BIOKIMIA
Disusun oleh :
KELOMPOK 5
Dewi Lestari
Munandar
Mutia Rahmi
Nina Maulida
Siti Zubaidah
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah :
1. Identifikasi beberapa asam amino melalui uji ninhidrin, uji biuret, uji xantoprotein
dan uji Hopkins-cole.
2. Menguji kelarutan protein dalam beberapa pereaksi.
II.
Konsep Dasar
Menurut Poedjiadi (2007:108), Prinsip uji Hopkins-cole adalah kondensasi inti indol
dengan aldehid jika terdapat asam kuat yang menyebabkan terbentuknya cincin ungu pada
bidang batas. Reaksi tersebut hanya akan berhasil jika ada oksidator kuat, seperti senyawa
H2SO4. Fungsi penambahan asam sulfat ini adalah sebagai oksidator agar terbentuk cincin
ungu pada larutan sampel.
Uji xantoprotein merupakan uji untuk menunjukkan adanya inti benzene (cincin fenil)
pada suatu sampel protein. Dalam uji xantoprotein, inti benzene akan ternitrasi oleh asam
nitrat pekat membentuk turunan nitrobenzene berwarna kuning tua. Pada suasana basa
(ditambahkan larutan basa), uji xantoprotein akan mengubah kompleks warna kuning tua
pada sampel menjadi warna orange (Girindra, 1986).
Menurut Fessenden (1997:134), Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptide yang
terbentuk pada pemanasan dua molekul urea. Uji biuret digunakan untuk mengetahui adanya
ikatan peptide pada sampel protein. Dalam suasana basa (penambahan NaOH), ion Cu 2+ yang
berasal dari pereaksi biuret (CuSO4) akan bereaksi dengan gugus CO dan NH dari rantai
peptide yang menyusun protein membentuk kompleks berwarna violet.
III.
Alat dan Bahan
III.1
Alat
Alat yang digunakan adalah tabung reaksi dan rak, gelas kimia, spiritus, kaki tiga, kawat
kasa, penjepit tabung reaksi, cawan penguap, pipet tetes, spatula, dan batang pengaduk.
3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah susu kedelai, susu bear brand, gelatin
(C76H124O29N24), fenol (C6H5OH), urea (CO(NH2)2), alfa-naftol (C10H8O), tembaga(II) sulfat
(CuSO4), glisin (C2H5NO2), asam nitrat (HNO3), natrium hidroksida (NaOH), natrium nitrit
(NaNO2), raksa(II) sulfat (HgSO4), ninhidrin (C9H6O4), biuret (C2N3H5O2), etanol (C2H5OH),
akuades (H2O), natrium klorida (NaCl), natrium karbonat (Na 2CO3), asam klorida (HCl),
timabl(II) asetat (Pb(CH3COO)2), raksa(II) klorida (HgCl2), perak nitrat (AgNO3), asam tanat (CH52O46), asam pikrat (C6H3N3O7), asam trikloroasetat (CCl3COOH), ammonium sulfat
76
((NH4)2SO4), buffer asetat, kertas saring, lakmus universal, asam sulfat (H 2SO4), Hopkins-cole,
kasein, dan albumin.
IV.
Prosedur Kerja
2. Uji Biuret
1 mL bahan percobaan + 1 mL NaOH + 1 tetes
biuret
Lihat warna terbentuk
urea
Dipanaskan
Diperhatikan bau
3. Uji Xantoprotein
2 mL bahan percobaan
+ HNO3/p
Dipanaskan
Didinginkan
+ NaOH 2 M
4. Uji Hopkins-cole
Tabung II
+ NaOH
Tabung I
+ H2O
Tabung
III
+
Na2C
O3
Tabung IV
+ HCl
2 mL bahan percobaan + 10 mL
alkohol 95%
Kocok
Perhatikan timbulnya endapan
+ asam berlebih
Tabung I
+ Pb(CH3COO)2
Tabung II
+ HgCL2
Tabung III
+ AgNO3
3 mL bahan percobaan
Tabung I
+ asam tanat
Tabung II
+ asam pikrat
6. Penggaraman Protein
Disaring
Lakukan uji biuret
II.
/p
Encerkan larutan
3 mL HNO
3
bahan
+ bahan
Tabung III
+ asam
trikloroasetat
III.
9 mL bahan percobaan
Tabung I
+ HCl
Dipanaskan
Tabung II
III
+ larutan
NaOH buffer
Dipanaskan
V.
Pengamatan
5.1.
Sebelum Perlakuan
NO
1
NAMA BAHAN
Susu kedelai
BENTUK
cair
WARNA
putih
cair
putih
C76H124O29N24
larutan
tidak berwarna
C6H5OH
larutan
tidak berwarna
CO(NH2)2
padat
putih
C10H8O
larutan
tidak berwarna
CuSO4
larutan
biru
C2H5NO2
larutan
tidak berwarna
HNO3/p
cair
tidak berwarna
10
NaOH
larutan
tidak berwarna
11
NaNO2
larutan
tidak berwarna
12
HgSO4
larutan
tidak berwarna
13
C9H6O4
larutan
tidak berwarna
14
C2N3H5O2
larutan
tidak berwarna
15
C2H5OH 95%
cair
tidak berwarna
16
H2O
cair
tidak berwarna
17
NaCl
larutan
tidak berwarna
18
Na2CO3
larutan
tidak berwarna
19
HCl
larutan
tidak berwarna
20
HCl/p
cair
tidak berwarna
21
Pb(CH3COO)2
larutan
tidak berwarna
22
HgCl2
larutan
tidak berwarna
23
AgNO3
larutan
tidak berwarna
24
C76H52O46
larutan
coklat
25
C6H3N3O7
larutan
kuning
26
CCl3COOH
larutan
tidak berwarna
27
(NH4)2SO4
padat
putih
28
H2SO4/p
cair
tidak berwarna
29
Buffer asetat
larutan
tidak berwarna
30
Kertas saring
padat
putih
31
Lakmus universal
padat
putih
32
Hopkins-cole
larutan
tidak berwarna
33
Albumin
larutan
tidak berwarna
34
Kasein
larutan
tidak berwarna
35
NaOH
padat
putih
5.3. Reaksi-Reaksi
5.3.1. Reaksi Ninhidrin
VI. Pembahasan
Protein merupakan komponen utama jaringan tubuh manusia dan hewan. Pada percobaan
ini, dilakukan beberapa uji untuk mengidentifikasi beberapa asam amino (reaksi-reaksi
warna) dan kelarutan protein. Identifikasi beberapa asam amino menggunakan uji ninhidrin
dan uji biuret. Uji ninhidrin menghasilkan warna ungu pada suatu senyawa oksidator kuat
yang bereaksi dengan asam amino. Reaksi ninhidrin bertujuan untuk mengetahui adanya
kandungan asam amino pada sampel (susu beruang, susu kedelai, albumin, kasein dan
gelatin). Hasil yang didapat pada percobaan ini adalah susu beruang, susu kedelai, gelatin
dan albumin positif mengandung asam amino, sedangkan kasein menunjukkan hasil uji
negatif. Selanjutnya, uji biuret merupakan uji umum untuk mengetahui ikatan peptida dalam
suatu protein. Biuret adalah senyawa organik yang diperoleh dengan cara memanaskan urea.
Uji positif biuret adalah timbulnya warna ungu pada sampel saat direaksikan dengan larutan
basa kuat. Pada percobaan ini, digunakan NaOH 10% kemudian ditambahkan sedikit larutan
CuSO4 encer. Warna ungu yang tebentuk pada uji biuret disebabkan terbentuknya senyawa
kompleks Tembaga-Na-Biuret. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa hanya sampel
(kasein) yang menhasilkan uji negatif.
Uji warna ini juga dilakukan dalam uji Xantoprotein. Dimana, HNO 3 pekat ditambahkan
ke dalam sampel secara perlahan. Uji Xantoprotein dilakukan untuk protein yang
mengandung asam amino dengan cincin benzena, karena adanya cincin benzena inilah
sehingga terbentuk warna kuning tua pada uji postif Xantoprotein. Fungsi penambahan
HNO3/p adalah untuk memecahkan protein menjadi gugus benzena dan terbentuk gumpalan
atau endapan putih. Dilakukan pemanasan pada sampel yang telah dicampur dengan HNO 3/p
menyebabkan endapan putih berubah menjadi kuning. Reaksi perubahan ini disebut nitrasi
pada inti dari benzena yang terdapat pada molekul dari protein. Semua sampel yang telah
sampai pada tahap pemanasan kemudian didinginkan pada air mengalir dan ditambahkan
NaOH 2M sampai larutan menjadi basa. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semua sampel
positif pada uji Xantoprotein.
Selanjutnya, uji warna asam amino dengan uji Hopkins-Cole. Pereaksi Hopkins-Cole
mengandung asam glioksilat (HOOCCHO). Uji positif pada Hopkins-Cole adalah
terbentuknya cincin ungu pada sampel yang telah ditambahkan pereaksi Hopkins-Cole
karena senyawa yang mengandung cincin indol akan membentuk cincin ungu pada batas
pertemuan kedua lapisa apabila ditambahkan dengan H 2SO4 pekat. Cincin ungu merupakan
hasil kondensasi triftopan dengan gugus aldehida dari asam glioksilat dalam suasana asam
pekat. Fungsi penambahanan H2SO4/p pada uji Hopkins-Cole sama dengan fungsi
penambahan H2SO4 pada percobaan karbohidrat untuk uji Molish, yaitu untuk membentuk
cincin ungu pada permukaan antara dua lapisan atau pada batas pertemuan kedua lapisan.
Kemudian, untuk uji ninhidrin dan biuret yang menunjukkan hasil negatif pada sampel
kasein disebabkan tidak mengandung sekitnya satu gugus karboksil dan amino terbuka
didalam kasein. Menurut Wirahardi (2010),Reaksi berwarna yang lain untuk peptida dan
protein tetapi tidak untuk asam amino bebas adalah reaksi biuret. Reaksi ini terjadi antara
peptida atau protein dengan CuSO4 dan alkali yang menghasilkan senyawa kompleks
berwarna ungu.
Uji protein ini dilakukan dalam beberapa uji, yaitu uji kelarutan albumin, pengaruh
alkohol terhadap kelarutan protein, pengaruh asam mineral kuat, pengendapan oleh garam
logam berat, pengendapan oleh pereaksi alkaloid, penggaraman protein, denaturasi, flokulasi,
dan koagulasi protein. Pada percobaan kelarutan albumin, albumin larut dalam air, HCl,
NaOH, dan NaNO3. Protein memiliki sifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam
maupun basa. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan
kloroform. Selanjutnya, pada pengaruh alkohol terhadap kelarutan protein, semua sampel
larut didalam alkohol 95%. Protein yang mempunyai sifat amfoter atau disebut juga dengan
zwitter-ion yang merupakan senyawa dengan gugus bersifat asam atau basa. Zwitter-ion
biasanya mudah larut dalam air karena bermuatan (air adalah pelarut polar) dan sukar larut
dalam pelarut nonpolar. Alkohol memiliki sifat semipolar yang cenderung polar sehingga
bisa melarutkan protein. Menurut Fessenden (1989),asam amino larut dalam pelarut air dan
organik tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar.
Uji koagulasi protein pada semua sampel ditambahkan HCl membentuk endapan dan
kemudian dipanaskan. Protein menggumpal akibat terjadinya koagulasi pada protein.
Koagulasi merupakan penggumpalan atau pembekuan sehingga membentuk endapan.
Selanjutnya, pengaruh alkohol terhadap kelarutan protein adalah dapat mengendapkan
protein atau disebut peristiwa koagulasi. Kemudian, untuk uji koagulasi tabung A yang berisi
HCl memiliki tingkat pengendapan tertinggi. Sedangkan tabung B memiliki tingkat kelarutan
tertinggi yang berisi buffer asetat. Penggumpalan protein terjadi pada tiga tahap, yaitu
denaturasi protein (penggumpalan pertama), flokulasi (penggumpalan kedua), dan koagulasi
(penggumpalan semakin banyak). Jadi, pada penggumpalan protein inilah terbentuk
gumpalan-gumpalan yang lebih besar.
Kemudian, pengendapan protein oleh garam logam berat terjadi denaturasi protein karena
adanya pengaruh dari logam-logam berat. Akibat denaturasi protein, terjadi penurunan
kelarutan protein dalam air sehingga terbentuk gumpalan. Pengendapan terjadi bila protein
berada pada bentuk isoelektrik yang bermuatan negatif, dengan adanya muatan postif dari
logam berat akan terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam protein yang
mengendap. Pendambahan AgNO3 dengan HgCl2 membentuk endapan logam proteinat.
Jumlah endapan yang dihasilkan dipengaruhi oleh kereaktifan logam berat yang
ditambahkan. Menurut Poedjiadi (1994),Enzim merupakan salah satu contoh protein yang
memiliki aktivitas katalis didalam tubuh. Ion logam berat yang masuk ke dalam tubuh
bereaksi dengan sebagian enzim di tubuh sehingga menyebabkan koagulasi atau
penggumpalan. Hasil yang didapat pada percoabaan ini adalah logam Ag lebih reaktif
dibandingkan logam Hg.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaaan yang telah dilakukan dapat diambil kesim-pulan, bahwa:
1. Kasein menunjukkan hasil negatif pada uji ninhidrin dan biuret.
2. Warna ungu yang terbentuk pada uji biuret disebabkan oleh terbentuknya senyawa
kompleks Tembaga-Na-Biuret.
3. Fungsi penambahan HgNO3/p pada uji Xantoprotein untuk memecah protein menjadi
gugus benzena dan membentuk gumpalan/endapan putih.
4. Warna kuning pada uji Xantoprotein disebabkan oleh adanya cincin benzena.
5. Fungsi penambahan H2SO4 pada uji Hopkins-Cole untuk membentuk cincin ungu pada
permukaan antara dua lapisan.
6. Gumpalan pertama protein (Denaturasi), gumpalan kedua (Flokulasi), dan gumpalan
semakin banyak (Koagulasi).
Asisten Meja
(Coryna Oktaviani)
(Nina Maulida)
NIM: 1106103040050
NIM: 1206103040007