Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

FAMILY MEDICINE
UPTD PUSKESMAS KOPELMA DARUSSALAM
BANDA ACEH
PERIODE 10 - 21 SEPTEMBER 2019

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menjalani Kepaniteraan Klinik


di SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

disusun oleh :

HILWA SALSABILA
1707101030016

Pembimbing:
dr. Oriza Savitri
dr. Dian Safira
dr. Zuhaira

SMF/BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


UPTD PUSKESMAS KOPELMA DARUSSALAM
PERIODE 10-21 SEPTEMBER 2019

Disusun Oleh:

Hilwa Salsabila
1707101030016

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Unsyiah
di UPTD Puskesmas Kopelma Darussalam
Banda Aceh

Disahkan Oleh :
Banda Aceh, 21 September 2019

Pembimbing I Pembimbing II Dokter Pembimbing III

dr. Oriza Savitri dr. Dian Safira dr. Zuhaira


NIP. 19840529 201412 2 001 NIP. 19841001 201412 2 002 NIP. 19850805 201412 2 001

Mengetahui

Kepala UPTD Puskesmas Kopelma Darussalam

dr. Amalia
NIP. 19800428 200101 2 014

Kepala Bagian Family Medicine

Rina Suryani Oktari, S.Kep., M.Si


NIP. 19831012 201404 2 001
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas


berkah dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas
Kedokteran Unsyiah di Puskesmas Kopelma Darussalam periode 10 – 21
September 2019.
Penyusunan laporan ini berdasarkan data-data yang ada, bimbingan dan
hasil pengamatan yang dilakukan di Puskesmas Kopelma Darussalam selama
mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Unsyiah.
Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada pembimbing
saya dr. Oriza Savitri, dr. Dian Safira, dr. Zuhaira, serta dr. Amalia sebagai
Kepala Puskesmas Kopelma Darussalam beserta seluruh staf yang telah banyak
membimbing saya mulai dari pelaksanaan tugas hingga pembuatan laporan ini,
juga kepada teman-teman dokter muda yang telah turut memberikan
kontribusinya berupa ide, semangat dan dukungan moral, tak lupa pula kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga semua tugas dapat dilaksanakan
dengan baik.
Saya menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa tulisan ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Banda Aceh, September 2019

Penulis
LAMPIRAN I
PROMOSI KESEHATAN
LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN (PENYULUHAN)
PERTOLONGAN PERTAMA PADA LUKA BAKAR
DI PUSKESMAS KOPELMA DARUSSALAM

I. PENDAHULUAN

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi.1 Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat
dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident, maupun
bencana alam.2 Anak yang baru belajar tidak merasa takut dan memiliki rasa ingin
tahu yang besar namun lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan
sehingga anak tersebut mudah mengalami luka bakar akibat ulahnya sendiri, oleh
karena itu anak beresiko tinggi mengalami cidera luka bakar.3
Pengetahuan ibu tentang penanganan luka bakar cenderung buruk hal ini
terjadi pada kebiasaan banyak orang yang memberikan pertolongan pertama pada
kasus luka bakar dengan mengoleskan pasta gigi, mentega, kecap, minyak, dan
masih banyak lagi anggapan dan kepercayaan seseorang yang selama ini diyakini
di masyarakat.3
Di Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan
dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga
terlatih dan terampil. Oleh karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola
oleh suatu tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik,
bedah thoraks, bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi,
rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi.4
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel
darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang
banyak elektrolit.5
II. NAMA KEGIATAN
Penyuluhan tentang pertolongan pertama pada luka bakar.

III. TUJUAN KEGIATAN


1. Menjelaskan tentang pengertian luka bakar.
2. Menjelaskan tentang derajat luka bakar.
3. Menjelaskan tentang pertolongan pertama pada luka bakar.

IV. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN


Kegiatan penyuluhan kesehatan ini dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Senin, 16 September 2019
Waktu : 08.30 wib s/d 09.00 wib
Tempat : Ruang tunggu poli umum UPTD Puskesmas
Kopelma Darussalam
Topik : Pertolongan pertama pada luka bakar

V. PESERTA KEGIATAN
Penyuluhan kesehatan ini diikuti oleh pasien dan keluarga pasien yang
datang ke Puskesmas Kopelma Darussalam.

VI. METODE PENYULUHAN


Adapun metode penyuluhan yang dilakukan yaitu dengan cara komunikasi
langsung kepada pasien dan keluarga pasien yang datang ke Puskesmas Kopelma
Darussalam dengan materi penyuluhan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan
memberi kesempatan interaksi tanya jawab sesudah materi penyuluhan selesai
disampaikan. Metode pada penyuluhan ini dilakukan melalui 3 tahap yaitu :
a. Tahap pengenalan dan penggalian pengetahuan peserta
Pada tahap ini, pemateri memperkenalkan diri dilanjutkan dengan
pertanyaan kepada peserta untuk menilai tingkat pengetahuan mengenai
pertolongan pertama pada luka bakar. Kemudian leaflet dibagikan kepada
peserta.
b. Penyampaian Materi dan Tanya Jawab
Pada tahap ini dilakukan penyampaian materi selama 10 menit yang
dijelaskan secara langsung dengan menggunakan alat bantu berupa leaflet
yang telah dibagikan pada tahap awal. Penyuluhan dilanjutkan dengan tanya
jawab kepada para peserta selama 5 menit.
c. Penutup
Setelah penyampaian materi, kegiatan penyuluhan ditutup oleh pemateri.

VII. MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Luka Bakar


Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.1
2. Derajat Luka Bakar
- Luka bakar grade I
a. Disebut juga luka bakar superficial
b. Mengenai lapisan luar kulit/epidermis
c. Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri.
- Luka bakar grade II
a. Mengenai dua lapisan terluar kulit
b. Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka
bakar grade I
c. Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka
d. Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang basah
e. Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3-9 minggu ( bila tidak terkena
infeksi), tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.
- Luka bakar grade III
a. Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen
b. Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan
pembuluh darah sudah hancur.
c. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan tulang.1
3. Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan
pasokan oksigen pada api yang menyala
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek
Torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi
oedem
c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas
menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi
berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas.
Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan
mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan
lebih dangkal dan diperkecil.
d. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas
karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung
pada luka bakar apapun.
e. Evaluasi awal, nilai derajat luka bakar.
f. Jika luka bakar derajat I, maka aliri dengan air dingin hingga dua puluh
menit, kemudian oleskan salap pelembab seperti salap aloe vera, vitamin E,
atau salap antibiotik lainnya, kemudian tutup longgar luka dengan kassa
steril. Berikan analgesik jika terdapat keluhan nyeri.
g. Luka bakar derajat II dan III, serta luka bakar listrik dan kimia, segera bawa
pasien ke layanan kesehatan terdekat.9
VIII. TANYA JAWAB DENGAN PESERTA
1. Apakah boleh luka bakar direndam di dalam ember air?

Jawab :
Boleh saja jika tidak ada air yang mengalir. Namun jika ada air
ayng mengalir, lebih baik dialirkan air yang mengalir. Hal ini dikarenakan,
pada air yang tidak mengalir atau air tampungan di ember atau bak,
beresiko adanya kuman atau kotoran.

2. Mengapa tidak boleh diberikan es batu?


Jawab :
Karena es batu memiliki suhu yang sangta dingin, sedangkan suhu
api panas. Dalam hal ini terdapat perbedaan suhu yang ekstrim yang
dapat mengakibatkan proses koagulasi dan kematian jarngan sehingga
dapat menghambat penyembuhan luka.
3. Bolehkah menggunakan madu sebagai salap?
Jawab:
Boleh. Dapat digunakan salap atau madu, krim aloe vera atau
apapun yang sifatnya melembapkan.

IX. PENUTUP
Penyuluhan telah dilakukan kepada pasien dan keluarga pasien yang
berada di Puskesmas Kopelma Darussalam dan dilakukan di ruang tunggu poli
umum UPTD Puskesmas Kopelma Darussalam saat pasien menunggu pelayanan.
Penyuluhan dilakukan dengan alat bantu leaflet diikuti sesi tanya jawab.
Tanggapan para peserta penyuluhan cukup baik dan antusias dalam mendengarkan
serta adanya beberapa peserta yang bertanya. Adapun harapan yang ingin dicapai
dengan adanya penyuluhan ini adalah peserta dapat mengetahui tentang
pentingnya penanganan awal yang tepat pada luka bakar untuk mencegah angka
kesakitan akibat luka bakar terutama luka bakar derajat ringan.
X. DAFTAR PUSTAKA

1. Jong, W. d. (2005). Luka Bakar. In W. d. Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2
(pp. 66-68). Jakarta: EGC.

2. Subari. (2015). UMPO. Retrieved september 6, 2019, from www.umpo.ac.id:


http://eprints.umpo.ac.id/1269/3/BAB%20I.pdf

3. Intansari. (2018). UMPO. Retrieved september 6, 2019, from ww.umpo.ac.id:


http://eprints.umpo.ac.id/3842/1/BAB%201.pdf

4. David, S. (2008). Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Surabaya:


Surabaya Plastic Surgery.

5. Becker, J. (2005). Essentials of Surgery. Philadephia: Elsevier.

6. Puspaningtyas, N. (2015, 5 15). IDAI. Retrieved september 6, 2019, from


www.idai.or.id: http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/pertolongan-pertama-pada-luka-bakar-ringan-sedang
XI. DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN

Gambar 1 :
Kegiatan Penyuluhan pertolongan pertama pada luka bakar di Puskesmas Kopelma
Darussalam
Gambar 2 :
Leaflet Penyuluhan pertolongan pertama pada luka bakar

Banda Aceh, 21 September 2019


Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Oriza Savitri dr. Dian Safitri


NIP. 19840529 201412 2 001 NIP. 19841001 201412 2 002

Mengetahui

Kepala UPTD Puskesmas Kopelma Darussalam

dr. Amalia
NIP. 19800428 200101 2 014
LAMPIRAN II
KEGIATAN KUNJUNGAN
RUMAH (HOME VISIT)
Berkas Pasien
LAPORAN KEGIATAN HOME VISIT I

KUNJUNGAN PERTAMA
I. Data Administrasi
Nama Fasillitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kopelma Darussalam
Nomor Rekam Medis 19.00532.1477994927
Tanggal Kunjungan 12 September 2019
Diisi oleh Hilwa Salsabila

II. Data Pasien 1


Nama Tn. B
Umur/Tanggal lahir 40 Tahun / 10 Maret 1974
Alamat Jln. Seroja, Ie Masen, Ulee Kareng –
Banda Aceh
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan SMP
Pekerjaan Pengemudi Becak
Status Perkawinan Sudah Menikah
Kunjungan yang ke Satu
Pengobatan Sebelumnya Lantus, Apidra, Seretide, Mecobalamin,
Curcuma,
Alergi Obat Tidak ada

III. Data Pelayanan


Anamnesis (dilakukan secara autoanamnesis)
Alasan Kedatangan/Keluhan Utama:
Sering pusing.
Keluhan Lain/Tambahan:
Tangan dan kaki kebas, mata terkadang kabur.
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:
Pasien dengan keluhan pusing yang dirasakan dalam beberapa hari
terakhir. Nyeri kepala hilang timbul, terutama pada saat pagi hari, keluhan
dirasakan sedikit berkurang apabila istirahat. Keluhan lainnya adalah kebas di
tangan dan kaki sejak setahun terakhir, terkadang pasien tidak menyadari kalau
sandal yang dipakai terlepas. Keluhan mata kabur terkadang dirasakan pasien.
Pasien juga sering merasa sesak jika melakukan aktivitas seperti berjalan 100
meter, menaiki tangga.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien memiliki riwayat darah manis yang mulai diketahui sejak 5 tahun
yang lalu. Pasien juga memiliki riwayat TBC 4 tahun yang lalu, saat ini
dinyatakan sembuh namun menderita sindrom obstruksi post tuberkulosis. Pasien
rutin kontrol di poli endokrin dan poli paru RSUDZA.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Pasien anak ke 2 dari 3 bersaudara. Pasien mengaku ayah pasien memiliki
riwayat DM. Riwayat hipertensi, asma, dan alergi disangkal.

Riwayat Pemakaian Obat


Pasien sedang mengonsumsi lantus dan apidra, mecobalamin, seretide,
curcuma.

Riwayat Kebiasaan Sosial


Pasien sehari-hari bekerja mengendarai becak. Pasien jarang melakukan
olah raga seperti jalan pagi dengan alasan cepat lelah. Selama ini pasien
mengkonsumsi makanan yang dibeli di warung, namun pasien jarang
menghabiskan makanannya karena tidak nafsu makan. Selama ini pasien
mengkonsumi sayur dan ikan. Pasien sudah membatasi makanan-makanan yang
memicu asam urat seperti bayam dan kacang-kacangan. Pasien memliki riwayat
merokok selama 20 tahun, sebanyak 1-1,5 bungkus per hari. Namun beberapa
tahun terakhir pasien sudah berhenti merokok.
Keadaan Lingkungan Rumah dan Sekitarnya
Pasien tinggal di rumah yang berjarak sekitar ± 5 km dari pukesmas.
Bangunan rumah dari kayu dengan lantai dari semen, bagian antar ruangan rumah
disekat-sekat dengan teriplek. Rumah tampak bersih dan rapi. Halaman rumah
cukup luas dan terawat. Kawasan rumah pasien tidak padat, ventilasi baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan umum, tanda vital, dan status gizi
KU : Baik TD : 120/70 mmHg BB : 42 Kg
Nadi: 88x/menit TB : 165 cm
RR: 20x/menit IMT : 15,4 kg/m2
Suhu : 36,70C (aksila) Status Gizi : sangat kurus

b. Status Generalis
Kepala
Mata : Cekung (-/-) sklera ikterik (-/-), konjungtiva palpebra inferior
pucat (-/-)
THT : dalam batas normal
Paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Perkusi : Batas kiri jantung di linea midclavicula sinistra 1 cm ke latareal
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (Normal)
Ekstremitas : CRT < 2 detik
Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - - -
Ikterik - - - -
e. Pemeriksaan Laboratorium
(23 April 2019)
-Hb: 11,3 mg/dL
-Leukosit 11.300 mg/dL
-KGD: 173 gr/dL
-Asam urat: 9,8 mg/dL

IV. Diagnosis Holistik


1. Aspek Personal :
Pasien dengan keluhan nyeri kepala yang dirasakan dalam beberapa hari
terakhir. Nyeri kepala hilang timbul, memberat terutama di pagi hari, keluhan
dirasakan sedikit berkurang apabila istirahat. Keluhan lainnya pasien sering kebas
dan mata kabur. Pasien juga cepat lelah saat beraktivitas. Pasien mengaku tidak
nafsu makan beberapa bulan terakhir. Pasien rutin kontrol ke poli endokrin dan
poli paru RSUDZA.

2. Aspek Klinik :
DM tipe 2 + sindrom obstruksi post tuberkulosis

3. Aspek Risiko Internal :


Ayahnya memiliki riwayat DM, dimana hal tersebut menjadi salah satu
faktor resiko yang tidak dapat diubah pada penyakit DM. Selain itu, pasien
mengaku jarang berolahraga dan memiliki riwayat merokok dengan indeks
Brinkman 18x20= 360 (perokok sedang). Kedua hal tersebut menjadi fakor resiko
yang dapat diubah.

4. Aspek Resiko Eksternal :


Pasien hanya tinggal dengan istri dan kedua anak pasien. Pasien bekerja
namun tidak setiap hari karena kondisi terkadang kurang fit. Selain itu pasien juga
tidak selera makan, yang mana intake nutrisi yang kurang adekuat ini dapat
memperlambat perbaikan penyakit pasien.

5. Derajat Fungsional :
Derajat 1 yaitu tidak mengalami kesulitan apapun dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
6. Genogram

Keterangan :
: Pasien
: Laki-laki meninggal dengan riwayat DM
: Wanita meninggal
c
: Wanita meninggal dengan riwayat hipertensi
c
: Laki-laki meninggal
: Laki-laki hidup
: Wanita hidup
: Tinggal Serumah

V. Rencana Penatalaksanaan Pasien


1. Health Promotion
Untuk mendukung tatalaksana pada pasien ini, dilakukan pendekatan
melalui promosi kesehatan. Pendekatan dilakukan dengan memberikan gambaran
penyakit yang diserita pasien (DM dan SOPT) dan mengedukasi untuk
membiasakan pola hidup bersih dan sehat. Jelaskan pada pasien bahwa
penyakitnya tidak bisa sembuh namun dapat dikontrol dengan minum obat teratur.
Pasien dianjurkan memperbanyak asupan makanan bergizi seimbang dan tinggi
protein untuk menunjang kesehatan paru, indeks glikemik rendah untuk DM, dan
rendah purin untuk menurunkan kadar asam urat.
Pasien sebaiknya melakukan pengukuran kadar gula darah secara rutin.
Pasien disarankan untuk berolahraga seperti jalan kaki di pagi hari selama 30
menit perhari sebanyak 2-3 kali/minggu, diharapkan dapat menambah kebugaran
dan memperbaiki metabolisme tubuh. Hal ini dilakukan untuk mengontrol
penyakit yang diderita pasien sehingga mengurangi morbiditas dan mortalitas
pada pasien.

2. Spesific Protection
Pasien disarankan untuk memakai sandal di dalam rumah untuk mencegah
terjadinya trauma di kaki pasien karena kaki pasien kebas dan sering mati rasa.
Melakukan pemeriksaan funduskopi, EKG dan fungsi ginjal secara berkala,
melakukan penimbangan BB setiap bulan. Jika terdapat gejala seperti lemas, sakit
kepala, gangguan penglihatan pasien dianjurkan segera memeriksakan kesehatan
ke puskesmas.

3. Prompt Treatment
Lantus, apidra, seretide, mecobalamin, curcuma.

4. Disability Limitation
Pasien saat ini tidak memiliki keterbatasan kemampuan dalam beraktifitas
(Disability Limitation).

5. Rehabilitasi
Pasien saat ini tidak memerlukan rehabilitasi.
Pasien 2

I. Data Pasien
Nama Ny. Y
Umur 31 tahun / 28 Agustus 1984
Alamat Jln. Seroja, Ie Masen, Ulee Kareng
– Banda Aceh
Jenis Kelamin Perempuan
Agama Islam
Pendidikan SMA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan Sudah Menikah
Kunjungan yang ke 1
Pengobatan Sebelumnya -
Alergi Obat -

II. Data Pelayanan


1. Anamnesis (dilakukan secara autoanamnesis)
Keluhan Utama
Pasien tidak ada keluhan saat kunjungan dilakukan.
Keluhan Tambahan
Pasien saat ini tidak memiliki keluhan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien saat ini tidak memiliki keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah berobat ke RSUDZA karena terdapat benjolan di punggung
kaki kanan, oleh dokter disarankan untuk dioperasi namun pasien tidak berani
untuk operasi. Hipertensi dan Diabetes Melitus tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu kandung pasien menderita hipertensi, Diabetes Melitus, dan Alergi
disangkal.
Riwayat penggunaan obat
Tidak ada.
Riwayat Kebiasaan Sosial
Ny. Y adalah suami Tn. B, selama ini bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga.
Aktivitas sehari-hari tergolong sedang, pasien setiap hari menyapu, mengepel,
mencuci pakaian, dan mengurus seorang anak berusia 4 tahun. Pasien memiliki
pola makan teratur, tidur cukup.
Riwayat Reproduksi
Pasien mengalami menarche pada usia 14 tahun. Jadwal menstruasi
teratur, lama 5-6 hari, nyeri menstruasi tidak dikeluhkan oleh pasien. Pasien hamil
dan melahirkan dua kali, tidak pernah mengalami keguguran. Anak pertama lahir
cukup bulan secara normal di Rumah Sakit Ibu dan Anak dengan berat badan lahir
3400 gram. Anak kedua lahir cukup bulan secara normal di Rumah Sakit Ibu dan
Anak dengan berat badan lahir 3200 gram.

PEMERIKSAAN FISIK
KU : Baik TD : 120/80 mmHg BB : 65 Kg
Nadi:82x/menit TB : 157 cm
RR:18x/menit IMT : 26,3 kg/m2
Suhu : 36,80C (aksila) Status Gizi : Normoweight
STATUS GENERALIS
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
THT : dbn
Paru : dada simetris
Auskultasi Vesikuler (normal/normal)
Rhonki (-/-)
Wheezing (-/-)
Jantung : bising jantung (-)
Ekstremitas : sianosis perifer (-/-), CRT < 2 detik
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), striae (-)
Auskultasi : peristaltik dbn
Palpasi : pembesaran organ (-), undulasi (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : dbn

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN HOLISTIK
Aspek personal :
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Saat ini pasien tidak
memiliki keluhan apapun.
Aspek klinik:
Diagnosis klinis : Baik
Diagnosis psikologis : Baik
Diagnosis intelektual : Baik
Diagnosis sosial : Baik
Diagnosis nutrisi : Normal

Aspek risiko internal:


Ibu pasien menderita hipertensi. Pasien suka mengkonsumsi makanan siap
saji.

Aspek risiko eksternal:


Pasien sering membawa suaminya berobat ke rumah sakit, pasien juga
memiliki balita. Hal ini merupakan stresor psikis bagi pasien.

Derajat fungsional:
Derajat fungsional satu dimana pasien tidak mengalami kesulitan
melakukan aktivitas sehari-hari.

RENCANA PENATALAKSAAN PASIEN


1. Health promotion :
Untuk mendukung tatalaksana pada pasien ini, dilakukan pendekatan
melalui promosi kesehatan. Pendekatan ini dilakukan dengan memberikan
gambaran penyakit yang beresiko diderita pasien seperti hipertensi, serta
mengedukasi untuk membiasakan pola hidup bersih dan sehat. Hal ini dilakukan
untuk mencegah penyakit yang dapat timbul pada pasien jika pasien terus
menjalani pola hidup yang tidak sehat.

2. Specific protection:
Proteksi yang dapat dilakukan pada pasien ini adalah dengan pola hidup
bersih dan sehat untuk mengontrol kesehatan pasien. Hal ini dilakukan dengan
membatasi asupan makanan siap saji. Pasien juga diharuskan untuk rutin
berolahraga dan memeriksakan kesehatannya di puskesmas.

3. Prompt treatment:
Tidak ada

4. Disabillity limitation:
Pasien saat ini tidak memiliki keterbatasan kemampuan dalam beraktifitas
(Disability Limitation).

5. Rehabilitasi:
Pada pasien ini belum perlu untuk dilakukan rehabilitasi.
Pasien 3
I. Data Pasien
Nama An. MKM
Umur 4 tahun / 14 oktober 2015
Alamat Jln. Seroja, Ie Maseen, Ulee
Kareng– Banda Aceh
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan Belum sekolah
Pekerjaan Belum bekerja
Status Perkawinan Belum Menikah
Kunjungan yang ke 1
Pengobatan Sebelumnya -
Alergi Obat -
II. Data Pelayanan
1. Anamnesis (dilakukan secara autoanamnesis dan heteroanamnesis)
Keluhan Utama
Tidak ada
Keluhan Tambahan
Tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang
Tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu
Kejang demam, tonsillitis kronik
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien memiliki riwayat DM. Nenek dari ibu memiliki riwayat
hipertensi. Kakek dari ayah memiliki riwayat DM.
Riwayat Kebiasaan Sosial
Menurut ibu pasien, An. MKM sering jajan di luar dan suka minum es. Ia
juga aktif bermain dengan kawan-kawannya dan tidak dijumpai gangguan
bersosial.
Riwayat Imunisasi
An. MKM mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Baik Nadi: 92x/menit BB : 15 Kg
RR: 20x/menit TB : 97 cm
Suhu : 36,50C (aksila) Status Gizi : Gizi normal
Gambar 3. Kurva CDC BB/TB pada An. MKM
STATUS GENERALIS
Mata : Pupil isokor
Konjungtiva : Hiperemis (-), anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)
THT : Tonsil T3/T1, kripta melebar, detritus (-), hiperemis(-).
Paru : Dbn
Jantung : Dbn
Abdomen : Dbn
Punggung : Dbn
Ekstremitas : Dbn
Status neurologis : Dbn
C. Status lokalis
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I > BJ II, bising (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN HOLISTIK
Aspek personal :
Saat ini pasien tidak memiliki keluhan apapun.
Aspek klinik:
Diagnosis klinis : Baik
Diagnosis psikologis : Baik
Diagnosis intelektual : Baik
Diagnosis sosial : Baik
Diagnosis nutrisi : Normal
Aspek risiko internal:
Pasien memiliki riwayat diabetes dan hipertensi dikeluarganya. Pasien suka
minum es dan jajan diluar. Pasien juga memiliki riwayat kejang demam.
Aspek risiko eksternal:
Pasien tinggal di lingkungan yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan
siap saji.
Derajat fungsional:
Derajat fungsional satu (1) dimana pasien tidak mengalami kesulitan melakukan
aktivitas sehari-hari.

RENCANA PENATALAKSAAN PASIEN


1. Health promotion :

Untuk mendukung tatalaksana pada pasien ini, dilakukan pendekatan


melalui promosi. Pendekatan ini dilakukan dengan memberikan gambaran
penyakit yang beresiko diderita pasien diabetes melitus, hipertensi. Serta
mengedukasi untuk membiasakan pola hidup bersih dan sehat, tidak minum
es. Edukasi juga diberikan kepada ibu pasien agar dapat bersiaga ketika An.
MKM demam. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyakit yang dapat timbul
pada pasien.
2. Specific protection:
Proteksi yang dapat dilakukan pada pasien ini adalah dengan pola hidup
bersih dan sehat untuk mengontrol kesehatan pasien. Hal ini dilakukan
dengan membatasi asupan makanan yang manis dan dingin. Pasien juga
diharuskan untuk rutin berolahraga dan memeriksakan kesehatannya di
puskesmas.
3. Prompt treatment:
Tidak ada
4. Disabillity limitation:
Pasien saat ini tidak memiliki keterbatasan kemampuan dalam beraktifitas
(Disability Limitation).
5. Rehabilitasi:
Pada pasien ini belum perlu untuk dilakukan rehabilitasi.

KUNJUNGAN II (Selasa, 17 September 2019)


Pasien I : Tn. B

1. Follow Up
1. Keluhan
Keluhan nyeri kepala berkurang. Kebas dan mata kabur masih ada.
2. Keadaan umum, tanda vital dan status gizi
KU : Baik TD : 120/80 mmHg BB : 42 Kg
Nadi: 88x/menit TB : 165 cm
RR: 20x/menit IMT : 15,4 kg/m2
Suhu : 36,70C (aksila) Status Gizi : Sangat Kurus

Status Generalis
Kepala
Mata : Cekung (-/-) sklera ikterik (-/-), konjungtiva palpebra inferior
pucat (-/-)
THT : dalam batas normal
Paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Perkusi : Batas kiri jantung di linea midclavicula sinistra 1 cm ke latareal
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (Normal)
Ekstremitas
CRT < 2 detik, sianosis perifer (-) pucat (+)

Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada.

II. Diagnosis Holistik


1. Aspek Personal :
Keluhan nyeri kepala sudah berkurang. Namun keluhan kebas dan mata
kabur masih ada.
2. Aspek Klinik :
DM tipe 2+ sindroma obstruksi post tuberculosis
3. Aspek Risiko Internal :
Pasien sudah mulai menambah porsi makan, serta sudah berusaha untuk
makan makanan tinggi protein dan sumber zat besi. Pasien juga sudah mulai
membiasakan jalan kaki di pagi hari. Namun faktor resiko DM seperti ayah yang
memiliki riwayat DM tetap ada karena merupakan faktor resiko hipertensi yang
tidak dapat diubah.
4. Aspek Resiko Eksternal :
Pasien hanya tinggal dengan istri dan kedua anak pasien. Pasien bekerja
namun tidak setiap hari karena kondisi terkadang kurang fit. Selain itu pasien juga
tidak selera makan, yang mana intake nutrisi yang kurang adekuat ini dapat
memperlambat perbaikan penyakit pasien.
5. Derajat Fungsional :
Derajat fungsional satu (1) dimana pasien tidak mengalami kesulitan
melakukan aktivitas sehari-hari.

III. RencanaPenatalaksanaan Pasien


1. Health Promotion
Untuk mendukung tatalaksana pada pasien ini, dilakukan pendekatan
melalui promosi kesehatan. Pendekatan dilakukan dengan memberikan gambaran
penyakit yang diserita pasien (DM dan SOPT) dan mengedukasi untuk
membiasakan pola hidup bersih dan sehat. Jelaskan pada pasien bahwa
penyakitnya tidak bisa sembuh namun dapat dikontrol dengan minum obat teratur.
Pasien dianjurkan memperbanyak asupan makanan bergizi seimbang dan tinggi
protein untuk menunjang kesehatan paru, indeks glikemik rendah untuk DM, dan
rendah purin untuk menurunkan kadar asam urat.
Pasien sebaiknya melakukan pengukuran kadar gula darah secara rutin.
Pasien disarankan untuk berolahraga seperti jalan kaki di pagi hari selama 30
menit perhari sebanyak 2-3 kali/minggu, diharapkan dapat menambah kebugaran
dan memperbaiki metabolisme tubuh. Hal ini dilakukan untuk mengontrol
penyakit yang diderita pasien sehingga mengurangi morbiditas dan mortalitas
pada pasien.

2. Spesific Protection

Pasien disarankan untuk memakai sandal di dalam rumah untuk mencegah


terjadinya trauma di kaki pasien karena kaki pasien kebas dan sering mati rasa.
Melakukan pemeriksaan funduskopi, EKG dan fungsi ginjal secara berkala,
melakukan penimbangan BB setiap bulan. Jika terdapat gejala seperti lemas, sakit
kepala, gangguan penglihatan pasien dianjurkan segera memeriksakan kesehatan
ke puskesmas.

3. Prompt Treatment
Lantus, apidra, seretide, mecobalamin, curcuma.
4. Disability Limitation
Pasien saat ini tidak memiliki keterbatasan kemampuan dalam beraktifitas
(Disability Limitation).

5. Rehabilitasi
Pasien saat ini tidak memerlukan rehabilitasi.
IV. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengobatan
Faktor pendukung pengobatan yang terdapat pada pasien antara lain adalah :
 Pasien bersedia mengikuti saran dokter untuk mulai mengubah pola makan
dan menambah porsi makan. Pasien juga sudah mulai memakai sandal saat
berada di rumah.
 Pasien dan keluarganya termasuk kooperatif dalam hal hidup bersih dan
sehat.

Faktor penghambat pengobatan yang terdapat pada pasien antara lain adalah :
 Pasien belum memulai olahraga pagi, hal ini dikarenakan pagi hari pasien
mengantar anak ke sekolah.

Pasien II: Ny. Y

2. Follow Up
Keluhan
Tidak ada keluhan
Keadaan umum, tanda vital dan status gizi
KU : Baik TD : 120/80 mmHg BB : 65 Kg
Nadi:88 x/menit TB : 157 cm
RR: 20 x/menit IMT : 26,3 kg/m2
Suhu : 37,00C (aksila) Status Gizi : Normoweight
STATUS GENERALIS
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
THT : dbn
Paru : dada simetris
Auskultasi Vesikuler (normal/normal)
Rhonki (-/-)
Wheezing (-/-)
Jantung : bising jantung (-)
Ekstremitas : sianosis perifer (-/-), CRT < 2 detik
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), striae (-)
Auskultasi : peristaltik dbn
Palpasi : pembesaran organ (-), undulasi (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : dbn

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN HOLISTIK
Aspek personal :
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Saat ini pasien tidak
memiliki keluhan apapun.
Aspek klinik:
Diagnosis klinis : Baik
Diagnosis psikologis : Baik
Diagnosis intelektual : Baik
Diagnosis sosial : Baik
Diagnosis nutrisi : Normal

Aspek risiko internal:


Ibu pasien menderita hipertensi. Pasien suka mengkonsumsi makanan siap
saji.

Aspek risiko eksternal:


Pasien sering membawa suaminya berobat ke rumah sakit, pasien juga
memiliki balita. Hal ini merupakan stresor psikis bagi pasien.
Derajat fungsional:
Derajat fungsional satu dimana pasien tidak mengalami kesulitan
melakukan aktivitas sehari-hari.

RENCANA PENATALAKSAAN PASIEN


1. Health promotion :

Untuk mendukung tatalaksana pada pasien ini, dilakukan pendekatan


melalui promosi kesehatan. Pendekatan ini dilakukan dengan memberikan
gambaran penyakit yang beresiko diderita pasien seperti hipertensi, serta
mengedukasi untuk membiasakan pola hidup bersih dan sehat. Hal ini dilakukan
untuk mencegah penyakit yang dapat timbul pada pasien jika pasien terus
menjalani pola hidup yang tidak sehat.

2. Specific protection:

Proteksi yang dapat dilakukan pada pasien ini adalah dengan pola hidup
bersih dan sehat untuk mengontrol kesehatan pasien. Hal ini dilakukan dengan
membatasi asupan makanan siap saji. Pasien juga diharuskan untuk rutin
berolahraga dan memeriksakan kesehatannya di puskesmas.

3. Prompt treatment:
Tidak ada

4. Disabillity limitation:
Pasien saat ini tidak memiliki keterbatasan kemampuan dalam beraktifitas
(Disability Limitation).

5. Rehabilitasi:
Pada pasien ini belum perlu untuk dilakukan rehabilitasi.
IV. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengobatan
Faktor pendukung pengobatan yang terdapat pada pasien antara lain adalah :
 Pasien dan keluarganya termasuk kooperatif dalam hal hidup bersih dan
sehat.
Faktor penghambat pengobatan yang terdapat pada pasien antara lain adalah :
 Tidak ada faktor penghambat.
Dokumentasi

Gambar 6 : Home Visit

Gambar 7 : Rumah tampak dari depan


Banda Aceh, 21 September 2019
Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II Pembimbing III

dr. Dian Safitri dr. Zuhaira


dr. Oriza Savitri
NIP. 19841001 201412 2 002 NIP. 19850805 201412 2 001
NIP. 19840529 201412 2 001

Mengetahui

Kepala UPTD Puskesmas Kopelma Darussalam

dr. Amalia
NIP. 19800428 200101 2 014

Anda mungkin juga menyukai