Analisis Jaringan Pipa Di Kota Banyuasih
Analisis Jaringan Pipa Di Kota Banyuasih
Abstrak: Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan makhluk hidup, baik
manusia, hewan maupun tumbuhan. Oleh karena pentingnya air bersih untuk manusia,
penanganan akan pemenuhan air bersih telah dilakukan dengan berbagai macam cara, sesuai
dengan sarana dan prasarana yang ada. Di daerah kota sistem penyediaan dan pendistribusian
air bersih dilakukan dengan sistem perpipaan dan non-perpipaan. Praktikum dilaksanakan pada
hari Jumat, 6 September 2019 pada pukul 16.00–18.00 WIB. Praktikum dilakukan di
Laboratorium Analisis Struktur dan Infrastruktur, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan,
Institut Pertanian Bogor.perhitungan dikelompokkan terdiri dari 4 Loop. Loop 1 terdiri dari 13
pipa. Debit terbesar berada pada pipa 12 yang menghubungkan node m dan l, serta pipa 13 yang
menghubungkan node a dan m dengan debit sebesar 0,25266 m/detik. Loop 2 terdiri dari 11 pipa
dengan debit terbesar berada pada pipa 14 yang menghubungkan node j dan n dengan debit
sebesar 0,09279 m/detik. Loop 3 terdiri dari 10 node dengan debit tertinggi berada pada pipa 32
sebesar 0,15729 m/detik yang menghubungkan node d dan aa. Sementara itu, Loop 4 terdiri dari 9
pipa dengan debit terbesar berada pada pipa 24 sebesar 0,1173 m/detik yang menghubungkan
node v dan w. Nilai plus dan minus dari tiap perhitungan menunjukkan perbedaan arah aliran air.
Kata kunci: Distribusi, Hardy Cross, Loop, Node, Pipa
Abstract: Water is a very important requirement for the survival of living things, both humans,
animals and plants. Because of the importance of clean water for humans, the handling of the
fulfillment of clean water has been carried out in various ways, in accordance with existing
facilities and infrastructure. In urban areas the system for the supply and distribution of clean
water is carried out by piping and non-piping systems. The practicum was held on Friday,
September 6, 2019 at 16.00-18.00 WIB. The practicum was conducted at the Structure and
Infrastructure Analysis Laboratory, Department of Civil and Environmental Engineering, Bogor
Agricultural University. The calculations were grouped into 4 loops. Loop 1 consists of 13 pipes.
The biggest discharge is in pipe 12 connecting nodes m and l, and pipe 13 connecting nodes a and
m with a discharge of 0.25266 m / sec. Loop 2 consists of 11 pipes with the largest discharge in
pipe 14 connecting nodes j and n with a discharge of 0.09279 m / sec. Loop 3 consists of 10 nodes
with the highest discharge in pipe 32 of 0.15729 m / sec connecting nodes d and aa. Meanwhile,
Loop 4 consists of 9 pipes with the largest discharge in pipe 24 of 0.1173 m / sec connecting nodes
v and w. The plus and minus values of each calculation show the different direction of water flow.
Keywords: Distribution, Hardy Cross, Loop, Node, Pipe
PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan makhluk hidup,
baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Setiap aktivitas manusia mutlak
membutuhkan air bersih. Oleh karena itu, air harus tetap tersedia dalam kualitas
dan kuantitas yang memadai untuk digunakan. Selain itu, perlu adanya
penyediaan air bersih yang secara kualitas memenuhi standar yang berlaku dan
secara kuantitas maupun kontinuitas harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
di suatu wilayah sehingga aktivitas dapat berjalan dengan baik (Young 2011).
Kebutuhan air bersih menurut SNI 19-6728.1-2002 mengenai Penyusunan
Neraca Sumber Daya Spasial, penduduk di perkotaan membutuhkan 120
liter/orang/hari dan untuk penduduk di perdesaan membutuhkan 60
liter/orang/hari. Oleh karena pentingnya air bersih untuk manusia, penanganan
akan pemenuhan air bersih telah dilakukan dengan berbagai macam cara, sesuai
dengan sarana dan prasarana yang ada. Di daerah kota sistem penyediaan dan
pendistribusian air bersih dilakukan dengan sistem perpipaan dan non-perpipaan.
Sistem distribusi air merupakan suatu jaringan perpipaan yang tersususn atas
sistem pipa, pompa, resevoir dan perlengkapan lainnya. Sistem penyediaan air
bersih seringkali mengalami masalah dalam hal debit maupun tekanan yang
berkaitan dengan kriteria hidrolisis yang harus dipenuhi dalam sistem pengaliran
air bersih (Indrawan et al 2014).
Salah satu solusi persoalan kebutuhan air bersih adalah dengan membangun
instalasi pengolahan air minum. Air dapat diambil dari sumber air yang bersih
maupun sumber air yang memerlukan treatment terlebih dahulu agar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Kemudian air bersih dapat ditampung di sebuah
tempat yang disebut reservoir. Beberapa masalah yang timbul dalam pemenuhan
kebutuhan air adalah jumlah atau ketersediaan sumber air, pengolahan sumber air,
posisi atau letak sumber air, sistem pendistribusian dan sistem operasional dan
pemeliharaaan yang berkelanjutan (Tuames et al 2015).
Perencanaan jaringan distribusi air bersih harus memperhatikan beberapa hal,
seperti topografi, jalur pipa, dan struktur tanah. Karena perencanaan jaringan
harus optimal atau tidak mengakibatkan materi serta waktu yang terbuang sia-sia.
Tahapan awal pengerjaan jaringan distribusi air bersih pada lokasi dilakukan
dengan melihat kondisi topografi wilayah. Dengan memperhatikan topografi,
pengaliran air dapat diprediksi menggunakan pompa atau tidak. Apabila terlalu
banyak menggunakan pompa, maka memungkinakan akan mengakibatkan banyak
membutuhkan investasi dan energi. Analisis topografi dapat memudahkan dalam
perletakan reservoir, tandon, junction, dan pipa (Linsley dan Yoseph 1996).
Jaringan pipa harus direncanakan secara detail, seperti perencanaan jalur,
percabangan atau node, elevasi, dan diameter pipa berdasarkan debit distribusi air.
Oleh karena itu, dalam praktikum ini akan dilakukan perencanaan jalur dengan
memperhatikan elevasi dan daerah pelayanan serta debit jam puncak. Selain itu
direncanakan juga diameter setiap pipa antar node dengan menggunakan metode
Hardy Cross agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk Banyuasih.
METODOLOGI
Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat, 6 September 2019 pada pukul 16.00–
18.00 WIB. Praktikum dilakukan di Laboratorium Analisis Struktur dan
Infrastruktur, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan bahan yang digunakan antara lain laptop yang dilengkapi perangkat
lunak Microsoft Excel, serta sketsa jaringan perpipaan di Kota Banyuasih.
Praktikum ini dilakukan dengan menghitung panjang pipa, elevasi, dan ,
kemudian menghitung debit yang dibutuhkan pada setiap pipa dari node ke node
lainnya menggunakan metode hardy-cross. Prosedur pelaksanaan praktikum
secara rinci dapat dilihat pada Gambar 1.
Mulai
Data debit yang masuk, panjang pipa, dan diameter pipa dimasukkan
ke dalam excel
Dihitung nilai:
8𝑓𝐿
𝐾= 𝜋2 𝑔𝐷 5
..................................................... (1)
Σ 𝑙𝑜𝑜𝑝 𝑘 𝐾 𝑄𝑖 |𝑄𝑖 |
∆𝑄𝑘 = − 2 Σ 𝑙𝑜𝑜𝑝 𝑘 𝐾 |𝑄𝑖 |
................................(2)
Dibuat iterasi, dengan nilai debit pipa diganti dengan hasil debit tiap
iterasi
Selesai
SIMPULAN
Loop 1 terdiri dari 13 pipa. Debit terbesar berada pada pipa 12 yang
menghubungkan node m dan l, serta pipa 13 yang menghubungkan node a dan m
dengan debit sebesar 0,25266 m/detik. Loop 2 terdiri dari 11 pipa dengan debit
terbesar berada pada pipa 14 yang menghubungkan node j dan n dengan debit
sebesar 0,09279 m/detik. Loop 3 terdiri dari 10 node dengan debit tertinggi berada
pada pipa 32 sebesar 0,15729 m/detik yang menghubungkan node d dan aa.
Sementara itu, Loop 4 terdiri dari 9 pipa dengan debit terbesar berada pada pipa
24 sebesar 0,1173 m/detik yang menghubungkan node v dan w. Nilai plus dan
minus dari tiap perhitungan menunjukkan perbedaan arah aliran air.
Daftar Pustaka
[BSN]Badan Standardisasi Nasional. SNI 19-6728. 1-2002 tentang Penyusunan
Neraca Sumber Daya Air Spasial. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Amin MB. 2011. komputasi analisis hidraulika jaringan pipa air minum. Di
dalam: Seminar Nasional Kebumian. Jakarta (ID): Universitas Sriwijaya. 19-
29.
Arsyad M. 2016. Perencanaan system perpipaan air lembah kawasan pemukiman
penduduk. Jurnal Ilmiah Media Engineering. 6(1):406-412.
Indrawan I, Syahrizal dan Purba S M F. 2014. Analisis jaringan sistem distribusi
air bersih pada Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. Jurnal Teknik Sipil
USU. 3(3): 18-30.
Kurniawan A, Priyanto A, Suripin, Salamun. 2014. Perencanaan sistem
penyediaan air bersih PDAM Kota Salatiga. Jurnal Karya Teknik Sipil. 3(4):
985-994.
Linsley RK, Yoseph BF. 1996. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta(ID) : Erlangga.
Masombe N, Halim F, Binilang A. 2015. Perencanaan sistem pelayanan air bersih
di Kelurahan Bonkawir Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Jurnal
Sipil Statik. 3(11): 775-786.
Rivai Y, Masduki A, Marsono BD. 2006. Evaluasi sistem distribusi dan rencana
peningkatan pelayanan air bersih PDAM Kota Gorontalo. Jurnal SMARTek.
4(2): 126-134.
Tuames GYK, Bunganaen W, Utomo S. 2015. Perencanaan teknis jaringan
perpipaan air bersih dengan sistem pengaliran pompa di Desa Susulaku
Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah Utara. Jurnal Teknik Sipil. 4(1):
1-16.
Young MD. 2011. Water Investing in Natural Capital. Nairobi (KN) : United
Nations Environment Development.
Lampiran 1 Hasil perhitungan Hardy-Cross
Pipa Nomor L v
Dla Qi
Nomo Node pad Qi (0,6-
Loo p Koreksi
r a Li (m) A (m2) (ltr/dtk 3)
p (cm (m3/dtk
Dari Ke Peta ) m/dt
) )
(cm) k
3680 0,07997 -
1
a b 3,2 0 2 350 -149,8 0,15994 2
4140 0,07997 -
2
b c 3,6 0 2 350 -149,8 0,15994 2
4830 0,06707 -
3
c d 4,2 0 2 300 -124 0,13414 2
2300 0,06009 -
4
d e 2 0 6 250 -89,5 0,12019 2
2530 0,04704 -
5
e f 2,2 0 6 250 -63,4 0,09409 2
2990 0,03409 -
6
f g 2,6 0 6 200 -37,5 0,06819 2
2875 0,02739 -
1 7
g h 2,5 0 6 150 -24,1 0,05479 2
2300 0,03281 0,06562
8
i h 2 0 3 150 20,3 5 2
2070 0,04801 0,09602
9
j i 1,8 0 3 200 50,7 5 2
2415 0,09597 0,19195
10
k j 2,1 0 8 400 202,1 6 2
4140 0,11057 0,22115
11
l k 3,6 0 8 400 231,3 6 2
2070 0,12632 0,25265
12
m l 1,8 0 8 450 262,8 6 2
2070 0,12632 0,25265
13
a m 1,8 0 8 450 262,8 6 2
2300 0,03281 0,06562
8
i h 2 0 2 150 -20,3 4 2
2070 0,04801 0,09602
9
j i 1,8 0 2 200 -50,7 4 2
3795 0,04639 -
14
j n 3,3 0 6 350 151,4 0,09279 2
3105 0,02914 -
15
n o 2,7 0 6 300 121 0,05829 2
2
4945 0,01609 -
16
o p 4,3 0 6 300 98,4 0,03219 2
6555 0,00314 -
17
p q 5,7 0 6 250 67,1 0,00629 2
4600 0,00355 0,00710
18
q r 4 0 4 200 36,2 7 2
4600 0,02575 0,05150
19
r s 4 0 4 50 2,5 7 2
4140 0,02711 -
20
t s 3,6 0 3 50 -2,5 0,05423 2
4485 0,01406 -
21
u t 3,9 0 3 100 -10,8 0,02813 2
3910 0,00111 -
22
h u 3,4 0 3 150 -26,6 0,00223 2
2300 0,06009 -
4
d e 2 0 6 250 89,5 0,12019 2
2530 0,04704 -
5
e f 2,2 0 6 250 63,4 0,09409 2
2990 0,03409 -
6
f g 2,6 0 6 200 37,5 0,06819 2
2875 0,02739 -
7
g h 2,5 0 6 150 24,1 0,05479 2
4025 0,02686 -
23
h v 3,5 0 9 150 17,8 0,05374 2
3
2070
24
v w 1,8 0 0,05865 100 5 -0,1173 2
4830 0,03445 -
29
cc w 4,2 0 5 100 -13,2 0,06891 2
5635 0,01225 -
30
bb cc 4,9 0 5 150 -25,4 0,02451 2
1955 0,00294
31
aa bb 1,7 0 5 150 -25,4 0,00589 2
4140 0,07864
32
d aa 3,6 0 5 150 -34,5 0,15729 2
4140 0,02711 -
20
t s 3,6 0 3 50 2,5 0,05423 2
4485 0,01406 -
21
u t 3,9 0 3 100 10,8 0,02813 2
3910 0,00111 -
22
h u 3,4 0 3 150 26,6 0,00223 2
4025 0,02686 -
23
h v 3,5 0 9 150 -17,8 0,05374 2
2070
4 24
v w 1,8 0 0,05865 100 -5 -0,1173 2
4025 0,03616 -
25
w x 3,5 0 1 150 -18,2 0,07232 2
4255 0,02946 -
26
x y 3,7 0 1 150 -18,2 0,05892 2
2530 0,00726 -
27
y z 2,2 0 1 150 -18,2 0,01452 2
0,00793 0,01587
28
s z 0,6 6900 9 100 5 8 2