Anda di halaman 1dari 3

̊̊ ̊ Sejarah Ilmu Matematika ̊⊘

October 29th, 2009 | Author: Dimas Dwi Angen Saputra

Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά – mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur,
ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas. Para matematikawan
mencari pola dan dimensi-dimensi kuantitatif lainnya, berkenaan dengan bilangan, ruang, ilmu
pengetahuan alam, komputer, abstraksi imajiner, atau entitas-entitas lainnya.  Dalam pandangan
formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak
menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filsafat
matematika. Para matematikawan merumuskan konjektur dan kebenaran baru melalui deduksi
yang menyeluruh dari beberapa aksioma dan definisi yang dipilih dan saling bersesuaian.

Euclid, matematikawan Yunani, abad ke-3 SM, seperti yang dilukiskan oleh Raphael di dalam
detail ini dari The School of Athens.

Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika hadir secara objektif di alam
menurut kemurnian logikanya, atau apakah objek-objek itu buatan manusia dan terpisah dari
kenyataan. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai “ilmu yang
menggambarkan simpulan-simpulan yang penting”.  Albert Einstein, di pihak lain, menyatakan
bahwa “sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan
sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan.”

Melalui penggunaan abstraksi dan penalaran logika, matematika dikembangkan dari pencacahan,
penghitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematik terhadap bentuk dan gerak objek-objek
fisika. Pengetahuan dan penggunaan matematika dasar selalu menjadi sifat melekat dan bagian
utuh dari kehidupan individual dan kelompok. Pemurnian gagasan-gagasan dasar dapat diketahui
di dalam naskah-naskah matematika yang bermula di dunia Mesir kuno, Mesopotamia, India,
Cina, Yunani, dan Islam. Argumentasi kaku pertama muncul di dalam Matematika Yunani,
terutama di dalam buku Euclid, Unsur-Unsur. Pengembangan berlanjut di dalam ledakan yang
tidak menenteramkan hingga periode Renaisans pada abad ke-16, ketika pembaharuan
matematika berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru, mengarah pada percepatan penelitian
yang menerus hingga Kini.

Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk
ilmu pengetahuan alam, rekayasa, medis, dan ilmu pengetahuan sosial seperti ekonomi, dan
psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan
matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan
matematika baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang
sepenuhnya baru. Para matematikawan juga bergulat di dalam matematika murni, atau
matematika untuk perkembangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan di dalam
pikiran, meskipun penerapan praktis yang menjadi latar munculnya matematika murni ternyata
seringkali ditemukan terkemudian.

Secara umum, semakin kompleks suatu gejala, semakin kompleks pula alat (dalam hal ini jenis
matematika) yang melalui berbagai perumusan (model matematikanya) diharapkan mampu
untuk mendapatkan atau sekadar mendekati penyelesaian eksak seakurat-akuratnya. Jadi, tingkat
kesulitan suatu jenis atau cabang matematika bukan disebabkan oleh jenis atau cabang
matematika itu sendiri, melainkan disebabkan oleh sulit dan kompleksnya gejala yang
penyelesaiannya diusahakan dicari atau didekati oleh perumusan (model matematikanya) dengan
menggunakan jenis atau cabang matematika tersebut. Sebaliknya berbagai gejala fisika yang
mudah diamati, misalnya jumlah penduduk di seluruh Indonesia, tidak memerlukan jenis atau
cabang matematika yang canggih. Kemampuan aritmetika sudah cukup untuk mencari
penyelesaian (jumlah penduduk) dengan keakuratan yang cukup tinggi.

Kata “matematika” berasal dari Yunani μάθημα (máthēma), yang berarti pengkajian,
pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi “pengkajian
matematika”, bahkan demikian juga pada zaman kuno. Kata sifatnya adalah μαθηματικός
(mathēmatikós), berkaitan dengan pengkajian, atau tekun belajar, yang lebih jauhnya berarti
matematis. Secara khusus, μαθηματικὴ τέχνη (mathēmatikḗ tékhnē), di dalam bahasa Latin ars
mathematica, berarti seni matematika.

Bentuk jamak sering dipakai di dalam bahasa Inggris, seperti juga di dalam bahasa Perancis les
mathématiques (dan jarang digunakan sebagai turunan bentuk tunggal la mathématique),
merujuk pada bentuk jamak bahasa Latin yang cenderung netral mathematica (Cicero),
berdasarkan bentuk jamak bahasa Yunani τα μαθηματικά (ta mathēmatiká), yang dipakai
Aristotle, yang terjemahan kasarnya berarti “segala hal yang matematis”. Tetapi, di dalam bahasa
Inggris, kata benda mathematics mengambil bentuk tunggal bila dipakai sebagai kata kerja. Di
dalam ragam percakapan, matematika kerap kali disingkat sebagai math di Amerika Utara dan
maths di tempat lain.

Cakupan pengkajian yang disebut sebagai sejarah matematika adalah terutama berupa
penyelidikan terhadap asal muasal temuan baru di dalam matematika, di dalam ruang lingkup
yang lebih sempit berupa penyelidikan terhadap metode dan notasi matematika baku di masa
silam.

Evolusi matematika dapat dipandang sebagai sederetan abstraksi yang selalu bertambah banyak,
atau perkataan lainnya perluasan pokok masalah. Abstraksi pertama, yang dibagi oleh banyak
binatang[10], adalah tentang bilangan: pernyataan bahwa dua apel dan dua jeruk (sebagai
contoh) memiliki jumlah yang sama.

Selain mengetahui cara cacah objek-objek fisika, manusia prasejarah juga mengenali cara
mencacah besaran abstrak, seperti waktu — hari, musim, tahun. Aritmetika dasar (pertambahan,
perkurangan, perkalian, dan perbagian) mengikuti secara alami.

Langkah selanjutnya memerlukan penulisan atau sistem lain untuk mencatatkan bilangan,
semisal tali atau dawai bersimpul yang disebut quipu dipakai oleh bangsa Inca untuk menyimpan
data numerik. Sebelum zaman modern dan pengetahuan mendunia, contoh-contoh tertulis dari
pengembangan matematika yang baru telah mencapai kemilaunya hanya di beberapa tempat.
Sistem bilangan ada banyak dan bermacam-macam, bilangan tertulis yang pertama diketahui ada
di dalam naskah warisan Mesir Kuno di Kerajaan Tengah Mesir yaitu Lembaran Matematika
Rhind (1650 SM). Peradaban lembah Indus mengembangkan sistem desimal modern, termasuk
konsep nol. Tulisan matematika terkuno lainnya yang pernah ditemukan adalah Plimpton 322
(Matematika Babilonia yang berangka tahun 1900 SM), Lembaran Matematika Moskow
(Matematika Mesir yang berangka tahun 1850 SM), dan Shulba Sutra (Matematika India yang
berangka tahun 800 SM). Semua tulisan yang bersangkutan memusatkan perhatian kepada apa
yang biasa dikenal sebagai Teorema Pythagoras, yang kelihatannya sebagai hasil pembangunan
matematika yang paling kuno dan tersebar luas setelah aritmetika dasar dan geometri.

Sistem bilangan Maya

Dari permulaan sejarah tercatat, disiplin-disiplin utama di dalam matematika muncul karena
kebutuhan perhitungan yang berkaitan dengan pajak dan dagang, untuk memahami keterkatitan
antarbilangan, untuk pengukuran tanah, dan untuk meramal peristiwa astronomi. Kebutuhan ini
secara garis besar dapat dikaitkan dengan cabang-cabang besar matematika yang mengkaji
besaran, struktur, ruang, dan perubahan.

Matematika sejak saat itu segera berkembang luas, dan terdapat interaksi bermanfaat antara
matematika dan sains, menguntungkan kedua belah pihak. Penemuan-penemuan matematika
dibuat sepanjang sejarah dan berlanjut hingga kini. Menurut Mikhail B. Sevryuk, pada Januari
2006 terbitan Buletin Masyarakat Matematika Amerika, “Banyaknya makalah dan buku yang
dilibatkan di dalam basis dataMathematical Reviews sejak 1940 (tahun pertama beroperasinya
MR) kini melebihi 1,9 juta, dan melebihi 75 ribu artikel ditambahkan ke dalam basis data itu tiap
tahun. Sebagian besar karya di samudera ini berisi teorema matematika baru beserta bukti-
buktinya.

Anda mungkin juga menyukai