Judul
Pengelolaan pemerintah daerah yang berakuntabilitas tak bisa lepas dari anggaran
pemerintah daerah, sesuai dengan pendapat Mardiasma (2009) yang mengatakan
wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang
dilakukan secara ekonomis, efesien, efektif, adil, dan merata untuk mencapai
akuntabilitas publik.
Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok yang harus dipenuhi dalam
perwujudan governance yang saat ini sedang diupayakan di Indonesia. Melalui
akuntabilitas pemerintah diminta untuk melaporkan hasil dari program yang telah
dilaksanakan. Melalui laporan akuntabilitas masyarakat dapat menilai apakah
pemerintah daerah telah mencapai tujuan yang diharapkan, dan apakah kepercayaan
yang diberikan untuk mengelola sumber daya yang ada telah dimanfaatkan dengan
baik.Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah media
informasi yang merupakan wujud pertanggungjawaban pejabat publik tentang kinerja
pemerintah selama satu tahun anggaran yang bertujuan untuk menggambarkan
penerapan strategis dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi
dimasing-masing perangkat daerah.
Salah satu bentuk good governance adalah prinsip akuntabilitas yang berfungsi
sebagai sarana pertanggungjawaban kepada masyarakat.
1
Daerah Kabupaten/Kota. Adapun penanggungjawab penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah pejabat yang secara
fungsional bertanggung jawab melayani fungsi administrasi masing-masing.
Selanjutnya pimpinan instansi bersama tim kerja harus mempertanggungjawabkan
dan menjelaskan keberhasilan atau kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya.
Penyusunan anggaran sector publik merupakan suatu proses yang cukup rumit.
Hal tersebut berbeda dengan penganggaran sector privat. Anggaran pada sector privat
merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk public. Sebaliknya
pada sectir public, anggaran justru anggaran harus diinformasikan kepada public
untuk dikritik dan didiskusikan untuk dapat masukan. Anggaran sektor publik
merupakan instrumen akuntabilitas, atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan
program-program yang dibiyai uang public (Mardiasmo. 2009:61).
2
indikator kinerja yang akan dicapai untuk setiap program dan kegiatan yang
dijalankan. Maka didalam RKPD telah terdapat sasaran anggaran. Adanya sasaran
anggaran yang jelas akan mempermudah dalam menentukan target anggaran, dimana
nantinya target anggaran akan menggambarkan sasaran yang akan dicapai dari
pemerintah namun, meskipun sasaran anggaran yang telah jelas tetap diperlukan
pengendalian, sehingga pelaksana dari anggaran tidak melewati jalur yang
seharusnya.
Kinerja pemerintah adalah hasil dari proses aktifitas manajerial yang efektif
mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penata usahaan, laporan pertanggung
jawaban, pembinaan, dan pengawasan (Mahoney, dkk 1993) sejalan dengan
akuntabilitas dan transpalansi dalam rangka reformasi, dorongan terhadap kinerja juga
meningkat.
Pada tahun 2013 Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK RI)
memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP-DPP)
atas LKPD Kabupaten Bengkalis TA 2013. BPK sesuai dengan Standar Akuntansi
pemerintah (SAP) menilai laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Bengkalis telah
disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan tanggal 31
Desember 2013, realisasi anggaran, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.
3
Tidak Sesuai dengan SAP; (3) Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis Tidak
Memperoleh Potensi Pendapatan Bunga atas Penempatan Dana Kas Daerah dan Dana
Cadangan yang tidak sesuai Ketentuan; (4) Pengelolaan Aset Tetap Pemerintah
Kabupaten Bengkalis Belum Tertib; (5) Penerima Hibah Tahun anggaran Tahun 2013
belum Menyerahkan SPJ hibah sebesar dan Sebagian tidak dapat diyakini
Kewajarannya; dan (6) Persiapan Pemerintah Kabupaten Bengkalis Menuju
Penerapan Laporan Keuangan Berbasis Akrual Belum memadai (www. Bpk.go.Id).
Hal tersebut tentu saja masih belum cukup baik untuk memenuhi kepercayaan
publik mengenai akuntabilitas pemerintah Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Daerah yang mana perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui
pertanggungjawaban secara periode (BPKP, 2011), khususnya pada pemerintah
kabupaten Bengkalis.
Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh
lesmana (2014), dan primadona (2010) dengan menambahkan variabel ketidakpastian
lingkungan sebagai variabel independen karena masih sedikitnya penelitian mengenai
variabel ketidakpastian lingkungan baik diperusahaan maupun pemerintahan.
Berdasarkan kasus diatas dan penjelasan yang terjadi pada latar belakang diatas maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membahas lebih dalam dengan judul
Pengaruh Kejelasan Sasaran, Pengendalian Akuntansi dan Ketidakpastian
Lingkungan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan
Kinerja Manajerial Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris Pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bengkalis).
C. Perumusan Masalah
4
2) Apakah ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah?
1. Tujuan penelitian
5
2. Manfaat penulisan
3) Bagi akademis, penelitian ini dapat melakukan penelitian lebih dalam mengenai
kejelasan sasaran anggaran, system pelaporan, dan ketidakpastian lingkungan
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah dengan kinerja
manajerial sebagai variabel moderasi pada SKPD Kabupaten Bengkalis.
3. Sistematika penulisan
Pada bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, serta sistematika penelitian:
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
6
METODE PENELITIAN
Menjelaskan tentang lokasi penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber
data penelitian, variabel dan pengukurannya, analisis data dan pengujian hipotesis.
E. Telaah Pustaka
1. Akuntabilitas kinerja
7
kinerja instansi pemerintah (LAKIP). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah menyajikan uraian tentang kinerja instansi pemerintah dalam arti
keberhasilan atau kegagalan pencapian sasaran dan tujuan instansi pemerintah.
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah harus mengikuti
prinsip-prinsip pelaporan pada umumnya, yaitu laporan harus disusun secara jujur,
objektif, akurat dan transparan.
2. Akuntabilitas proses
3. Akuntabilitas program
4. Akuntabilitas kebijakan
Menurut Lembaga Administrasi Negara (BPKP 2015) kinerja adalah unjuk kerja,
prestasi kerja, tampilan hasil kerja, tongkat kecepatan/efesiensi atau
produktifitas/efektifitas dalam mencapai tujuan. Menurut tim Studi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (2009), kinerja adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuam, misi dan visi organisasi.
8
3. Kejelasan Sasaran Anggaran
Anggaran tidak hanya sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya dan
pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi. Anggaran juga
merupakan alat bagi manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk
mengkoordinasikan, mengkomunikasijan, mengevaluasi kinerja dan memotivasi
bawahannya.
a) Anggaran
c) Tujuan Anggaran
Menurut Nafarin (2007) secara spesifik, tujuan disusunnya anggaran antara lain:
9
A. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi
dana
C. Merinci jenis dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga
memudahkan pengawasan
D. Menyempurnakan dana yang disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan
nyata terlihat
d) Fungsi Anggaran
4. Pengendalian Akuntansi
Pemisahan fugsi
Prosedur dokumentasi
10
Pengawasan fisik
a. Ketidakpastian Lingkungan
5. Kinerja Material
11
Kinerja jika dilihat dari bahasa artinya adalah perfomance yang berarti prestasi.
Kinerja (perfomance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi,
visi organisasi yang tertuang dalam strategic palnning suatu organisasi (Mahsun,
2006). Kinerja manjerial adalah suatu rangkaian perilaku manajer dalam
melaksanakan peran mereka dalam organisasi untuk mencapai target dan sasaran
organisasi (Mulyadi, 2010). Menurut jurnal Nazaruddin (1998) kinerja manajerial
adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam melakukan kegiatan-kegiatan
manajerial, yang diukur dengan menggunakan indikator yang terdiri dari delapan
dimensi kegiatan yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan,
pemilihan staf, negoisasi dan perwakilan.
F. Hipotesis
Menurut Bastian (2005) kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan
anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut
dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran.
12
b) Pengaruh Pengendalian Akuntansi terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
Miah dan Mia (1996) dalam Abdullah (2005) meneliti tentang pengendalian
akuntansi dan desentralisasi pada unit bisnis organisasi pemerintah di New Zealand
menggunakan responden manajer tingkat menengah dan lebih bawah (middle and
lower) menyatakan, pendelegasian dan tanggungjawab dari top manajemen kepada
level yang lebih rendah akan membawa konsekuensi semakin besar tanggungjawab
manajer tingkat bawah terhadap implementasi keputusan yang dibuat, dan
penggunaan pengendalian akuntansi bermanfaat dalam mengukur, mengevaluasi
kinerja, dan dapat memotivasi unit bisnis dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan induk organisasi.
13
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diusulkan suatu hipotesis sebagai berikut :
14
Akuntabilitas adalah suatu wujud pertanggungjawaban dari suatu instansi
pemerintah atas kegagalan/keberhasilan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam
waktu satu tahun yaang disusun melalui media pelaporan (BPKP, 2011).
15
1. Model Penelitian
Gambar 2.1
Model Penelitian
Kejelasan Sasaran
Anggaran (X1)
Kinerja
Manajerial
(X4)
Pengendalian
Akuntansi(X2)
Akuntabilitas kinerja
(Y)
16
Ketidakpastian
Lingkungan (X3)
G. Metode Penelitian
a) Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja pada satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) pemerintah daerah (Pemda) di wilayah pemerintah
kabupaten Bengkalis.
b) Sampel
17
Pemilihan sampel didasarkan pada metode pengembalian sampel tidak acak atau
non random sampling yaitu porposive sample dengan dengan jenis judgmen sampling.
Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah pejabat eselon 3 dan 4
pada satuan kerja perangkat daerah pemerintah daerah kabupaten Bengkalis. Pejabat
eselon 3 dan 4 akan diambil 2 responden yaitu kabag keuangan dan kasubag keuangan
yang sudah menjabat minimal selama 1 tahun.
a) Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu sumber
data yang diperoleh langsung dari sumber pertamanya.
b) Sumber Data
Sumber data penelitian ini terdiri dari prier dan sumber data sekunder. Sumber
data primer dalam penelitian ini di peroleh melalui penyebaran kuisoner
kemasing-masing SKPD di lingkungan pemerintah kabupaten Bengkalis.
Data penelitian ini merupakan crossection data yaitu data yang dikumpulkan pada
satu waktu tertentu (Suparno, 2012). Operasional penyebaran kuisoner ini dilakukan
dengan cara mendatangi dan membagikan kuisoner secara langsung keresponden.
Peneliti ini akan memberikan waktu 25 menit kepada masing-masing responden untuk
mengisi kuisoner tersebut.
Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini terdiri atas empat variabel,
yaitu kejelasan sasaran anggaran dan ketidakpastian lngkungan sebagai variabel
independen, akuntabilitas kinerja sebagai variabel dependen dan kinerja manajerial
sebagai variabel moderasi.
a) Uji Validitas
18
Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan pearson Correlation yang
dapat memiliki nilai signifikan dibawah 0,005 dan r hitung > r table berarti data yang
diperoleh adalah valid (Ghozali, 2001).
b) Uji Realibitas
Uji asumsi klasik yang akan digunakan adalah Uji Normalitas, Uji
Multikolinearilitas, Uji Heteroskedastsitas dan Uji Autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam data, variabel terikat
dengan variabel bebas keduanya mempunyai hubungan distribusi normal atau tidak.
b. Uji Multikolineritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi
antar variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini
tidak orthogonal.
c. Uji Heterokedastisitas
d. Uji Autokerelasi
19
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA)
merupakan aplikasi khusus regresi berganda dimana dalam persamaan regresinya
mengandung unsur interaksi.
8. Pengujian Hipotesis
1. Jika thitung>ttabel maka Ha diterima dan Ho di tolak, dengan kata lain bahwa
variabel independen secara individual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
3. Jika thitung>ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, dengan kata lain bahwa
variabel independen secara individual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
20
4. Jika thitung<ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima, maka Ha di tolak dan Ho
diterima, maka variabel independen secara individual tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen.
5. Jika thitung>ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, dengan kata lain bahwa
variabel independen secara individual memiliki pengaruh yang signefikan terhadap
variabel dependen.
7. Jika thitung>ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, dengan kata lain bahwa
variabel independen secara individual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Halim, Abdul. 2009. Manajemen Keuangan Daerah Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
23