PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara maritim dengan 17,508 pulau. Luas laut hingga 5,8
juta Km2 dan memiliki 81.000 Km pantai, tentunya memiliki potensi terhadap sumber
daya ikan yang sangat kaya dan beragam. Salah satu misi Kementrian kelautan dan
Perikanan adalah meningkatkan peran di sektor perikanan dan kelautan sebagai sumber
ekonomi melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, mendorong pertumbuhan
investasi dan bisnis perikanan, serta pengembangan pemasaran hasil laut dan ikan untuk
pasar domestik maupun internasional (KKP RI). Produksi perikanan tangkap terus
mengalami peningkatan tiap tahunnya, pada tahun 2011 berada pada 5,71 juta ton dan
2016 berada pada 6,83 juta ton (Chandra Adi, 2017). Rendahnya konsumsi ikan
diakibatkan pasar ikan di dalam negeri belum baik. Selain itu, buruknya apresiasi
terhadap pasar ikan, terkesan kumuh, harga tidak terjangkau, ikan dalam negeri tidak
mendukung gaya hidup masyarakat dan persepsi bibit penyakit akibat lingkungan lokasi
pemasaran dan pengolahan.
Pulau Bali sebagai bagian dari negara maritim Indonesia memiliki sumber daya
bahari yang sangat kaya dan berlimpah. Sehingga menjadikan Bali sebagai daerah yang
memiliki potensi pada produksi ikan. Wilayah pesisir Bali Selatan, tepatnya di
Kelurahan kedonganan memiliki masyarakat yang sebagian besar bekerja sebagai
nelayan. Kedonganan memiliki satu pelabuhan perikanan tipe D yang dimanfaatkan
sebagai Wilayah Pengelolaan perikanan (WPP) RI 573 yaitu PPI Kedonganan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI)
Nomor 36 Tahun 2016 disebutkan bahwa pelabuhan perikanan kedonganan menjadi
pangkalan pendaratan ikan. Sehingga estimasi sumber daya ikan yang masuk pada
wilayah Kedonganan mencapai 929.330 ton yang di Dominasi oleh ikan pelagis besar
dan pelagis Kecil.
Pasar Ikan di wilayah Bali teradapat pada lokasi yang dikenal dengan Pasar Ikan
Kedonganan, Desa Adat Kedonganan, Kabupaten Badung. Pusat perdagangan khusus
ikan tersebut merupakan pasar ikan terbesar di pulau Bali dan terletak di wilayah
minapolitan. Produksi tidak hanya berasal dari produksi lokal, melainkan beberapa
produksi nelayan dari Banyuwangi, Muncar, Madura hingga nelayan dari Sulawesi ikut
serta menambah kontribusi. Hal ini terjadi dikarenakan kebutuhan ikan di bali semakin
meningkat akibat dari kemajuan dan bertambahnya kebutuhan di berbagai bidang.
Industri pariwisata. Pasar Ikan Tradisional Kedongan sangat dikenal oleh masyarakat,
baik domestik dan internasional. Tak hanya sebagai pusat yang memiliki harga murah
dan kesegaran ikannya, lokasi pasar dekat dengan lokasi pariwisata. Hampir seluruh
wilayah di Bali mengandalkan pasokan ikan dari Pasar Ikan Tradisional Kedonganan.
Selain itu, pengelolaan ikan dekat dengan Pasar Ikan Tradisional Kedonganan.
Seiring terjadinya pertumbuhan pasar dan kebutuhan, tidak diimbangi dengan
fasilitas pasar yang memadai. Penataan pasar saat ini belum memadai, terkesan kumuh,
becek, dan berbau amis. Pertumbuhan pasar pun mengakibatkan bertambahnya jumlah
pedagang, namun tidka diimbangi pula ketersediaan lahan atau kios untuk berdagang.
Sehingga pedagang baru bermunculan diluar area kios, sering berada di area parkir
hingga ke area pantai. Di sisi lain, keperluan bongkar muat di area parkir kerap kali
terganggu oleh aktivitas pedagang. lokasi kios utama pada bangunan pun tidak jauh
dengan kondisi yang sangat memperihatinkan, aksesibilitas pembeli dipenuhi dengan
tanah becek dan limbar cair bekas ikan. Sistem pengelolaan limbah pasar ini pun sangat
tidak baik, pembuangan dilakukan sebatas membuang di lepas pantai. Pasar Sirkulasi
udara dan cahaya, serta aksesibilitas pada ruang dalam yang tidak baik.
Keadaan tersebut sangat memperhatinkan, terlebih bukan hanya pada lokasi di
daerah wisata, namun pesepsi buruk muncul dari masyarakat secara luas hingga
wisatawan. Masyarakat lokal, pihak pengelola hingga pemerintah daerah telah
menyadari kondisi Pasar Ikan Tradisional Kedonganan. Kepengelolaan Desa Adat
Kedongan telah berkordinasi dengan pemerintah terkait rencana merenovasi total.
Perombakan dilakukan dengan penataan infrastruktur, parkir dan instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL), hingga penataan Gedung pasar. Tujuan utama dari kegiatan
renovasi pasar adalah menjadikan pasar ikan tradisional Kedonganan menjadi lebih
representatif, nyaman, asri dan higenis. Selain itu, renovasi dilakukan untuk menunjang
pertumbuhan pasar kedepannya sehingga pasar memiliki sistem pengelolaan
berkelanjutan.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu gagasan ideal mengembangan lokasi lahan
Pasar Ikan Tradisional Kedonganan sebagai fasilitas perdagangan memiliki citra atau
karakter yang bersih, asri, nyaman, higenis dan sadar akan keberlanjutan, serta
mendukung kegiatan pasar di kawasan minapolitan.
1.2 Latar Belakang Tema
Pasar Ikan Tradisional Kedonganan merupakan pusat ikan di wilayah selatan Pulau
Bali yang dikenal selaras dengan daya beli masyarakat serta kebutuhan industri. Selain
itu, pasar Kedonganan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
dari kelengkapan jenis ikan yang ditawarkan hingga jasa pengolahan setempat yang
semakin berkembang. Selain itu, pasar ini dikenal dengan hasil perikanan yang masih
segar dari produksi nelayan. Namun, Pasar Ikan Tradisional Kedonganan memerlukan
perombakan secara total untuk menunjang perkembangan pasar dan pertumbuhan baik
dari kebutuhan ikan, minat perdagangan dan konsumsi ikan. Merombak secara
keseluruhan mempertimbangan aspek pada infrastruktur, sistem parkir dan utilitas serta
keperluan pada aktivitas perdagangan. Sehingga pasar memiliki citra dengan lokalitas
yang kuat namun memiliki penataan yang modern dan memberikan aspek kenyamanan
pada aktivitas penjual dan pembeli.
Maka, pertimbangan pada penataan yang modern dapat membentuk gagasan baru
berupa Sustainable Traditional Fish Market yang mempertimbangkan sosial, ekologi
dan ekonomi. Nilai-nilai filosofis pada lokalitas setempat digunakan sebagai citra pada
bangunan. Sehingga pasar ikan tradisional Kedonganan memiliki wadah yang layak
bagi aktivitas jual-beli terhadap masyarakat setempat maupun wisatawan dan
pendatang. Selain itu, pasar memiliki identitas yang kuat sebagai landmark yang layak
dikunjungi.
1.5.1 Subjek pada bangunan diperuntukan pada pelaku aktivitas jual-beli, yaitu
pedagang, pembeli, dan nelayan
1.5.2 Objek pada bangunan meliputi fungsi primer dan sekunder. Fungsi primer
berupa aktivias jual beli ikan, pelelangan, cooling storage dan keperluan bahan
pengelolaan. Fungsi sekunder berorientasi pada keperluan pendukung yaitu jasa
pengelolaan, dapat berupa pembersihan dan pengasapan atau pemanggangan.
1.5.3 Jenis bangunan berupa Pasar tradisional dengan ketentuan tatanan pada standar
modern. Sehingga menciptakan kenyamanan pada seluruh pengguna.
1.5.4 Batasan Tema meliputi kecenderungan buruknya kualitas pasar dan infrastruktur
yang tidak memadai. Penyelesaian masalah menggunakan prinsip sustainable
traditional fish market dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan
ekologi serta mempertimbangkan lokalitas setempat.
1.5.5 Lokasi dipilih merupakan lokasi pasar lama yang terletak di Jalan Raya Pantai
Kedonganan, Desa Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung
– Bali. Pasar memiliki tempat yang strategis, yaitu dekat dengan Bandara,
Lokasi Wisata Mina Kedonganan, serta dekat ByPass Ngurah Rai yang
merupakan akses Kawasan Wisata Terpadu di Nusa Dua.
Lokasi Tapak
Redesain merupakan aktivitas menata ulang kembali atau melakukan perubahan dan
pembaruan terhadap sebuah bangunan. Re-desain Pasar Ikan Tradisional Kedonganan
merupakan menata ulang kembali secara menyeluruh pada bangunan dan
mempertimbangkan fungsi, ruang, dan aktivitas sebelumnya. Pasar merupakan tempat
terjadinya interaksi penjual dan pembeli. Akvitias jual-beli tersebut dilakukan dengan
cara tradisional, dimana interaksi tersebut terjadi secara langsung antara penjual dan
pembeli. Tujuan re-desain terhadap Pasar Ikan Tradisional Kedonganan adalah untuk
meningkatkan kualitas wadah atau tempat dalam beraktivitas jual-beli. Peningkatan
Kualitas yang dimaksud merupakan pasar yang memberikan kenyamanan kepada
penjual maupun pembeli. Adapun permasalahan-permasalahan utama pada desain yaitu:
Permasalahan Desain
No. Permasalahan Desain Kondisi Eksisting
1. Penataan kelompok usaha diluar hasil
produksi ikan masih tergolong kurang baik.
Pedagang yang menjual barang-barang
pendukung tidak pada satu zona, namun
bercampur antar pedagang.
2. Fasilitas bongkar muat hanya pada area
parkir. Tidak terdapat area khusus bongkar
muat. Hal ini mengakibatkan tingkat krodit
pada aktivitas jual-beli dan pelelangan. Selain
itu, distribuisi ikan dari nelayan ke penjual
seringkali terhambat. Selain itu, sirkulasi
kendaraan sering kali mengalami hambatan
3. Tata kelola bangunan yang tidak baik,
sehingga lingkungan yang tidak higenis,
kumuh, berbau dan sanitasi yang tidak baik.
Gambaran khusus merupakan uraian konteks pada tapak secara khusus, seperti
sejarah dan fungsi tapak, kondisi dan lingkungan eksisting tapak, kondisi iklim dan
geografis, serta kondisi bangunan eksisting
Kabupaten Badung sendiri sudah dikenal oleh masyarakat luas dengan daya
tarik pariwisatanya. Secara geografi lokasi kabupaten Badung terletak pada
koordinat 08°14’17”- 08°50’57”LS, 115°05’02”-115°15’09”BT. Batas-batas
wilayah Kabupaten Badung adalah Kabupaten Buleleng pada sisi utara,
Kabupaten Tabanan dan Bangli pada sisi Barat, Kabupaten Gianyar dan Kota
Denpasar pada sisi Timur. Penduduknya berjumlah 358.311 jiwa (2004)
dengan kepadatan 8.629,8 jiwa/km2. Secara administratif Kabupaten Badung
di bagi menjadi 6 kecamatan, yaitu: Kecamatan Petang, Mengwi, Abiansemal,
Kuta, Kuta Utara dan Kuta Selatan.
Desa Kedonganan
Penggerak utama ekonomi di Kawasan minapolitan merupakan suatu
kawasan yang memiliki keanekaragaman aktivitas ekonomi, perdagangan,
jasa, pelayanan, dan kesehatan. Karakteristik pada Kawasan ini adalah sentra
produksi dan usaha berbasis perikanan. Salah satunya adalah pasar, yaitu Pasar
Ikan Tradisional Ikan Kedonganan. Dalam Kawasan minapolitan, Pasar Ikan
Tradisional Kedonganan berada pada dua zona, yaitu zona peruntukan
perikanan (PL-1) dan zona Kawasan Perdagangan dan Jasa skala Wilayah (k-
1). Adapun ketentuan lain terkait kebutuhan yang dikembangkan atau
diperbarui pada Kawasan tersebut, yaitu pemangkalan perahu dan bangsal
nelayan tradisional, tempat pelelangan ikan dan penimbangan ikan, pangkalan
pendaratan ikan untuk kawasan perikanan tangkap dengan aktivitas bongkar
muat ikan dan pemasaran hasil ikan dengan rata-rata 2 ton perhari. Serta sarana
dan prasarana khusus agribisnis perikanan atau kawasan minapolitan meliputi
pasar khusus ikan, jasa dan perdagangan sarana produksi, dan cold storage.
D. Aksesibilitas tapak
Keberadaan tapak cukup dikenal oleh masyarakat, khususnya masyarakat
yang berprofesi di bidang pariwisata. Akses utama pada tapak melewati jalur
bypass Ngurah Rai yang menghubungkan Denpasar- Tol Bali Mandara-
Bandar Udara Ngurah Rai, dan Kawasan BTDC Nusa Dua. Jalur sekunder
menempuh ke lokasi tapak dapat ditempuh melalui Jalan uluwatu-Jalan
Pantai Kedonganan dan jalan Pasir Putih – Jalan Pantai Kedonganan.
Peta Aksesibilitas menuju tapak
BAB III
PROGRAM UMUM
3.1 Rencana Pembangunan
BAB IV
ASPEK BANGUNAN