Anda di halaman 1dari 1

Banyak orang yang berpikir bahwa audit terhadap laporan keuangan perusahaan timbul, karena ada

keharusan dari regulator atau dengan kata lain disyaratkan peraturan tertentu. Namun, bukti empiris
menunjukkan bahwa tuntutan dari regulator bukanlah faktor yang menentukan kebutuhan akan audit.
Chow (1982) mendokumentasikan bahwa pada tahun 1926 sebelum adanya peraturan yang
mengharuskan perusahaan melakukan audit terhadap laporan keuangannya, 82% dari perusahaan yang
listed di bursa saham New York, secara sukarela telah menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit.
Lalu, faktor apa yang menentukan kebutuhan akan audit?

Agency Theory

Jawaban atas pertanyaan tersebut bisa dipaparkan lewat agency theory. Teori ini menyatakan bahwa
dalam pengelolaan perusahaan, selalu ada konflik kepentingan antara (1) Manajer dan pemilik
perusahaan (2) Manajer dan bawaahan-nya dan (3) Pemilik perusahaan dan kreditor sehingga
dibutuhkan adanya pihak yang melakukan proses pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang
dilakukan oleh pihak-pihak tadi. Dalam lingkup perusahaan, aktivitas pihak-pihak tadi dinilai lewat kinerja
keuangannya (laporan keuangan). Lebih lanjut dalam agency theory, pemilik perusahaan membutuhkan
auditor untuk memverifikasi informasi yang diberikan manajemen kepada pihak perusahaan dan
sebaliknya manajemen memerlukan auditor untuk memberikan legitimasi atas kinerja yang mereka
lakukan (dalam bentuk laporan keuangan), sehingga mereka layak mendapatkan insentif atas kinerja
tersebut. Di sisi lain, kreditor membutuhkan auditor untuk memastikan bahwa uang yang mereka
kucurkan untuk membiayai kegiatan perusahaan, benar-benar digunakan sesuai dengan persetujuan
yang ada, sehingga kreditor bisa menerima bunga dan prinsipal dari pinjaman yang diberikan.

Bagaimana mengukur keterkaitan antara agency theory dan kebutuhan akan audit? Senkow et. al (2001),
melakukannya dengan cara melihat faktor-faktor apa saja yang menentukan keputusan untuk
mempertahankan jasa audit untuk perusahaan-perusahaan privat di Kanada(tidak listed di bursa saham)
yang tidak lagi diwajibkan untuk melakukan audit menurut peraturan. Logikanya, saat perusahaan-
perusahaan tersebut tidak lagi diwajibkan untuk melakukan audit terhadap laporan keuangannya, tentu
mereka akan memilih untuk tidak menggunakan jasa audit dengan beragam alasan. Ternyata dari 201
perusahaan privat besar yang diteliti, 77% dari perusahaan tersebut tetap memilih untuk
mempertahankan jasa audit walaupun peraturan memperbolehkan mereka untuk tidak
menggunakannya. Alasan utama dibalik keputusan tersebut adalah (1) karena perusahaan-perusahaan
tersebut memiliki perjanjian pinjaman dengan kreditor dan (2) tingginya persentase fee audit terhadap
pendapatan perusahaan. Alasan yang pertama mengacu kepada agency theory yang mana kreditor tetap
membutuhkan laporan keuangan auditan sebagai syarat peminjaman. Sedangkan alasan yang kedua
mengacu kepada asumsi bahwa semakin tinggi persentase fee audit terhadap pendapatan perusahaan,
maka semakin dipandang menguntungkan/bermanfaat proses audit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai