Anda di halaman 1dari 11

KM : 1

Identifikasi Senyawa Karbohidrat

A. Maksud Percobaan :
Mengenal beberapa macam identifikasi senyawa karbohidrat
B. Teori Singkat
Karbohidrat atau sakarida menurut struktur kimiawi nya dapat didefinisikan
sebagai senyawa polihidroksi aldehida atau senyawa polihidroksi keton, yang pada
umumnya mempunyai rumus molekul Cn (H2O)m.
Senyawa karbohidrat secara umum dapat diklasifikasi kan sebagai berikut :
Aldosa : Glyserosa,ribosa,laktosa,glukosa,
errythrosa,gulosa,dll.
Monosakarida
Ketosa : Ribulosa,xylulosa,psikosa,fruktosa,
sorbosa,dll.
Disakarida :
Mereduksi (maltosa,laktosa,selobiosa,turanosa)
Tak tereduksi (sukrosa(sakarosa),threhalosa)
Trisakarida :
Mereduksi (manotriosa,robinosa,rhaminosa)
Karbohidrat

Oligosakarida

Polisakarida

Tak tereduksi(rafinosa,gentionosa,melezitosa)
Tetrasakarida : Stachyosa,schorodosa
Pentasakarida : Verbacosa
Polisakarida Sederhana
(amilum,glikogen,dekstrin,selulosa,insulin)
Polisakarida majemuk
(heparin,agar-agar,pektin,dll)

1. Karbohidrat Sederhana (Monosakarida)


Molekul yang paling sederhana dibandingkan dengan molekul karbohidrat
yang lain. Molekul karbohidrat sederhana ini tidak dapat mengalami hidrolisa.
Monosakarida adalah suatu persenyawaan yang netral dan mudah larut dalam
air, sukar larut dalam alkohol dan tidak larut dalam eter. Berdasarkan gugus fungsi
yang terdapat dalam molekulnya, monosakarida dibedakan atas aldosa
(mempunyai gugus funsi aldehida ) dan ketosa (mempunyai gugus fungsi keton) .
Monosakarida yang penting yang terdapat di alam adalah :

2. Disakarida (= Biosa)
Disakarida tersusun atas 2 satuan monosakarida. Umunya terdiri atas dua sisa
heksosa dan karena itu sering disebt dengan heksodisakarida. Rumus molekulnya
C12H22O11 yang diturunkan dari 2 x C6H12O6 1 H2O. Hanya ada beberapa
disakarida yang tersusun atas heksosa dan pentosa. Pada hidrolisa disakarida akan
terjadi komponen-komponen penyusunnya yaitu 2 molekul monosakarida.
Kita mengenal beberapa disakarida. Ada disakarida yang dapat mereduksi dan
ada yang tidak dapat mereduksi.

3. Polisakarida (=Poliosa)
Polisakarida mempunyai susunan yang komplek dengan BM yang besar.
Tersusun atas satuan-satuan monosakarida yang banyak (kadang-kadang juda
turunan-turunannya). Pada hidrolisa nya secara sempurna akan menghasilkan
komponen penyusunnya , yaitu monosakarida- monosakarida (atau turunannya).
Poliosa umumnya terbentuk oleh satu macam monosakarida. Rasanya tidak
manis, mempunyai sifat optis aktif tetapi tidak menunjukkan peristiwa mutarotasi.
Relatif stabil terhadap alkali.
Satuan-satuan monosakarida dalam molekul pilosakarida ada yang dalam
bentuk piranosa dan ada yang dalam bentuk furanosa. Polisakarida praktis tidak
mereduksi , walaupun ada beberapa polisakarida yang mempunyai gugus fungsi
aldehida CHO bebas yang terdapat pada ujung rantai molekulnya, misalnya pada
amilosa atau pada selulosa.

C. Alat dan Bahan


- Alat
1. Tabung reaksi
2. Lampu spiritus
3. Korek api
4. Penjepit tabung reaksi
5. Pipet tetes
- Bahan
1. Larutan - naftol dalam alkohol
2. H2SO4 pekat
3. Larutan glukosa
4. Larutan fruktosa
5. Larutan maltosa
6. Larutan laktosa
7. Larutan amilum
8. Fehling A
9. Fehling B
10. Pereaksi Benedict
11. Asam pikrat jenuh
12. Larutan sodium karbonat
D. Prosedur Kerja
I.
Tes umum terhadap karbohidrat
a. Tes molisch
1. Larutkan KH + Larutan -naftol dalam alkohol, kocoklah hati-hati.
2. Alirilah dengan H2SO4 p melalui dinding tabung. Tes positif jika
II.

terbentuk cincin ungu atau warna ungu.


Tes karbohidrat pereduksi
a. Tes Fehling
1. Karbohidrat pereduksi + campuran larutan fehling A + larutan fehling
B sama banyak. Panaskan.
2. Mula mula akan terbentuk warna hijau

kuning

kemerah-

merahan dan akhirnya terbentuk endapan merah bata dari Cu2O bila
jumlah KH pereduksinya banyak.
b. Tes Benedict
1. Campurlah sama banyak larutan karbohidrat pereduksi dengan
pereaksi benedict.

2. Panaskan, maka akan terjadi perubahan warna dari biru


kuning

hijau

kemerah-merahan dan akhirnya terbbentuk endapan warna

merah bata dari Cu2O.


c. Tes asam pikrat
1. Karbohidrat pereduksi + larutan asam pikrat jenuh + larutan sodium
karbonat dipanaskan, maka warna larutan berubah dari kuning menjadi
merah.
d. Tes tollens
1. Campurlah sama banyak larutan karbohidrat pereduksi dengan
pereaksi tollens.
2. Panaskan maka akan terbentuk lapisan tipis menyerupai cermin pada
bagian bawah tabung yang dipakai. Cermin akan hilang bila
dibersihkan dengan HNO3 pekat.
III.

Tes khusus fruktosa


a. Tes seliwanoff
1. Sediakan dua tabung reaksi yang bersih . tabung pertama diisi dengan
larutan fruktos, sedangkan tabung kedua diisi dengan larutan glukosa.
Pada kedua tabung tersebut masing-masing diberi pereaksi seliwanoff
dan panaskan. Perhatikan perbedaan warna yang terbentuk.

E. Hasil Pengamatan
1. Tes Molisch
No
1.

Reaksi
Hasil
Glukosa + -naftol dalam alkohol + Tebentuk cincin ungu (+)

2.

H2SO4 p
Fruktosa + -naftol dalam alkohol + Tebentuk cincin ungu (+)

3.

H2SO4 p
Maltosa + -naftol dalam alkohol + Tebentuk cincin ungu (+)

4.

H2SO4 p
Laktosa + -naftol dalam alkohol + Tebentuk cincin ungu (+)

5.

H2SO4 p
Amilum + -naftol dalam alkohol + Terbentuk cincin ungu (+)
H2SO4 p

2. Tes Fehling
No
1
2
3

Reaksi
Glukosa + fehling A + fehling B
Fruktosa + fehling A + fehling B
Maltosa + fehling A + fehling B

Hasil
Merah Bata
Biru Muda
Merah Bata

4
5

Laktosa + fehling a + fehling B


Sedikit glukosa + fehling banyak
Glukosa + fehling sama banyak

Merah bata
Merah pekat
Merah

3. Tes Benedict
No
1.
2.
3.
4.
5.

Reaksi
Glukosa + benedict
Fruktosa + benedict
Maltosa + benedict
Laktosa + benedict
Glukosa banyak + sedikit benedict

Hasil
Merah dan terjadi endapan
Biru muda tidak ada endapan
Merah dan terjadi endapan
Kemerah-merahan dan endapan
Merah dan endapan

4. Tes Asam Pikrat


No
1

Reaksi
Hasil
Glukosa + asam pikrat + larutan Merah pekat

sodium karbonat
Fruktosa + asam pikrat + larutan Kuning

sodium karbonat
Laktosa + asam pikrat + larutan Merah

sodium karbonat
Maltosa + asam pikrat + larutann Merah
sodium karbonat

5. Tes tollens
No
1
2
3
4

Reaksi
Glukosa + tollens A + tollens B
Fruktosa + tollens A + tollens B
Laktosa + tollens A + tollens B
Maltosa + tollens A + tollens B

Hasil
Seperti cermin
Seperti cermin
Seperti cermin
Seperti cermin

6. Tes Seliwanoff
No
1
2

Reaksi
Fruktosa + seliwanoff
Glukosa + seliwanoff

Hasil
Merah
Kuning

F. Pembahasan
1. Tes Molisch
Dalam karbohidrat dikenal beberapa pengujian untuk menentukan kandungan
yang terdapat dalam karbohidrat tersebut. Salah satu test yang dilakukan untuk
menentukan ada tidaknya karbohidrat adalah tes Molisch. Ketika ada beberapa

larutan yang tidak dikenal secara pasti bahwa larutan tersebut mengandung
karbohidrat atau tidak, tes ini bisa dilakukan untuk menentukan adanya
kandungan karbohidrat. Larutan yang bereaksi positif akan memberikan cincin
yang berwarna ungu ketika direksikan dengan -naftol dan asam sulfat pekat.
Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi
yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang
kemudian dikombinasikan dengan -naftol untuk membentuk produk berwarna.
Penambahan H2SO4 dilakukan melalui tepi dinding karena larutan tersebut
bersifat eksotermis sehingga panas dari larutan tersebut dapat melubangi dasar
tabung reaksi. Larutan H2SO4 akan menghidrolisis ikatan glikosidik (ikatan
antara satuan dasar yang satu terhadap yang lainnya) karbohidrat menjadi
monosakarida, selanjutnya

menjadi

dehidrasi

membentuk furfural

dan

derivatnya (turunan) kemudian menghasilkan monosakarida. Pada batas antara


kedua lapisan itu

akan

membentuk cicncin warna ungu

karena

terjadi

reaksi kondensasi antara fulfural dengan -naftol. Berdasarkan hasil yang


didapatkan menunjukkan bahwa semua larutan yang diuji adalah karbohidrat. Hal
ini terlihat jelas dengan adanya perubahan warna pada kelima tabung reaksi yang
berisikan larutan karbohidrat tersebut. Larutan yang bereaksi positif memberikan
cincin yang berwarna ungu ketika direaksikan dengan alfa-naftol dan asam sulfat
pekat.
2. Tes fehling
Pereaksi ini dapat direduksi oleh selain karbohidrat yang mempunyai sifat
mereduksi juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri
dari dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling B. Larutan Fehling A adalah
CuSO4 dalam air, sedangkan Fehling B adalah larutan garam KNatrat dan
NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah dan baru
dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam
pereaksi ini ion Cu+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa
akan diendapkan menjadi CuO2. Fehling B berfungsi mencegah Cu+
mengendap dalam suasana alkalis.
2 Cu+ + 2 OH-

Cu2O + H2O
Endapan

Uji fehlings bertujuan untuk memperlihatkan ada atau

tidaknya gula pereduksi. Karena prinsip kerjanya adalah grafimetri sehingga


dengan mudah dapat ditentukan cuplikan yang mengandung karbohidrat.Pada
percobaan terlihat bahwa dari 4 sampel yang diujikan hanya 3 sampel yang
positif terhadap uji ini, sampel yang memberikan hasil positif adalah
glukosa, laktosa dan maltosa. Sedangkan pada fruktosa diperoleh reaksi yang
negatif. Sudah diketahui bersama bahwa fruktosa tidak menghasilkan hasil
positif terhadap uji fehling dan tidak mengalami perubahan warna.

Semua

monosakarida

(glukosa,

fruktosa,

galaktosa)

dan

disakarida

(laktosa,maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai


gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat
dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin
tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang
dihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitro
salisilat/dinitrosalycilic acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm.
Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula

pereduksi yang terkandung.


Perekasi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus
untuk mengenali aldehida. Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu
Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling
B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi
Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga
diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion
Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai

larutan CuO.
3. Tes benedict
Uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam
suatu larutan dengan indikator yaitu adanya perubahan warna khususnya
menjadi merah bata. Benedict Reagen digunakan untuk menguji atau
memeriksa

kehadiran

gula

pereduksi

dalam

suatu

cairan.

Monosakarida yang bersifat reduktor, dengan diteteskannya Reagen


akan menimbulkan endapan merah bata. Selain menguji adanya gula
pereduksi, juga berlaku secara kuantitatif, karena semakin banyak gula dalam
larutan maka semakin gelap warna endapan. Pada percobaan tes benedict

fruktosa tidak mengalami perubahan warna sedangkan glukosa , maltosa dan


laktosa mengalami perubahan warna sampai terbentuk endapan merah.
4. Tes asam pikrat
Berdasarkan hasil percobaan diatas, glukosa, maltosa, dan laktosa
dapat mereduksi asam pikrat dengan merubah warna menjadi merah bata.
Glukosa teroksidasi menjadi asam glukonat dan asam pikrat menjadi asam
pikromat jika terduksi, asam inilah yang berwarna merah. Sesuai dengan hal
itu Iswari dan Yuniastuti (2009) berpendapat bahwa reaksi yang positif
menghasilkan warna merah. Didukung oleh pendapat Day dan Underwood
(1996), menyatakan bahwa oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam
oksalat dan reduksi asam pikrat yang berwarna kuning menjadi asam pikrat
berwarna merah.
5. Tes Tollens
Uji tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk
membedakan senyawa aldehid dan senyawa keton.
Pada percobaan terhadap Larutan glukosa, larutan maltosa, larutan
fruktosa, dan larutan laktosa, pada saat ditambahkan dengan pereaksi tollens
terjadi perubahan warna larutan menjadi coklat keruh dan tebentuk endapan
berwarna hitam. Kemudian dipanaskan terjadi lagi perubahan yaitu warna
larutan abu-abu keruh dan terbentuknya endapan cermin perak pada dinding
tabung reaksi dan endapan berwarna kehitaman, setelah larutan di dinginkan
warna larutan berubah lagi menjadi bening kehijauan dan endapannya
berwarna hitam. Dari pengamatan ini dapat dinyatakan bahwa keempat larutan
ini merupakan senyawa aldehid, karena pada dasar tabung reaksi mengkilat
yang menunjukkan adanya endapan cermin perak.Endapan cermin perak ini
berasal dari Gugus aktif pada pereksi tollens yaitu Ag2O yang bila tereduksi
akan menghasilkan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada
dinding tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak. Aldehid dioksidasi
menjadi anion karboksilat . ion Ag+

dalam reagensia tollens direduksi

menjadi logam Ag. Uji positif ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada
dinding dalam tabung reaksi . reaksi dengan pereaksi tollens mampu meng
ubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O.
6. Tes seliwanoff

Beberapa karbohidrat memiliki gugus keton, adanya gugus keton


tersebut dapat dibuktikan melalui uji seliwanoff. Jika karbohidrat yang
mengandung gugus keton direaksikan dengan seliwanoff akan menunjukkan
warna merah sebagai reaksi positifnya.Adanya warna merah merupakan hasil
kondensasi dari resorsinol yang sebelumnya didahului dengan pembentukan
hidroksi metil furfural. Proses pembentukan hidroksi metil furfural berasal dari
konversi dari fruktosa oleh asam klorik panas yang kemudian menghasilkan
asam livulenik dan hidroksi metil furfural.
Pada percobaan yang telah dilakukan glukosa dan fruktosa, masingmasing di tambah seliwanof fruktosa mengalami perubahan warna sampai
berwarna merah sedangkan glukosa berwarna kunig.
G. Kesimpulan
1. Pada uji molisch bereaksi

positif

pada

semua karbohidrat dengan

membentukcincin ungu.
2. Pada uji benedict dan fehling bahan yang positif bersifat pereduksi
menunjukkan warna merah bata. Bahan positif terhadap uji Fehling yaitu
glukosa, laktosa, dan maltosa. Bahan yang positif terhadap uji benedict =
glukosa, maltosa, dan laktosa. Sedangkan pada fruktosa tidak terbentuk warna
merah bata pada uji fehling maupun benedict.
3. Pada uji asam pikrat terbentuk warna merah pada larutan glukosa, larutan
laktosa dan larutan maltosa. Sedangkan pada larutan fruktosa tidak terbentuk
warna merah melainkan berwarna kuning.
4. Pada uji tollens terbentuk seperti cermin pada semua bahan yang digunakan.
5. Pada uji seliwanoff fruktosa membentuk warna merah dan glukosa berwarna
kuning . karena jika karbohidrat mengandung gugus keton direaksikan dengan
seliwanof akan menghasilkan warna merah.
7.

Daftar Pustaka
Buku Petunjuk Praktikum Kimia Makanan Program S-1 Ilmu Gizi Universitas
Diponegoro.
http://organiksmakma3d16.blogspot.com/2013/03/karbohidrat.html diakses pada tanggal
05 april 2014
http://ajo-lapbiokimia.blogspot.com/ diakses pada tanggal 05 april 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Uji_Seliwanoff diakses pada tanggal 05 april 2014

Semarang , 05 April 2014


Praktikan
Kelompok 1

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI
PERCOBAAN : 3
IDENTIFIKASI SENYAWA PROTEIN DAN LEMAK

Disusun oleh

1. Anis Septiyani

22030114120002

2.Vifin Zakiahtin Nafsih

22030114120004

3.Annisa khaira Maadi

22030114120006

4.Laelatul Fitriyah

22030114120008

4.Titin Dwi Agus Cahyani

22030114120010

Tanggal Percobaan : 29 April 2015

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
LABORATORIUM KIMIA KEDOKTERAN

Anda mungkin juga menyukai