Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

Disusun oleh :
KELOMPOK 5
Dewi Lestari
Munandar
Mutia Rahmi
Nina Maulida
Siti Zubaidah

LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2015

PROTEIN DAN ASAM AMINO


Hari/tanggal : Selasa/10 Maret 2015
I.

Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah :
1. Identifikasi beberapa asam amino melalui uji ninhidrin, uji biuret, uji xantoprotein
dan uji Hopkins-cole.
2. Menguji kelarutan protein dalam beberapa pereaksi.

II.

Konsep Dasar
Menurut Poedjiadi (2007:108), Prinsip uji Hopkins-cole adalah kondensasi inti indol
dengan aldehid jika terdapat asam kuat yang menyebabkan terbentuknya cincin ungu pada
bidang batas. Reaksi tersebut hanya akan berhasil jika ada oksidator kuat, seperti senyawa
H2SO4. Fungsi penambahan asam sulfat ini adalah sebagai oksidator agar terbentuk cincin
ungu pada larutan sampel.
Uji xantoprotein merupakan uji untuk menunjukkan adanya inti benzene (cincin fenil)
pada suatu sampel protein. Dalam uji xantoprotein, inti benzene akan ternitrasi oleh asam
nitrat pekat membentuk turunan nitrobenzene berwarna kuning tua. Pada suasana basa
(ditambahkan larutan basa), uji xantoprotein akan mengubah kompleks warna kuning tua
pada sampel menjadi warna orange (Girindra, 1986).
Menurut Fessenden (1997:134), Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptide yang
terbentuk pada pemanasan dua molekul urea. Uji biuret digunakan untuk mengetahui adanya
ikatan peptide pada sampel protein. Dalam suasana basa (penambahan NaOH), ion Cu 2+ yang
berasal dari pereaksi biuret (CuSO4) akan bereaksi dengan gugus CO dan NH dari rantai
peptide yang menyusun protein membentuk kompleks berwarna violet.

III.
Alat dan Bahan
III.1
Alat
Alat yang digunakan adalah tabung reaksi dan rak, gelas kimia, spiritus, kaki tiga, kawat
kasa, penjepit tabung reaksi, cawan penguap, pipet tetes, spatula, dan batang pengaduk.
3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah susu kedelai, susu bear brand, gelatin
(C76H124O29N24), fenol (C6H5OH), urea (CO(NH2)2), alfa-naftol (C10H8O), tembaga(II) sulfat
(CuSO4), glisin (C2H5NO2), asam nitrat (HNO3), natrium hidroksida (NaOH), natrium nitrit
(NaNO2), raksa(II) sulfat (HgSO4), ninhidrin (C9H6O4), biuret (C2N3H5O2), etanol (C2H5OH),
akuades (H2O), natrium klorida (NaCl), natrium karbonat (Na 2CO3), asam klorida (HCl),
timabl(II) asetat (Pb(CH3COO)2), raksa(II) klorida (HgCl2), perak nitrat (AgNO3), asam tanat (CH52O46), asam pikrat (C6H3N3O7), asam trikloroasetat (CCl3COOH), ammonium sulfat

76

((NH4)2SO4), buffer asetat, kertas saring, lakmus universal, asam sulfat (H 2SO4), Hopkins-cole,
kasein, dan albumin.

IV.

Prosedur Kerja

4.1. Identifikasi Beberapa Asam Amino (Reaksi-reaksi warna)


1. Uji Ninhidrin
Larutan bahan dengan
pH=7 =7
+ ninhidrin
Dipanaskan
Diperhatikan warna

2. Uji Biuret
1 mL bahan percobaan + 1 mL NaOH + 1 tetes
biuret
Lihat warna terbentuk
urea

Dipanaskan
Diperhatikan bau

3. Uji Xantoprotein
2 mL bahan percobaan

+ HNO3/p
Dipanaskan
Didinginkan
+ NaOH 2 M

4. Uji Hopkins-cole

Bahan percobaan + pereaksi Hopkins-cole


+ H2SO4/p

4.2 Kelarutan Protein


1. Kelarutan Albumin
3 mL bahan percobaan dalam tabung
reaksi

Tabung II
+ NaOH

Tabung I
+ H2O

2. Pengaruh Alkohol terhadap Kelarutan Protein

Tabung
III
+
Na2C
O3

Tabung IV
+ HCl

2 mL bahan percobaan + 10 mL
alkohol 95%
Kocok
Perhatikan timbulnya endapan

3. Pengaruh Asam Mineral Kuat

5 mL bahan percobaan + HCl/p


Perhatikan endapan

+ asam berlebih

4. Pengendapan Oleh Garam Logam Berat


3 mL bahan pH=7

Tabung I
+ Pb(CH3COO)2

Tabung II
+ HgCL2

Tabung III
+ AgNO3

5. Pengendapan Oleh Pereaksi Alkaloid

3 mL bahan percobaan

Tabung I
+ asam tanat

Tabung II
+ asam pikrat

6. Penggaraman Protein

10 mL larutan protein + (NH4)2SO4


diadu
k

Disaring
Lakukan uji biuret

7. Denaturasi, Flokulasi, dan Koagulasi Protein


I.
3 mL bahan percobaan
Dipanaskan

II.
/p
Encerkan larutan
3 mL HNO
3
bahan
+ bahan

Tabung III
+ asam
trikloroasetat

III.
9 mL bahan percobaan

Tabung I
+ HCl
Dipanaskan

Tabung II
III
+ larutan
NaOH buffer
Dipanaskan

V.

Pengamatan

5.1.

Sebelum Perlakuan
NO
1

NAMA BAHAN
Susu kedelai

BENTUK
cair

WARNA
putih

Susu bear brand

cair

putih

C76H124O29N24

larutan

tidak berwarna

C6H5OH

larutan

tidak berwarna

CO(NH2)2

padat

putih

C10H8O

larutan

tidak berwarna

CuSO4

larutan

biru

C2H5NO2

larutan

tidak berwarna

HNO3/p

cair

tidak berwarna

10

NaOH

larutan

tidak berwarna

11

NaNO2

larutan

tidak berwarna

12

HgSO4

larutan

tidak berwarna

13

C9H6O4

larutan

tidak berwarna

14

C2N3H5O2

larutan

tidak berwarna

15

C2H5OH 95%

cair

tidak berwarna

16

H2O

cair

tidak berwarna

17

NaCl

larutan

tidak berwarna

18

Na2CO3

larutan

tidak berwarna

19

HCl

larutan

tidak berwarna

20

HCl/p

cair

tidak berwarna

21

Pb(CH3COO)2

larutan

tidak berwarna

22

HgCl2

larutan

tidak berwarna

23

AgNO3

larutan

tidak berwarna

24

C76H52O46

larutan

coklat

25

C6H3N3O7

larutan

kuning

26

CCl3COOH

larutan

tidak berwarna

27

(NH4)2SO4

padat

putih

28

H2SO4/p

cair

tidak berwarna

29

Buffer asetat

larutan

tidak berwarna

30

Kertas saring

padat

putih

31

Lakmus universal

padat

putih

32

Hopkins-cole

larutan

tidak berwarna

33

Albumin

larutan

tidak berwarna

34

Kasein

larutan

tidak berwarna

35

NaOH

padat

putih

5.2. Setelah Perlakuan

5.3. Reaksi-Reaksi
5.3.1. Reaksi Ninhidrin

5.3.2. Reaksi Uji Biuret

5.3.3. Uji Xantoprotein

5.3.4. Uji Hopkins-Cole

VI. Pembahasan
Protein merupakan komponen utama jaringan tubuh manusia dan hewan. Pada percobaan
ini, dilakukan beberapa uji untuk mengidentifikasi beberapa asam amino (reaksi-reaksi
warna) dan kelarutan protein. Identifikasi beberapa asam amino menggunakan uji ninhidrin
dan uji biuret. Uji ninhidrin menghasilkan warna ungu pada suatu senyawa oksidator kuat
yang bereaksi dengan asam amino. Reaksi ninhidrin bertujuan untuk mengetahui adanya
kandungan asam amino pada sampel (susu beruang, susu kedelai, albumin, kasein dan
gelatin). Hasil yang didapat pada percobaan ini adalah susu beruang, susu kedelai, gelatin
dan albumin positif mengandung asam amino, sedangkan kasein menunjukkan hasil uji
negatif. Selanjutnya, uji biuret merupakan uji umum untuk mengetahui ikatan peptida dalam
suatu protein. Biuret adalah senyawa organik yang diperoleh dengan cara memanaskan urea.
Uji positif biuret adalah timbulnya warna ungu pada sampel saat direaksikan dengan larutan
basa kuat. Pada percobaan ini, digunakan NaOH 10% kemudian ditambahkan sedikit larutan
CuSO4 encer. Warna ungu yang tebentuk pada uji biuret disebabkan terbentuknya senyawa
kompleks Tembaga-Na-Biuret. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa hanya sampel
(kasein) yang menhasilkan uji negatif.
Uji warna ini juga dilakukan dalam uji Xantoprotein. Dimana, HNO 3 pekat ditambahkan
ke dalam sampel secara perlahan. Uji Xantoprotein dilakukan untuk protein yang
mengandung asam amino dengan cincin benzena, karena adanya cincin benzena inilah
sehingga terbentuk warna kuning tua pada uji postif Xantoprotein. Fungsi penambahan
HNO3/p adalah untuk memecahkan protein menjadi gugus benzena dan terbentuk gumpalan
atau endapan putih. Dilakukan pemanasan pada sampel yang telah dicampur dengan HNO 3/p
menyebabkan endapan putih berubah menjadi kuning. Reaksi perubahan ini disebut nitrasi
pada inti dari benzena yang terdapat pada molekul dari protein. Semua sampel yang telah
sampai pada tahap pemanasan kemudian didinginkan pada air mengalir dan ditambahkan
NaOH 2M sampai larutan menjadi basa. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semua sampel
positif pada uji Xantoprotein.
Selanjutnya, uji warna asam amino dengan uji Hopkins-Cole. Pereaksi Hopkins-Cole
mengandung asam glioksilat (HOOCCHO). Uji positif pada Hopkins-Cole adalah

terbentuknya cincin ungu pada sampel yang telah ditambahkan pereaksi Hopkins-Cole
karena senyawa yang mengandung cincin indol akan membentuk cincin ungu pada batas
pertemuan kedua lapisa apabila ditambahkan dengan H 2SO4 pekat. Cincin ungu merupakan
hasil kondensasi triftopan dengan gugus aldehida dari asam glioksilat dalam suasana asam
pekat. Fungsi penambahanan H2SO4/p pada uji Hopkins-Cole sama dengan fungsi
penambahan H2SO4 pada percobaan karbohidrat untuk uji Molish, yaitu untuk membentuk
cincin ungu pada permukaan antara dua lapisan atau pada batas pertemuan kedua lapisan.
Kemudian, untuk uji ninhidrin dan biuret yang menunjukkan hasil negatif pada sampel
kasein disebabkan tidak mengandung sekitnya satu gugus karboksil dan amino terbuka
didalam kasein. Menurut Wirahardi (2010),Reaksi berwarna yang lain untuk peptida dan
protein tetapi tidak untuk asam amino bebas adalah reaksi biuret. Reaksi ini terjadi antara
peptida atau protein dengan CuSO4 dan alkali yang menghasilkan senyawa kompleks
berwarna ungu.
Uji protein ini dilakukan dalam beberapa uji, yaitu uji kelarutan albumin, pengaruh
alkohol terhadap kelarutan protein, pengaruh asam mineral kuat, pengendapan oleh garam
logam berat, pengendapan oleh pereaksi alkaloid, penggaraman protein, denaturasi, flokulasi,
dan koagulasi protein. Pada percobaan kelarutan albumin, albumin larut dalam air, HCl,
NaOH, dan NaNO3. Protein memiliki sifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam
maupun basa. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan
kloroform. Selanjutnya, pada pengaruh alkohol terhadap kelarutan protein, semua sampel
larut didalam alkohol 95%. Protein yang mempunyai sifat amfoter atau disebut juga dengan
zwitter-ion yang merupakan senyawa dengan gugus bersifat asam atau basa. Zwitter-ion
biasanya mudah larut dalam air karena bermuatan (air adalah pelarut polar) dan sukar larut
dalam pelarut nonpolar. Alkohol memiliki sifat semipolar yang cenderung polar sehingga
bisa melarutkan protein. Menurut Fessenden (1989),asam amino larut dalam pelarut air dan
organik tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar.
Uji koagulasi protein pada semua sampel ditambahkan HCl membentuk endapan dan
kemudian dipanaskan. Protein menggumpal akibat terjadinya koagulasi pada protein.
Koagulasi merupakan penggumpalan atau pembekuan sehingga membentuk endapan.
Selanjutnya, pengaruh alkohol terhadap kelarutan protein adalah dapat mengendapkan

protein atau disebut peristiwa koagulasi. Kemudian, untuk uji koagulasi tabung A yang berisi
HCl memiliki tingkat pengendapan tertinggi. Sedangkan tabung B memiliki tingkat kelarutan
tertinggi yang berisi buffer asetat. Penggumpalan protein terjadi pada tiga tahap, yaitu
denaturasi protein (penggumpalan pertama), flokulasi (penggumpalan kedua), dan koagulasi
(penggumpalan semakin banyak). Jadi, pada penggumpalan protein inilah terbentuk
gumpalan-gumpalan yang lebih besar.
Kemudian, pengendapan protein oleh garam logam berat terjadi denaturasi protein karena
adanya pengaruh dari logam-logam berat. Akibat denaturasi protein, terjadi penurunan
kelarutan protein dalam air sehingga terbentuk gumpalan. Pengendapan terjadi bila protein
berada pada bentuk isoelektrik yang bermuatan negatif, dengan adanya muatan postif dari
logam berat akan terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam protein yang
mengendap. Pendambahan AgNO3 dengan HgCl2 membentuk endapan logam proteinat.
Jumlah endapan yang dihasilkan dipengaruhi oleh kereaktifan logam berat yang
ditambahkan. Menurut Poedjiadi (1994),Enzim merupakan salah satu contoh protein yang
memiliki aktivitas katalis didalam tubuh. Ion logam berat yang masuk ke dalam tubuh
bereaksi dengan sebagian enzim di tubuh sehingga menyebabkan koagulasi atau
penggumpalan. Hasil yang didapat pada percoabaan ini adalah logam Ag lebih reaktif
dibandingkan logam Hg.

VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaaan yang telah dilakukan dapat diambil kesim-pulan, bahwa:
1. Kasein menunjukkan hasil negatif pada uji ninhidrin dan biuret.
2. Warna ungu yang terbentuk pada uji biuret disebabkan oleh terbentuknya senyawa
kompleks Tembaga-Na-Biuret.
3. Fungsi penambahan HgNO3/p pada uji Xantoprotein untuk memecah protein menjadi
gugus benzena dan membentuk gumpalan/endapan putih.
4. Warna kuning pada uji Xantoprotein disebabkan oleh adanya cincin benzena.
5. Fungsi penambahan H2SO4 pada uji Hopkins-Cole untuk membentuk cincin ungu pada
permukaan antara dua lapisan.
6. Gumpalan pertama protein (Denaturasi), gumpalan kedua (Flokulasi), dan gumpalan
semakin banyak (Koagulasi).

VIII. Daftar Pustaka


Fessenden, R. 1989. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Girindra,A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, dkk. 2010. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press
Wirahardi, K. M. 2008. Biokimia. Bandung: ITB

Asisten Meja

Praktikan, 16 Maret 2015

(Coryna Oktaviani)

(Nina Maulida)

NIM: 1106103040050

NIM: 1206103040007

Anda mungkin juga menyukai