Anda di halaman 1dari 22

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tembakau secara sederhana dapat dikatakan sebagai bentuk komoditas ekspor yang
menjanjikan, daun tembakau atau disingkat dengan sebutan tembakau terdapat
diberbagai belahan dunia, seperti kawasan Amerika Latin (Kuba, Brazil, Kosta Rika),
dan kawasan Asia (Indonesia) hal ini dikarenakan produksi tembakau hanya dihasilkan
oleh daerah-daerah selintasan khatulistiwa. Persebaran produksi tembakau di dunia
didominasi oleh dua perkebunan tembakau, di daerah Amerika Latin dan Indonesia.
Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan salah satu komoditi yang strategis
dari jenis tanaman perkebunan semusim dan merupakan salah satu komoditi yang
penting bagi Indonesia. Selama ini produksi tembakau Indonesia bersifat fluktuatif.
Berdasarkan informasi dari Departemen Pertanian (2013), produksi tembakau nasional
pada tahun 2008 dan 2009 berturut-turut 168.037 ton dan 176.186 ton, menurun pada
tahun 2010 menjadi 135.678 ton dan meningkat kembali pada tahun 2011 menjadi
214.524 ton.
Indonesia sebagai salah satu negara agraris memiliki lahan dan usaha perkebunan
yang cukup potensial, hal ini terlihat dari banyaknya unit usaha perkebunan yang
dimiliki oleh pemerintah maupun pihak swasta. Perkebunan di Indonesia telah
mencapai tingkat yang memuaskan, hal ini terlihat pada beberapa swasembada yang
terjadi terhadap hasil-hasil perkebunan, seperti tembakau, gula, karet dan lain
sebagainya. Hasil-hasil perkebunan Indonesia seperti tembakau bahkan telah
menembus pasaran internasional dan diakui sebagai tembakau dengan kualitas terbaik.
Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah penghasil tembakau NO yang
umumnya digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan cerutu. Salah satu industry
cerutu di kabupaten Jember adalah PTPN X (PERSERO) Unit Industri Bobbin
Candijati, Arjasa, Jember. Peranan industri cerutu dalam kehidupan masyarakat Jember
(terutama petani) cukup besar sebab memberikan lapangan kerja dan pendapatan bagi
masyarakat Jember.
Pengolahan tembakau merupakan salah satu mata kuliah di jurusan Teknologi Hasil
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember. Untuk memperdalam
materi kuliah tersebut diperlukan adanya Kunjungan Lapang di perusahaan yang
mengolah tembakau antara lain di industri cerutu PTP Nusantara X Unit Industri
Bobbin Candijati, Arjasa. Kunjungan lapang ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yang lebih pada mahasiswa sehingga mahasiswa tidak hanya mengetahui pengolahan
cerutu secara teoritis saja. Namun, juga dapat mengetahui secara langsung pengolahan
cerutu yang dilakukan di pabrik cerutu milik PTP Nusantara X Unit Industri Bobbin
Candijati, Arjasa, Jember.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Kunjungan Lapang di PTP Nusanatara X Unit Industri Bobbin
Candijati, Arjasa Jember adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian cerutu.
2. Mengetahui bagian – bagian cerutu.
3. Mengetahui proses pengolahan tembakau menjadi cerutu di PTPN X (Persero)
Unit Industri Bobbin Candijati Arjasa Jember.
4. Membandingkan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dan praktek di
lapang.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Profil Perusahaan
Pabrik cerutu milik Koperasi Karyawan (Kopkar) Kartanegara PTPN X
(PERSERO) berdiri pada tanggal 12 Desember 1968. Pabrik cerutu milik Koperasi
Karyawan (Kopkar) Kartanegara PTPN X (PERSERO) berkedudukan di Desa
Candijati, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember. Toko beserta tempat produksinya
berada di Jalan Melati No. 5 Jelbuk, Jember. Bentuk struktur organisasi Kopkar
Kartanegara PTPN X (PERSERO) Candijati, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember
disusun berdasarkan alur wewenang yang merupakan jenis organisasi lini dan staf.
Terdapat hubungan wewenang langsung dari atas ke bawah mulai dari puncak
pimpinan sampai pada tingkat pimpinan terbawah. Terdapat pula jalur staf yang
memiliki sifat kedudukan yang membantu menajer lini dalam berbagai kegiatan khusus
(spesifikasi).
Ditinjau dari letaknya, Kopkar Kartanegara berada pada lokasi strategis. Berikut
merupakan faktor-faktor yang menyebabkan lokasi Kopkar Kartanegara strategis:
a. Letak Kopkar dekat dengan lokasi penghasil tembakau di Kabupaten Jember
(bahan baku pembuatan cerutu).
b. Sarana transportasi untuk pengangkutan bahan baku dan hasil produksinya ke
tempat tujuan pemasaran cukup lancar.
c. Sarana telekomunikasi terjangkau.
d. Dekat dengan tempat tinggal penduduk sebagai tenaga kerja.
e. Pasar potensial produk cerutu Kopkar Kartanegara PTPN X Candijati mudah
dijangkau dari lokasi perusahaan.
Pabrik ini menghasilkan cerutu lokal dan cerutu ekspor dan merupakan pabrik
cerutu kebanggaan Kabupaten Jember sebab menghasilkan produk khas cerutu hand
made yang memiliki mutu berupa bentuk, aroma dan rasa yang tidak kalah dengan
cerutu buatan pabrik luar negeri (seperti Eropa dan Amerika) yang dibuat
menggunakan mesin. Cerutu yang dihasilkan oleh Kopkar Kartanegara PTPN X
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu cerutu Soft filler (dengan tembakau rajangan
sebagai isi) dengan merk Argopuros A1, A2, I 5-2 dan Bali cs, cerutu Long filler
(dengan tembakau utuh sebagai isi) dengan tiga macam tipe (Excellent, Superior, dan
Standart) yang masing-masing terdiri dari berbagai merk, dimana cerutu-cerutu
tersebut ditujukan untuk ekspor ke Amerika, Kanada, Jepang dan Small Cigar (cerutu
yang menyerupai rokok kretek) dengan merk Macho Filter Golf dan Vanilla yang
ditujukan untuk ekspor ke Jepang (Savira, 2013).
Daun tembakau yang digunakan diperoleh dari PTPN X (PERSERO) Kebun
Ajung-Gayasan atau Kertosari melalui tender maupun membeli secara langsung.
Bahan baku untuk membuat cerutu Kopkar Kartanegara berasal dari beberapa jenis
tembakau yang dibudidayakan di Indonesia. PTPN X (PERSERO) memiliki tiga kebun
yang tersebar di Jember dan Klaten. Ketiga kebun tembakau tersebut menanam
tembakau jenis TBN, VBN, FIN, FIK, BESNO, VORSTNO, VIRGINIA, MADURA
dan VNO untuk dijadikan cerutu. Adapun beberapa jenis daun tembakau yang tidak
dibudidayakan PTPN X, namun digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan
cerutu diperoleh dari petani setempat, Madura dan di beberapa wilayah Jawa Timur.
Jenis daun tembakau untuk bahan baku cerutu small cigar, soft filler dan long filler
berbeda-beda. Jenis tembakau yang digunakan untuk filler antara lain 101, Asepan,
Kedu, 104, VNO, VFC Lbk, VBN Cmpr, Lum VO, Madura, Wleri, Temanggung,
Paiton, Kasturi, Bojonegoro, Boyolali, dan Snag. Jenis tembakau yang digunakan
sebagai omblad antara lain VNO dan 101. Sedangkan jenis tembakau yang digunakan
sebagai dekblad antara lain FIK, VNO, VBN, 101, TBN.

2.2 Jenis Produk yang Dihasilkan


Jenis cerutu yang umumnya diproduksi di Indonesia terutama wilayah Jember
adalah jenis cerutu berbatang pendek (small cigar), sedang (soft filler), dan panjang
(long filler).
a. Cerutu Berbatang Panjang (Long Filler)
Long filler biasanya khusus cerutu premium, yang dibuat dari kumpulan
daun tembakau utuh yang digulung menjadi satu, dengan satu lapisan binder
dan ditutup oleh wrapper. Abu dari sisa pembakarannya biasanya bisa bertahan
lebih dari 1 inci sebelum akhirnya jatuh sendiri. Cerutu Long filler merupakan
cerutu yang dibuat menggunakan filler/isian berupa tembakau utuh.

Gambar 1. Cerutu Long Filler


Daun tembakau utuh sebagai isian digulung dan dibalut dengan omblad
kemudian dibungkus dengan dekblad. Oleh karena itu cerutu ini memiliki
tekstur yang lebih padat dibanding cerutu soft filler. Cerutu ini memiliki
kualitas dan ukuran (panjang dan diameter) yang berbeda-beda pula.
Berdasarkan kualitas, cerutu long filler terdiri dari tiga macam yaitu excellent
(paling baik), superior (baik), dan standart (sedang). Sedangkan berdasarkan
ukurannya (panjang dan diameter) terdiri dari empat macam yaitu MD
Premium, MD Robusto, MD Panatella, dan Cadenza Robusto (Savitri, 2013).
b. Cerutu Berbatang Sedang (Soft Filler)
Cerutu ini sama dengan jenis cerutu lainnya hanya saja cerutu jenis soft
filler ini lebih banyak diminati karena bentuknya tidak terlalu panjang ataupun
tidak terlalu pendek. Sehingga cerutu soft filler banyak dicari oleh penikmat
cerutu. Cerutu jenis ini merupakan cerutu dengan isian berupa daun tembakau
rajangan. Cerutu soft filler terdiri dari tiga bagian, yaitu dekblad, omblad, dan
filler. Dekblad merupakan wrapper/daun pembungkus terluar, omblad
merupakan binder/daun pengikat filler, sedangkan filler merupakan isian cerutu
berupa tembakau rajangan dengan campuran saus tertentu. Panjang, diameter
serta rasa filler dari cerutu yang dihasilkan berbeda-beda. Bergantung pada
merk yang diproduksi. Berikut beberapa merk cerutu jenis soft filler:
 Argopuros Cs
A1, A3, I 5-2, AKT.10, AKT.24
 Bali Cs
Bali Barong (BB), Bali Kecak (BK), Bali Djanger Deluxe (BDLX), Bali
Djanger special (BDS), Bali Djanger (BD), Gold Medal Djanger (GMD),
Bali Medal Deluxe (BLLX), Bali Legong Lights (BLL), Bali Legong (BL),
Gold Medal Legong (GML), Bali Tip (BT), Bali Puri (BP), Bali Stupa (BS),
Bali Djanger Batang (BDBT), Bali Legong Batang (BLBT), Cadenza Fine
(CF), Cadenza Spirit (CS), Cardinal 1, Cardinal 5.
c. Cerutu Berbatang Pendek (Small/Short Cigar)
Short filler biasanya terbuat dari sisa-sisa tembakau premium atau cacahan
tembakau utuh, yang dikumpulkan dan digulung dengan bantuan mesin.
Biasanya menggunakan dua lapisan binder untuk mengikat fillernya agar lebih
kuat dan menutup sempurna, dan dilapisi dengan lapisan terluarnya atau
wrapper. Abu dari sisa pembakarannya biasanya tidak bertahan lebih dari 1
inci.

Gambar 2. Cerutu Small / Short Filler


Cerutu small cigar merupakan jenis semi-cerutu dengan bentuk mirip
dengan rokok kretek. Small cigar dibuat dengan isian tembakau rajangan voor
oogst yang kemudian dibungkus dengan daun tembakau yang telah dicetak
sesuai dengan ukuran yang ditentukan. Isian small cigar terdiri dari dua rasa
saus, yaitu rasa vanila dan cengkeh. Small cigar terdiri dari beberapa merk yaitu
Macho Vanila dan Macho Golf (Savitri, 2013)

2.3 Pengolahan Tembakau dan Cerutu


2.3.1 Pengolahan Tembakau dan Cerutu
Proses pembuatan cerutu meliputi peracikan isi (filler), pengukusan (steaming),
penimbangan (weighting), pembentukan kepompong (bunching), pencetakan
kepompong (molding), pembungkusan kepompong (wrapping), aging, sortasi, dan
penyelesaian akhir (finishing). Tahapan proses pengolahan cerutu dijelaskan sebagai
berikut (Korohama, 2009).
a. Peracikan isi (filler)
Peracikan isi merupakan kegiatan membuat bahan baku tembakau untuk
pengisi (filler). Setiap proses peracikan tergantung dari jenis cerutu yang akan
diproduksi dan setiap jenis cerutu mempunyai komposisi bahan
filler yang berbeda.
b. Steaming
Pada tahap steaming, filler yang sudah ditentukan komposisinya di
steam dengan tujuan untuk menghilangkan bau menyengat dari bahan
tembakau, mencegah hama dan menyatukan aroma tembakau yang bermacam-
macam tersebut.
c. Weighting.
Weighting yaitu tahap penimbangan filler. Penimbangan filler disesuaikan
dengan ukuran cerutu yang akan diproduksi. Penimbangan dilakukan untuk tiap
batang cerutu.
d. Bunching.
Pada tahap bunching, filler yang sudah ditimbang, kemudian dimasukkan
kedalam alat pelinting cerutu bersama dengan bahan untuk pembalut (omblad).
Hasilnya berbentuk seperti kepompong (bunch). Ukuran panjang dari
kepompong cerutu rata-rata lebih panjang yaitu antara 2 sampai 3 cm dari
standar ukuran cerutu jadi.
e. Molding.
Molding yaitu pencetakan cerutu yang telah berbentuk kepompong
(plop press). Pencetakan cerutu dilakukan selama 20 sampai 30 menit agar
cerutu berbentuk simetris dan untuk mempertahankan filler agar tidak
mengembang setelah dibungkus dengan omblad.
f. Wrapping.
Wrapping yaitu proses pembungkusan cerutu dengan bahan
dekblad wrapper dengan menggunakan alat pelinting cerutu. Setelah melalui
proses wrapping kemudian diratakan kembali dan dipotong dengan alat khusus
untuk memberi bentuk agar panjang dan diameternya sesuai dengan yang
diinginkan.
g. Drawing test.
Drawing test merupakan proses untuk mengetahui kekuatan hisap sebuah
cerutu. Drawing test dilakukan setelah cerutu yang melalui proses wrapping dipotong
dengan alat pemotong dan diratakan dengan alat perata cerutu. Untuk cerutu jenis long
filler kekuatan hisapan yang diperlukan sebesar 3,5 sampai 5,5 satuan hisap, sedangkan
cerutu soft filler dan small cigar diperlukan kekuatan hisap yaitu sebesar 3,5 sampai 7
hisapan. Tujuan drawing test ini untuk kenikmatan konsumen dalam menghisap cerutu.
h. Aging
Aging merupakan proses penyimpanan cerutu di gudang penyimpanan (gudang
pemanasan). Perbedaannya dengan steaming yaitu steaming bersifat sementara
sedangkan aging bersifat jangka panjang.
i. Sortasi (selecting)
Sortasi merupakan tahap akhir yaitu memisahkan cerutu dengan warna yang
sama dan cerutu dengan bentuk yang baik.
j. Finishing
Finishing yaitu tahap pemberian label jenis dan tanggal pembuatan cerutu.
2.3.2 Pembahasan
Cerutu pada umunya dihasilkan dari bahan baku utama yaitu daun tembakau.
Secara teori dijelaskan bahwa pembuatan cerutu mulai dari langkah awal pembuatan
sampai dengan finishing dijelaskan secara rinci namun terdapat perbedaan pembuatan
cerutu ketika kunjungan lapang dilakukan. Tahap pembuatan cerutu secara teori adalah
sebagai berikut:
a. Peracikan isi (filler).
Peracikan isi merupakan kegiatan membuat bahan baku tembakau untuk
pengisi (filler). Setiap proses peracikan tergantung dari jenis cerutu yang akan
diproduksi dan setiap jenis cerutu mempunyai komposisi bahan filler yang berbeda.
b. Steaming
Pada tahap steaming, filler yang sudah ditentukan komposisinya di steam
dengan tujuan untuk menghilangkan bau menyengat dari bahan tembakau, mencegah
hama dan menyatukan aroma tembakau yang bermacam-macam tersebut.
c. Weighting
Weighting yaitu tahap penimbangan filler. Penimbangan filler disesuaikan
dengan ukuran cerutu yang akan diproduksi. Penimbangan dilakukan untuk tiap batang
cerutu.
d. Bunching
Pada tahap bunching, filler yang sudah ditimbang, kemudian dimasukkan
kedalam alat pelinting cerutu bersama dengan bahan untuk pembalut (omblad).
Hasilnya berbentuk seperti kepompong (bunch). Ukuran panjang dari kepompong
cerutu rata-rata lebih panjang yaitu antara 2 sampai 3 cm dari standar ukuran cerutu
jadi.
e. Molding
Molding yaitu pencetakan cerutu yang telah berbentuk kepompong (plop
press). Pencetakan cerutu dilakukan selama 20 sampai 30 menit agar cerutu berbentuk
simetris dan untuk mempertahankan filler agar tidak mengembang setelah dibungkus
dengan omblad.
f. Wrapping
Wrapping yaitu proses pembungkusan cerutu dengan bahan dekblad wrapper
dengan menggunakan alat pelinting cerutu. Setelah melalui proses wrapping kemudian
diratakan kembali dan dipotong dengan alat khusus untuk memberi bentuk agar
panjang dan diameternya sesuai dengan yang diinginkan.
g. Drawing test
Drawing test merupakan proses untuk mengetahui kekuatan hisap sebuah
cerutu. Drawing test dilakukan setelah cerutu yang melalui proses wrapping dipotong
dengan alat pemotong dan diratakan dengan alat perata cerutu. Untuk cerutu jenis long
filler kekuatan hisapan yang diperlukan sebesar 3,5 sampai 5,5 satuan hisap, sedangkan
cerutu soft filler dan small cigar diperlukan kekuatan hisap yaitu sebesar 3,5 sampai 7
hisapan. Tujuan drawing test ini untuk kenikmatan konsumen dalam menghisap cerutu.
h. Aging
Aging merupakan proses penyimpanan cerutu di gudang penyimpanan (gudang
pemanasan). Perbedaannya dengan steaming yaitu steaming bersifat sementara
sedangkan aging bersifat jangka panjang.
i. Sortasi (selecting)
Sortasi merupakan tahap akhir yaitu memisahkan cerutu dengan warna yang
sama dan cerutu dengan bentuk yang baik.
j. Finishing
Finishing yaitu tahap pemberian label jenis dan tanggal pembuatan cerutu.
Sedangkan tahap pembuatan cerutu pada Unit Industri Bobbin adalah sebagai
berikut:
a. Fumigasi
Bahan baku dalam pembuatan cerutu yaitu bahan setengah jadi berupa
lembaran tembakau yang sudah dalam keadaan kering. Daun tembakau yang sudah
kering tersebut dilakukan pengolahan terlebih dahulu sehingga dapat digunakan dalam
proses pembuatan cerutu. Daun yang diterima dilakukan fumigasi selama 7-10 hari
untuk mencegah terjadinya serangan hama Lasioderma serricorne yang dapat
menyebabkan kerusakan berupa lubang pada daun tembakau.
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan daun tembakau dilakukan untuk mengecek kualitas daun
tembakau yang telah difumigasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh Kopkar
Kartanegara. Pemeriksaan dilakukan karena tidak semua jenis tembakau memiliki
kualitas dan kegunaan yang sama.
Pemeriksaan di Kopkar Kartanegara hanya melakukan pemeriksaan mengenai
warna, jenis dan kondisi fisik daun tembakau. Namun tidak melakukan pemeriksaan
mengenai daya bakar dan kadar air. Hal ini sangat disayangkan karena kadar air
merupakan parameter yang penting untuk menentukan kualitas daun tembakau pada
pembuatan cerutu. Daya bakar merupakan parameter untuk menentukan mudah atau
tidaknya daya sulut api sedangkan kadar air digunakan untuk menentukan flavor dari
cerutu.
Daun tembakau yang telah dilakukan pemeriksaan kemudian dilakukan proses
sortasi. Proses sortasi dilakukan dengan cara meletakkan daun tembakau di dalam
sebuah bak dan memisahkan daun tembakau yang berlubang maupun cacat untuk
dijadikan sebagai filler sedangkan daun tembakau yang utuh digunakan sebagai
omblad dan dekblad.
c. Penyiapan Filler
Daun tembakau yang akan digunakan sebagai filler perlu dilakukan proses
stripping terlebih dahulu. Daun tembakau untuk filler small cigar dan soft filler
mengalami proses stripping (pencacahan) dengan ukuran cacahan + 0,5 cm (small
cigar) dan + 1-2 cm (soft filler). Sedangkan daun tembakau untuk filler cerutu long
filler tidak mengalami proses stripping.
Setelah proses stripping selesai, daun tembakau selanjutnya mengalami proses
blanding yaitu proses pencampuran berbagai macam daun tembakau sesuai dengan
merk cerutu yang dihasilkan. Proses ini dilakukan secara manual menggunakan tangan
pada sebuah bak pencampuran. Selanjutnya, dilakukan proses steaming (pengukusan)
selama 1-2 jam. Proses steaming dilakukan untuk mengurangi debu maupun kotoran
serta membunuh jamur yang menempel pada daun. Selain itu juga untuk memunculkan
aroma khas daun tembakau.
Proses selanjutnya adalah pengeringan daun tembakau dengan cara dikering-
anginkan sampai kadar air + 14%. Filler kemudian dilakukan penambahan saus rasa
vanilla dan nagka. Penambahan saus dilakukan untuk cerutu small cigar. Penambahan
saus dilakukan per 5 kg daun tembakau dan dilakukan penambahan sebanyak 350 cc/5
kg untuk cerutu merek Macho Jepang Glove. Sedangkan untuk cerutu merek Macho
Jepang Vanila memerlukan sebanyak 900 cc saus vanilla per 5 kg. Saus vanilla bersifat
lebih mudah menguap sehingga diperlukan takaran yang lebih banyak dibanding saus
nangka yang bersifat lebih lengket dan berminyak.
Filler yang telah dilakukan penambahan saus lebih mudah menguap sehingga
dibutuhkan takaran yang lebih banyak dibandingkan dengan saus nangka yang bersifat
lebih lengket dan berminyak. Filler yang telah ditambahkan saus dilakukan pemeraman
selama 1 malam dengan tetap dalam kemasan sehingga dapat mengoptimalkan saus
meresap ke dalam rajangan filler. Kemudian, filler dilakukan penjemuran sampai kadar
air + 14% dan dimasukkan ke dalam kemasan plastic kedap udara dan dilakukan proses
fumigasi selama 6 hari menggunakan phostoxin dan dilakukan penyimpanan bahan
baku yang siap digunakan.
Terdapat beberapa perbedaan penyiapan filler cerutu jenis small cigar, soft
filler dan long filler. Pada stripping cerutu small cigar, ukuran cacahan daun tembakau
adalah + 0,5 cm sedangkan ukuran cacahan daun tembakau cerutu soft filler adalah +
1-2 cm. Sedangkan pada long filler tidak dilakukan proses stripping. Pada long filler
daun tembakau yang telah disortasi, langsung disteaming selama 1-2 jam, diangin-
anginkan, diambil gagang daun (core), difumigasi 6 hari, dibungkus dengan kain basah
(menjaga kelembapan), serta ditimbang dan diblending sesuai berat dan komposisi
yang ditentukan. Kemudian filler siap digunakan.
d. Penyiapan omblad
Daun tembakau yang digunakan sebagai omblad disteaming selama 1-2 jam,
pengering-anginan, penjemuran hingga kadar air + 14%, dan proses fumigasi dalam
ruang penyimpanan bahan baku. Sebelum omblad digunakan, daun dibungkus dengan
lap basah untuk melembabkan daun sehingga daun bersifat elastis (tidak mudah sobek)
ketika digunakan untuk membalut filler.
e. Penyiapan dekblad
Daun tembakau yang digunakan sebagai dekblad tidak mengalami proses
steaming. Namun, daun yang digunakan merupakan daun utuh (tidak sobek, lubang
atau cacat). Sebelum digunakan, daun dibungkus dengan lap basah untuk menjaga
kelembapan daun.
Tahap proses pengolahan cerutu secara umum meliputi tahap pemotongan
omblad, pembuatan kepompong, penimbangan kepompong, pencetakan kepompong,
pengepresan kepompong, pelapisan kepompong, perataan cerutu, pemotongan cerutu,
pengeringan cerutu, aging cerutu, dan fumigasi cerutu.
a. Pemotongan Omblad
Omblad merupakan daun pembalut filler. Pemotongan omblad hanya dilakukan
untuk cerutu small cigar dan soft filler, sedangkan omblad cerutu jenis long filler
menggunakan daun tembakau utuh. Sebelum digunakan untuk membalut filler, daun
tembakau yangdiperuntukkan sebagai omblad dipotong sesuai ketentuan ukuran. Pada
small cigar, misalnya merek macho ukuran omblad yaitu + 9 cm x 5,5 cm. Proses
pemotongan omblad dilakukan dengan cara melakukan proses birbir terlebih dahulu.
Proses bir-bir merupakan proses membuka lipatan daun tembakau yang sebelumnya
telah dibasahi dengan kain basah. Proses ini dilakukan diatas meja kaca sehingga
mempermudah proses pemotongan omblad. Pemotongan dilakukan dengan
menggunakan roller cutter. Proses pemotongan dilakukan secara cermat dan hati-hati
sehingga setiap potongan daun memiliki satu urat daun.
b. Pembuatan kepompong
Pembuatan kepompong dimulai dengan proses pelintingan cerutu. Pada
pembuatan kepompong cerutu small cigar dan soft filler digunakan alat pelinting
(mesin binder), sedangkan pembuatan kepompong cerutu long filler dilakukan secara
manual. Proses pelintingan kepompong small cigar dan soft filler dimulai dengan
menyisipkan filler ke dalam mesin binder sambil diratakan. Filter dengan ukuran
panjang + 1,5 cm disisipkan disisi kiri filler (untuk rokok dengan filter). Selanjutnya
filler beserta filter digulung dengan sebagian tarikan alat pelinting. Lalu disisipkan
omblad pada alat pelinting dan ditarik kembali tuas pelinting dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri mempertahankan omblad supaya tidak terlipat saat proses
pelintingan berlangsung. Adapun proses pelintingan kepompong long filler dilakukan
dengan menggulung campuran filler utuh dengan daun tembakau, kemudian ujung
gulungan direkatkan menggunakan lem CMC.
c. Penimbangan kepompong
Proses penimbangan kepompong dilakukan untuk memeriksa kesesuaian berat
cerutu yang telah dibuat dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Penimbangan
kepompong ini dilakukan pada cerutu jenis small cigar, sedangkan kepompong cerutu
jenis soft filler dan long filler tidak ditimbang melainkan langsung mengalami proses
pencetakan kepompong. Hal ini menyebabkan cerutu jenis soft filler dan long filler
yang diproduksi memiliki berat yang tidak seragam, sehingga memungkinkan
terjadinya penurunan pada mutu cerutu. Untuk cerutu jenis small cigar, rata-rata berat
per batangnya adalah 1,1 gram – 1,3 gram.
Penimbangan dilakukan per 10 batang sehingga beratnya sekitar 11,75 gram-
13,5 gram. Kepompong yang beratnya tidak memenuhi ketentuan tersebut tidak di
proses lebih lanjut, akan tetapi akan didaur ulang menjadi filler. d. Pencetakan
kepompong. Proses pencetakan kepompong hanya dilakukan untuk cerutu soft filler
dan long filler, sedangkan cerutu small cigar langsung masuk ke dalam tahap perataan.
Kepompong cerutu soft filler dan long filler dimasukkan ke dalam plop (cetakan) untuk
kemudian dilakukan proses pengepresan. Tiap cetakan soft filler berisi 20 batang
cetakan cerutu, sedangkan tiap cetakan long filler berisi 10 batang cetakan cerutu.
d. Pengepresan kepompong
Kepompong cerutu soft filler dan long filler yang telah dicetak kemudian dipres
selama satu jam dengan jumlah tumpukan balok cetakan berkisar antara 4-6 tumpuk.
Setelah dipres selama satu jam, cetakan diambil dan dibuka. Kepompong selanjutnya
dibalik dengan cara memutar batang searah putaran jarum jam. Setelah itu cetakan
ditutup lagi dan dilakukan pengepresan kembali selama satu jam. Setelah satu jam, plop
diambil kemudian kepompong dibiarkan tetap berada didalam cetakan selama 40-60
menit supaya kepompong tercetak sempurna. Cerutu yang dihasilkan pada tahap ini
memiliki penampakan yang padat dan lebih kering dibandingkan kepompong sebelum
dipres.
e. Pelapisan kepompong
Kepompong cerutu soft filler dan long filler yang telah terbentuk kemudian
dilapisi dengan daun tembakau (dekblad). Pelapisan ini bertujuan untuk memperkuat
lintingan kepompong serta memperbaiki penampakan luar cerutu. Dekblad dihilangkan
gagangnya terlebih dahulu (sehingga daun terbagi menjadi dua), kemudian kepompong
diletakkan pada ujung daun dekblad dan dilakukan proses pelintingan secara manual.
Ujung daun dipotong dan kemudian direkatkan menggunakan lem CMC.
Cerutu yang dihasilkan pada tahap ini memiliki penampakan luar yang baik serta
memiliki bentuk yang lebih kompak. Pembuatan ujung kepompong hanya dilakukan
pada cerutu jenis long filler. Pembuatan ujung kepompong berfungsi untuk
memperindah tampilan cerutu serta sebagai letak tempat menyulut api. Ujung
kepompong ditutup dengan daun tembakau yang dibentuk lingkaran kecil (disebut
kubah) dengan diameter lingkaran + 2 cm. Pencetakan lingkaran ini menggunakan alat
yang terbuat dari besi.
f. Perataan cerutu
Perataan cerutu dilakukan menggunakan papan perata yang terbuat dari kayu.
Proses ini bertujuan untuk merapikan cerutu sehingga permukaannya tampak lebih
halus dan batang cerutu menjadi padat.
g. Pemotongan cerutu
Proses pemotongan cerutu dilakukan menggunakan gunting dan alat pemotong
(disesuaikan dengan ukuran cerutu yang hendak diperoleh) baik pada bagian atas
maupun bagian bawah cerutu sehingga diperoleh cerutu dengan bentuk padat dan sama
rata. Sisa potongan dapat diambil fillernya untuk kemudian didaur ulang sebagai
pengisi cerutu jenis small cigar.
h. Aging (fermentasi cerutu)
Proses ini bertujuan untuk memberikan kesempatan pada tembakau untuk
terfermentasi sehingga akan dihasilkan aroma. Aging dilakukan kurang lebih selama 2
minggu untuk mendapatkan aroma tembakau cerutu yang maksimal dan kering merata.
Dalam proses aging, cerutu diikat sebanyak 20 buah per ikat. Aging ini dilakukan pada
tempat terkontrol atau ruangan tertutup pada suhu 270C-320C dan kelembapan 60%-
70%. Selama proses aging diduga terjadi proses fermentasi yang diakibatkan oleh
adanya reaksi pencoklatam enzimatis. Fermentasi ini terjadi pada daun tembakau
secara alamiah dengan tujuan memperoleh kematangan daun tembakau.
Terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis pada daun tembakau diduga
diakibatkan oleh adanya aktivitas enzim polifenol oksidase. Reaksi pencoklatan
enzimatis yang terjadi pada proses ini memiliki dampak baik karena menurut Fennema
(1996) reaksi pencoklatan enzimatis bertanggung jawab pada warna dan flavor yang
terbentuk.
i. Pengeringan
Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair dari bahan
sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai
rendah yang dapat diterima. Menurut Pinem (2004), kelembapan udara pengering harus
memenuhi syarat yaitu sebesar 50–60%. Proses pengeringan cerutu bertujuan untuk
menurunkan kadar air cerutu hingga 13%. Proses pengeringan cerutu dilakukan di
dalam ruang pengeringan dengan suhu 27-300C dan kelembapan 70% selama 3-4 hari.
Di dalam ruang pengeringan diletakkan lampu bohlam dengan daya 60 watt dan 300
watt dan disesuaikan dengan kondisi cuaca. Penggunaan bohlam ini berfungsi sebagai
pengatur suhu ruang (mempertahankan suhu ruangan) sehingga cerutu lambat laun
mengalami penurunan kadar air (mengering).
Selain itu di dalam ruang pengeringan juga diletakkan kertas yang dilapisi
hormon betina hama L. serricorne sehingga diharapkan pejantan L. serricorne tidak
berkesempatan untuk hinggap pada cerutu dan bereproduksi. Kelembapan ruang
pengering tidak sesuai dengan kelembapan yang dianjurkan dalam referensi yakni
sebesar 50-60%. Kelembapan yang kurang sesuai dapat menurunkan kualitas cerutu
terutama terkait dengan kadar air cerutu yang tidak terukur dengan tepat. Proses utama
yang terjadi dalam pengeringan adalah penguapan. Uap air yang terjadi dipindahkan
dari tempat pengeringan melalui aliran udara. Dalam proses pengeringan cerutu ini
diduga terjadi proses konveksi secara bebas (tanpa bantuan dari luar) yaitu pengaliran
udara yang menyebabkan terjadinya penguapan hanya bergantung pada perbedaan
tekanan yang disebabkan oleh perbedaan densitas udara. Akibatnya walau cerutu tidak
dikeringkan dengan cara dipapar langsung pada sinar matahari atau digunakan suhu
yang tinggi, proses pengeringan tetap dapat terjadi karena secara alamiah terjadi proses
konveksi bebas melalui aliran udara di dalam ruang pengeringan. Pengeringan cerutu
selain menurunkan kadar air juga memberikan warna kecoklatan pada cerutu. Diduga
selama proses pengeringan ini terjadi reaksi maillard. Maka diduga adanya kandungan
karbohidrat dan protein pada daun tembakau menyebabkan terjadinya perubahan warna
cerutu menjadi lebih kecoklatan dan hal ini berpengaruh pada flavor cerutu.
Walaupun kopkar kartanegara tidak melakukan pengukuran kadar air,
parameter kadar air tetap menentukan kualitas cerutu. Jika kadar air berada diatas 13%,
maka cerutu memiliki sifat lembek (kurang kering) dan berdampak pada daya bakar
yang menurun. Sedangkan jika kadar air cerutu berada dibawah 13%, maka cerutu akan
terasa pahit. Hal ini menjadi kelemahan cerutu produksi kopkar Kartanegara terutama
dalam hal cita rasa cerutu. Tembakau sebagai bahan baku cerutu mengandung senyawa
golongan alkaloid dengan nikotin berkadar 95-97% sebagai bahan aktif dengan jumlah
terbesar.
j. Fumigasi cerutu
Cerutu mudah terserang hama L. serricorne sehingga diperlukan proses
fumigasi untuk mencegah bereproduksinya hama tersebut. Larva berwarna putih,
bentuknya bengkok, dilengkapi dengan bulu-bulu, dan sering dijumpai pada tumpukan
daun-daun tembakau kering. Kumbang dewasanya berwarna cokelat cerah, dilengkapi
dengan sedikit bulu. Telur diletakkan tertutup dalam bahan makanan simpanan. Siklus
hidupnya berkisar 42−63 hari. Sampai menjelang berkepompong, larva (ulat) tinggal
di dalam substrat tersebut dan juga dapat berpindah ke tempat lain. Untuk mencegah
dan mengatasi serangan hama tersebut, para eksportir dan pihak-pihak yang
berhubungan dengan dunia pertembakauan, khususnya tembakau bahan cerutu
melakukan fumigasi terhadap bal-bal tembakau, baik selama penyimpanan, sebelum
pengapalan, maupun selama pengapalan dengan menggunakan phostoxin. Proses
fumigasi merupakan suatu tindakan perlakuan (atau pengobatan) terhadap suatu
komoditi dengan menggunakan fumigan tertentu, didalam ruang kedap udara, pada
suhu dan tekanan tertentu. Kopkar kartanegara melakukan tindakan fumigasi demi
mencegah kerugian akibat terjadinya kerusakan karena hama daun. Tahap pasca proses
meliputi sortasi dan pengemasan.
k. Sortasi cerutu
Cerutu disortasi berdasarkan ukuran panjang dan diameter cerutu, kadar air,
warna dan ada tidaknya kerusakan. Berdasarkan ukuran panjang dan diameter, cerutu
harus memiliki ukuran sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan. Berdasarkan
warna, small cigar diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu MM (warna tembakau
merah terang), M (warna merah gelap), BB (warna biru muda), dan B (warna biru tua).
Sortasi berdasarkan warna ini telah dilakukan dengan baik oleh kopkar Kartanegara
karena proses ini hanya dilakukan oleh pakarnya. Sortasi berdasarkan warna ini
termasuk sulit dilakukan karena secara sekilas warna antara small cigar satu dengan
lainnya cenderung sama (tidak mudah dibedakan). Selain sortasi berdasarkan warna,
kopkar Kartanegara juga melakukan pengecekan panjang dan diameter cerutu untuk
menyesuaikan dengan standar. Cerutu yang memiliki panjang berlebih dapat dirapikan
kembali, sedangkan cerutu dengan panjang yang kurang serta diameter yang tidak
sesuai akan disortir dan kemudian didaur ulang.
Cerutu juga diperiksa ada tidaknya kerusakan (rusak dek atau rusak L.
serricorne). Apabila cerutu mengalami kerusakan dek misalnya robek, maka cerutu
akan mengalami proses daur ulang kembali. Sedangkan cerutu yang mengalami
kerusakan karena hama L. serricorne cerutu digolongkan dalam kategori afkir.
Kerusakan akibat hama L. serricorne dapat menyebabkan cerutu berlubang. Apabila
kopkar Kartanegara mendapati cerutu yang terkena hama L. serricorne, maka cerutu
tersebut akan segera dimusnahkan dengan cara dibakar. Hal ini untuk mencegah
menjalarnya persebaran hama L. serricorne pada daun tembakau maupun cerutu yang
telah siap dipasarkan. Cerutu hasil sortasi memiliki ciri-ciri yaitu batang cerutu utuh,
tidak ada cacat (baik cacat dek maupun akibat hama), panjang dan diameter cerutu
sesuai dengan ketentuan untuk setiap merek cerutu.
l. Packing (pengepakan)
Cerutu yang telah dikemas dengan plastik dimasukkan ke dalam kemasan
karton yang disesuaikan dengan merek masing-masing cerutu. Cerutu yang sudah
dikemas dalam plastik dimasukkan ke dalam kemasan karton dengan isi 1, 3, 5, 10 atau
12 batang cerutu per kemasan. Untuk merek tertentu cerutu jenis soft filler, batang
cerutu yang dikemas dengan plastik kemudian dikemas didalam kemasan bambu
dengan isi 10 batang per kemasan.
m. Pemasangan pita cukai
Ketentuan pemasangan pita cukai berdasarkan aturan pemerintah yaitu
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 236/PMK.04/2009 ayat (2) yang menyatakan
bahwa pelekatan pita cukai dilakukan dengan carasedemikian rupa sehingga pita cukai
harus rusak ketika kemasan dibuka. Pita cukai yang dipasang pada kotak pengemas
cerutu memuat nominal harga jual eceran. Pemasangan pita cukai di kopkar
kartanegara telah dilakukan dengan baik, sehingga pita cukai mudah disobek ketika
kemasan dibuka.
Selain itu, pita cukai yang diberikan pada kotak pengepak di kopkar kartanegara
telah memuat nominal harga jual eceran. Proses pemasangan pita cukai dilakukan oleh
1 orang dengan target 1000 cukai / hari. Kopkar kartanegara melakukan pemasangan
pita cukai pada kemasan cerutu yang dipasarkan didalam negeri, sedangkan cerutu
yang dipasarkan diluar negeri dikenai pajak ekspor. Bentuk pita cukai beragam, ada
yang berbentuk persegi panjang dan ada pula yang berbentuk persegi (disesuaikan
dengan bentuk dan ukuran kotak pengemas).
n. Pengemasan pak dengan plastik
Cerutu yang telah dipack kemudian dikemas dengan plastik yang ukurannya
telah disesuaikan untuk masing-masing merek.
o. Tahap Penyimpanan
Cerutu yang telah dikemas, kemudian disimpan dalam ruang penyimpanan.
Ruang penyimpanan terletak cukup dekat dengan ruang produksi, yaitu + 150 m.
Pengangkutan cerutu yang telah dipak biasanya dilakukan dengan membawa cerutu
dengan sepeda motor atau diangkut dengan berjalan kaki. Ruang penyimpanan berisi
rak-rak yang digunakan untuk meletakkan cerutu. Ruang ini dikondisikan khusus
memiliki suhu ruang + 200C dan kelembapan 60%-70%. Didalam ruang penyimpanan
terdapat 3 lampu dengan daya masing-masing 100 watt yang bertujuan untuk menjaga
suhu ruangan supaya berkisar antara + 200C.
Suhu yang terlalu tinggi dapat mendorong adanya serangan hama atau kutu
pada cerutu. Suhu ruang untuk penyimpanan cerutu yang ideal yaitu antara 18°C -
20°C. Sedangkan untuk kelembaban ruangan yang baik yaitu antara 70% - 75%.
Tujuan penentuan suhu dan kelembaban ruangan yang baik yaitu agar kualitas produk
cerutu tetap terjaga. Cerutu didalam ruang penyimpanan yang akan dipasarkan, harus
mengikuti ketentuan first in first out (produk yang pertama disimpan harus dipasarkan
terlebih dahulu) dengan tujuan untuk menjaga kualitas produk. Penyimpanan yang
terlalu lama beresiko terhadap kerusakan cerutu. Selain itu, dilakukan pula proses
fumigasi di dalam ruang penyimpanan. Fumigasi dilakukan menggunakan petrogud
pada lantai ruang penyimpanan. Cara fumigasinya yaitu sebanyak 500 ml petrogud
dilarutkan ke dalam 1500 ml air. Kemudian cairan tersebut dimasukkan ke dalam
sprayer dan disemprotkan secukupnya ke dalam ruangan.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari Kunjungan Lapang di PTP Nusantara X Unit Industri Bobbin
Candijati, Arjasa Jember adalah sebagai berikut:
1. Cerutu adalah sejenis rokok yang isi, lapisan dalam maupun lapisan kulit luar
terdiri dari daun – daun tembakau jenis tertentu.
2. Cerutu terdiri dari 3 bagian yaitu bagian terluar disebut dengan pembalut,
bagian lapis kedua (tengah) yaitu pembungkus dan bagian dalam yang terdiri
dari daun tembakau rajangan adalah pengisi (filler).
3. Proses pengolahan tembakau menjadi cerutu di PTPN X (Persero) Unit Industri
Bobbin Candijati Arjasa Jember yaitu fumigasi, pemeriksaan, penyiapan filler
yang terdiri dari proses stripping, blanding, steaming, pengeringan,
penambahan saus, pemeraman, penjemuran, fumigasi dan penyimpanan bahan
baku yang siap digunakan. Selanjutnya adalah proses penyiapan omblad dan
terakhir adalah penyiapan dekblad.
4. Perbedaan proses pengolahan tembakau menjadi cerutu secara teori dan pada
praktek lapang terletak pada proses weighting, bunching, molding, wrapping
dan drawing test, aging, sortasi dan finishing.

3.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih serius dan memahami proses pembuatan cerutu pada
saat kunjungan lapang sehingga tidak terjadi kurangnya informasi yang didapatkan,
selain itu juga sebaiknya praktikan membaca referensi tentang cerutu sebelum
praktikum lapang.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. CV Yasaguna: Jakarta.

Cahyono, B. 1998. Tembakau Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta:


Kanisius.

Deptan. 2013. Produksi Tembakau Menurut Provinsi di Indonesia 2008-2012.


http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/bun/BUN-asem2012/ProduksiTem
bakau.pdf. [18 April 2019].

Djojosudiro, S. 1991. Petunjuk Praktis Menanam Tembakau. Surabaya: Usaha


Nasional.

Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry. Cetakan III. New York: University of Wiscorsin
Madison.

Korohama, C. 2009. Cerutu, Sebuah Sentuhan Kenikmatan Kelas Atas.

Makfoeld, Djarir. 1994. Mengenal beberapa Penilaian Fisik Mutu Tembakau di


Indonesia edisi ke dua. Liberty: Yogyakarta.

Mipanesia. 2010. Zat Kimia Dalam Rokok. Yogyakarta: Aditya Media.

Pinem. 2004. Rancang Bangun Alat Pengeringan Ikan Teri Kapasitas 12kg/jam. Staf
Pengajar Jurusan Teknik Mesin. Politeknik Negeri Malang. Jurnal Teknik
SIMETRIKA Vol.3. No.3. 249-253.

Savitri, Ayu Dyah. 2013. Studi Proses Pengolahan Cerutu di Koperasi Karyawan PTPN
X (PERSERO) Candijati Arjasa Jember. Laporan Kuliah Kerja. Fakultas
Teknologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Jember.

Standardisasi Nasional. 1989. Mutu dan Cara Uji Cerutu.


http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI%2001-0393-1989.pdf. [18
April 2019]

Anda mungkin juga menyukai