswa – siswa SD dapat
kemudian hari. Masalah kesehatan yang melakukan penanganan P3K dengan tepat
berhubungan dengan penanganan kecelakaan secara mandiri.5
yang sering terjadi pada anak SD antara lain: Hasil studi pendahuluan pada bulan Juli
cedera luka, mimisan, gigitan, pingsan. Bagi 2012 di SD Negeri Margomulyo 1, SD Negeri
anak usia SD mengetahui penanganan P3K Tegal Klaci, dan SD Muhamadiyah Bolu
sehari - hari merupakan hal yang penting didapatkan bahwa keadaan UKS di tempat
agar nantinya anak dapat melakukan tersebut belum dikelola dengan baik serta
penanganan keselamatan bagi dirinya maupun gambaran pengetahuan anak kelas V
orang lain dengan tepat dan dapat mencegah mengenai pelaksanaan penanganan P3K
keparahan. Dengan demikian pengetahuan masih minim terlihat dengan adanya beberapa
anak SD mengenai penangan P3K sehari – kasus pingsan, luka, gigitan, dan mimisan
hari seharusnya menjadi hal yang perlu anak tidak mampu untuk melakukan
diperhatikan karena apabila pengetahuan baik penanganan sendiri dan sistem rujukan ke
maka penanganan akan tepat dan Puskesmas sudah tidak diberlakukan lagi
mempercepat proses penyembuhan.2 sehingga sekolah harus mampu melakukan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah penanganan sendiri mengenai kasus P3K yang
usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan ada.
di sekolah dengan sasaran utamanya adalah Berbagai metode dapat digunakan
anak-anak sekolah dan lingkungannya.3 untuk mempromosikan program penanganan
Tingkatan strata standar UKS sekolah adalah ; P3K untuk anak SD. Ceramah merupakan
dipenuhinya strata minimal, penjaringan cara yang paling alamiah dan efektif untuk
kesehatan, pemeriksaan kesehatan secara berkomunikasi dengan orang lain, yaitu
berkala tiap 6 bulan, termasuk pengukuran dengan cara berbicara secara langsung6.
tinggi dan berat badan, pencatatan hasil Penggunaan metode ceramah saja mempunyai
pemeriksaan kesehatan siswa pada buku/kms, kelemahan untuk mengurangi kelemahan
penjaringan kesehatan gigi untuk kelas 1 tersebut perlu didukung dengan media
diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang pembelajaran untuk pencapaian tujuan
7
sudah waktunya tanggal, ada rujukan bila pembelajaran. Promosi kesehatan dengan
diperlukan, ada dokter kecil, melaksanakan menggunakan ceramah saja tidak lebih efektif
P3K, pengawasan warung sekolah/kantin.4 dibandingkan dengan metode ceramah
ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 31
intervensi adalah siswa berusia 10 tahun Berdasarkan data tabel 2 tentang data
dengan jumlah 18 siswa (51,4%). Usia pretest kelompok intervensi dan kelompok
terbanyak pada kelompok kontrol adalah 11 kontrol diketahui bahwa pada kelompok
tahun dengan jumlah 14 siswa (40%). intervensi dan kelompok kontrol memiliki
Penelitian berjudul comprehensive school jumlah siswa dengan tingkat pengetahuan
health program of China mengemukakan mengenai P3K yang tidak jauh berbeda.
bahwa perbedaan jumlah jenis kelamin yang Jumlah siswa yang sama di masing – masing
tidak setara antara anak laki – laki dan anak kelompok yaitu masing-masing 35 siswa pada
perempuan dalam penelitiannya tidak kelompok intervensi maupun kontrol. Hasil
mempengaruhi bagaimana perubahan uji banding hasil rerata kedua kelompok
pengetahuan anak ketika mengikuti tersebut didapatkan nilai p = 0.812 (p> 0,05),
pelaksanaan program kesehatan di sekolah.9 yang dapat disimpulkan bahwa hasil pretest
Hal ini juga didukung oleh penelitian lain dari kedua kelompok tersebut adalah tidak
yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan berbeda signifikan.
yang signifikan dengan gender dan umur P > Hasil pretest masing masing
0,05 mengenai pengetahuan anak kelas 3, 4, kelompok menyatakan bahwa sebagian besar
dan 5 SD mengenai persepsi sehat sakit anak berada pada tingkat pengetahuan cukup
tentang gambaran konsep pingsan.10 mengenai P3K. Hal ini didukung oleh
Berikut ini ditampilkan tabel yang penelitian yang menyatakan sebagian besar
berisikan perbandingan tingkat pengetahuan anak usia sekolah dasar mempunyai tingkat
anak mengenai P3K pada kelompok pengetahuan yang rendah atau tidak baik
intervensi dan kontrol saat pre test terhadap pengelolaan penyakit. Sehingga
upaya untuk memperbaiki pengetahuan
Tabel 2. Perbandingan Tingkat Pengetahuan Pretest kesehatan anak adalah melalui sekolah.11
pada Kelompok Intervensi Kelompok
Kontrol (n=70, Desember 2012) Penelitian lainnya yang mendukung bahwa
tingkat pengetahuan anak usia sekolah dasar
mengenai pertolongan pertama masih sedikit
dan belum menunjukkan tingkat yang baik
terutama mengenai penanganan menggunakan
perawatan tradisional untuk mengobati luka.12
Faktor yang mempengaruhi rendahnya
Sumber: data primer
pengetahuan anak mengenai P3K adalah
sekitar 43% anak usia <15 tahun di negara
ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 33
4 Cara
Penanganan
perbandingan atau perubahannya.
Mimisan 3 1,4% 4,5% 4,0% 2,6%
Mimisan 4 5,0% 8,3% 4,5% 5,7% Tabel 4. Perbandingan Tingkat Pengetahuan Post Test
Mimisan 5 0,0% 8,1% 1,0% 5,2%
Luka lecet 10 7,6% 8,3% 7,6% 5,7% pada Kelompok Intervensi dan Post Test
Luka lecet 11 7,6% 8,3% 7,3% 5,0%
Luka tusuk 14 0,5% 4,3% 0,7% 2,9% pada Kelompok Kontrol (n=70, Desember
Luka bakar 15 2,9% 6,4% 1,9% 2,4%
Gigitan anjing 17 4,5% 6,7% 4,0% 5,0% 2012)
Pingsan 18 4,3% 6,9% 3,3% 3,3%
Gigitan ular 19 3,1% 7,4% 3,3% 5,0%
Pingsan 20 0,7% 7,9% 0% 0,5%
4 Akibat
Mimisan 6 32(18,3) 34(19,4) 24(13,7) 23(13,1)
Luka bakar 12 11(6,3) 32(18,3) 15(10,9) 17(12,1)
Luka bakar 13 8(4,5) 29(16,7) 17(12,1) 17(12,1)
Pingsan 21 19(13,8) 28(16,1) 28(16,1) 27(15,5)
Gigitan 23 12(6,9) 20(14,4) 18(12,7) 17(12,1)
Berdasarkan data tabel 4 tentang kepada diri anak dan untuk menimbulkan rasa
tingkat pengetahuan post test pada kelompok senang dan tertarik pada anak dapat
intervensi dan post test pada kelompok digunakan suatu metode dan media
kontrol menunjukkan adanya perbedaan pembelajaran.16 Peran metode dan media
signifikan antara peningkatan tingkat sangat penting bagi pemberian informasi
pengetahuan kelompok intervensi dan kesehatan.17
kelompok kontrol, yaitu hasil p = 0,000*, (p< Pengaruh pemberian metode ceramah
0,05). Walaupun sama-sama mengalami dan media leaflet dapat dilihat dari hasil pre
peningkatan pengetahuan di masing – masing test dan post test tingkat pengetahuan pada
kelompok, namun signifikansi peningkatan kelompok intervensi. Berikut ini ditampilkan
antara kelompok intervensi dan kelompok tabel perbandingan tingkat pengetahuan pre
kontrol jauh berbeda. Terlihat dari test dan post test pada kelompok intervensi.
peningkatan mean pre test ke post test di
masing – masing kelompok. Kelompok Tabel 5. Perbandingan Tingkat Pengetahuan Pretest
dan Posttest pada Kelompok Intervensi.
intervensi menunujukkan nilai yang
signifikan dari pre test ke post test sedangkan
pada kelompok kontrol menunjukkan nilai
yang tidak signifikan dari pre test ke post test.
Media pembelajaran mempunyai
pengaruh yang penting dalam mengurangi
efek yang merugikan dari berbagai media
yang ada. Melalui media pembelajaran anak – Sumber: data primer
anak dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat
melaui pesan gambar dan tulisan yang Berdasarkan hasil peningkatan
disampaikan. Berbagai penelitian menyatakan rerata tingkat pengetahuan pada tabel 5,
bahwa anak usia sekolah dasar ketika terlihat perbedaan yang bermakna secara
diberikan media pembelajaran mereka dapat statistik dengan p=0.000 (p<0.05) antara pre
mengevaluasi program kesehatan yang ada di test dan post test kelompok intervensi. Dari
sekolah mereka.15 Pemilihan metode dan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa
media pembelajaran harus menyesuaikan terjadi peningkatan tingkat pengetahuan pada
sasaran. Hal ini sesuai dengan pendapat kelompok intervensi. Peningkatan
bahwa proses belajar pada anak akan berhasil pengetahuan ini disebabkan adanya perlakuan
jika hasil belajar memberikan rasa senang
ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 35
yaitu pemberian ceramah dan leaflet pada meningkatkan perhatian (p<0.01), dan
21
kelompok intervensi. meningkatkan pengetahuan (p<0.01).
Hasil penelitian lain yang Tehnik ceramah interaktif
mendukung penelitian ini menunjukkan berhubungan juga dengan karakteristik siswa
adanya peningkatan pengetahuan di kelompok kelas V sekolah dasar itu sendiri.
intervensi dengan metode ceramah dan leaflet Karakteristik kognitif anak kelas V SD berada
yaitu terjadi peningkatan yang bermakna dalam tahap operasional konkrit. Ciri tahap
18
p<0,05 . Metode ceramah efektif digunakan ini yaitu anak dapat dengan mudah menerima
untuk promosi kesehatan pada kelompok informasi dari materi yang baru saja mereka
besar yaitu lebih dari 15 orang.19 Ceramah terima sehingga hasil pemahaman anak dapat
yang dilaksanakan pada kelompok intervensi diketahui dari hasil tes tertulis setelah
lamanya 50 menit. Kegiatan ini berdasarkan diberikannya materi melalui metode ceramah
penelitian yang menyatakan bahwa interaktif tersebut.22 Anak – anak umumnya
pendidikan kesehatan P3K melalui ceramah menyenangi proses kegiatan bukan hasil dari
minimal dilaksanakan selama 45 menit suatu kegiatan. Pola ceramah kesehatan yang
dengan tujuan ketertarikan, motivasi, dan diberikan haruslah dapat meningkatkan
kemampuan anak untuk mengikuti kegiatan perasaan gembira dan tidak tertekan serta
belum menurun.20 dapat merangsang ranah kognitif, afektif, dan
Ceramah yang diberikan dalam psikomotor.23
penelitian ini menggunakan ceramah Kegiatan yang diberikan sebelum
interaktif dengan adanya tanya jawab dari intervensi melalui ceramah siswa terlebih
peserta-pembicara yang menjadikan suasana dahulu diberikan materi melalui leaflet.
menjadi lebih hidup selain didukung dengan Penelitian yang berjudul First aid for scalds
tampilan teknologi (LCD) dalam menyatakan bahwa pendidikan kesehatan
penyampaian materi. Penelitian lainnya yang akan berpengaruh signifikan apabila didukung
mendukung pernyataan ini yaitu dalam jurnal dengan media pembelajaran yang tepat.
yang berjudul “The Use of an Audience Leaflet atau brochure merupakan salah satu
Response System in an Elementary School- media pendamping ceramah dengan hasil
Based Health Education Program” yang p<0,05 untuk meningkatkan pengetahuan
menyatakan bahwa evaluasi siswa yang anak ketika melakukan pencegahan dan
diberikan ceramah kesehatan melalui LCD penanganan pertolongan pertama di
dan disertai tanya jawab adalah menyatakan komunitas.24
sangat menyenangkan (p<0.01),
ISSN 2338-4514
36 JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016
100
Berdasarkan hasil penelitian dan
80 86.74
pembahasan di atas, peneliti menarik
60 53.26 intervensi
56.46
40 53.83
kontrol
beberapa kesimpulan yaitu nilai rata-rata
20
Linear (intervensi) tingkat pengetahuan anak mengenai P3K
0
pretest postest relatif sama antara kelompok intervensi dan
kontrol saat pre test dengan p=0,812 (p>0,05).
Gambar 1. Peningkatan Tingkat Pengetahuan dari Pre
Nilai rata-rata tingkat pengetahuan anak
Test ke Post Test pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol.(N=70), Desember mengenai P3K setelah diberikan perlakuan
2012
pada kelompok intervensi dan pada kelompok
Peningkatan tingkat pengetahuan kontrol yang tidak diberi perlakuan terdapat
mengenai P3K pada anak SD kelas V yang perbedaan yang signifikan dengan p=000
ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 37
(p<0,05). Terjadi peningkatan tingkat untuk lebih melibatkan peran guru sekolah
pengetahuan anak mengenai P3K pada dan orang tua dalam melakukan penelitian
kelompok intervensi dan pada kelompok sehingga dapat meminimalkan faktor – faktor
control terjadi sedikit peningkatan yang nantinya mempengaruhi pengetahuan
pengetahuan namun tidak signifikan (p>0,05). anak. Untuk memantapkan pemahaman siswa,
Pemberian ceramah dan leaflet efektif dalam peneliti lainnya juga dapat melakukan
meningkatkan tingkat pengetahuan anak penelitian disertai dengan melakukan praktik
mengenai P3K siswa SD kelas V di simulasi P3K supaya dapat menambah
kecamatan Seyegan, Sleman, Yogyakarta pemahaman anak - anak.
dengan p=0.000 (p<0.05).
Berdasarkan kekurangan yang
DAFTAR PUSTAKA
terdapat dalam penelitian ini, maka peneliti
1. Simon. Pengaruh Pendidikan
menyarankan kepada bagi institusi Sekolah
Kesehatan Terhadap Perubahan
Dasar memberikan materi P3K ini secara
Pengetahuan Remaja di Madrasah
berkelanjutan dengan tujuan supaya materi ini
Aliyah di Kecamatan Mlonggo
berkelanjutan juga kepada siswa-siswa yang
Kabupaten Jepara. Semarang: Fakultas
lainnya. Tenaga kesehatan dapat
Kesehatan Masyarakat Universitas
menggunakan metode ceramah dengan media
Diponegoro. 2007.
leaflet sebagai salah satu bentuk promosi
2. Muchtamadji, A. Pendidikan
kesehatan yang tepat digunakan untuk anak
Keselamatan: Konsep dan Penerapan.
SD, khususnya untuk peningkatan
Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
pengelolaan UKS sebagai salah satu peran
2001.
perawat di komunitas. Hasil penelitian
3. Soenarjo. Kegiatan Kesehatan
diketahui bahwa pengertian gigitan, penyebab
Sekolah. Bandung : Remaja
mimisan, penyebab gigitan, cara penanganan
Rosdakarya. 2002.
mimisan, cara penanganan pingsan, dan
4. Departemen Kesehatan RI. Petunjuk
akibat luka bakar merupakan aspek yang
Pelaksanaan Monitoring, Evaluasi dan
paling banyak kesalahannya. Oleh karena itu
Pelaporan Usaha Kesehatan Sekolah.
petugas kesehatan perlu memperhatikan hal
Jakarta. 2006.
ini untuk lebih mensosialisasikan hasil ini
5. Effendy, O. Komunikasi Teori dan
kepada pihak Puskesmas maupun sekolah
Praktek. Bandung: Remaja
untuk ditindak lanjuti. Bagi peneliti
Rosdakarya. 2008.
selanjutnya perlu melakukan penelitian serupa
ISSN 2338-4514
38 JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016