PERATURAN DIREKTUR
RS ROYAL PROGRESS
NOMOR 014/PER/DIR/XI/2014
TENTANG PEDOMAN
MANAJEMEN NYERI
BAB I
KETENTUAN UMUM
I.1 Definisi
1. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan
dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya.
2. Skrining nyeri juga dilakukan jika terdapat kecurigaan ada rasa nyeri yang
timbul selama masa perawatan.
SKRINING NYERI
Manajemen nyeri yang efektif dimulai dengan skrining awal nyeri. Tahap ini sangat
penting terhadap kualitas pelayanan dan kualitas penyembuhan pasien. Kebijakan
RS Royal Progress menetapkan bahwa semua pasien yang datang di Instalasi Rawat
Jalan, Rawat Inap, dan Gawat Darurat, dilakukan skrining nyeri. Selain itu, skrining
nyeri dilakukan kapan saja jika terdapat kecurigaan adanya rasa nyeri pada pasien
selama masa perawatan. Jika terdapat nyeri, maka dilakukan asesmen nyeri dengan
menggunakan teknik pengukuran yang sesuai dengan indikasi. Teknik pengukuran
nyeri dibahas di bab III Pedoman Manajemen Nyeri ini.
Perhatikan 0 1 2 Skor
Pernafasan Normal Pernafasan Nafas sesak dan
spontan sesak sesekali bersuara. Periode
atau bunyi Periode hiperventilasi lama.
nafas hiperventilasi Respirasi Cheyne-
singkat Stokes
Vokalisasi Tidak ada Kadang Kesulitan memanggil
negatif mengerang. yang berulang.
Berbicara Erangan keras.
dengan nada Menangis
suara rendah
dan kualitas
buruk
Ekspresi Tersenyum Sedih. Meringis (facial
wajah atau tanpa Ketakutan. grimace)
ekspresi Cemberut.
Bahasa Santai Tegang. Kaku. Tangan
tubuh Mondar- terkepal. Lutut ditarik
mandir ke atas. Menarik atau
tertekan.Gelisa mendorong menjauh.
h Mencorat-coret.
Kebutuhan Tidak Terganggu Tidak dapat
untuk membutuh dengan suara menghibur,
dihibur kan untuk atau sentuhan menenangkan, atau
dihibur meyakinkan
Total
Pedoman Manajemen Nyeri 4
stroke atau pada pasien yang berada di tahap akhir penyakit Alzheimer’s. Pada
pasien-pasien ini dilakukan skrining sekaligus asesmen dengan menggunakan Pain
Assessment in Advanced Dementia (PAINAD) Scale.
Jika nilai skor adalah 0 maka berarti tidak ada nyeri
Range skor total adalah antara 0 (tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri hebat).
Pernafasan
a. Pernafasan normal ditandai dengan nafas yang tanpa usaha, tidak
bersuara, dan teratur
b. Pernafasan sesak seseskali ditandait dengan episode suara mirip ledakan
atau suara yang keras, kesulitan menarik nafas
c. Periode hiperventilasi singkat ditandai dengan adanya interval yang
cepat, nafas dalam bertahan selema periode waktu yang singkat
d. Pernafasan sesak dan bersuara ditandai dengan suara nafas negative
pada inspirasi dan ekspirasi. Dapat keras, gurgling (seperti berkumur),
atau wheezing. Muncul seperti suara yang berat.
e. Cheyne-Stoke respirasi ditandi dengan pernafasan dalam diikuti dengan
pernafasan yang danggl dengan periode apnea (berhentinya pernafasan)
Vokalisasi negative
a. Tidak adanya vokalisasi negative ditandai dengan perkataan atau
vokalisasi yang netral dengan kualitas yang baik
b. Erangan sesekali ditandai dengan suara seperti berkumur, mengerang,
atau meratap. Groaning ditandai dengan suara yang keras yang timbul
involunter dan tidak bermakna, seringkala tiba-tiba mulai dan berakhir.
c. Nada suara rendah dengan kualitas negative atau mengecewakan
ditandai dengan suara seperti bersungut, bergumam, merengek,
menggeram, mengumpat atau menympah dengan volume rendah dan
nada mengeluh, sarkastis atau pedas.
d. Kesulitan memanggil yang berulang ditandai dengan frasa atau kata-kata
yang berulang dengan nada seperti menunjukkan kecemasan, kesulitan,
atau tekanan.
Ekspresi wajah
a. Tersenyum ditandai dengan lengkungan mulut ke atas, kecerahan mata
dan wajah yang mencerminkan rasa senang atau puas. Tanpa ekspresi
merujuk pada wajah yang terlihat netral, mudah, santai, atau kosong.
b. Sedih ditandai dengan tidak senang, merasa sendiri, pedih atau perih.
Mungkin ada air mata yang jatuh.
c. Ketakutan ditandai dengan wajah yang nampaktakut, waspada, atau
peningkatan kecemasan. Mata terbuka lebar.
d. Cemberut ditandai dengan lengkungan mulut yang kebawah,
peningkatan kerutan di dahi dan sekitar mulut.
e. Meringis (facial grimace) ditandai dengan wajah yang Nampak tertekan.
Alis lebih mengerut seperti area sekitar mulut. Mata mungkin berkerut
menutup
Bahasa tubuh
0 1 2
Menangis Tidak Melengking tinggi Tidak dapat
Pedoman Manajemen Nyeri 6
ditenangkan
Kebutuhan O2 Tidak <30% >30%
untuk mencapai
saturasi oksigen
>95%
Peningkatan Nadi dan Nadi dan Tensi Nadi dan Tensi
tanda vital Tensi = atau meningkat < 20% meningkat
< dari nilai nilai preoperatif >20% nilai
sebelum preoperatif
operasi
Ekspresi Tidak ada Grimas (meringis) Meringis atau
mendengkur
Tidak dapat Tidak Bayi bangun pada Bayi bangun
tidur interval tertentu selalu
Jika nilai skor lebih dari 5 maka bayi post operasi tersebut merasakan nyeri
sehingga perlu dilakukan manajemen nyeri dengan pemberian anlgesik.
Asesmen ulang dilakukan setiap 2 jam selama 24 jam pertama setelah
dilakukan tindakan dan setiap 4 jam pada 48 jam berikutnya.
6. Teknik skrining dan asesmen dengan Neonatal Infant Pain Scale (NIPS)
Teknik NIPS digunakan untuk melakukan skrining pada bayi dan anak < 1
tahun. Skor 0 berarti tidak ada nyeri
BAB III
ASESMEN DAN PENGUKURAN NYERI
PQRST Checklist ini digunakan baik untuk asesmen nyeri general maupun
asesmen khusus :
P = Provocation and Palliation
• Adakah penyebab dan pemicu nyeri ?
• Adakah hal-hal yang membuat nyeri berkurang ?
• Hal-hal apa sajakah yang membuat nyeri bertambah ?
Q = Quality and Quantity
• Apa yang ditemukan saat dilakukan perabaan, pengamatan dan
pendengaran ?
• Seberapa kuat rasa nyerinya ?
R = Region and Radiation
• Dapatkah menyebutkan di mana pusat nyerinya ?
• Apakah nyeri tersebut menyebar ?
S = Severity and Scale
• Apakah nyeri berhubungan saat melakukan aktifitas ?
• Dapatkah rasa nyeri tersebut diukur dengan skala 1 hingga 10 ?
T = Timing and Type of Onset
• Kapan pertama kali nyeri muncul ?
• Seberapa sering nyeri tersebut timbul ?
• Apakah nyeri timbul secara tiba-tiba atau perlahan ?
Form PQRST
P = Provocation and
1. Pemeriksaan umum
a. Tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh
b. Ukurlah berat badan dan tinggi badan pasien
5. Pemeriksaan sensorik
Lakukan pemeriksaan: sentuhan ringan, nyeri (tusukan jarum-pin prick),
getaran, dan suhu.
7. Pemeriksaan khusus
a. Terdapat 5 tanda non-organik pada pasien dengan gejala nyeri tetapi
tidak ditemukan etiologi secara anatomi. Pada beberapa pasien
dengan 5 tanda ini ditemukan mengalami hipokondriasis, histeria,
dan depresi.
b. Kelima tanda ini adalah:
i. Distribusi nyeri superfisial atau non-anatomik
ii. Gangguan sensorik atau motorik non-anatomik
iii. Verbalisasi berlebihan akan nyeri (over-reaktif)
iv. Reaksi nyeri yang berlebihan saat menjalani tes /
pemeriksaan nyeri.
v. Keluhan akan nyeri yang tidak konsisten (berpindah-pindah)
saat gerakan yang sama dilakukan pada posisi yang berbeda
(distraksi)
3. Pemeriksaan radiologi
a. Indikasi:
i. pasien nyeri dengan kecurigaan penyakit degeneratif tulang
belakang
ii. pasien dengan kecurigaan adanya neoplasma, infeksi tulang
belakang, penyakit inflamatorik, dan penyakit vascular.
i. Pasien dengan defisit neurologis motorik, kolon, kandung
kemih, atau ereksi.
ii. Pasien dengan riwayat pembedahan tulang belakang
iii. Gejala nyeri yang menetap > 4 minggu
b. Pemilihan pemeriksaan radiologi: bergantung pada lokasi dan
karakteristik nyeri.
i. Foto polos: untuk skrining inisial pada tulang belakang
(fraktur, ketidaksegarisan vertebra, spondilolistesis,
spondilolisis, neoplasma)
ii. MRI: gold standard dalam mengevaluasi tulang belakang
(herniasi diskus, stenosis spinal, osteomyelitis, infeksi
ruang diskus, keganasan, kompresi tulang belakang,
infeksi)
4. Asesmen psikologi
a. Nilai mood pasien, apakah dalam kondisi cemas, ketakutan, depresi.
b. Nilai adanya gangguan tidur, masalah terkait pekerjaan
c. Nilai adanya dukungan sosial, interaksi sosial
COMFORT Scale5
Kategori Skor Tanggal /
waktu
tersedak
Menangi 1 – bernapas dengan tenang, tidak
s menangis
2 – terisak-isak
3 – meraung
4 – menangis
5 – berteriak
Pergerak 1 – tidak ada pergerakan
an 2 – kedang-kadang bergerak perlahan
3 – sering bergerak perlahan
4 – pergerakan aktif / gelisah
5 – pergrakan aktif termasuk badan dan
kepala
Tonus 1 – otot relaks sepenuhnya, tidak ada
otot tonus otot
2 – penurunan tonus otot
3 – tonus otot normal
4 – peningkatan tonus otot dan fleksi
jari tangan dan kaki
5 – kekakuan otot ekstrim dan fleksi jari
tangan dan kaki
Tegangan 1 – otot wajah relaks sepenuhnya
wajah 2 – tonus otot wajah normal, tidak
terlihat tegangan otot wajah yang
nyata
3 – tegangan beberapa otot wajah
terlihat nyata
4 – tegangan hampir di seluruh otot
wajah
5 – seluruh otot wajah tegang, meringis
Tekanan 1 – tekanan darah di bawah batas
darah normal
basal 2 – tekanan darah berada di batas
normal secara konsisten
3 – peningkatan tekanan darah sesekali
Pedoman Manajemen Nyeri 19
Kategori Skor Tanggal /
waktu
Indikasi : untuk melakukan asesmen nyeri pada infant dan neonatal usia
< 1 tahun
Minimal skore : 0
Maksimal skore : 6
Parameter Finding Points
Cry no cry 0
whimper 1
vigorour crying 2
breathing patterns relaxed 0
change in breathing 1
Arms restrained 0
relaxed 0
flexed 1
extended 1
Legs restrained 0
relaxed 0
flexed 1
extended 1
state of arousal sleeping 0
awake 0
fussy 1
Kriteria 0 1 2
Sering
Tidak ada Sesekali mengerutkan
Face
ekspresi meringis,menger dahi,rahang
(wajah)
tertentu/tersenyu utkan dahi,tidak terkatup,dagu
m tertarik gemetar
Legs Cemas,gelisah,te Menendang,me
( Kaki) Normal/santai gang narik kaki
Berbaring
Activity tenang,posisi
(aktifitas) normal,bergerak Menggeliat,tegan Melengkung,ka
mudah g ku,menyentak
Menangis
Cry terus,terisak,me
(tangis) Tidak ada Mengerang,merin ngeluh terus-
teriakan,tenang tih,mengeluh terusan
Sesekali
Consolabili dihibur,dialihkan, Sulit untuk
ty puas,tenang,sant diyakinkan dihibur dan
ai dengan sentuhan dibuat nyaman
BAB IV
PENDEKATAN TERAPI PADA NYERI
3. Parasetamol
6. Anti-konvulsan
a. Carbamazepine: efektif untuk nyeri neuropatik. Efek samping:
somnolen, gangguan berjalan, pusing. Dosis: 400 – 1800 mg/hari (2-
3 kali perhari). Mulai dengan dosis kecil (2 x 100 mg), ditingkatkan
perminggu hingga dosis efektif.
9. Tramadol
a. Merupakan analgesik yang lebih poten daripada OAINS oral,
dengan efek samping yang lebih sedikit / ringan. Berefek sinergistik
dengan medikasi OAINS.
b. Indikasi: Efektif untuk nyeri akut dan kronik intensitas sedang
(nyeri kanker, osteoarthritis, nyeri punggung bawahm neuropati
DM, fibromyalgia, neuralgia pasca-herpetik, nyeri pasca-operasi.
c. Efek samping: pusing, mual, muntah, letargi, konstipasi.
d. Jalur pemberian: intravena, epidural, rektal, dan oral.
e. Dosis tramadol oral: 3-4 kali 50-100 mg (perhari). Dosis maksimal:
400mg dalam 24 jam.
f. Titrasi: terbukti meningkatkan toleransi pasien terhadap medikasi,
terutama digunakan pada pasien nyeri kronik dengan riwayat
toleransi yang buruk terhadap pengobatan atau memiliki risiko
tinggi jatuh.
10. Opioid
a. Merupakan analgesik poten (tergantung-dosis) dan efeknya dapat
ditiadakan oleh nalokson.
b. Contoh opioid yang sering digunakan: morfin, sufentanil,
meperidin.
c. Dosis opioid disesuaikan pada setiap individu, gunakanlah titrasi.
d. Adiksi terhadap opioid sangat jarang terjadi bila digunakan untuk
penatalaksanaan nyeri akut.
e. Efek samping:
i. Depresi pernapasan, dapat terjadi pada:
Overdosis : pemberian dosis besar, akumulasi akibat
pemberian secara infus, opioid long acting
f. Pemberian Oral:
i. sama efektifnya dnegan pemberian parenteral pada dosis
yang sesuai.
ii. Digunakan segera setelah pasien dapat mentoleransi
medikasi oral.
g. Injeksi intramuscular:
i. merupakan rute parenteral standar yang sering digunakan.
ii. Namun, injeksi menimbulkan nyeri dan efektifitas
penyerapannya tidak dapat diandalkan.
iii. Hindari pemberian via intramuscular sebisa mungkin.
h. Injeksi subkutan
i. Injeksi intravena:
i. Pilihan perenteral utama setelah pembedahan major.
Pedoman Manajemen Nyeri 29
ii. Dapat digunakan sebagai bolus atau pemberian terus-
menerus (melalui infus).
iii. Terdapat risiko depresi pernapasan pada pemberian yang
tidak sesuai dosis.
j. Injeksi supraspinal:
i. Lokasi mikroinjeksi terbaik: mesencephalic periaqueductal
gray (PAG).
ii. Mekanisme kerja: memblok respons nosiseptif di otak.
iii. Opioid intraserebroventrikular digunakan sebagai pereda
nyeri pada pasien kanker.
k. Injeksi spinal (epidural, intratekal):
i. Secara selektif mengurangi keluarnya neurotransmitter di
neuron kornu dorsalis spinal.
ii. Sangat efektif sebagai analgesik.
iii. Harus dipantau dengan ketat
l. Injeksi Perifer
i. Pemberian opioid secara langsung ke saraf perifer
menimbulkan efek anestesi lokal (pada konsentrasi tinggi).
ii. Sering digunakan pada: sendi lutut yang mengalami
inflamasi2
Analgesik non opioid dan dosisnya ( Diberikan oleh DPJP/ dokter umum )
Nama obat
Dosis (mg)
Durasi efek
Dosis maksimal/hari (mg)
Obat Untuk nyeri ringan
Paracetamol
500-1000
4-6 jam
4000
aspirin
325-1000
4-6 jam
6000
Ibuprofen
200-800
4-6 jam
3200
Naproxen
250-500
6-8 jam
1500
Indometacin
25
8-12 jam
200
Diclofenak
50
8 jam
150
Nabumeton
500-750
8-12 jam
2000
Ketorolak
30-60 ( IM)
30 ( IV )
120
celecoxib
100-200
12jam
400
Nama obat
Dosis (mg)
Durasi efek
Frekuensi
Keterangan
Morfin
5-10mg
oral: 30-60 menit
SC-IV : 4-6 jam
Tiap 4 jam
Nyeri berat
Hydromorfin
1-2mg
oral: 30-60 menit
SC-IV : 4-6 jam
Tiap 4 jam
Nyeri berat
Fentanyl
50 mcg (IV/SC)
30-60 menit
Nyeri berat
Codein
Tiap 8 jam
Nyeri ringan-sedang
5. Traksi
1. Distraksi
Teknik distraksi adalah teknik yang dilakukan untuk
mengalihkan perhatian klien dari nyeri. Teknik distraksi yang
dapat dilakukan adalah:
a. Melakukan hal yang sangat disukai, seperti membaca
buku, melukis, menggambar dan sebagainya, dengan
tidak meningkatkan stimuli pada bagian tubuh yang
dirasa nyeri.
b. Melakukan kompres hangat pada bagian tubuh yang
dirasakan nyeri.
c. Bernapas lembut dan berirama secara teratur.
Pedoman Manajemen Nyeri 35
d. Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya
2.Terapi perilaku
Bertujuan untuk mengurangi perilaku yang dapat
meningkatkan nyeri dan meningkatkan perilaku yang dapat
menurunkan nyeri
3.Terapi musik
Terapi musik adalah proses interpersonal yang digunakan
untuk mempengaruhi keadaan fisik, emosional, mental, estetik
dan spiritual, untuk membantu klien meningkatkan atau
mempertahankan kesehatannya.
Therapy musik digunakan oleh individu dari bermacam
rentang usia dan dengan beragam kondisi; gangguan
kejiwaan, masalah kesehatan, kecacatan fisik, kerusakan
sensorik, gangguan perkembangan, penyalahgunaan zat,
masalah interpersonal dan penuaan. Therapy ini juga
digunakan untuk mendukung proses pembelajaran,
membangun rasa percaya diri, mengurangi stress, mendukung
latihan fisik dan memfasilitasi berbagai macam aktivitas yang
berkaitan dengan kesehatan.
4. Guided Imaginary
Yaitu upaya yang dilakukan untuk mengalihkan persepsi rasa
nyeri dengan mendorong pasien untuk mengkhayal dengan
bimbingan. Tekniknya sebagai berikut:
a. Atur posisi yang nyaman pada klien.
b. Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk
memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau
pengalaman yang membantu penggunaan semua
indra.
c. Mintakan klien untuk tetap berfokus pada bayangan
yang menyenangkan sambil merelaksasikan tubuhnya.
d. Bila klien tampak relaks, perawat tidak perlu bicara
lagi.
e. Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah,
atau tidak nyaman, perawat harus menghentikan
latihan dan memulainya lagi ketika klien siap.
5. Relaksasi
3. Nyeri karena cancer. Dibandingkan dengan nyeri akut atau nyeri kronik,
maka masalah nyeri kanker jauh lebih rumit. Hal itu disebabkan karena
nyeri kanker tidak saja bersumber dari faktor fisik akibat adanya
kerusakan jaringan, tetapi juga diperberat oleh faktor nonfisik berupa
faktor psikologis, sosial budaya dan spiritual, yang secara keseluruhan
disebut nyeri total. Dengan kata lain, Nyeri total dibentuk oleh berbagai
unsur yakni, biopsikososio-kulturo-spiritual. Oleh karena itu, pengelolaan
nyeri kanker yang baik membutuhkan pendekatan multidisplin yang
melibatkan sernua disiplin ilmu yang terkait. Bahkan lebih dari itu,
anggota keluarga penderita pun harus dilibatkan utamanya dalam
perawatan yang tidak kurang pentingnya. Dalam pedoman ini, nyeri
karena cancer tidak dibahas karena di RS Royal Progress tidak terdapat
pelayanan penderita cancer
Anamnesis dan
pemeriksaan fisik
Asesmen nyeri
Prioritas utama:
ya identifikasi dan
atasi etiologi nyeri
Apakah etiologi nyeri bersifat
reversibel?
tidak
Lihat
ya manajemen
nyeri kronik.
Apakah nyeri berlangsung > 6 Pertimbangkan
minggu? untuk merujuk
tidak ke spesialis
yang sesuai
Nyeri somatic
Nyeri viseral Nyeri neuropatik
Parasetamol
Kortikosteroid Antikonvulsan
Cold packs
Anestesi lokal intraspinal Kortikosteroid
Kortikosteroid
OAINS Blok neuron
Anestesi lokal (topical /
Opioid OAINS
infiltrasi)
Opioid
OAINS
Opioid Antidepresan trisiklik
(amitriptilin)
Stimulasi taktil
ya
4. Asesmen lainnya:
a. Asesmen psikologi: nilai apakah pasien mempunyai masalah
psikiatri (depresi, cemas, riwayat penyalahgunaan obat-obatan,
riwayat penganiayaan secara seksual/fisik.verbal, gangguan tidur)
b. Masalah pekerjaan dan disabilitas
1. Tetapkan tujuan
Perbaiki skor kemampuan fungsional (ADL) menjadi:____ pada tanggal: _________
Kembali ke aktivitas spesifik, hobi, olahraga____________ pada tanggal: _________
a. ____________________________________________
b. ____________________________________________
c. ____________________________________________
Kembali ke kerja terbatas/ atau kerja normal pada tanggal: __________
2. Perbaikan tidur (goal: _______ jam/malam, saat ini: ________ jam/malam)
Ikuti rencana tidur dasar
a. Hindari kafein dan tidur siang, relaksasi sebeum tidur, pergi tidur pada jam yang
ditentukan _____________
Gunakanii. medikasi saat mau tidur
a. ______________________________________________
b. ______________________________________________
c. ______________________________________________
3. ingkatkan aktivitas fisik
Ikuti fisioterapi ( hari/minggu ___________________)
Selesaikan peregangan harian (_____ kali/hari, selama _____ menit)
Selesaikan latihan aerobic / stamina
a. Berjalan (_____ kali/hari, selama _____ menit)
b. Treadmill, bersepeda, mendayung (_____ kali/minggu, selama ____menit)
c. Goal denyut jantung yang ditargetkan dengan latihan ______ kali/menit
Penguatan
a. Elastic, angkat beban (_____ menit/hari, _____ hari/minggu)
4. Manajemen stress – daftar penyebab stress utama _____________________________
Intervensi formal (konseling, kelompok terapi)
a. _________________________________________________
Latihan harian dengan teknik relaksasi, meditasi, yoga, dan sebagainya
a. _________________________________________________
b. _________________________________________________
Medikasi
a. _________________________________________________
b. _________________________________________________
5. Kurangi nyeri (level nyeri terbaik minggu lalu: _/10, level nyeri terburuk minggu lalu: _/10)
Tatalaksana non-medikamentosa
a. Dingin/panas _______________________________________
b. __________________________________________
Medikasi
a. ___________________________________________________
b. ___________________________________________________
c. ___________________________________________________
d. ___________________________________________________
Terapi lainnya: ___________________________________________________
Nama Dokter: __________________________________________ Tanggal: _______________
manajemen perilaku:
stress / depresi
teknik relaksasi
perilaku kognitif
ketergantungan obat
manajemen amarah
Pedoman Manajemen Nyeri 53
terapi obat:
analgesik dan sedasi
antidepressant
opioid jarang dibutuhkan
a. Bedakan efek samping Opioid dari kondisi co-morbid atau obat lain
yang bersamaan.
b. Mengurangi dosis opioid jika nyeri dikendalikan dengan baik. Jika
nyeri tidak terkontrol:
c. Menambahkan non opioid co-analgesic (misalnya NSAIDs)
d. Menambahkan obat nyeri tertentu (misalnya gabapentin untuk post
Herpetic Neuralgia)
e. Menargetkan sumber nyeri (misalnya penggantian pinggul untuk
osteoarthritis yang parah)
f. Anastesi regional atau teknik bedah ablative (misalnya radio facet
neurotomy)
g. Beralih opioid untuk melihat apakah opioid lain memiliki
keseimbangan yang lebih baik dari analgesia vs. efek samping.
h. Pengobatansymptomatic dari efek samping.
2. Sembelit
a. Tambahkan serat untuk makanan pasien
b. Olahraga
c. Minum setidaknya 4-6 gelas per hari
d. Ketika mulai terapi opioid lebihbaik menjaga perut “longgar”
1) Tambahkan simultan pencahar misalnya Bisacodyl mulai dari
satu tablet dua kali per hari dan meningkatkan menjadi
maksimal 8 tablet per hari
2) Lactulose/sorbital/polyethylen glycol
e. Surfactant misalnya Docusate
4. Obat penenang
a. Obat penenang ringan biasanya terjadi ketika pertama kali memulai
opioids atau dengan dosis titration
b. Biasanya berkurang dengan dosis stabildalam 7-14 hari jika
dosisnya benar
c. Methadone – diinduksi obat penenang mungkin memakan waktu
lebih lama untuk mereda
d. Tidak menyetir sementara dosis titrating
e. Hentikan semua obat penenang lainnya jikalau kasus mengantuk
berkepanjangan
f. Menurunkan dosis opioid atau beralih opioids jika kantuk masih
bertahan
DAFTAR PUSTAKA
Barr, J.B., Fraser, G.F., Puntillo, K., Ely, E.W., Gelinas, C., Dasta, J.F., dkk
(2013) Clinical Practice Guidelines for the Mangemenet of Pain,
Agitation, and Delirium in adult Patients in the Intensive Care Unit. J.
of Critical Care Medicine 41(1): 263-306. http://www.learnicu.org/
SiteCollectionDocuments/Pain,%20Agitation,%20Delirium.pdf (sitasi
20 Juni 2016)
Herr, K., Coyne, P.J., McCaffrey, M., Manworren, R., dan Merkel, S. (2011) Pain
Assessment in the Patient Unable to Self-Report: Position Statement with
Clinical Practice Recommendations. Pain Management Nursing. Vol 12 (4):
230-250. http://www.aspmn.org/documents/PainAssessmentinthePatient
UnabletoSelfReport.pdf (sitasi 20 Juni 2016)
Lorenz, K.A dan McCaa, M.D (2016) Effective Screening for Pain Study
(ESP). VA Office of Research and Development.
https://clinicaltrials.gov/ct2/show/study/NCT01816763?
show_desc=Y#desc (sitasi 20 Juni 2016)
National Quality Forum (2011) NQF #1634 Hospice and Palliative Care – Pain
Screening. National Quality Forum. Measure Submission and Evaluation
Worksheet 5.0. www.qualityforum.org/WorkArea/linkit.aspx?Link
Identifier=id&ItemID=... (sitasi 20 Juni 2016)
Unknown (2016) Neonatal Infant Pain Scale (NIPS) Ages Birth – One Year.
http://www.cincinnatichildrens.org/assets/0/78/176/4711/4717/4213d844-
3558-4c76-a342-84a9f377420c.pdf#page=1&zoom=auto,-21,792 (sitasi 20
Juni 2016)
1. Perawat pelaksana
2. PJ shift/ ka ru
3. DPJP, dokter umum, dokter anestesi
Pedoman Manajemen Nyeri 61
Pedoman Manajemen Nyeri 62
LAMPIRAN 2
Form Skrining dan Asesmen Nyeri di Asesmen Gawat Darurat Perawat
SKRINING NYERI
Pasien merasa nyeri : ya / tidak*
Jika ya, gunakan Asesmen Nyeri berikut ini
(jika ada kecurigaan nyeri kronis, gunakan form Skrining untuk Nyeri
kronis)
ASESMEN NYERI
(………………………………………………………)
Telah dilaporkan ke DPJP
Nama DPJP
Tanggal/Jam
Paraf DPJP
Paraf dan Nama Terang yang melaporkan