Anda di halaman 1dari 23

A.

Judul

Pengaruh kejelasan sasaran anggaran, ketidakpastian lingkungan dan


pengendalian akuntansi terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah
dengan kinerja manajerial sebagai variabel moderasi.

B. Latar Belakang masalah

Pengelolaan pemerintah daerah yang berakuntabilitas tak bisa lepas dari anggaran
pemerintah daerah, sesuai dengan pendapat Mardiasma (2009) yang mengatakan
wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang
dilakukan secara ekonomis, efesien, efektif, adil, dan merata untuk mencapai
akuntabilitas publik.

Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok yang harus dipenuhi dalam
perwujudan governance yang saat ini sedang diupayakan di Indonesia. Melalui
akuntabilitas pemerintah diminta untuk melaporkan hasil dari program yang telah
dilaksanakan. Melalui laporan akuntabilitas masyarakat dapat menilai apakah
pemerintah daerah telah mencapai tujuan yang diharapkan, dan apakah kepercayaan
yang diberikan untuk mengelola sumber daya yang ada telah dimanfaatkan dengan
baik.Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah media
informasi yang merupakan wujud pertanggungjawaban pejabat publik tentang kinerja
pemerintah selama satu tahun anggaran yang bertujuan untuk menggambarkan
penerapan strategis dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi
dimasing-masing perangkat daerah.

Dengan adanya akuntabilitas manajerial dan akuntabilitas kinerja dipemerintahan


dapat meningkatkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara periodik.

Salah satu bentuk good governance adalah prinsip akuntabilitas yang berfungsi
sebagai sarana pertanggungjawaban kepada masyarakat.

Instansi pemerintah yang berkewajiban menerapkan sistem akuntabilitas kinerja


dan menyampaikan pelaporannya adalah instansi Pemerintah Pusat Pemerintah

1
Daerah Kabupaten/Kota. Adapun penanggungjawab penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah pejabat yang secara
fungsional bertanggung jawab melayani fungsi administrasi masing-masing.
Selanjutnya pimpinan instansi bersama tim kerja harus mempertanggungjawabkan
dan menjelaskan keberhasilan atau kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya.

Anggaran diperlukan dalam pengelolaan sumber daya dengan baik untuk


mencapai kinerja yang diharapkan oleh masyarakat dan untuk menciptakan
akuntabilitas terhadap masyarakat.

Penyusunan anggaran sector publik merupakan suatu proses yang cukup rumit.
Hal tersebut berbeda dengan penganggaran sector privat. Anggaran pada sector privat
merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk public. Sebaliknya
pada sectir public, anggaran justru anggaran harus diinformasikan kepada public
untuk dikritik dan didiskusikan untuk dapat masukan. Anggaran sektor publik
merupakan instrumen akuntabilitas, atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan
program-program yang dibiyai uang public (Mardiasmo. 2009:61).

Laporan tentang pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bentuk


pertanggungjawaban pemerintah. Laporan tersebut untuk memberikan informasi
lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan
politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Anggaran pada sektor publik meliputi aspek perencanaan, aspek pengendalian,


dan aspek akuntabilitas publik. Anggaran sebagai perencanaan yang dimaksud adalah
anggaran merupakan rencana kegiatan yang terjadi dari sejumlah target yang akan
dicapai oleh para pimpinan dari suatu instansi dalam melaksanakan kegiatan tertentu
pada masa yang akan datang.

Ramanday (2009;7) mengatakan terdapat beberapa karakteristik system


penganggaran. Salah satu karakteristik anggaran adalah kejelasan sasaran anggaran.
Kejelasan sasaran anggaran menggambarkan lingkup anggaran yang mengatakan
secara jelas dan spesifik, dan dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap
pencapaiannya.

Dalam penyusunan anggaran biasanya akan menerapkan proses partisipasi setiap


satuan kerja perangkat daerah dalam penyusunan anggaran. Didalam RKPD membuat

2
indikator kinerja yang akan dicapai untuk setiap program dan kegiatan yang
dijalankan. Maka didalam RKPD telah terdapat sasaran anggaran. Adanya sasaran
anggaran yang jelas akan mempermudah dalam menentukan target anggaran, dimana
nantinya target anggaran akan menggambarkan sasaran yang akan dicapai dari
pemerintah namun, meskipun sasaran anggaran yang telah jelas tetap diperlukan
pengendalian, sehingga pelaksana dari anggaran tidak melewati jalur yang
seharusnya.

Pengendalian akuntansi mencakup struktur organisasi dan seluruh metode yang


berhubungan dengan penjagaan terhadap kekayaan perusahaan serta menjamin
ketelitian data keuangan. Menurut Hartadi (1992:130), untuk dapat mencapai tujuan
pengendalian akuntansi, suatu pemerintah harus mempunyai enam prinsip dasar, yaitu:
pemisahan fungsi, prosedur pemberian wewenang, prosedur dokumentasi, prosedur
dan catatan akuntansi, pengawasan fisik, dan pemeriksaan intern secara bebas.

Ketidakpastian lingkungan di definisikan sebagai faktor-faktor lingkungan yang


dihadapi oleh organisasi dan berpotensi mengganggu kinerja organisasi bila
organisasi tidak mampu beradaptasi dengan baik terhadap laju perubahan maupun
dinamikanya.

Kinerja pemerintah adalah hasil dari proses aktifitas manajerial yang efektif
mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penata usahaan, laporan pertanggung
jawaban, pembinaan, dan pengawasan (Mahoney, dkk 1993) sejalan dengan
akuntabilitas dan transpalansi dalam rangka reformasi, dorongan terhadap kinerja juga
meningkat.

Pada tahun 2013 Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK RI)
memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP-DPP)
atas LKPD Kabupaten Bengkalis TA 2013. BPK sesuai dengan Standar Akuntansi
pemerintah (SAP) menilai laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Bengkalis telah
disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan tanggal 31
Desember 2013, realisasi anggaran, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.

BPK RI menemukan permasalahan terkait kelemahan Sistem Pengendalian Intern,


diantaranya adalah (1) Sisa Uang Persediaan Tahun Anggaran 2013 Terlambat
Disetorkan ke Kas Daerah; (2) Penyajian Piutang Pajak Daerah Kabupaten Bengkalis

3
Tidak Sesuai dengan SAP; (3) Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis Tidak
Memperoleh Potensi Pendapatan Bunga atas Penempatan Dana Kas Daerah dan Dana
Cadangan yang tidak sesuai Ketentuan; (4) Pengelolaan Aset Tetap Pemerintah
Kabupaten Bengkalis Belum Tertib; (5) Penerima Hibah Tahun anggaran Tahun 2013
belum Menyerahkan SPJ hibah sebesar dan Sebagian tidak dapat diyakini
Kewajarannya; dan (6) Persiapan Pemerintah Kabupaten Bengkalis Menuju
Penerapan Laporan Keuangan Berbasis Akrual Belum memadai (www. Bpk.go.Id).

Hal tersebut tentu saja masih belum cukup baik untuk memenuhi kepercayaan
publik mengenai akuntabilitas pemerintah Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Daerah yang mana perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui
pertanggungjawaban secara periode (BPKP, 2011), khususnya pada pemerintah
kabupaten Bengkalis.

Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh
lesmana (2014), dan primadona (2010) dengan menambahkan variabel ketidakpastian
lingkungan sebagai variabel independen karena masih sedikitnya penelitian mengenai
variabel ketidakpastian lingkungan baik diperusahaan maupun pemerintahan.
Berdasarkan kasus diatas dan penjelasan yang terjadi pada latar belakang diatas maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membahas lebih dalam dengan judul
Pengaruh Kejelasan Sasaran, Pengendalian Akuntansi dan Ketidakpastian
Lingkungan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan
Kinerja Manajerial Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris Pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bengkalis).

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan pokok


dalam penelitian ini dapat di rumuskan kedalam beberapa pernyataan berikut:

1) Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja


instansi pemerintah?

4
2) Apakah ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah?

3) Apakah pengendalian akuntansi berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja?

4) Apakah kinerja manajerial memoderasi hubungan antara kejelasan sasaran


anggaran terhadap akuntabilitas kinerja?

5) Apakah kinerja manajerial memoderasi hubungan antara ketidapastian


lingkungan anggaran terhadap akuntabilitas kinerja?

6) Apakah kinerja manajerial memoderasi hubungan antara pengendalian akuntansi


terhadap akuntabilitas kinerja?

D. Tujuan penelitian dan Manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah bukti empiris mengenai:

1) Pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap akuntabilitas kinerja instansi


pemerintahan kabupaten Bengkalis

2) Pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap akuntabilitas kinerja instansi


pemerintah kabupaten Bengkalis

3) Pengaruh pengendalian akuntansi terhadap akuntabilitas kinerja kabupaten


bengkalis

4) Pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap akuntabilitas kinerja instansi


pemerintah dengan kinerja manajerial sebagai variabel moderasi

5) Pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap akuntabilitas kinerja instansi


pemerintah denga kinerja manajerial sebagai variabel moderasi

6) Pengaruh pengendalian akuntansi terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah


dengan kinerja manajerial sebagai variabel moderasi.

5
2. Manfaat penulisan

Adapun manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah:

1) Bagi peneliti, penelitian Pengaruh kejelasan sasaran, system pelaporan akuntansi,


dan ketidakpastian lingkungan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
dengan kinerja manajerial sebagai variabel moderasi, diharapkan dapat
memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan berfikir mengenai pengelolaan
manajemen dan penganggaran daerah guna meningkatkan kinerja di instansi
pemerintah

2) Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan


sumbangan atau informasi untuk meningkatkan pengelolaan akuntabilitas kinerja
melalui kejelasan sasaran anggaran, system pelaporan, ketidakpastian lingkungan,
dan kinerja manajerial

3) Bagi akademis, penelitian ini dapat melakukan penelitian lebih dalam mengenai
kejelasan sasaran anggaran, system pelaporan, dan ketidakpastian lingkungan
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah dengan kinerja
manajerial sebagai variabel moderasi pada SKPD Kabupaten Bengkalis.

3. Sistematika penulisan

Pada bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, serta sistematika penelitian:

PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan


penelitian, serta sistematika penulisan.

TINJAUAN PUSTAKA

Menguraikan tentang teori-teori yang mendukung penulisan dan akan diuraikan


juga hipotesis dan variabel-variabel penelitian.

6
METODE PENELITIAN

Menjelaskan tentang lokasi penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber
data penelitian, variabel dan pengukurannya, analisis data dan pengujian hipotesis.

E. Telaah Pustaka

1. Akuntabilitas kinerja

Akuntabilitas adalah mempetanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta


pelaksanaan kebijakan yang di percayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. (PP No. 71/2010)

Akuntabilitas (accountability) secara harfiah dapat diartikan sebagai


“pertanggung jawaban” akuntabilitas publik merupakan hasil dari suatu entitas
kedalam bentuk fungsinya, program dan kegiatan, maupun kebijakan suatu lembaga
publik harus dapat dijelaskan dan di pertanggung jawabkan kepada masyarakat
(public disclosure) dan masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi
dimaksud tanpa hambatan. Semakin meningkatnya masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih telah mendorong pengembangan
dan penerapan pertanggungjawaban yang jelas, tepat dan teratur dan efektif yang
dikenal dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah. Penerapan
sistem tersebut bertujuan agar penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat
berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bertanggung jawab dan bebas dari
prktik kolusi, korupsi, dan nepotisme.

2. Laporan Akuntabilitas Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja adalah laporan kinerja tahunan yang berisi


pertanggungjawaban kinerja instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategi instansi
pemerintah wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
sserta wewenang pengelolaan sumberdayanya dengan menyusun laporan akuntabilitas

7
kinerja instansi pemerintah (LAKIP). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah menyajikan uraian tentang kinerja instansi pemerintah dalam arti
keberhasilan atau kegagalan pencapian sasaran dan tujuan instansi pemerintah.
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah harus mengikuti
prinsip-prinsip pelaporan pada umumnya, yaitu laporan harus disusun secara jujur,
objektif, akurat dan transparan.

Menurut Mardiasmo (2009:140). Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam


yaitu:

1) Akuntabilitas Vertikal (vertical Accountability)

2) Akuntabilitas Horizontak (Horizontal Accountability)

Menurut Halim (2009), akuntabilitas publik merupakan pemberian informasi dan


pengungkapan atas aktivitas dan kinerja keuangan pemerintah kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.

Menurut Mardiasmo (2009) terdapat empat dimensi akuntabilitas publik yang


harus dipenuhi organisasi sektor publik, yaitu:

1. Akuntabilitas Keujuran dan Akuntabilitas Hukum

2. Akuntabilitas proses

3. Akuntabilitas program

4. Akuntabilitas kebijakan

Menurut Lembaga Administrasi Negara (BPKP 2015) kinerja adalah unjuk kerja,
prestasi kerja, tampilan hasil kerja, tongkat kecepatan/efesiensi atau
produktifitas/efektifitas dalam mencapai tujuan. Menurut tim Studi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (2009), kinerja adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuam, misi dan visi organisasi.

Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah menajikan tentang kinerja


instansi pemerintah daerah dalam arti keberhasilan dan kegagalan pencapian sasaran
dan tujuan instansi pemerintah.

8
3. Kejelasan Sasaran Anggaran

Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan


secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh
orang yang bertanggung jawab atas pencapian sasaran anggaran tersebut.

Perencanaan dan penganggaran daerah dalam kejelasan sasaran anggaran


merupakan dua siklus yang tidak dapat dipisahkan dalam fungsi manajemen.

Anggaran tidak hanya sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya dan
pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi. Anggaran juga
merupakan alat bagi manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk
mengkoordinasikan, mengkomunikasijan, mengevaluasi kinerja dan memotivasi
bawahannya.

Kejelasan sasaran anggaran dimaksud adalah berkenaan dengan luasnya sasaran


anggaran yang dinyatakan secara jelas, spesifik dan dipahami oleh orang yang
bertanggungjawab terhadapan pencapaian sasaran anggaran.

a) Anggaran

Anggaran merupakn suatu alat penting dalam perencanaan dan pengendalian


manajemen yang dinyatakan dalam satu ukuran finansial tertentu untuk mencapai
tujuan organisasi dalam kurun waktu yang relatif singkat.

b) Konsep Penganggaran Daerah

Dalam pelaksanaannya proses perencanaan dan penganggaran daerah


membutuhkan pengendalian agar perencanaan dan penganggaran yang telah dibuat
dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien.

c) Tujuan Anggaran

Menurut Nafarin (2007) secara spesifik, tujuan disusunnya anggaran antara lain:

9
A. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi
dana

B. Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari

C. Merinci jenis dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga
memudahkan pengawasan

D. Menyempurnakan dana yang disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan
nyata terlihat

E. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan


dengan keuangan.

d) Fungsi Anggaran

Anggaran memiliki fungsi yang sama dengan manajemen yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, hal ini disebabkan karena anggaran
berfungsi sebagai alat manajemen dalam melaksanakan perannya.

4. Pengendalian Akuntansi

Muslimin (2007) menyatakan pengendalian akuntansi adalah pengendalian yang


menggunakan ukuran-ukuran keuangan yang salah satunya adalah anggaran.

Pengendalian akuntansi mencakup struktur organisasi dan seluruh metode dan


yang terutama menyangkut dan berhubungan dengan penjagaan terhadap kekayaan
perusahaan dan menjamin ketelitian data keuangan.

Untuk dapat mencapai tujuan pengendalian akuntansi, suatu perusahaan harus


mempunyai enam prinsip dasar (Drs. Bambang Hartadi, 1990), yaitu :

 Pemisahan fugsi

 Prosedur pemberian wewenang

 Prosedur dokumentasi

 Prosedur dan catatan akuntansi

10
 Pengawasan fisik

 Pemeriksaan intern secara bebas

a. Ketidakpastian Lingkungan

Ketidakpastian lingkungan adalah sebagai rasa ketidakmampuan individu dalam


memprediksi sesuatu secara tepat dan persepsi ketidakpastian lingkungan
didefinisikan sebagai persepsi individual atas ketidakpastian yang berasal dari
lingkungan organisasi. Situasi ketidakpastian akan berdampak paa perencanaan yang
disusun. Oleh karena itu didalam kondisi ketidakpastian yang tinggi informasi
merupakan komoditi yang sangat berguna dalam proses perencanaan dan
pengendalian suatu organisasi.

Terdapat tiga dimensi untuk menjelaskan kondisi lingkungan organisasi, yaitu


kapasitas (capacity), volatitas (volatility), kompleksitas (complexity) (Dess dan Beard,
1984)

Ketidakpastian lingkungan sering menjadi faktor yang menyebabkan organisasi


melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi dengan lingkungan.

Setiap organisasi memiliki pandangan yang berbeda mengenai kondisi


lingkungannya. Hal ini disebabkan penilaian ketidakpastian lingkungan tergantung
pada persepsi dan kemampuan masing-masing manajemen dalam memprediksikan
kondisi dimasa mendatang. Semakin mampu manajemen untuk memprediksi kondisi
dimasa mendatang maka semakin kecil persepsi manajemen mengenai ketidakpastian
lingkungan.

Lingkungan organisasi dapat berbentuk lingkungan umum dan lingkungan khusus.


Lingkungan umum mencakup kondisi yang mungkin mempunyai dampak terhadap
individu, namun relevansinya tidak begitu jelas. Lingkungan khusus adalah bagian
dari lingkungan yang secara langsung memiliki relevansi terhadap kehidupan
organisasi dalam mencapai tujuannya.

5. Kinerja Material

11
Kinerja jika dilihat dari bahasa artinya adalah perfomance yang berarti prestasi.
Kinerja (perfomance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi,
visi organisasi yang tertuang dalam strategic palnning suatu organisasi (Mahsun,
2006). Kinerja manjerial adalah suatu rangkaian perilaku manajer dalam
melaksanakan peran mereka dalam organisasi untuk mencapai target dan sasaran
organisasi (Mulyadi, 2010). Menurut jurnal Nazaruddin (1998) kinerja manajerial
adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam melakukan kegiatan-kegiatan
manajerial, yang diukur dengan menggunakan indikator yang terdiri dari delapan
dimensi kegiatan yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan,
pemilihan staf, negoisasi dan perwakilan.

Kinerja manajerial pemerintah daerah adalah gambaran mengenai tingkat


pencapaian sasaran atau tujuan sebagai pejabat dari visi, misi dan strategi instansi
pemerintah daerah yang mengidentifikasi tingkat keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan kegiatan sesuai tugas pokok dan fungsi aparat.

Pada sektor pemerintahan, kinerja manajerial diartikan sebagai suatu prestasi


yang dicapai pegawai pemerintah dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat
dalam satu periode.

F. Hipotesis

1. Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis

a) Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Menurut Bastian (2005) kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan
anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut
dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran.

Herawaty (2011) menyebutkan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh


negative terhadap akuntabilitas.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diusulkan suatu hipotesis sebagai berikut:

H1 : Kejelasan sasaran anggaran Berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja

12
b) Pengaruh Pengendalian Akuntansi terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah

Hansen Mowen (1999) menjelaskan bahwa pengendalian akuntansi pada


organisasi adalah untuk menjamin bahwa langkah-langkah penyusunan dan
pencatatan telah dilakukan dan tercipta integritas finansial dari aktivitas-aktivitas
organisasi.

Miah dan Mia (1996) dalam Abdullah (2005) meneliti tentang pengendalian
akuntansi dan desentralisasi pada unit bisnis organisasi pemerintah di New Zealand
menggunakan responden manajer tingkat menengah dan lebih bawah (middle and
lower) menyatakan, pendelegasian dan tanggungjawab dari top manajemen kepada
level yang lebih rendah akan membawa konsekuensi semakin besar tanggungjawab
manajer tingkat bawah terhadap implementasi keputusan yang dibuat, dan
penggunaan pengendalian akuntansi bermanfaat dalam mengukur, mengevaluasi
kinerja, dan dapat memotivasi unit bisnis dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan induk organisasi.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diusulkan suatu hipotesis sebagai berikut:

H2 : Pengendalian akuntansi berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja

c) Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan terhadap Akuntabilitas Kinerja


Instansi Pemerintah

Ketidakpastian lingkungan merupakan rasa ketidakmampuan individu dalam


memprediksi apa yang akan terjadi nanti dilingkungan organisasinya (Pramita, 2015).
Hal ini disebabkan, individu tersebut tidak memiliki informasi yang cukup untuk
memprediksi masa depan secara tepat karena faktor dari luar maupun dari dalam
organisasi.

Akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah Daerah merupakan perwujudan


kewajiban, suatu instansi pemerintah untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban secara periode (BPKP, 2011).

13
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diusulkan suatu hipotesis sebagai berikut :

H3: Ketidakpastian Lingkungan Berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja

d) Kinerja Manajerial Memoderasi Hubungan Antara Kejelasan


Sasaran Anggaran dengan Akuntabilitas Kinerja

Hasil penelitian Primadona (2010) menunjukan bahwa kinerja manajerial


memoderasi hubungan antara kejelasan sasaran anggaran terhadap akuntabilitas
kinerja namun sebaliknya penelitian bahwa variabel kinerja manajerial tidak mampu
memoderasi hubungan antara kejelasan sasaran anggaran terhadap akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah daerah.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diusulkan suatu hipotesis sebagai berikut :

H4: Terdapat pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap akuntabilitas kinerja


yang dimoderasi oleh kinerja manajerial.

e) Kinerja Manajerial Memoderasi Hubungan Antara Pengendalian Akuntansi


dengan Akuntabilitas Kinerja

Menurut Mulyadi (2010) mendefinisikan kinerja manajerial adalah suatu


rangkaian perilaku individu dalam melaksanakan tugas-tugas manajerial dalam
organisasi untuk mencapai target dan sasaran organisasi. Dengan adanya pengaruh
kinerja manajerial yang baik di harapkan mampu meningkatkan pengendalian
akuntansi yang terdapat di organisasi sehingga akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah daerah menjadi lebih baik

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diusulkan suatu hipotesis sebagai berikut :

H5: Terdapat pengaruh pengendalian akuntansi terhadap akuntabilitas kinerja yang


dimoderasi oleh kinerja manajerial

f) Kinerja Manajerial Memoderasi Hubungan antara Ketidakpastian


Lingkungan dengan Akuntabilitas Kinerja

14
Akuntabilitas adalah suatu wujud pertanggungjawaban dari suatu instansi
pemerintah atas kegagalan/keberhasilan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam
waktu satu tahun yaang disusun melalui media pelaporan (BPKP, 2011).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmawati (2002) menunjukan bahwa


ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap kinerja manajerial dan penelitian
yang telah dilakukan Saputra (2014) menunjukan bahwa kinerja manajerial
berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diusulkan suatu hipotesis sebagai berikut:

H6 : Terdapat pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap akuntabilitas kinerja yang


dimoderasi oleh kinerja manajerial.

15
1. Model Penelitian

Berdasarkan penjelasan pada bagian sebelumnya maka model penelitian


digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Penelitian

Kejelasan Sasaran

Anggaran (X1)

Kinerja

Manajerial

(X4)

Pengendalian

Akuntansi(X2)

Akuntabilitas kinerja
(Y)

16
Ketidakpastian

Lingkungan (X3)

G. Metode Penelitian

1. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kabupaten Bengkalis bertepatan di satuan


kerja perangkat daerah (SKPD) yang terdapat diwilayah kabupaten Bengkalis. Waktu
digunakan dalam penelitian 2-3 bulan.

2. Populasi dan Sampel

a) Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja pada satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) pemerintah daerah (Pemda) di wilayah pemerintah
kabupaten Bengkalis.

b) Sampel

17
Pemilihan sampel didasarkan pada metode pengembalian sampel tidak acak atau
non random sampling yaitu porposive sample dengan dengan jenis judgmen sampling.
Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah pejabat eselon 3 dan 4
pada satuan kerja perangkat daerah pemerintah daerah kabupaten Bengkalis. Pejabat
eselon 3 dan 4 akan diambil 2 responden yaitu kabag keuangan dan kasubag keuangan
yang sudah menjabat minimal selama 1 tahun.

3. Jenis dan Sumber Data

a) Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu sumber
data yang diperoleh langsung dari sumber pertamanya.

b) Sumber Data

Sumber data penelitian ini terdiri dari prier dan sumber data sekunder. Sumber
data primer dalam penelitian ini di peroleh melalui penyebaran kuisoner
kemasing-masing SKPD di lingkungan pemerintah kabupaten Bengkalis.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini merupakan crossection data yaitu data yang dikumpulkan pada
satu waktu tertentu (Suparno, 2012). Operasional penyebaran kuisoner ini dilakukan
dengan cara mendatangi dan membagikan kuisoner secara langsung keresponden.
Peneliti ini akan memberikan waktu 25 menit kepada masing-masing responden untuk
mengisi kuisoner tersebut.

5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini terdiri atas empat variabel,
yaitu kejelasan sasaran anggaran dan ketidakpastian lngkungan sebagai variabel
independen, akuntabilitas kinerja sebagai variabel dependen dan kinerja manajerial
sebagai variabel moderasi.

a) Uji Validitas

18
Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan pearson Correlation yang
dapat memiliki nilai signifikan dibawah 0,005 dan r hitung > r table berarti data yang
diperoleh adalah valid (Ghozali, 2001).

b) Uji Realibitas

Uji reabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang digunakan


benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang lebih konsisten
meskipun diuji berkali-kali.

6. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang akan digunakan adalah Uji Normalitas, Uji
Multikolinearilitas, Uji Heteroskedastsitas dan Uji Autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam data, variabel terikat
dengan variabel bebas keduanya mempunyai hubungan distribusi normal atau tidak.

b. Uji Multikolineritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi
antar variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini
tidak orthogonal.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokoditas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi


ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji
heterokodeitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Glejser.

d. Uji Autokerelasi

Menurut Ghozali (2011), uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah


dalam model regresi linier terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).

7. Teknik Analisis Data

19
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Analisis Regresi Berganda

Analisi regresi ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh


variabel independen terhadap variabel dependen.

2) Analisis Regresi Moderate (Moderated Regression Analysis)

Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA)
merupakan aplikasi khusus regresi berganda dimana dalam persamaan regresinya
mengandung unsur interaksi.

8. Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan.

a) Pengujian Hipotesis Pertama

Pengujian hipotesis dilakukan dengan :

1. Jika thitung>ttabel maka Ha diterima dan Ho di tolak, dengan kata lain bahwa
variabel independen secara individual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.

2. Jika thitung<ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima, maka variabel indepneden


secara individual tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

b) Pengujian Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis dilakukan dengan :

3. Jika thitung>ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, dengan kata lain bahwa
variabel independen secara individual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.

20
4. Jika thitung<ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima, maka Ha di tolak dan Ho
diterima, maka variabel independen secara individual tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen.

c) Pengujian Hipotesis Ketiga

Pengujian hipotesis dilakukan dengan:

5. Jika thitung>ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, dengan kata lain bahwa
variabel independen secara individual memiliki pengaruh yang signefikan terhadap
variabel dependen.

6. Jika thitung<ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima, maka variabel independen


secara individual tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

d) Pengujian Hipotesis keempat

Pengujian hipotesis dilakukan dengan :

7. Jika thitung>ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, dengan kata lain bahwa
variabel independen secara individual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.

8. Jika thitung<ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima, maka variabel independen


secara individual tidak memiliki pengaruh teerhadap variabel dependen.

9. Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh


kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai Kofisiensi
determinasi (R2) adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.

21
DAFTAR PUSTAKA

BPKP. 2015. Dasar-dasar Auditing Kode MA: 1.120. Bogor: Pusat


Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP Dalam Rangka Diklat Sertifikat
JFA Tingkat Pembentukan Auditor Anggota Tim.

Dess, G. G. n D. W. Beard 1984 Dimenssion of Organizational Task


Environment. Administrative Science Quarterly. Vol. 290. 1. pp. 52-73.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program


SPSS. Semarang:Bisnis dan Lingkungan Jurnal.

22
Halim, Abdul. 2009. Manajemen Keuangan Daerah Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.

Hansen dan Mowen. 2004. Akuntansi manajemen. Edisi Ketujuh Jakarta:


Salemba Empat.

Mahoney, TA T. H. Jardee, n S. J Caroll (1963). Development of Reset


Approach South Western Publishing Co. , Cincinati, Ohyo.

Mardiasmo. 2002 Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Nazzarudin, letje. 1998. Pengaruh Desentralisasi dan Karakteristik Sistem


Akuntansi Manajemen terhadap Kinerja Manajerial. Journal of Accounting Reset.

Primodano Ilham. 2010 Pengaruh Kejelasan Anggaran dan Pengendalian


Akuntansi Terhadap Akuntabilitas Kinerja di Instansi Pemerintah Daerah dengan
Kinerja manajerial sebagai Variabel Moderasi. Skripsi Universitas Muhamaddiyah.
Yogyakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai