Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara maritim dengan 17,508 pulau. Luas laut hingga 5,8
juta Km2 dan memiliki 81.000 Km pantai, tentunya memiliki potensi terhadap sumber
daya ikan yang sangat kaya dan beragam. Salah satu misi Kementrian kelautan dan
Perikanan adalah meningkatkan peran di sektor perikanan dan kelautan sebagai sumber
ekonomi melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, mendorong pertumbuhan
investasi dan bisnis perikanan, serta pengembangan pemasaran hasil laut dan ikan untuk
pasar domestik maupun internasional (KKP RI). Produksi perikanan tangkap terus
mengalami peningkatan tiap tahunnya, pada tahun 2011 berada pada 5,71 juta ton dan
2016 berada pada 6,83 juta ton (Chandra Adi, 2017). Rendahnya konsumsi ikan
diakibatkan pasar ikan di dalam negeri belum baik. Selain itu, buruknya apresiasi
terhadap pasar ikan, terkesan kumuh, harga tidak terjangkau, ikan dalam negeri tidak
mendukung gaya hidup masyarakat dan persepsi bibit penyakit akibat lingkungan lokasi
pemasaran dan pengolahan.
Pulau Bali sebagai bagian dari negara maritim Indonesia memiliki sumber daya
bahari yang sangat kaya dan berlimpah. Sehingga menjadikan Bali sebagai daerah yang
memiliki potensi pada produksi ikan. Wilayah pesisir Bali Selatan, tepatnya di
Kelurahan kedonganan memiliki masyarakat yang sebagian besar bekerja sebagai
nelayan. Kedonganan memiliki satu pelabuhan perikanan tipe D yang dimanfaatkan
sebagai Wilayah Pengelolaan perikanan (WPP) RI 573 yaitu PPI Kedonganan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI)
Nomor 36 Tahun 2016 disebutkan bahwa pelabuhan perikanan kedonganan menjadi
pangkalan pendaratan ikan. Sehingga estimasi sumber daya ikan yang masuk pada
wilayah Kedonganan mencapai 929.330 ton yang di Dominasi oleh ikan pelagis besar
dan pelagis Kecil.
Pasar Ikan di wilayah Bali teradapat pada lokasi yang dikenal dengan Pasar Ikan
Kedonganan, Desa Adat Kedonganan, Kabupaten Badung. Pusat perdagangan khusus
ikan tersebut merupakan pasar ikan terbesar di pulau Bali dan terletak di wilayah
minapolitan. Produksi tidak hanya berasal dari produksi lokal, melainkan beberapa
produksi nelayan dari Banyuwangi, Muncar, Madura hingga nelayan dari Sulawesi ikut
serta menambah kontribusi. Hal ini terjadi dikarenakan kebutuhan ikan di bali semakin
meningkat akibat dari kemajuan dan bertambahnya kebutuhan di berbagai bidang.
Industri pariwisata. Pasar Ikan Tradisional Kedongan sangat dikenal oleh masyarakat,
baik domestik dan internasional. Tak hanya sebagai pusat yang memiliki harga murah
dan kesegaran ikannya, lokasi pasar dekat dengan lokasi pariwisata. Hampir seluruh
wilayah di Bali mengandalkan pasokan ikan dari Pasar Ikan Tradisional Kedonganan.
Selain itu, pengelolaan ikan dekat dengan Pasar Ikan Tradisional Kedonganan.
Seiring terjadinya pertumbuhan pasar dan kebutuhan, tidak diimbangi dengan
fasilitas pasar yang memadai. Penataan pasar saat ini belum memadai, terkesan kumuh,
becek, dan berbau amis. Pertumbuhan pasar pun mengakibatkan bertambahnya jumlah
pedagang, namun tidka diimbangi pula ketersediaan lahan atau kios untuk berdagang.
Sehingga pedagang baru bermunculan diluar area kios, sering berada di area parkir
hingga ke area pantai. Di sisi lain, keperluan bongkar muat di area parkir kerap kali
terganggu oleh aktivitas pedagang. lokasi kios utama pada bangunan pun tidak jauh
dengan kondisi yang sangat memperihatinkan, aksesibilitas pembeli dipenuhi dengan
tanah becek dan limbar cair bekas ikan. Sistem pengelolaan limbah pasar ini pun sangat
tidak baik, pembuangan dilakukan sebatas membuang di lepas pantai. Pasar Sirkulasi
udara dan cahaya, serta aksesibilitas pada ruang dalam yang tidak baik.
Keadaan tersebut sangat memperhatinkan, terlebih bukan hanya pada lokasi di
daerah wisata, namun pesepsi buruk muncul dari masyarakat secara luas hingga
wisatawan. Masyarakat lokal, pihak pengelola hingga pemerintah daerah telah
menyadari kondisi Pasar Ikan Tradisional Kedonganan. Kepengelolaan Desa Adat
Kedongan telah berkordinasi dengan pemerintah terkait rencana merenovasi total.
Perombakan dilakukan dengan penataan infrastruktur, parkir dan instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL), hingga penataan Gedung pasar. Tujuan utama dari kegiatan
renovasi pasar adalah menjadikan pasar ikan tradisional Kedonganan menjadi lebih
representatif, nyaman, asri dan higenis. Selain itu, renovasi dilakukan untuk menunjang
pertumbuhan pasar kedepannya sehingga pasar memiliki sistem pengelolaan
berkelanjutan.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu gagasan ideal mengembangan lokasi lahan
Pasar Ikan Tradisional Kedonganan sebagai fasilitas perdagangan memiliki citra atau
karakter yang bersih, asri, nyaman, higenis dan sadar akan keberlanjutan, serta
mendukung kegiatan pasar di kawasan minapolitan.
1.2 Latar Belakang Tema

Pasar Ikan Tradisional Kedonganan merupakan pusat ikan di wilayah selatan Pulau
Bali yang dikenal selaras dengan daya beli masyarakat serta kebutuhan industri. Selain
itu, pasar Kedonganan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
dari kelengkapan jenis ikan yang ditawarkan hingga jasa pengolahan setempat yang
semakin berkembang. Selain itu, pasar ini dikenal dengan hasil perikanan yang masih
segar dari produksi nelayan. Namun, Pasar Ikan Tradisional Kedonganan memerlukan
perombakan secara total untuk menunjang perkembangan pasar dan pertumbuhan baik
dari kebutuhan ikan, minat perdagangan dan konsumsi ikan. Merombak secara
keseluruhan mempertimbangan aspek pada infrastruktur, sistem parkir dan utilitas serta
keperluan pada aktivitas perdagangan. Sehingga pasar memiliki citra dengan lokalitas
yang kuat namun memiliki penataan yang modern dan memberikan aspek kenyamanan
pada aktivitas penjual dan pembeli.
Maka, pertimbangan pada penataan yang modern dapat membentuk gagasan baru
berupa Sustainable Traditional Fish Market yang mempertimbangkan sosial, ekologi
dan ekonomi. Nilai-nilai filosofis pada lokalitas setempat digunakan sebagai citra pada
bangunan. Sehingga pasar ikan tradisional Kedonganan memiliki wadah yang layak
bagi aktivitas jual-beli terhadap masyarakat setempat maupun wisatawan dan
pendatang. Selain itu, pasar memiliki identitas yang kuat sebagai landmark yang layak
dikunjungi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut Berdasarkan latar belakang tersebut maka


rumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah “Peningkatan aktivitas jual-beli, hasil
produksi, konsumsi dan daya beli terhadap ikan di Pasar Ikan Tradisional Kedonganan
disebabkan pada kebutuhan industri dan rumah tangga. Selain itu, pasar Kedonganan
merupakan pusat penjualan dan pelelangan terbesar di Bali. Hanya saja kualitas pasar
saat ini belum layak, masih terkesan kumuh, becek, dan memiliki bau, sirkulasi, sanitasi,
penghawaan serta pencahayaan yang sangat tidak baik”. Dari rumusan masalah tersebut,
maka pertanyaan yang muncul sebagai berikut :
1.3.1 bagaimana merencanakan penataan modern Pasar Ikan Tradisional Kedonganan
dengan meningkatan kualitas pasar dan tercapainya pasar yang nyaman, asri dan
sustainable ?
1.3.2 Bagaimana penerapan sustainable pada aspek ekonomi, ekologi dan sosial pada
bangunan Pasar Ikan Tradisional Kedonganan?
1.3.3 Bagaimana benefit re-design pada pembangunan Pasar Ikan Tradisional
Kedonganan bagi masyarakat umum, khususnya masyarakat kedonganan dan
wisatawan.

1.4 Tujuan Perancangan dan Sasaran

Tujuand dan sasaran perancangan ini meliputi :


1.4.1 Mengusung perancangan Pasar Ikan Tradisional kedonganan dengan
penataan modern serta mempertimbangkan bangunan yang berkelanjutan
berdasarkan aspek-aspek ekonomi, sosial dan ekologi
1.4.2 Meningkatkan kualitas pasar hingga tercipta pasar yang nyaman, asri dan
sustainable, serta meningkatkan kualitas pada bangunan tanpa menghilangkan
lokatitas setempat.

1.5 Batas Masalah dan Ruang Lingkup


Adapun batasan dan ruang lingkup pada studi kelayakan yaitu subjek, objek, jenis,
tema, dan lokasi.

1.5.1 Subjek pada bangunan diperuntukan pada pelaku aktivitas jual-beli, yaitu
pedagang, pembeli, dan nelayan
1.5.2 Objek pada bangunan meliputi fungsi primer dan sekunder. Fungsi primer
berupa aktivias jual beli ikan, pelelangan, cooling storage dan keperluan bahan
pengelolaan. Fungsi sekunder berorientasi pada keperluan pendukung yaitu jasa
pengelolaan, dapat berupa pembersihan dan pengasapan atau pemanggangan.
1.5.3 Jenis bangunan berupa Pasar tradisional dengan ketentuan tatanan pada standar
modern. Sehingga menciptakan kenyamanan pada seluruh pengguna.
1.5.4 Batasan Tema meliputi kecenderungan buruknya kualitas pasar dan infrastruktur
yang tidak memadai. Penyelesaian masalah menggunakan prinsip sustainable
traditional fish market dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan
ekologi serta mempertimbangkan lokalitas setempat.
1.5.5 Lokasi dipilih merupakan lokasi pasar lama yang terletak di Jalan Raya Pantai
Kedonganan, Desa Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung
– Bali. Pasar memiliki tempat yang strategis, yaitu dekat dengan Bandara,
Lokasi Wisata Mina Kedonganan, serta dekat ByPass Ngurah Rai yang
merupakan akses Kawasan Wisata Terpadu di Nusa Dua.

Lokasi Tapak

1.6 Manfaat Perancangan


Adapun manfaat dalam perancangan ini adalah :

1.6.1 Masyarakat menyadari potensi Pasar Ikan Tradisional Kedonganan sebagai


wadah aktivitas jual-beli yang berkualitas dan memiliki kesadaran terhadap
konteks berkelanjutan.
1.6.2 Meningkatkan mutu dan kualitas infrastruktur pasar sehingga memiliki citra
yang lebih baik. Serta mengutamakan kehigenisan, asri dan nyaman pada
Pasar.
BAB II
GAMBARAN TAPAK
2.1 Gambaran Umum

Redesain merupakan aktivitas menata ulang kembali atau melakukan perubahan dan
pembaruan terhadap sebuah bangunan. Re-desain Pasar Ikan Tradisional Kedonganan
merupakan menata ulang kembali secara menyeluruh pada bangunan dan
mempertimbangkan fungsi, ruang, dan aktivitas sebelumnya. Pasar merupakan tempat
terjadinya interaksi penjual dan pembeli. Akvitias jual-beli tersebut dilakukan dengan
cara tradisional, dimana interaksi tersebut terjadi secara langsung antara penjual dan
pembeli. Tujuan re-desain terhadap Pasar Ikan Tradisional Kedonganan adalah untuk
meningkatkan kualitas wadah atau tempat dalam beraktivitas jual-beli. Peningkatan
Kualitas yang dimaksud merupakan pasar yang memberikan kenyamanan kepada
penjual maupun pembeli. Adapun permasalahan-permasalahan utama pada desain yaitu:

Permasalahan Desain
No. Permasalahan Desain Kondisi Eksisting
1. Penataan kelompok usaha diluar hasil
produksi ikan masih tergolong kurang baik.
Pedagang yang menjual barang-barang
pendukung tidak pada satu zona, namun
bercampur antar pedagang.
2. Fasilitas bongkar muat hanya pada area
parkir. Tidak terdapat area khusus bongkar
muat. Hal ini mengakibatkan tingkat krodit
pada aktivitas jual-beli dan pelelangan. Selain
itu, distribuisi ikan dari nelayan ke penjual
seringkali terhambat. Selain itu, sirkulasi
kendaraan sering kali mengalami hambatan
3. Tata kelola bangunan yang tidak baik,
sehingga lingkungan yang tidak higenis,
kumuh, berbau dan sanitasi yang tidak baik.

4. Kios-kios dianggap masih kurang, hal ini


dapat dilihat dengan adanya pedagang baru
yang muncul diarea luar atau area parkir.
5. Kenyamanan area jual beli kurang baik.
Bawasannya area jual beli memiliki sirkulasi,
aksesibilitas, penghawaan dan pencahayaan
yang kurang baik.

6. Penataan limbah cair dan limbah padat di


lokasi pasar belum dikelola dengan baik.
Limbah padat berupa sisa-sisa konsumsi di
lokasi pasar dan sampah plastik kerap ditemui
di berbagai area dengan tidak adanya
penataan. Sedangkan limbah cair berasal dari
cairan sisa pendinginan atau pengawetan ikan
yang dibuang langsung di area pantai dan area
sekitar bangunan pasar.
7. Pengelolaan parkir antara roda dua dengan
roda empat belum ditata dengan baik. Belum
lagi, area yang biasa digunakan sebagai area
parkir kerap digunakan oleh pedagang-
pedagang baru yang bermunculan.
8. Terjadinya kontradisi Lokasi yang dekat
dengan Kawasan pengelolaan ikan (Kawasan
café di Kedonganan) dan Kawasan
akomodasi pariwisata. Lokasi pariwisata
terlihat berkualitas, memiliki kenyamanan,
asri, dan tidak memiliki kesan kumuh. Namun
di balik hal tersebut terdapat ujung lokasi
yang merupakan sumber ikan yang memiliki
kesan kumuh, berbau dan tidak higenis.
Berdasarkan permasalahan tersebut, sangat dibutuhkan penataan kembali
terhadap Pasar Ikan kedonganan, selain memberikan dampak pada aktivitas
kenyamanan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat penataan dapat berdampak
wajah baru bagi Pasar di Indonesia, Khususnya di Bali. Selain itu, pasar yang baik,
higenis dan memiliki lokalitas yang kuat akan berdampak positif terhadap pariwisata.

2.2 Gambaran Khusus

Gambaran khusus merupakan uraian konteks pada tapak secara khusus, seperti
sejarah dan fungsi tapak, kondisi dan lingkungan eksisting tapak, kondisi iklim dan
geografis, serta kondisi bangunan eksisting

2.2.1 Sejarah dan Fungsi Tapak

Pada awal tahun pertengahan tahun 1990-an kedonganan merupakan desa


nelayan yang gelap dan miskin. tempat yang sekarang dikenal dengan pasar
kedonganan, dulunya merupakan kampung nelayan yang suram. Ketika itu pula,
kawasan pada tapak merupakan tempat menyandarnya perahu nelayan dari berbagai
daerah di Jawa. Ditengah gemerlap industri pariwisata di Bali, penduduk
Kedonganan dan khususnya di kawasan pasar ikan hanya menjadi penonton. Namun,
seiring berkembangnya waktu, muncul ide mengembangkan olahan ikan di pesisir
pantai kedonganan, yang saat ini berada pada kawasan pariwisata (DTW).
Wisatawan yang dulunya mengenal café-café di Jimbaran, lalu mulai mengenal café-
café yang ada di Kedonganan. Berkembangnya industri ikan di kedonganan
mengakibatkan terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap produksi ikan dari
nelayan. hal ini mengakibatkan pertumbuhan di sektor pendukung yaitu pasar ikan
dekat dengan lokasi café.
Kedonganan dari Waktu ke Waktu

Seiring berjalannya waktu, pasar tersebut mulai dikenal masyarakat, sehingga


terjadi pertumbuhan ekonomi hingga meningkatnya aktivitas jual beli. Awalnya,
masyarakat mengenal tempat tersebut dengan sebutan KUD, yaitu Koprasi Unit Desa
yang menjual segala kebutuhan. Taraf hidup masyarakat di Desa Kedonganan kian
meningkat, KUD mulai tergerus dan ditinggalkan. Melihat potensi pertumbuhan
pada sektor perikanan, maka KUD membentuk Pasar tersebut dengan fokus pada
perikanan dan kini dikenal dengan Pasar Ikan tradisional kedonganan. fungsi tapak
saat itu, dari awalnya hanya tempat pelelangan ikan dan tempat beristirahatnya
nelayan, berkembang hingga ke pengelolaan, pergadangan dan jasa. Termasuk,
munculnya pasar ikan. Perkembangan pada pasar pun berpengaruh pula terhadap
tingkat atau skala pada pasar, awalnya yang hanya digunakan oleh masyarakat desa,
kini menjadi kebutuhan masyarakat luas di Bali.
Kini, keberadaan tapak dimuat pada Peraturan Daerah No.26 Tahun 2013
tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Badung. Tentunya arah
perencanaan dan tata ruang wilayah pada area tapak dimuat pada kawasan
minapolitan. Dalam perencanaan tersebut maka jelas keberadaan pasar pada kawasan
minapolitan. Fokus dari kawasan minapolitan adanya kegiatan terintegrasi antara
sektor perikanan, perdagangan dan jasa serta faktor-faktor pendukung di kawasan
tersebut.
2.2.2 Kondisi Tapak dan Lingkungan Eksisting

Kondisi dan Lingkungan Eksisting Tapak


Lokasi pasar terletak di Desa Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten
Badung- Bali. Keberadaan pasar merupakan salah satu bagian daerah kabupaten
yang teritegrasi di Bali, yaitu SarBaGiTa. Empat kabupaten yang berdekatan
menjadi pusat perekonomian di Bali dan kabupaten tersebut adalah Denpasar,
Badung, Gianyar dan Tabanan.

A. Kondisi Tapak Dalam Skala Kabupaten

Kabupaten Badung sendiri sudah dikenal oleh masyarakat luas dengan daya
tarik pariwisatanya. Secara geografi lokasi kabupaten Badung terletak pada
koordinat 08°14’17”- 08°50’57”LS, 115°05’02”-115°15’09”BT. Batas-batas
wilayah Kabupaten Badung adalah Kabupaten Buleleng pada sisi utara,
Kabupaten Tabanan dan Bangli pada sisi Barat, Kabupaten Gianyar dan Kota
Denpasar pada sisi Timur. Penduduknya berjumlah 358.311 jiwa (2004)
dengan kepadatan 8.629,8 jiwa/km2. Secara administratif Kabupaten Badung
di bagi menjadi 6 kecamatan, yaitu: Kecamatan Petang, Mengwi, Abiansemal,
Kuta, Kuta Utara dan Kuta Selatan.

Kabupaten Badung merupakan daerah berikilim tropis yang memiliki dua


musim yaitu musim kemarau (April - Oktober) dan musim hujan (Nopember -
Maret), dengan curah hujan rata-rata pertahun antara 893,4 - 2.702,6 mm. Suhu
rata-rata 25 – 30 oC dengan Kelembaban udara rata-rata mencapai 79%.
Kabupaten ini memiliki Keindahan alam serta keunikan dan seni Budaya yang
dijiwai oleh kebudayaan masyarakat setempat dan bernafaskan agama Hindu
Nusantara. Kabupaten tersebut juga ditunjang oleh banyaknya tempat wisata, dari
skala lokal hingga internasional. Sehingga pada daerah ini banyak dijumpai
akomodasi bertaraf internasional, seperti hotel, restaurant & bar, biro perjalanan
wisata dan berbagai fasilitas atraksi wisatara. Potensi wisata menjadikan daerah
ini merupakan daerah yang produktif di Bali dan 90% dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dihasilkan dari sektor pariwisata. Dalam laporan kinerja Instansi
Pemerintah atau LKJIP Pemerintah Kabupaten Badung tahun 2015, dalam sektor
ekonomi dan teknologi pemerintah menetapkan 9 perioritas pembangunan
daerah. Salah satunya adalah revitalisasi usaha ekonomi kreatif skala mikro, kecil
dan menengah, meningkatkan produktivitas, kualitas dan pemasaran terhadap
hasil pertanian dan perikanan.

B. Kondisi Tapak dalam Skala Kawasan


Berada di kawasan strategis, Desa kedonganan selain menjadi tempat
tinggal bagi masyarakatnya, desa seluas 1 km meter tersebut memiliki potensi
terhadap kemajuan desanya. Potensi yang dimiliki oleh desa tersebut tak hanya
pada wisata pesisir, Desa Kedonganan merupakan salah satu desa yang
memiliki potensi terhadap aktivitas perekonomian. Dalam 2 dekade terakhir
perekonomian desa sangat meningkat, hal ini dikarenakan Desa Kedonganan
yang memiliki Kawasan akomodasi pariwisata atau daerah komersil penunjang
pariwisata dan Kawasan minapolitan.Lokasi persis tapak berada pada Kawasan
Minapolitan, tepatnya berada di Jalan Raya Pantai Kedonganan Minapolitan
adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis
kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan
percepatan (KKP RI, 2010).

Desa Kedonganan
Penggerak utama ekonomi di Kawasan minapolitan merupakan suatu
kawasan yang memiliki keanekaragaman aktivitas ekonomi, perdagangan,
jasa, pelayanan, dan kesehatan. Karakteristik pada Kawasan ini adalah sentra
produksi dan usaha berbasis perikanan. Salah satunya adalah pasar, yaitu Pasar
Ikan Tradisional Ikan Kedonganan. Dalam Kawasan minapolitan, Pasar Ikan
Tradisional Kedonganan berada pada dua zona, yaitu zona peruntukan
perikanan (PL-1) dan zona Kawasan Perdagangan dan Jasa skala Wilayah (k-
1). Adapun ketentuan lain terkait kebutuhan yang dikembangkan atau
diperbarui pada Kawasan tersebut, yaitu pemangkalan perahu dan bangsal
nelayan tradisional, tempat pelelangan ikan dan penimbangan ikan, pangkalan
pendaratan ikan untuk kawasan perikanan tangkap dengan aktivitas bongkar
muat ikan dan pemasaran hasil ikan dengan rata-rata 2 ton perhari. Serta sarana
dan prasarana khusus agribisnis perikanan atau kawasan minapolitan meliputi
pasar khusus ikan, jasa dan perdagangan sarana produksi, dan cold storage.

Kawasan dan Zona Pasar Ikan Tradisional Kedonganan

Berdasarkan kebutuhan terhadap sarana dan prasarana berupa pasar ikan,


tentunya zona yang digunakan adalah zona peruntukan perdagangan dan jasa
skala wilayah. Dalam hal ini memuat bahwa ketentuan-ketentuan lahan yang
digunakan untuk kebutuhan pasar mengikuti ketentuan yang berlaku pada zona
perdagangan dan jasa skala wilayah (K-1). Kedua zona tersebut tentunya
mendukung dalam rencana re-desain pembangunan Pasar Ikan Tradisional
Kedonganan.

C. Kondisi tapak dalam skala Lingkungan


Tapak dalam skala Lingkungan terlihat bahwa sekelilingnya terdapat
usaha-usaha kecil dalam berbentuk warung, disisi barat terdapat parkir kapal
tradisional nelayan dan dermaga, pasa sisi selatan berbatasan dengan fasilitas
umum berupa SPBU, dan pada sisi utara berbatasan dengan Desa Kelan.
Bangunan di sisi utara teradapat pusat pemantauan oleh BASARNAS dan
café dari desa kelan Aksesibilitas tapak berada pada jalan kolektor primer
dengan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam. Lebar Jalan pesisir
kedonganan 7,5 m.

Secara umum, tapak dikelilingi fasilitas-fasilitas pendukung lainnya


dalam Kawasan minapolitan, seperti spbu yang digunakan supply bahan bakar
oleh nelayan, pemukiman yang ditunjukan terhadap nelayan migran dengan
sistem sewa. Selain itu, pada area tapak dibelah oleh jalan arteri primer.

D. Aksesibilitas tapak
Keberadaan tapak cukup dikenal oleh masyarakat, khususnya masyarakat
yang berprofesi di bidang pariwisata. Akses utama pada tapak melewati jalur
bypass Ngurah Rai yang menghubungkan Denpasar- Tol Bali Mandara-
Bandar Udara Ngurah Rai, dan Kawasan BTDC Nusa Dua. Jalur sekunder
menempuh ke lokasi tapak dapat ditempuh melalui Jalan uluwatu-Jalan
Pantai Kedonganan dan jalan Pasir Putih – Jalan Pantai Kedonganan.
Peta Aksesibilitas menuju tapak

2.2.3 Landmark Kawasan


Kawasan sekitar tapak memiliki beberapa Landmark yang dapat diajadikan
acuan atau penanda dalam mengakses ke lokasi tapak. Penanda-penanda tersebut
berupa Bandar Udara Ngurah Rai, taman dan patug persimpangan Jl. Bypass
Ngurah Rai-Tol Bali Mandara dan tempat perbelanjaan, yaitu Benoa Square.
Bandar Udara Ngurah rai merupakan infrastruktur jalur udara yang terletak di
Kec. Kuta. Bandara Lokasi Bandara terletak pada area reklamasi bandara yang
dapat dilewati dari Jl. Baypass Ngurah rai. Selain itu, perjalan menggunakan
jalur udara sebenarnya sudah dapat melihat lokasi tapak dari udara. Secara
umum, tentunya masyarakat mengunakan bandara sebagai landmark utama
dalam mengakses wilayah di kecamatan kuta.
Tak jauh dari Bandara, terdapat landmark yang berkaitan, yaitu Patung I
Gusti Ngurah Rai yang terletak pada di taman persimpangan Bandara dan
bypass I Gusti Ngurah Rai dan Tol bali mandara. Patung tersebut merupakan
akses yang pasti ketika mengunjungi daerah selatan pada kabupaten badung. Hal
tersebut dikarenakan akses ke lokasi hanya pada bypass dan tol laut. Waktu
tempuh dari kedua landmark, Bandara dan Patung I Gusti Ngurah Rai tidak
terlalu jauh, jarak landmark dengan tapak memiliki rentang waktu 10 menit
hingga 25
Sedangkan, landmark berikutnya adalah Benoa Square, sewalayan modern
tersebut berada pada persimpangan Bypass Ngurah Rai dan dan jalan Uluwatu-
Kedonganan. Tapak dikenal oleh masyarakat dengan keberadaannya di dekat
traffic light sehingga pada landmark terdapat penunjuk jalan menuju pantai
Kedonganan. Jarak tempuh dari Benoa Square tidak lebih dari 2 km dan
memiliki rentang waktu kurang dari 10 menit.
Landmark yang sangat mudah diketahui oleh masyarakat adalah Pantai
Kedonganan, dengan spesifik tempat yaitu Café Kedonganan-Jimbaran. Lokasi
tersebut merupakan wisata pesisir yang kini merupakan wisata penunjang dari
aktivitas bandara.Cafe Kedonganan dan Jimbaran dikenal oleh wisatawan
sebagai tempat pertama dikunjungi setelah bandara. Tentunya, landmark
tersebut tidak jauh dari lokasi tapak, kurang dari 500 meter dan rentang waktu
tidak lebih dari 5 menit.

2.2.4 Kondisi Iklim dan Geografis

Desa Adat Kedonganan merupakan bagian dari kecamatan Kuta, secara


umum kondisi iklim tidak berbeda jauh dengan iklim meso pada Kabupaten
Badung. Suhu pada tapak memiliki rata-rata 27,6 derajat celsicus dengan curah
hujan rata-rata 2.524,8 mm serta kelembapan udara rata-rata mencapai 84% (bali
dalam angka, 2011). Terhadap iklim, masyarakat percaya pada sistem pasang
surut menurut puranama-tilem (bulan mati). Sistem ini berpengaruh pada sistem
melaut pada nelayan, jika kondisi bulan menjelang purnama nelayan tidak
berangkat melaut dikarenakan pada rentang waktu tersebut terjadi pasang.
Begitupun pada bulan tilem (bulan mati) kondisi air lebih tenang memungkinkan
nelayan untuk melaut.
Tapak berada pada lokasi timur dan barat dan dekat dengan pantai hal ini
berpengaruh pada kondisi angin. Pada saat malam hari cenderung angin
mengarah ke arah laut (arah barat) atau yang dikenal dengan angina darat..
Sedangkan saat siang hari berbanding terbalik, angin cenderung mengarah kea
rah timur. Selain itu,kondisi kecepatan angin cenderung lebih kencang pada saat
bulan April hingga oktober. Pada bulan November hingga maret cenderung tidak
terlalu kencang namun terdapat hujan. Rata-rata kecepatan angina tercatat di
stasius Klimatologi Tuban, Kelurahan kedonganan memiliki kecepatan 14.05
km/jam.
Berdasarkank kondisi geografi, Desa adat kedongan merupakan dataran
rrendah yang kemudian terisi oleh endapan alluvial. Dibandingkan dengan
badung utara maupun paling selatan, dataran di Kecamatan Kuta cenderung lebih
rendah. Berdasarkan wilayah geografinya, kedonganan merupakan wilayah
bukti yang cenderung terdiri dari batu kapur dengan jenis tanah mediteran.
Wilayah Kabupaten Badung yang secara administratif memanjang dari utara ke
selatan memiliki Geomorfologi yang bervariasi, dengan ketinggian 0 sampai
dengan 750 meter dari permukaan laut. Kecamatan Kuta Selatan yang lebih
dikenal dengan sebutan Bukit, sebagian besar wilayahnya berupa perbukitan
kapur dengan geomorfologi Karts yang berbeda dengan wilayah di utaranya
yang memiliki geomorfologi vulkanik.
Sedangkan secara administratif, wilayah kelurahan kedonganan atau Desa
Adat Kedonganan menjadi 6 banjar (Rukun Warga). Wilayah kedonganan
merupakan desa pesisir, sisi timur dan barat desa adalah laut. hal ini
menyebabkan sebagaian besar penduduk mulanya bergerak di sector perikanan
dan kelautan. Sekitar 90% profesi masyarakatnya adalah nelayan dan sebagian
lagi berprofesi sebagai pedagang. Desa Adat Kedonganan memiliki wilayah
yang tidak begitu luas, sekitar 1 Km2. Jarak antara batas selatan (Desa Adat
Jimbaran) dengan batas utara (Desa Adat Kelan) tak lebih dari 1 km. Begitu juga
jarak antara pantai timur dengan pantai barat sekitar 1 km. Karena itulah,
Kedonganan sering disebut sebagai desa satu kilometer.

2.2.5 Kondisi Bangunan Eksisting


( DIKERJAKAAN!!!)

BAB III
PROGRAM UMUM
3.1 Rencana Pembangunan

Redesain Pasar Ikan Tradisional Kedonganan merupakan rencana yang sudah


dicanangkan sejak 2015. Namun, rencana tersebut tidak dapat dilakukan karena
alasan terhadap perekonomian pedagang. Kini masyarakat, pedagang maupun
pembeli hingga pihak pemerintah dari desa hingga kabupaten sadar akan kondisi
pasar yang kian kumuh. Walaupun sering dilakukan penataan, tak kunjung berhasil.
Hal ini dikarenakan kesalahan secara fundamental terjadi kesalahan pada penataan
awal pembangunan pasar. Sedangkan kini, pasar-pasar tradisional di Bali secara
menyeluruh telah berbenah, Sehingga pasar tradisional lainnya mampu menjadi
daya Tarik wisata dan meningkatkan perkembangan perekonomian. Pengelola dari
desa dan pemerintah Kabupaten sepakat terhadap penataan ulang kembali secara
menyeluruh pada bangunan hingga lingkungan.
Perencanaan desain ulang terhadap Pasar Ikan Tradisional Kedonganan secara tidak
langsung turut andil dalam mendukung visi misi pasar tradisional yang as
3.1.1 Rencana Pembangan oleh Pemerintah
3.1.2 Hipotesis Masalah
3.1.3 Tinjauan Komparatif
3.2 Analisis Fungsi
3.2.1 Fungsi Primer
3.2.2 Fungsi Sekunder
3.3 Analisis Aktivitas
3.4 Program Ruang
3.4.1 Identifikasi Pelaku dan Pola Kegiatan
3.4.2 Kebutuhan Ruang Berdasarkan Kelompok Kegiatan
3.4.3 Analisis Kebutuhan Kualitatif dan Kuantiatif
3.4.4 Aktivitas Pengguna Berdasarkan Klasifikasi Fungsi
3.5 Program Ruang
3.5.1 Kegiatan Penjualan
3.5.2 Kegiatan Wisata
3.5.3 Kegiatan Pengelolaan
3.5.4 Kegiatan Koprasi dan Simpan Pinjam
3.5.5 Kegiatan Servis dan Pelayanan
3.5.6 Kegiatan penunjang
3.5.7 Luas Total
3.5.8 Hubungan Ruang

BAB IV
ASPEK BANGUNAN

4.1 Program Tapak


Aspek Bangunan
Aspek Lingkungan
Aspek Manajemen
Aspek Tekno Ekonomi
Aspek Teknik Teknologi
Metode Perancangan
Perumusan Ide
Pencarian dan Pengolahan Data
Analisa Perancangan
Produk
Lingkup Kegiatan
Proses Desain
Strategi dan Deskripsi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai