Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

SEJARAH MIKROBIOLOGI

Disusun oleh
Kelompok 1

AMIRAH QONITAH 1915041058


HOGAN FRAN SAMUEL 1915041020
IKHSAN MUTTAQIN 1915041038
M RAIHAN AL AKBAR 1915041060

Mata Kuliah : Mikrobiologi Industri


Dosen : Panca Nugrahini, S.T, M.T
Dr. Joni Agustian, S.T, M.Sc

Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Lampung
2019
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….... 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………... 1

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………. 1

BAB II ISI………………………………………………………………………………………… 2

2.1 Definisi Mikrobiologi…………………………………………………………………. 2

2.2 Perkembangan Mikrobiologi………………………………………………………….. 3

2.3 Mikrobiologi Keteknikan…………………………………………………………….. 10

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………… 26

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………… 26

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………… 27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika hendak mengetahui suatu hal maka katehauilah sejarahnya.(Azhar,2019). Secara umum, sejarah
merupakan serangkain kejadian pada masa lampau yang disusun berdarsakan peninggalan berbagai peristiwa. Dalam
dunia pendidikan, kita mengenal disiplin ilmu sejarah yang merupakan ilmu yang mempelajari segala peristiwa atau
kejadian yang telah terjadi di masa lampau sepanjang kehidupan umat manusia.Sejarah berasal dari bahasa Arab yang
berarti Sajaratun yang berarti pohon yang bercabang-cabang, karena sejarah merupakan kembangan dari satu titik
kejadian saling berkaitan sehingga alur yang saling berkaitan, hal inilah yang kemudian digambarkan seperti pohon yang
bercabang. Dalam bahasa Yunani, sejarah berasal dari kata Historia yang berarti ilmu pengetahuan yang bersumber dari
penelitian yang mendalam. Dalam bahasa Inggris, sejarah berasal dari kata History yang berarti kejadian masa lampau,
kejadian masa lampau manusia. Menurut bahasa, pengertian sejarah dibagi menjadi dua yaitu pengertian dalam arti sempit
dan pengertian sejarah dalam arti luas. Dalam arti sempit, sejarah artinya kejadian atau peristiwa. Sedangkan dalam arti
yang luas, sejarah adalah suatu peristiwa manusia akar dalam realisasi diri dengan kebebasan dan keputusan daya rohani.
Selain pengertian diatas, para ahli juga memiliki definisinya masing-masing mengenai sejarah. Berikut beberapa
penghertian sejarah menurut para ahli dari dalam dan luar negeri.

Mikrobiologi merupakan ilmu tentang mikroorganisme, yang mencakup bermacam-macam kelompok organisme
mikroskopik yang terdapat sebagai sel tunggal maupun kelompok sel, termasuk kajian virus yang bersifat mikroskopik
meskipun bukan termasuk sel.

Mikroorganisme merupakan suatu makhluk hidup yang tidak dapat dilihat secara langsung atau dengan kasat
mata.Mikroorganisme terbagi atas beberapa hal yaitu bakteri, virus, candida, dan protozoa. Untuk mengetahui jenis dan
penanganan suatu mikroorganisme tersebut maka terlebih dahulu kita harus mengetahui bagaimana metode pengambilan
sampel pengambilan apusan guna mendukung pemeriksaan dan penindakan pada saat akan melakukan tindakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan mikrobiologi?

2. Bagaimana Perkembangan Mikrobiologi?

3. Apa manfaat mikrobiologi dalam kehidupan sehari-hari?

4. Apa saja cabang ilmu mikrobiologi?

1.3 Tujuan
1. Dapat memahami definisi mikrobiologi

2. Dapat mengetahui perkembangan mikrobiologi

3. Dapat memahami cabang ilmu mikrobiologi

4. Dapat memahami manfaat mikrobiologi dalam kehidupan sehari-hari

1.4 Capaian Pembelajaran


1. Mampu memahami definisi mikrobiologi

2. Mampu mempresentasikan tentang materi mikrobiologi

3. Mampu mengelompokan mikroorganisme dengan kegunaanya

4. Mampu mengetahui mikroorganisme yang menguntungkan dan yang merugikan

5. Mampu memahami perkembangan mikrobiologi

6. Mampu memahami cabang ilmu mikrobiologi

1
BAB II
ISI

2.1 Definisi Mikrobiologi


Kata mikrobiologi berasal dari bahasa Yuniani, yaitu: micros = kecil, bios = hidup, logos = ilmu. Jadi mikrobiologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari atau membahas tentang organisme hidup yang kecil yang hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop. Organisme yang dipelajari dalam mikrobiologi yaitu mikroorganisme, yang meliputi
bakteri, virus, jamur, protozoa. Cabang ilmu mikrobiologi ada yang didasarkan pada kelompok mikroba yang dipelajari,
seperti bakteriologi, virologi dan mikologi. (Johanes Yisrel, 2014)

(sumber: https://www.academia.edu/36573028/Definisi_Mikrobiologi)
A B C
Gambar 2.1.1.Mikroorganisme yang dipelajari dalam mikrobiologi, antara lain: bakteri (A), mikrofungi (B) dan virus
(C)

Ilmuwan menyimpulkan bahwa mikroorganisma muncul kurang lebih 4 juta tahun yang lalu dari senyawa organik
kompleks di lautan, atau mungkin dari gumpalan awan yang sangat besar yang mengelilingi bumi. Sebagai makhluk hidup
pertama di bumi, mikroorganisma diduga merupakan nenk moyang dari semua makhluk hidup. Awal mula munculnya
ilmu mikrobiologi pada pertengahan abad 19 pada waktu ilmuwan telah membuktikan bahwa mikroorganisma berasal dari
mikroorganisma sebelumnyabukan dari tanaman ataupun hewan yang membusuk.
Selanjutnya ilmuwan menunjukkan bahwa mikroorganisma bukan berasal dari proses fermentasi tetapi merupakan
penyebab proses fermentasi buah anggur menjadi anggur dapat berubah. Ilmuwan juga menemukan bahwa mikroba
tertentu menyebabkan penyakit tertentu. Pengetahuan ini merupakan awal pengenalan dan pemahaman akan pentingnya
mikroorganisma bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Selama awal abad 20 ahli mikrobiologi telah meneliti bahwa
mikroorganima mampu menyebabkan berbagai macam perubahan kimia baik melalui penguraian maupun sintesis senyawa
organik yang baru. Hal inilah yang disebut dengan ‘biochemical diversity’ atau keaneka ragamanbiokimia yang menjadi
ciri khas mikroorganisma. Disamping itu, yang penting lainnya adalah bahwa mekanisma perubahan kimia oleh
mikroorganisma sangat mirip dengan yang terjadi pada organisma tingkat tinggi. Konsep ini dikenal dengan ‘unity in
biochemistry’ yang artinya bahwa proses biokimia pada mikroorganisma adalah sama dengan proses biokimia pada semua
makhluk hidup termasuk manusia.
Bukti yang lebih baru menunjukan bahwa informasi genetik pada semua organisma dari mikroba hingga manusia
adalah DNA. Karena sifatnya yang sederhana dan perkembangbiakan yang sangat cepat serta adanya berbagai variasi
metabilma, maka mikroba digunakan sebagai model penelitian di bidang genetika. Saat ini mikroorganisma diteliti secara
intensif untuk mengetahui dasar fenomena biologi.
Mikroorganisma juga muncul sebagai sumber produk dan proses yang menguntungkan masyarakat, misalnya: alkohol
yang dihasilkan melalui proses fermentasi dapat digunakan sebagai sumber energi (gasohol). Strain-strain baru dari
mikroorganima yang dihasilkan melalui proses rekayasa genetika dapat menghasilkan bahan yang penting bagi kesehatan
manusia seperti insulin. Sebelumnya hanya insulin yang diekstrak dari pancreas lembu yang dapatmenerimanya. Sekarang,
insulin manusia dapat diproduksi dalam jumlah yang tak terhingga oleh bakteri yang telah direkayasa. Mikroorganisma
juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk membersihkan lingkungan, misal: dari tumpahan minyak di lautan atau
dari herbisida dan insektisida di bidang pertanian. Hal ini dikarenakan mikroorganima mempunyai kemampuan
untukmendekomposisi/menguraikan senyawa kompleks. Kemampuan mikroorganisma yang telah direkayasa untuk tujuan
tertentu menjadikan cabang. (Prasetya Ramadhan,2013)

Mikrobiologi dibagi menjadi beberapa bidang besar, yaitu :

a. Mikrobiologi dasar
Bidang mikrobiologi dasar mempelajari berbagai struktur fisik dan reaksi kimia mikroorganisme. Banyak proses
biokimia pada mikroorganisme juga terjadi pada organisme multiseluler, sehingga mikroorganisme dapat menjadi model
dalam mempelajari proses biokimia dan genetik pada organisme lainnya. Hal ini juga didukung oleh kemampuan
reproduksi mikroorganisme yang tinggi.

b. Mikrobiologi terapan
Bidang mikrobiologi terapan mempelajari penggunaan ilmu mikrobiologi dalam memecahkan masalah praktis dalam
kedokteran, pertanian dan industri. Berbagai penyakit infektif pada manusia, hewan dan tumbuhan, disebabkan oleh
mikroorganisme. Mikroorganisme juga berperan penting dalam menentukan kesuburan tanah. Dalam bidang industri,

2
mikroorganisme berperan dalam produksi antibiotik dan protein. Sebagai bagian dari ekosistem, mikroorganisme juga
banyak berperan dalam siklus energi dan kondisi lingkungan.
(sumber: https://www.academia.edu/36573028/Definisi_Mikrobiologi)

c. Mikrobiologi Tradisional
Pada bagian ini mikroorganisme dikelompokan berdasarkan ukuran fisiknya. Sebelum ditemukannya mikroskop atau
alat pendukung lainnya untuk melihatnya.
Dalam mikrobiologi tradisional ini Mikroorganisme diartikan sebagai Makhluk hidup yang ukurannya sangat kecil
(jasad renik) yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Mikroorganisme tersebut dikelompokan sesuai dengan sifat dan
cirinya masing-masing, beberapa mikroorganisme tersebut adalah bakteri, jamur, alga, protozoa, virus.

d. Mikrobiologi Modern
Pada bagian ini mikroorganisme dikelompokan berdasarkan sel penyusunnya. Sel adalah bentuk kehidupan yang kecil
Ada 2 (dua) bagian makhluk hidup.
 Uniseluler :bakteri,jamur,protozoa
 Multiseluler :manusia,hewan,tumbuhan,jamur,alga.
Virus tidak dimasukan dalam jenis sel karena strukturnya tidak lengkap.
(Sumber: silabus perkuliahan mikrobiologi teknik)

2.2 Perkembangan Mikrobiologi


Perkembanga mikrobiologi ditandai oleh beberapa peristiwa penting, yaitu:
a. Penemuan mikroskop.
b. Jatuhnya teori Generatio Spontanea / Abiogenesis.
c. Pembusukan disebabkan oleh mikroorganisme (germ theory of fermentation).
d. Penyakit disebabkan oleh bibit penyakit (germ theory of desease).
e. Perkembangan teknik laboratorium

a. Penemuan mikroskop
Pada tahun 1664 Robert Hooke berhasil menggambarkan struktur kapang menggunakan mikroskop temuannya
(Gambar 2.1.2.). Namun Antonie van Leeuwenhoek dari Belanda dianggap sebagai orang yang pertama kali dapat melihat
mikroorganisme secara detail pada tahun 1682. Menggunakan mikroskop temuannya dengan lensa pembesaran 300 kali,
Leeuwenhoek mengamati air hujan, air laut, air vas dan kotoran gigi. Leeuwenhoek menyebut makhluk yang dilihatnya
sebagai animalcule (hewan kecil) dan melaporkannya ke Royal Society of London pada tahun 1684.
(https://www.academia.edu/36573028/Definisi_Mikrobiologi)

Gambar 2.1.2. Mikroskop yang digunakan


oleh Robert Hooke
(Sumber : annenfs69.blogspot.com)

Antony van Leeuwenhoek (1632 – 1723) sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang profesional. Profesi
sebenarnya adalah sebagai “wine terster” di kota Delf, Belanda. Ia biasa menggunakan kaca pembesar untuk mengamati
serat-serat pada kain. Sebenarnya ia bukan orang pertama dalam penggunaan mikroskop, tetapi rasa ingin tahunya yang
besar terhadap alam semesta menjadikannya salah seorang penemu mikrobiologi. Leewenhoek menggunakan mikroskopnya
yang sangat sederhana untuk mengamati air sungai, air hujan, ludah, feses dan lain sebagainya. Ia tertarik dengan
banyaknya benda-benda kecil yang dapat bergerak yang tidak terlihat dengan mata biasa. Ia menyebut benda-benda
bergerak tadi dengan ‘animalcule’ yang menurutnya merupakan hewanhewan yang sangat kecil. Penemuan ini membuatnya
lebih antusias dalam mengamati benda-benda tadi dengan lebih meningkatkan mikroskopnya. Hal ini dilakukan dengan
menumbuk lebih banyak lensa dan memasangnya di lempengan perak. Akhirnya Leewenhoek membuat 250 mikroskop
yang mampu memperbesar 200-300 kali. Leewenhoek mencatat dengan teliti hasil pengamatannya tersebut dan
mengirimkannya ke British Royal Society. Salah satu isi suratnya yang pertama pada tanggal 7 September 1674 ia
menggambarkan adanya hewan yang sangat kecil yang sekarang dikenal dengan protozoa.

3
Antara tahun 1632-1723 ia menulis lebih dari 300 surat yang melaporkan berbagai hasil pengamatannya. Salah satu
diantaranya adalah bentuk batang, coccus maupun spiral yang sekarang dikenal dengan bakteri. Penemuan-penemuan
tersebut membuat dunia sadar akan adanya bentuk kehidupan yang sangat kecil yang akhirnya melahirkan ilmu
mikrobiologi.
(sumber : Prasetya Ramadhan, mikrobiologi industri)

b. Jatuhnya teori Generatio Spontanea / Abiogenesis


Laporan mengenai mikroorganisme oleh Leeuwenhoek kembali menimbulkan perdebatan mengenai asal usul
mikroorganisme yang dilihatnya. Sebagian orang percaya bahwa mikroba yang dilihat Leeuwenhoek merupakan hasil
perubahan yang terjadi pada makanan. Proses yang menunjukkan munculnya makhluk hidup dari makhluk tak hidup disebut
abiogenesis. Konsep tersebut mendukung teori generatio spontanea yang menyebutkan bahwa makhluk hidup dapat muncul
dengan sendirinya dari makhluk tak hidup.
Teori generatio spontanea dibantah oleh Francesco Redi melalui penelitiannya pada tahun 1668. Redi menggunakan
daging yang disimpan pada 3 wadah dengan cara penutupan yang berbeda: tanpa tutup, tertutup rapat dan tutup tidak rapat.
Munculnya larva lalat pada daging pada wadah yang tidak tertutup membuktikan bahwa larva berasal dari telur yang
diletakkan oleh lalat, bukan hasil dari generatio spontanea. Lalat tidak dapat meletakkan telur pada wadah yang tidak
terbuka, sehingga larva tidak ditemukan (Gambar 2.3.). Proses munculnya makhluk hidup dari makhluk hidup lainnya
seperti pada percobaan Redi disebut biogenesis. Namun demikian, telur lalat hanya dapat dilihat menggunakan alat bantu
seperti mikroskop.
(sumber: https://www.academia.edu/36573028/Definisi_Mikrobiologi)

(sumber : blog.ruangguru.com)
Gambar 2.1.3. Percobaan Redi yang membuktikan munculnya larva tidak terjadi dengan sendirinya dari daging

Pada tahun 1745, John Needham melakukan percobaan untuk membuktikan kebenaran teori generatio spontanea.
Percobaan Needham ialah merebus air kaldu untuk membunuh makhluk hidup, dan kemudian membiarkannya dalam
keadaan terbuka. Setelah beberapa waktu, pada permukaan air kaldu ditemukan mikroorganisme. Menurut Needham,
adanya mikroorganisme pada permukaan air kaldu yang sudah direbus merupakan bukti bahwa makhluk hidup dapat
muncul secara spontan dari benda mati, dalam hal ini air kaldu yang sudah direbus.
Sementara itu Lazzaro Spallanzani pada tahun 1769 membuat percobaan dengan merebus air kaldu dan kemudian
menutupnya. Setelah beberapa waktu, ternyata tidak ditemukan mikroorganisme pada air kaldu. Kesimpulan ini
membuktikan bahwa abiogenesis keliru. Namun Needham tetap dengan pendapatnya dan beralasan bahwa udara sangat
penting bagi kehidupan dan kemunculan makhluk hidup secara spontan. Menurut Needham, tidak munculnya
mikroorganisme pada percobaan Spallanzani disebabkan karena udara tidak dapat masuk akibat labu ditutup. Jika tutp labu
dibuka, setelah beberapa waktu akan ditemukan mikroorganisme di permukaan air kaldu.
(sumber: https://www.academia.edu/36573028/Definisi_Mikrobiologi)

Gambar 2.1.4.
Percobaan Needham dan
Spallanzani
menggunakan air kaldu
(sumber: biomagz.com)

Bukti teori biogenesis


Perdebatan mengenai asal usul makhluk hidup baru berhenti setelah munculnya ilmuwan baru dari Perancis Louis
Pasteur (1822 – 1895) seorang ahli kimia yang menaruh perhatian pada mikroorganisma. Oleh karena itu ia tertarik untuk
meneliti peran mikroba dalam industri anggur dana pembuatan alkohol. Salah satu pendukung teori generatio spontanea
yang hidup pada masa Louis Pasteur adalah Felix Archimede Pouchet (1800-1872). Pada tahun 1859 ia banyak
mempublikasikan tulisan yang mendukung abiogenesis. Tetapi ia tidak dapat membantah penemuan-penemuan Pasteur.
Untuk memastikan pendapatnya, Pasteur melakukan serangkaian eksperimen. Ia menggunakan bejana dengan leher panjang

4
dan dibengkokkan yang dikenal dengan leher angsa. Bejana ini diisi dengan kaldu kemudian dipanaskan. Udara dapat
dengan bebas melewati tabung atau pipa leher angsa tersebut tetapi tidak ditemukan adanya mikroorganisma di kaldu tadi.
Dalam hal ini mikroba beserta debu akan mengendap pada bagian tabung yang berbentu U sehingga tidak dapat mencapai
kaldu. Ia juga membawa tabung tersebut ke pegunungan Pyrenes dan Alpen. Pasteur menemukan bahwa mikroorganisme
terbawa debu oleh udara dan ia menyimpulkan bahwa semakin bersih/murni udara yang masuk ke dalam bejana, semakin
sedikit kontaminasi yang terjadi.
(sumber: Prasetya Ramadhan,buku Mikrobiologi industri)

(sumber: biologimediacentre.com)
Gambar 2.1.5. Percobaan Louis Pasteur menggunakan botol leher angsa menunjukkan mikroorganisme tidak akan tumbuh
jika air kaldu tidak bersinggungan dengan debu (a) dan mikroorganisme akan muncul jika air kaldu bersinggungan dengan
debu (b)

Salah satu argumen klasik untuk menantang biogenesis adalh bahwa panas yang digunakan untuk mensterilkan udara
atau bahan juga dianggap merusak ‘vital force’. Mereka yang mendukung teori abiogenesis berpendapat bahwa tanpa
adanya kekuatan vital force tersebut mikroorganisma tidak dapat muncul serta spontan. Untuk merespon argumen tersebut
John Tyndall mengatakan udara dapat dengan mudah dibebaskan dari mikroorganisma dengan cara melakukan percobaab
dengan meletakkan tabung reaksi berisi kaldu steril ke dalam kotak tertutup. Udara dari luar masuk ke dalam kotak melalui
pipa yang sudah dibengkokkan membentuk dasar U seperti spiral. Terbukti bahwa meskipun udara luar dapat masuk ke
dalam kotak yang berisi tabung dengan kaldu di dalamnya, namun tidak ditemukan adanya mikroba.
Hasil percobaan Pasteur dan Tyndall memacu diterimanya konsep biogenesis. Selanjutnya Pasteur lebih memfokuskan
penelitiannya pada peran mikroba dalam pembuatan anggur dan mikroba yang menyebabkan penyakit. Selanjutnya orang
mengakui bahwa semua kehidupan berasal dari telur dan semua telur berasal dari kehidupan (omne vivum ex ovo, omne
ovum ex vivo).
(Sumber: https://www.academia.edu/36573028/Definisi_Mikrobiologi)

c. Pembusukan disebabkan oleh mikroorganisme (germ theory of fermentation)


Pada tahun 1850 an pasteur memecahkan masalah yang timbul dalam industri anggur Salah satu alasan Louis Pasteur
membuktikan kekeliruan generatio spontanea didasarkan pada keyakinannya bahwa produk fermentasi buah anggur
(minuman beralkohol). merupakan hasil kerja mikroorganisme, bukan sebaliknya, fermentasi menghasilkan
mikroorganisme. Sari buah anggur digunakan oleh mikroorganisme untuk melakukan serangkaian proses metabolisme, yang
menghasilkan senyawa yang memberikan rasa dan aroma baru sehingga menjadi minuman anggur. Proses yang dilakukan
mikroorganisme disebut dengan fermentasi. Fermentasi terjadi jika jus anggur kita biarkan. Melalui serangkaian perubahan
biokimia, alkohol dan senyawa lain dihasilkan dari anggur tersebut.
Pada tahun 1950, Pasteur diminta membantu industri anggur Perancis, yang memiliki masalah kualitas minuman
anggur yang tidak sama. Menurut Pasteur, beberapa mikroorganisme dapat terlibat dalam pembuatan anggur yang kadang-
kadang menghasilkan asam laktat, bukan etanol. Adanya asam laktat dalam minuman anggur menurunkan kualitas produksi.
Untuk mengatasinya, Pasteur memanaskan sari buah anggur dengan suhu 50 – 60ºC dengan tujuan membunuh
mikroorganisme yang tidak dikehendaki. Setelah itu baru ditambahkan minuman anggur yang mengandung mikroorganisme
tertentu, sehingga kualitas minuman anggur menjadi terjaga. Sebelumnya orang meningkatkan produk fermentasi melalui
trial and error dimana sebelumnya tidak tahu bahwa kualitas produk tergantung pada mikroorganisme tertentu. Proses
pemanasan serupa digunakan oleh industri makanan modern sekarang ini, dan dikenal dengan pasteurisasi. Teknik
pengendalian mikroorganisme lainnya baik pada bahan maupun proses tertentu berkembang terus dan dikenal dengan
sterilisasi.
(sumber:https://www.academia.edu/36573028/Definisi_Mikrobiologi)

5
(Sumber: https://www.academia.edu/36573028/Definisi_Mikrobiologi)
A B
Gambar 2.1.6. Fermentasi karbohidrat dari jagung menghasilkan minuman bir (A) Proses pasteurisasi susu di industri
modern (B)

Penelitian Louis Pasteur selanjutnya berkembang pada peranan mikroorganisme pada bidang kedokteran, dengan
dikembangkannya vaksin antraks, kolera dan rabies. Penemuan ini memberikan dasar bagi pemahaman teori yang muncul
kemudian, yaitu bahwa penyakit dapat disebabkan oleh mikroorganisme tertentu.

d. Penyakit disebabkan oleh kuman (germ theory of desease)


Teori yang menyebutkan bahwa mikroorganisme dapat menimbulkan penyakit dirumuskan setelah berbagai penelitian
yang dilakukan oleh Robert Koch (1843 – 1910). Koch mempelajari bahwa penyakit antraks, penyakit pada hewan yang
dapat menular pada manusia, disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Koch menemukan bakteri B. anthracis selalu ada
pada darah hewan yang menunjukkan gejala penyakit antraks. Selanjutnya jika darah hewan yang menderita antraks
diinjeksikan ke tubuh hewan lain yang sehat, maka hewan tersebut akan menderita antraks. Koch juga berhasil
mengembangbiakan bakteri B anthracis di luar tubuh hewan dengan menggunakan cairan nutrisi. Berdasarkan berbagai
hasil penelitiannya, Robert Koch merumuskan postulat Koch, untuk membuktikan bahwa mikroorganisme tertentu
merupakan penyebab penyakit tertentu, sebagai berikut :
1. Mikroorganisme selalu ditemukan pada tubuh semua penderita penyakit dan tidak ditemukan pada tubuh yang sehat
2. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi dari orang yang terinfeksi dan ditumbuhkan dalam biakan murni
3. Jika mikroorganisme dari biakan murni tersebut diinokulasikan ke tubuh yang sehat, maka menimbulkan gejala penyakit
yang sama
4. Jika mikroorganisme itu diisolasi lagi dari hewan yang diinfeksi secara percobaan, maka menunjukkan ciri serupa
dengan mikroorganisme yang pertama kali diperoleh dari penderita
(sumber:https://www.academia.edu/36573028/Definisi_Mikrobiologi)

(sumber:Biologi Sejati - WordPress.com)


Gambar 2.1.7. Tahapan postulate Koch

6
e. Perkembangan teknik laboratorium
Penemuan berbagai jenis mikroorganisme selanjutnya dimungkinkan sejalan dengan berbagai penemuan teknik
laboratorium mikrobiologi. Para penemu dan teknik penting itu antara lain ialah:
a. Paul Ehrlich (1854 - 1915), menemukan teknik mewarnai sel bakteri, untuk identifikasi.
b. Richard J. Petri (1852–1951), menemukan cawan bertutup untuk memelihara biakan dalam medium agar. (Gambar
2.8.)
c. Martinus Beijerinck (1851 - 1931), menemukan medium diperkaya ( enrichment medium ) untuk isolasi
mikroorganisme dari air dan tanah, yang jumlahnya sangat sedikit.
d. Serge Winogradsky (1856 – 1953), menemukan proses metabolisme tertentu yang dapat dilakukan oleh bakteri yang
diisolasinya
(sumber: https://www.academia.edu/36573028/Definisi_Mikrobiologi)

Gambar 2.1.8. cawan petri


tertutup sebagai tempat biakan
medium agar.
(sumber:teknologilaboratoriummedik.blogspot.com)

e. Perkembangan Mikrobiologi pada Abad ke-20


Pada abad 20, perkembangan mikrobiologi berjalan dengan sangat pesat dan terpisah menjadi dua bidang besar, yaitu
mikrobiologi dasar dan mikrobiologi terapan. Dalam bidang mikrobiologi terapan postulat Koch mendorong pada
berkembangnya ilmu mikrobiologi kedokteran dan immunologi, dengan ditemukannya berbagai jenis mikoorganisme
patogen dan diketahuinya mekanisme penularan serta kekebalan sebagai respon tubuh terhadap infeksi.
Mikrobiologi pertanian berkembang pesat sebagai kelanjutkan berbagai penemuan Beijerinck dan Winogradsky yang
banyak mempelajari jenis dan proses mikroorganisme tanah dan air, baik yang menguntungkan maupun merugikan bagi
pertumbuhan tanaman. dengan ditemukannya pengetahuan proses dasar mikroba dalam tanah yang bermanfaat dan
berbahaya bagi pertumbuhan tanaman, seperti ditemukannya bakteri pengikat nitrogen bebas dari udara yang bermanfaat
dalam upaya peningkatan kesuburan tanah. Disamping itu, ditemukan berbagai mikroorganisme patogen yang menyebabkan
penyakit pada berbagai tanaman, sehingga dapat teridentifikasi cara pencegahannya.
Penelitian mengenai mikrobiologi terapan dalam bidang kedokteran dan industri mengarah pada peran penggunaan
mikroba dalam pembentukan antibiotik dan industrikimia. Hal ini terjadi setelah Perang Dunia I , dan mengarah pada bidang
mikrobiologi industri. (Prasetya Ramadhan,2013)

A B
(sumber: www.academia.edu/36573028/Definisi_Mikrobiologi)
Gambar 2.1.9. Virus avian influenza (A) dan antibiotik berbagai produk fermentasisebagai hasil pekembangan ilmu
mikrobiologi industri (B)

Selanjutnya disiplin mikrobiologi juga menjadi dasar untuk penelitian proses mikroba dalam air seperti; sungai, danau,
laut. Bidang ini dibahas khusus pada suatu studi yang dikelompokkan ke dalam bidang mikrobiologi lingkungan akuatik.
Mikrobiologi akuatik/perairan merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari cara mendapatkan air yang aman
dikonsumsi dan pengolahan limbah, sementara ekologi mikrobial mempelajari keanekaragaman jenis dan aktivitas
mikroorganisme di alam. Salah satu cabang mikrobiologi akuatik, mengembangkan proses yang menyediakan air yang
aman untuk dikonsumsi manusia. Pengendalian limbah khususnya limbah domestik, membutuhkan perlengkapan proses
rekayasa skala besar untuk pengolahan limbah yang sebagian besar menggunakan mikroba. Bidang mikrobiologi sanitasi,
tidak hanya membutuhkan ahli biologi tetapi juga insinyur yang mampu merancang proses berskala besar. Mikrobiologi air

7
minum bertugas untuk menyediakan air minum yang bebas mikroba patogen dan menghilangkan bakteri yang berbahaya
dalam sumber air tersebut.
Bidang mikrobiologi dasar terus berkembang menjadi berbagai cabang ilmu lainnya, terutama berkaitan dengan
prinsip dasar dan fungsi berbagai jenis mikroorganisme. Sistematik mikrobial banyak mempelajari penemuan dan klasifikasi
berbagai jenis mikroorganisme, sementara fisiologi microbial lebih banyak mempelajari nutrisi yang diperlukan dan hasil
metabolisme mikroorganisme. Biokimia microbial berkembang sejalan dengan meningkatnya pemahaman mengenai
struktur dan sifat kimia mikroorganisme (sitologi) dan diketahuinya berbagai jenis enzim dan reaksi yang dapat dilakukan
mikroorganisme. Perkembangan mikrobiologi dasar meningkat dengan sangat pesat pada pertengahan abad 20 dengan
berkembangya cabang genetika bakterial yang mempelajari variasi dan penurunan sifat pada bakteri. Pemahaman mengenai
struktur DNA, RNA dan sintesis protein pada bakteri mendorong berkembangnya ilmu biologi molecular.
Pada saat yang sama, para ahli mulai memahami cara hidup virus, termasuk virus yang menginfeksi bakteri yang
disebut bakteriofag. Setelah tahun 1970, pengetahuan mengenai proses dasar pada bakteri yang meliputi fisiologi, biokimia
dan genetik sudah mencapai tahap ketika para ilmuwan dapat melakukan manipulasi materi genetik suatu sel, dengan
bakteri sebagai objek penelitian. Perkembangan ini mendorong munculnya cabang ilmu bioteknologi, yang banyak
memanfaatkan kemampuan mikroorganisme untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
Meskipun virus ditemukan pada akhir abad ke-19, tapi hal tersebut belum berkembang sampai diketahui sifat virus
sebenarnya pada pertengahan abad ke-20. Penelitian melibatkan virus yang menginfeksi bakteri (bakteriofaga).
Perkembangan lain,bahwa infeksi virus analog terhadap transfer gene tik dan hubungan timbal-balik antara virus dengan
elemen genetik lain yang merupakan awal penelitian bakteriofaga.
(sumber: https://www.academia.edu/36573028/Definisi_Mikrobiologi)

Pengetahuan kita mengenai proses dasar fisiologi, biokimia, genetika bakteri memberi kemajuan, menyebabkan kita
dapat memanipulasi materi genetik sel, menggunakan bakteri sebagai alat penelitian, juga memungkinkan untuk
menggabungkan bahan genetik dari sumber asing ke bakteri, mengendalikan replikasi, dan karakteristiknya, hal ini
mengarah pada bioteknologi. Meskipun pada awalnya bioteknologi muncul sebagai penelitian dasar, jika hal ini digunakan
untuk kesejahteraan manusia membutuhkan aplikasi dari prinsip fisiologi dan mikrobiologi industri.

Mikrobiologi sebagai cabang ilmu biologi, sudah secara luas memasuki bidang-bidang pengetahuan lain yang sejalan,
antara lain:
1. Bidang kesehatan, termasuk di dalamnya kebersihan, sanitasi dan higiene.
2. Bidang pertanian, termasuk di dalamnya peternakan, perikanan kehutanan dan pasca-panen.
3. Bidang industri, termasuk di dalamnya industri kimia, industri obat-obatan, industri kertas, industri tekstil dll.
4. Bidang bahan makanan, khususnya yang berhubungan dengan masalah proses pengolahan/ pembuatan, kontrol
kualitas dan keselamatan, dan pengawetan/ preservasi.
Ini disebabkan oleh jumlah jenis yang dapat berperan di berbagai bidang tersebut, baik yang secara langsung ataupun
tidak, sehingga kemudian timbul cabang atau disiplin baru di lingkungan mikrobiologi yang lebih mengkhusus pada
permasalahan yang terbatas, tetapi digarap dengan jangkauan yang lebih terperinci.
Pembagian disiplin ini tergantung kepada arah atau orientasinya, apakah terhadap taksonomi, habitat atau
problemanya (permasalahan yang ada atau ditimbulkan akibat mikroba).
Di bawah ini disiplin bidang mikrobiologi berdasarkan orientasinya:
a. Taksonomi:
1.Virologi: ilmu yang mempelajari bentuk , susunan dan pengembangan- kelompok jasad yang termasuk virus.
2.Bakteriologi: ilmu yang mempelajari bentuk , susunan dan pembagian- kelompok jasad yang termasuk bakteri.
3.Mikologi: ilmu yang mempelajari bentuk , susunan dan pembagian- kelompok jasad yang termasuk fungi atau
jamur.
4.Algologi atau Fikologi: ilmu yang mempelajari bentuk , susunan dan pembagian- kelompok jasad yang
termasuk alga atau ganggang.
5.Protozoologi: ilmu yang mempelajari bentuk , susunan dan pembagian- kelompok jasad yang termasuk protozoa
atau hewan bersel satu.

b. Habitat:
1.Mikrobiologi Tanah: ilmu yang mempelajari kehidupan dan peranan mikroba di dalam tanah (berguna untuk
bidang-bidang pertanian, tambang, geologi dll)
2.Mikrobiologi Udara: ilmu yang mempelajari kehidupan dan peranan mikroba di udara (berguna untuk bidang-
bidang kedokteran/ kesehatan, industri, ruang-angkasa dll)
3.Mikrobiologi Air: ilmu yang mempelajari kehidupan dan peranan mikroba di dalam air (berguna untuk bidang-
bidang pertanian/ perikanan, kesehatan, industri, pengairan, pengolahan buangan dll)
4.Mikrobiologi “Rumen”: ilmu yang mempelajari kehidupan dan peranan Sejumlah mikroba yang hidup dan
berkembang di dalam sistem lambung makhluk hidup seperti manusia dan hewan (berguna untuk bidang-bidang
kesehatan, peternakan/ perikanan, bahan-makanan dll)

c. Problema:

(1) Dasar:
1.Ekologi Mikroba: ilmu yang mempelajari penyebaran dan assosiasi-kehidupan mikroba dengan lingkungannya.
2. Fisiologi Mikroba: ilmu yang mempelajari sifat-sifat faal mikroba.
3. Kimia/ biokimia Mikroba: ilmu yang mempelajari bentuk dan sifat kimia/ biokimia mikroba.
4.Genetika Mikroba: ilmu yang mempelajari sifat-sifat turunan, kebakaan mikroba.

8
(2) Terapan:
1.Mikrobiologi Kesehatan: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan mikroba di bidang kesehatan
(penyakit, imunisasi dll)
2. Mikrobiologi Sanitasi: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan mikroba di bidang sanitasi (termasuk
bidang kebersihan)
3. Mikrobiologi Makanan: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan mikroba di dalam bahan-makanan,
baik yang mendatangkan keuntungan (misal di dalam proses pembuatan) ataupun yang mendatangkan kerugian
(misal di dalam proses pembusukan dan kerusakan)
4.Mikrobiologi Pasca-Panen: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan mikroba pada masa pasca-panen
(pertanian pangan, tanaman industri, tanaman obat dll)
5. Mikrobiologi Industri: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan mikroba di bidang industri, baik yang
menguntungkan (di dalam proses) ataupun yang merugikan (menghambat proses,toksikasi dll)
6. Mikrobiologi Analitik: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan mikroba yang harus dianalisis
kehadirannya di dalam suatu bahan ataupun habitat.
7. Mikrobiologi Geologi dan Pertambangan: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan mikroba di bidang
pertambangan dan geologi.
8.Mikrobiologi Kesenjataan: ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan mikroba di dalam sistem
kesenjataan (misal bidang kesenjataan NUBIKA: Nuklir, Biologi dan Kimia).

Sebagai ilmu dasar, di dalamnya tercakup pembahasan permasalahan yang berhubungan dengan bentuk, sifat,
perkembangbiakan, penyebaran dan lingkungan yang mempengaruhinya. Sedang sebagai ilmu terapan, karena secara
langsung jasad-jasad yang terdapat di dalamnya dapat berperan, baik di bidang yang menguntungkan seperti proses
pembuatan dan peningkatan nilai gizi-nutrisi dan organoleptik bahan makanan, industri farmasi, industri kimia, bidang
pertanian dll. Juga secara langsung peranan jasad-jasad sebagai penyebab penyakit pada tanaman, hewan dan manusia, serta
sebagai jasad penghasil racun/ toksin yang membahayakan.

Lebih rincinya penjelasan tentang perkembangan mikrobiologi, dibawah ini tabel perkembangan mikrobiologi

1641-1700 1701-1740 1741-1780 1781-1820 1821-1840 1841-1860 1861-1880

Teori gas Farenheit Teori Osmosis Tabel kimia Motor listrik Biokimia Praktek
Boyle membuat Lavoisier Faraday Liebig antiseptik
termometer Lister
air raksa
Mikrografia Vaksinasi Percobaan Vaksinasi Hukum listrik Hukum T. Tabel periodik
Hooke cacar air listrik Jenner Ohm Dinamika elemen
Joule Montagu B.Franklin
Lewenhoek Linnaeus UnsurH,O,N Penemuan Schwann cs Pembakar gas Kochuraikan
mengamati mendetil dipahami sinarUV melakukan Bunsen bakteri
bakteri dan sistem fermentasi penyakitdan
protozoa kehidupan Yeast cara
mengkultur
bakteri

Teori Teori generasi Teori Atom Kembangan Teori evolusi Endospora


gravitasi spontan Dalton sentrifugasi Darwin bakteri oleh
Newton Spalanzani Cohn

Mesin uap Watt Teori Fermentasi Kembangan


Gelombang “Pasteur” Autoklaf
Cahaya
TeoriMateri
Avogadro
(sumber:silabusperkuliahan mikrobiologi industri)

1881-1900 1901-1920 1921-1940 1941-1960 1961-1980 1981-1990 1991-

Mikroskop Mulaivirologi Manual Isolatmutan Uraian kode Epidemik Penyakit


modern Bergey genetik AIDS gawat baru
Zeiss kristosporodi
um,TBCakut

Teknik Studi Penisilin Terapi Rekayasa Bioteknolog Penyakit


Staining kemoterapi Fleming antibiotik genetik industri Tahan obat
Gram berbasis
rekayasa
genetik

9
Postulat Koch Penemuan Banding alur Transformasi Penemuan Probe gen
bakterifage Metabolic bakteri Arkaibakteri untuk
mikroba identifikasi
MO

Kulturcawan Pandemik Kristalisasi Temuan Vaksin


Petri influenza virus antibiotik rubela,dLL

Studi VaksinDPT Vaksin


autotofi antipolio

Struktur
double-helix
DNA
(sumber:silabusperkuliahan mikrobiologi industri)

2.3 Mikrobiologi Keteknikan


Mikrobiologi keteknikan berarti mencakup penerapan atau pemanfaatan mikroorganisme tersebut, untuk kepentingan
industri yang selanjutnya menghasilkan produk makanan dan minuman, Obat obatan Bahan Kimia, Pengolahan Limbah dan
lain lain. Serta untuk peningkatan suatu produk dari segi kualitas maupun kuantitas.
Berikut adalah contoh mikrobiologi keteknikan/terapan :
2.3.1. Mikrobiologi Rumen
Kemampuan ternak ruminansia untuk memanfaatkan pakan hijauan atau pakan lain yang mengandung serat kasar
yang tinggi tergantung sepenuhnya kepada keberadaan mikroba di dalam rumen. Apabila populasi mikroba di dalam
rumen mengalami gangguan maka secara ternak ruminansia akan terganggu. Pada hakekatnya, mikroba di dalam
rumen dan ternak ruminansia membangun sebuah simbiosisme yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Populasi mikroba rumen terdiri atas bakteri, protozoa, dan jamur (fungi). Sebagian besar dari populasi mikroba
rumen adalah bakteri yang jumlahnya mencapai 10^10 - 10^11 sel per gram isi rumen. Bakteri rumen dapat
diklasifikasikan berdasarkan morfologi selnya (bulat [cocci], batang [rod], dan spiral), atau berdasarkan kepada
ukuran selnya (dari 0,3 hingga 50 mikrometer). Bakteri bisa juga digolongkan menurut lokasi keberadaannya di
dalam rumen. Ada bakteri yang hidup dalam cairan rumen (bakteri fase cair), yang berasosiasi dengan partikel
padat (fase padat) atau hidup melekat pada dinding rumen. Dari sudut pandang ilmu nutrisi ternak ruminansia,
bakteri lebih sering digolongkan menurut substrat yang digunakan atau substrat yang dihasilkan selama proses
metabolismenya.

(https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

a. Bakteri Rumen
Bakteria rumen berbentuk bulat atau seperti cocci dengan ukuran 1-250^3. Rumen dihuni bakteria yang
bersifat anaerob obligat, beberapa bersifat anaerob fakulatif. Bakteria kecil merupakan jumlah dari setengah
seluruh biomas rumen tetapi berperanan besar dalam pekeerjaan metabolik. Pekerjaan metabolik bakteria relatif
besar ukurannya meskipun pekerjaan mikrobia besar ini tak dapat dikesampingkan, mikrobia besar ini misalnya,
selenomonas, oscillospira, flagellata, protozoa dan phycomycetes.
b. Jamur Rumen
Sebagaimana diuaraikan oleh Trinci et al. (1994) bahwa awal penemuan jamur rumen ini melalui sejarah
panjang yaitu saat Braune (1913) dan Hsuing (1930) mendiskripsi Callimastix frontalis dan C. equi sebagai
protozoa. Mikroba yang pertama kali diisolasi dari caecum kuda ini memiliki polyflagella dan dikelompokkan ke
dalam satu genus dengan parasit copepoda air tawar, sedangkan C. jolepsi ditemukan di dalam tubuh keong air
tawar. Jenis lain yang ditemukan di dalam rumen serta memiliki monoflagella dikelompokkan ke dalam genus
Piromonas dan Sphaeromonas. Namun Weissenberg (1950) berkesimpulan bahwa C. cyclopsis mungkin bukan
dari jenis protozoa melainkan adalah spora kembara (zoospora) dari jamur. Pendapat ini didukung oleh Vavra
dan Joyon (1966) ketika mereka menemukan bagian vegetatip jamur yang berupa thallus. Oleh karena itu Vavra
dan Joyon mengelompokkan jenis yang memiliki poliflagella, Callimastix frontalis kedalam genus baru
protozoa Neocallimastix dan memberikan nama Neocallimastix frontalis. Sampai dengan tahun 1977 jamur
rumen masih belum banyak menarik perhatian para ahli untuk menelitinya. Clarke (1977) misalnya dalam salah
satu bab yang berjudul “The Gut and Its Microorganisms” hanya menyebut ragi (yeast) dan kapang (moulds)
sebagai jamur dan dijumpai rumen. Demikian pula disebutkan bahwa kedua jenis jamur tersebut hanya
lewat/singgah (transients) di saluran pencernaan hewan ruminansia. Hal ini dibuktikan bahwa pembiakan kedua
jenis jamur tersebut dengan simulator kondisi di dalam rumen tidak menghasilkan pertumbuhan.
(https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

2.3.2. Mikrobiologi Makanan


Mikrobiologi pangan merupakan salah satu disiplin ilmu mikrobiologi terapan yang mengkaji tentang peran
mikroorganisme dalam produksi makanan, menimbulkan kerusakan dan keracunan makanan serta peran

10
mikroorganisme sebagai salah satu sumber makanan manusia. Banyak sekali produk makanan dan minuman
yang diproduksi melibatkan atau memanfaatkan aktivitas mikroorganisme, seperti roti, tape, tempe, anggur, bir
dan sebagainya. Di satu sisi mikroorganisme sangat bermanfaat untuk produksi makanan dan minuman namun
demikian pada sisi lain mikroorganisme juga yang menimbulkan kerusakan dan keracunan makanan. Makanan
dapat menjadi media untuk membantu penyebaran berbagai jenis penyakit. Sampai saat ini banyak produk
komersial dengan nutrisi tinggi yang dikenal dengan single cell protein (SCP), memanfaatkan mikroorganisme
seperti Chlorella. Produk lain, seperti yakult merupakan minuman yang mengandung bakteri Lactobacillus.
(Iskandar zulkarnain,2014)
Makanan tidak hanya bernilai nutrisional bagi manusia tetapi juga merupakan media kultur yang ideal untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Makanan dapat menjadi terawetkan melalui fermentasi atau mengalami kerusakan
bergantung pada kehadiran mikroorganisme dan kondisi penyimpanan.
Mikroorganisme dapat digunakan untuk mengubah bahan baku makanan menjadi produk-produk yang
bermanfaat, seperti anggur, keju, saus dan bir. Makanan juga dapat berperan sebagai media penularan penyakit,
deteksi dan kontrol patogen. Mikrorganisme yang menimbulkan kerusakan makanan merupakan bagian yang
penting dari mikrobiologi makanan. Mikroorganisme mempengaruhi makanan mulai dari pengolahan dari
produsen hingga ke konsumen akhir.
Mikrorganisme dapat menyebabkan penyakit melalui 2 cara ketika memakan makanan yang terkontaminasi.
Seseorang dapat terinfeksi melalui patogen berperantara makanan, kemudian tumbuh dalam tubuh yang
bersangkutan. Pada kasus yang lain, komponen toksik dibentuk ketika mikroorganisme tumbuh dalam makanan
sebelum dicerna dengan memperlihatkan gejala-gejala penyakit setelah dikonsumsi. Kontaminasi oleh
mikroorganisme penyebab penyakit dapat terjadi pada saat tertentu ketika pengolahan makanan.
(https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

a. Mikroba Pada Bahan Makanan


Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik.
Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun,
beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak
terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler. Ilmu
yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut
mikrobiolog. Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan menjadi bidang yang sangat penting
dalam biologi setelah Louis Pasteur dapat menjelaskan proses fermentasi anggur (wine) dan membuat vaksin
rabies.(Iskandar Zulkarnain,2014)
Perkembangan biologi yang pesat pada abad ke-19 terutama dialami pada bidang ini dan memberikan
landasan bagi terbukanya bidang penting lain seperti biokimia.Penerapan mikrobiologi pada masa kini masuk
berbagai bidang dan tidak dapat dipisahkan dari cabang lain karena diperlukan juga dalam bidang farmasi,
kedokteran, pertanian, ilmu gizi, teknik kimia, bahkan hingga astrobiologi dan arkeologi.
Orang pertama yang melihat bakteri adalah Antoni van Leeuwenhoek (1632-1723), seorang pembuat
mikroskop amatir berkebangsaan Belanda. Pada tahun 1684, van Leeuwenhoek menggunakan mikroskop
yang sangat kecil hasil karyanya sendiri untuk mengamati berbagaimikroorganisme dalam bahan alam.
Mikroskop yang digunakan Leeuwenhoek kala itu berupa kaca pembesar tunggal berbentuk bikonveks
dengan spesimen yang diletakkan di antara sudut apertura kecil pada penahan logam. Alat itu dipegang dekat
dengan mata dan objek yang ada di sisi lain lensa disesuaikan untuk mendapatkan fokus. Dengan alat itulah,
Leewenhoek mendapatkan kontras yang sesuai antara bakteri yang mengambang dengan latar belakang
sehingga dapat dilihat dan dibedakan dengan jelas. Beliau menemukan bakteri di tahun 1676 saat
mempelajari infusi lada dan air ( pepper-water infusion ). Van Leeuwenhoek melaporkan temuannya itu lewat
surat pada Royal Society of London, yang dipublikasikan dalam bahasaInggris pada tahun 1684. Ilustrasi van
Leewenhoek tentang mikroorganisme temuannya dikenal dengan nama "wee animalcules".
(https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

b. Peranan Mikroba Dalam Makanan


Bakteri pada umumnya adalah heterotrof. Namun, ada juga bakteri yang autotrof, seperti bakteri
kemosintetik. Bakteri ini mendapat energi melalui reaksi kombinasi oksigen dengan molekul anorganik,
seperti sulfur, nitrit, atau amonia. Beberapa bakteri juga memiliki kemampuan untuk memecah selulosa,
komponen utama pembentuk dinding sel tumbuhan. Terdapat bakteri yang memiliki simbiosis (hubungan
hidup bersama) dengan mamalia ruminansia (memamah biak, seperti sapi, kambing, domba). Bakteri ini
hidup di saluran pencernaan hewan memamah biak dan membantu mencerna makanan berserat seperti
rerumputan yang tidak dapat dicerna sendiri oleh hewan tersebut. Simbiosis bakteri ini juga terdapat di dalam
pencernaan Anda. Bakteri ini menguraikan makanan yang tidak dapat tercerna dan mensintesis vitamin
seperti vitamin K dan B12.(Iskandar Zulkarnain,2014)

c. Mikroba yang Menguntungkan


Pada makanan ada beberapa mikroba yang menguntungkan, diantaranya:
1. Lactobacillus

11
Gambar 2.3.1.
Lactobacillus bulgaricus

(Sumber : phytocode.net)
Bakteri ini dikenal juga dengan nama bakteri laktat terdiri dari delapan jenis yang mempunyai
manfaat berbeda-beda. Olahan makanan dari bakteri ini diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Pembuatan Yogurt
Lactobacillus bulgaricus merupakan salah satu bakteri yang berperan penting dalam pembuatan
yoghurt. Yoghurt merupakan hasil olahan fermentasi dari susu. Bakteri ini hidup di dalam susu dan
mengeluarkan asam laktat yang dapat mengawetkan susu dan mengurai gula susu sehingga orang yang
tidak tahan dengan susu murni dapat mengonsumsi yoghurt tanpa khawatir akan menimbulkan masalah
kesehatan.
b. Terasi
Sedangkan Lactobacillus sp. biasanya digunakan untuk pembuatan terasi. Terasi biasanya terbuat
dari udang kecil (rebon), ikan kecil ataupun teri. Proses pembuatan terasi dilakukan secara fermentasi.
Rebon yang telah kering ditumbuk dan dicampur dengan bahan lain kemudian diperam selama 3-4
minggu. Selama fermentasi, protein diekstrak menjadi turunan-turunanya seperti pepton, peptida dan asam
amino. Fermentasi juga menghasilkan amonia yang menyebabkan terasi berbau merangsang.
c. Kefir
Ada beberapa jenis lactobacillus yang juga berperan dalam pembuatan kefir. Bakteri yang berperan
antara lain: Lactocococcus lactis, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus kefir, Lactobacillus
kefirgranum, Lactobacillus parakefir. Semua bakteri tadi merupakan bibit kefir dan berfungsi sebagai
penghasil asam laktat dari laktosa. Sedangkan Lactobacillus kefiranofaciens berperan sebagai pembentuk
lendir (matriks butiran kefir).
(sumber:https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

2. Streptococcus

Gambar 2.3.2.
Streptococcus lactis

(Sumber : pixels.com)

Jenis bakteri streptococcus yang biasanya digunakan dalam makanan adalah Streptococcus lactis.
Bakteri ini berperan dalam pembuatan mentega, keju dan yoghurt. Pada pembuatan yoghurt, bakteri
streptococcus bekerjasama dengan bakteri lactobacillus. Bakteri lactobacillus berperan dalam
pembentukan aroma yoghurt, sedangkan bakteri Streptococcus lactis berperan dalam pembentukan rasa
yoghurt.
Pada pembuatan mentega dan keju, bakteri Streptococcus lactis diperlukan untuk menghasilkan
asam laktat. Pada pembuatan keju, asam laktat dapat menghasilkan gumpalan susu berbentuk seperti tahu.
Gumpalan ini kemudian dipadatkan dan diberi garam. Garam berfungsi untuk mempercepat proses
pengeringan, penambah rasa dan pengawet. keju diperam untuk dimatangkan selama sekitar 4 minggu.
Selama proses pemeraman inilah, citarasa dan tekstur dari keju terbentuk.
(sumber:https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

3. Pediococcus cerevisiae

12
Gambar 2.3.3.
Streptococcus lactis

(Sumber : biologindahaha.blogspot.com)

Bakteri Pediococcus sp. digunakan dalam pembuatan sosis. Tidak semua sosis dibuat melalui proses
fermentasi. Sosis fermentasi dikenal dengan istilah dry sausage atau semi dry sausage. Contoh sosis
jenis ini antara lain adalah Salami Sausage, Papperson Sausage, Genoa Sausage, Thurringer Sausage,
Cervelat SausageChauzer Sausage.
(sumber:https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

4. Acetobacter

Gambar 2.3.4.
Acetobacter xylinum

(Sumber : fineartamerica.com)

Jenis acetobacter yang terkenal perannya dalam pengolahan makanan adalah Acetobacter xylinum
yang berperan dalam pembuatan nata de coco. Bakteri ini disebut juga dengan bibit nata. Bakteri akan
membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah asam. Dalam kondisi tersebut,
bakteri akan menghasilkan enzim yang dapat membentuk zat gula menjadi serat atau selulosa. Dari jutaan
bakteri yang tumbuh pada air kelapa tersebut akan dihasilkan jutaan benang-benang selulosa yang akan
memadat dan menjadi lembaran-lembaran putih yang disebut nata.
(sumber:https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

5. Jamur Rhyzopus oryzae

Gambar 2.3.5
Jamur Rhyzopus
oryzae

(sumber: lindaanggi19.wordpress.com)

Jamur ini sangat berperan dalam pembuatan tempe. Tempe sendiri dapat dibuat dari kacang kedelai
maupun bahan nabati lain yang berprotein. Pada tempe berbahan kedelai, jamur selain berfungsi untuk
mengikat atau menyatukan biji kedelai juga menghasilkan berbagai enzim yang dapat meningkatkan nilai
cerna saat dikonsumsi.
(sumber:https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

13
6. Neurospora sitophila

Gambar 2.3.6.
Neurospora sitophila

(Sumber: bioselisthebest.blogspot.com)

Jamur ini berperan dalam pembuatan oncom. Oncom dapat dibuat dari kacang tanah yang
ditambahkan dengan bahan makanan lain seperti bungkil tahu. Bahan-bahan tersebut dapat menjadi
oncom dengan bantuan jamur oncom. Proses yang terjadi dalam pembuatan oncom hampir sama dengan
pembuatan tempe.
(sumber:https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

7. Aspergillus wentii dan Aspergillus oryzae

Gambar 2.3.7. Jamur


keluarga aspergillus dan
neurospora crassa

(sumber: slideshare.net)

Jamur-jamur ini berperan dalam pembuatan kecap dan tauco. Kecap atau tauco dibuat dari kacang
kedelai. Proses pembuatannya mengalami dua tahap fermentasi. Proses fermentasi pertama, yaitu adanya
peran jamur Aspergillus wentii dan Aspergillus oryzae. Protein akan diubah menjadi bentuk protein
terlarut, peptida, pepton dan asam-asam amino, sedangkan karbohidrat diubah oleh aktivitas enzim
amilolitik menjadi gula reduksi. Proses fermentasi kedua menghasilkan kecap atau tauco yang merupakan
aktivitas bateri Lactobacillus sp. Gula yang dihasilkan pada Kecap proses fermentasi diubah menjadi
komponen asam amino yang menghasilkan rasa dan aroma khas kecap.
(sumber:https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)
8.Saccharomyces cerevisiae

Gambar 2.3.8.
Saccharomyces
cerevisiae

(Sumber:fineartamerica.com)

Jamur ini dimanfaatkan untuk pembuatan tape, roti dan minuman beralkohol dengan cara fermentasi.
Tape dibuat dari singkong atau beras ketan. Dalam pembuatan tape, mikrobaberperan untuk mengubah pati
menjadi gula sehingga pada awal fermentasi tape berasa manis. Selain Saccharomyces cerivisiae, dalam
proses pembuatan tape ini terlibat pula mikrorganisme lainnya, yaitu Mucor chlamidosporus dan
Endomycopsis fibuligera. Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam mengubah pati menjadi Tape
gula sederhana (glukosa). Adanya gula menyebabkan mikroba yang menggunakan sumber karbon gula
mampu tumbuh dan menghasilkan alkohol. Keberadaan alkohol juga memacu tumbuhnya bakteri
pengoksidasi alkohol yaitu Acetobacter aceti yang mengubah alkohol menjadi asam asetat dan menyebabkan
rasa masam pada tape yang dihasilkan.

14
(sumber:https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)
Pada pembuatan roti, fermentasi berfungsi menambah cita rasa, mengembangkan adonan roti dan
membuat roti berpori. Hal ini disebabkan oleh gas CO2 yang merupakan hasil fermentasi. Roti yang dibuat
menggunakan ragi memerlukan waktu fermentasi sebelum dilakukan pemanggangan. Pembuat roti harus
menyimpan adonan di tempat yang hangat dan agak lembab. Keadaan lingkungan tersebut dapat
memungkinkan ragi untuk berkembang biak, memproduksi karbon dioksida secara terus menerus selama
proses fermentasi.

d. Mikroba yang Merugikan


Selain ada yang menguntungkan juga terdapat beberapa mikroba yang dapat merugikan, yaitu:
1. Clostridium botulinium , menghasilkan toksin dan membusukkan makanan
2. Leuconostoc mesenteroides , penyebab pelendiran makanan, penurunan pH, dan pembentukkan gas.
3. Burkholderia gladioli (sin.Pseudomonas cocovenenan), menghasilkan asam bongkrek, terdapat pada
tempe bongkrek.
(sumber:https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

e. Pengawetan Bahan Makanan


Pengawetan makanan dilakukan adalah untuk menanggulangi akibat negatif yang ditimbulkan oleh mikroba
dalam makanan. Fungsi utama dari pengawet makanan adalah :
a. Memperpanjang umur atau masa simpan makanan
b. Mencegah terjadinya kerusakan makanan dalam rentan waktu yang singkat, yang seringnya disebabkan
oleh aktivitas mikroba dalam bahan makanan.
c. Penggunaan pengawet makanan dalam bahan makanan akan mencegah dan mematikan pertumbuhan
mikroba penyebab rusaknya bahan makanan.
Cara pengawetan bahan makanan dapat disesuaikan dengan keadaan bahan makanan, komposisi
bahan makanan, dan tujuan dari pengawetan. Secara garis besar ada tiga cara dalam mengawetkan makanan,
yaitu fisik, biologi dan kimia.

1. Fisik
Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang paling bervariasi jenisnya, contohnya adalah:
a) Pemanasan; Teknik ini dilakukan untuk bahan padat, namun tidak efektif untuk bahan yang mengandung
gugus fungsional, seperti vitamin dan protein.
b) Pendinginan; Dilakukan dengan memasukkan ke lemari pendingin, dapat diterapkan untuk daging dan
susu.
c) Pengasapan; Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk pengawetan jangka panjang, biasa
diterapkan pada daging.
d) Pengalengan; Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika (ruang hampa dalam kaleng).
e) Pembuatan acar; Sering dilakukan pada sayur ataupun buah.
f) Pengentalan dapat dilakukan untuk mengawetkan bahan cair
g) Pengeringan; mencegah pembusukan makanan akibat mikroorganisme, biasanya dilakukan untuk bahan
padat yang mengandung protein dan karbohidrat
h) Pembuatan tepung; Teknik ini sangat banyak diterapkan pada bahan karbohidrat i) Irradiasi, untuk
menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia.
(sumber: Prasetya Ramadhan, mikrobiologi industri)

2. Biologi
Pengawetan secara biologis, misalnya peragian (fermentasi), adalah pengawetan dengan menggunakan
jasa enzim. Enzim adalah suatu katalisator biologis yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan dapat membantu
mempercepat bermacam-macam reaksi biokimia. Enzim yang terdapat dalam makanan dapat berasal dari
bahan mentahnya atau mikroorganisme yang terdapat pada makanan tersebut.
Bahan makanan seperti daging, ikan, susu, buah-buahan dan biji-bijian mengandung enzim tertentu
secara normal ikut aktif bekerja di dalam bahan tersebut. Enzim dapat menyebabkan perubahan dalam bahan
pangan. Perubahan itu bisa menguntungkan dan merugikan. Yang menguntungkan bisa dikembangkan
semaksimal mungkin, yang merugikan harus dicegah. Perubahan yang terjadi dapat berupa rasa, warna,
bentuk, kalori, dan sifat-sifat lainnya.
Enzim penting dalam pengolahan daging antara lain bromelin dari nenas, dan papain dari getah buah atau
daun pepaya. Enzim bromelin didapat dari buah nenas, digunakan untuk mengempukkan daging.
Aktifitasnya dipengaruhi oleh kematangan buah, konsentrasi pemakaian dan waktu penggunaan. Untuk
memperoleh hasil maksimum sebaiknya digunakan buah yang muda. Semakin banyak nenas yang
digunakan, semakin cepat proses bekerjanya.
(sumber: Prasetya Ramadhan, mikrobiologi industri)

3. Kimiawi
Selain secara alami dan biologis, pengawetan juga bisa menggunakan bahan-bahan kimia seperti
gula pasir, garam dapur, nitrat, nitrit, natrium benzoat, asam propionat, asam sitrat, garam sulfat dan lain-
lain. Proses pengasapan juga termasuk cara kimia sebab bahan-bahan kimia dalam asap dimasukkan ke
dalam makanan yang diawetkan. Apabila jumlah pemakaiannya tepat, pengawetan dengan bahan-bahan
kimia dalam makanan sangat praktis karena dapat menghambat berkembangbiaknya mikroorganisme seperti
jamur atau kapang, bakteri dan ragi. Prinsip dari pengawetan ini adalah sebagai berikut.
1. Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan

15
2. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan termasuk serangan hama
3. Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet
juga diharapkan dapat mengganggu kondisi optimal pertumbuhan mikroba. Ditinjau secara kimiawi,
pertumbuhan mikroba yang paling rawan adalah keseimbangan elektrolit pada sistem
metabolismenya. Karena itu bahan kimia yang digunakan untuk antimikroba yang efektif biasanya
digunakan asam-asam organik. Cara yang dapat ditempuh untuk mencegah atau memperlambat
kerusakan mikrobial adalah:
a. mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja dengan aseptis)
b. mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan proses filtrasi
c. menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, misalnya dengan penggunaan suhu
rendah, pengeringan, penggunaan kondisi anaerobik atau penggunaan pengawet kimia
d. membunuh mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi atau radiasi.
(sumber: Prasetya Ramadhan, mikrobiologi industri)

2.3.3. Mikrobiologi Pasca-Panen


Ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan peranan mikroba pada masa pasca-panen (pertanian pangan,
tanaman industri, tanaman obat dll). (Iskandar Zulkarnain,2014 )
Mikrobiologi pasca panen pada kasus beras, beras sebagai jenis bahan-makanan, merupakan substrat yang
paling parah ditumbuhi oleh mikroba, terutama oleh jamur dan ragi. Beberapa jenis jamur yang dapat
berkembang di dalam beras seperti Aspergillus, Penicillium, dan Fusarium. Kehadiran jamur dan ragi pada beras
berhubungan erat dengan lingkungan tempat asal bahan tersebut, yaitu :
1. Lapangan tempat padi tumbuh dan dipelihara
2. Kontaminasi selama pengangkutan, pengolahan, dan penyimpanan
3. Udara
4. Benda-benda asing seperti bagian dari tanaman lain, debu, kotoran hewan, dan sebagainya yang terbawa
bersama beras.

Banyak jenis jamur dan ragi yang tumbuh pada beras kemudian disebut jamur gudang. Akibat adanya
pertumbuhan jamur dan ragi pada beras, bukan saja akan menyebabkan keadaan yang dengan cepat diketahui
seperti penurunan volume atau berat, perubahan warna, kadang-kadang tercium bau asam, tetapi juga ada
masalah yang sangat penting yang berhubungan dengan kasus keracunan dan terjadinya gejala penyakit kanker,
yaitu produksi dan kemudian akumulasi mikotoksin, atau toksin yang dihasilkan oleh jamur. Berbagai jenis
jamur telah sejak lama diketahui menghasilkan mikotoksin, pada beras jenis-jenis yang sudah diketahui
kemampuannya untuk menghasilkan mikotoksin adalah jenis jamur Aspergillus dapat menghasilkan 34 jenis
mikotoksin, jenis jamur Penicillium dapat menghasilkan 45 jenis mikotoksin, dan jenis jamur Fusarium dapat
menghasilkan 6 jenis mikotoksin.
(sumber: https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

2.3.4. Makanan Fermentasi dan Protein Sel Tunggal


Makanan fermentasi adalah makanan yang diolah menggunakan mikroba lain untuk merubah kandungan zat
makanan yang terkandung di dalamnya. Makanan fermentasi ini memang akrab untuk masyarakat Indonesia
pada umumnya. Yang membuat makanan fermentasi akrab di telinga masyarakat Indonesia tentu saja masalah
pengolahannya. Fermentasi menggunakan ragi sebagai bahan utama pengolah bahan makanana yang
difermentasi. Fermentasi sendiri merupakan bagian terpenting dari pengolahan makanan tipe ini. Ragi dalam
proses fermentasi berfungsi sebagai zat pengikat gizi supaya makanan tidak rusak dengan adanya bakteri yang
hidup di dalamnya. Proses fermentasi dalam makanan adalah untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba,
mempertahankan gizi yang dikehendaki dan menciptakan kondisi yang tidak baik bagi mikroba yang
merugikan.(Iskandar Zulkarnain,2014)
Protein sel tunggal merupakan produk pengembangan bahan makanan berkadar protein tinggi yang berasal
dari mikroba melalui mekanisme biteknologi. Istilah protein sel tunggal (PST) digunakan untuk membedakan
bahwa protein sel tunggal berasal dari mikro organisme bersel tunggal atau banyak, contohnya seperti bakteri
atau alga. Pemanfaatan mikroorganisme tersebut dilakukan untuk menghasilkan kualitas produk makanan
berprotein tinggi. Sejarah penggunaan protein sel tunggal secara komersial dimulai pada era Perang Dunia
pertama di negara Jerman dengan memproduksi khamir torula. Operasi utama dalam memproduksi protein sel
tunggal adalah dengan cara fermentasi yang bertujuan untuk mengoptimalkan konversi substrat menjadi massa
mikrobial. Contoh penggunaanna antara lain Mikoprotein dari Fusarium, Substrat: tepung gandum dan ketan
serta Spirulina dan Chlorella. Contoh diatas dipilih oleh para ilmuwan dalam mengembangkan protein sel
tunggal disebabkan kadar protein lebih tinggi dari protein kedelai atau hewan dan memiliki pertumbuhan yang
cepat dan tepat.
Mikroorganisme yang dibiakkan untuk protein sel tunggal dan digunakan sebagai sumber protein untuk
hewan atau pangan harus mendapat perhatian secara khusus. Mikroorganisme yang cocok antara lain memiliki
sifat tidak menyebabkan penyakit terhadap tanaman, hewan, dan manusia. Selain itu, nilai gizinya baik, dapat
digunakan sebagai bahan pangan atau pakan, tidak mengandung bahan beracun serta biaya produk yang
dibutuhkan rendah. Mikroorganisme yang umum digunakan sebagai protein sel tunggal, antara lain alga
Chlorella, Spirulina, dan Scenedesmus; dari khamir Candida utylis; dari kapang berfilamen Fusarium
gramineaum; maupun dari bakteri.

Ada dua faktor pendukug pengembangbiakan mikroorganisme untuk protein sel tunggal, yaitu:
a) laju pertumbuhan sangat cepat jika dibandingkan dengan sel tanaman atau sel hewan dan waktu yang
diperlukan untuk penggandaan relatif singkat;

16
b) berbagai macam substrat yang digunakan bergantung pada jenis mikroorganisme yang digunakan. Kelebihan
protein sel tunggal adalah sebagai berikut: a) laju pertumbuhan sangat cepat yaitu dalam ukuran jam dan masih
bisa ditingkatkan lagi.
c) dapat menggunakan bermacam-macam media atau substrat.
d) produksi protein sel tunggal tidak bergantung pada iklim dan musim.
e) memiliki kandungan protein lebih tinggi daripada hewan dan tumbuhan.
(sumber: https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

2.3.5. Mikrobiologi Industri


Industri mikrobiologi adalah kegiatan industri yang melibatkan jasad hidup (mikroba) sebagai jasad
pemroses. Karenanya selama proses berlangsung, segala kegiatan akan melibatkan reaksi secara ensimatik.
(Iskandar Zulkarnain,2014)
Mikroba yang mempunyai kemampuan di dalam proses industri, pada umumnya terdiri dari :
1) Kelompok utama
- Bakteri
- Fungi
- Mikroalga
2) Kelompok lain
- Protozoa
- Virus

Salah satu keuntungan di dalam industri mikrobiologi ialah bahwa bahan baku tidak selamanya harus
menggunakan bahan segar, tetapi dapat juga bahan sisa/ limbah atau bahkan bahan buangan sekalipun. Juga
pelaksanaan proses tidak selamanya harus dilakukan di lingkungan pabrik yang mempunyai bangunan khusus, di
alam terbuka pun, seperti misalnya dalam bentuk kolam, saluran dan sebagainya, proses dapat berlangsung.

a. Sektor Industry-mikrobial
Bidang kegiatan industri-mikrobial yang tergantung kepada hasil yang didapatkan, terbagi ke dalam beberapa
sector-kegiatan, antara lain : sector kimia, sector farmasi, sector makanan,sector pertanian, dan sebagainya.
b. Contoh Industry-mikrobial
Kegiatan industry-mikrobial tidak saja hanya dilakukan di dalam skala besar seperti di dalam bentuk pabrik
/industry besar dengan modal besar dan secara banyak, tetapi dapat pula berjalan di dalam skala kecil dengan
modal terbatas dan sarana sederhana. Yang terakhir misalnya dalam bentuk pabrik bahan makanan yang
difermentasikan secara tradisi (tempe,oncom,kecap,terasi,pindang,dan sebagainya) yang sampai saat ini
masih tetap berbentuk kegiatan kecil atau sedang yang masih berbentuk kegiatan turun menurun di
lingkungan keluarga terbatas.
(sumber: https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

Beberapa contoh kegiatan industry microbial yang perlu untuk diketengahkan antara lain :
1. Pembuatan Alkohol
Alkohol merupakan senyawa organik yang sangat bermanfaat. Maka dari itu usaha untuk membuat
alkohol pun semakin besar. Inilah reaksi pembuatan alkohol:

Mereaksikan Alkil Halida (Haloalkana) dengan Basa


Reaksi antara alkil halida dengan basa akan menghasilkan alkohol dan garam.
RX + KOH →ROH + KX Cara ini digunakan secara khusus untuk membuat amil alkohol dalam skala
besar, yaitu dengan mereaksikan kloropentana dan KOH. Dari hasil eksperimen dapat disimpulkan
bahwa alkil iodida lebih cepat reaksinya daripada alkil bromida maupun alkil klorida. Selain itu halida
primer menghasilkan hasil alkohol yang lebih banyak dibandingkan dengan alkil halida sekunder
maupun tersier.

Mereduksi Aldehida dan Keton


Reaksi aldehida oleh hidrogen menghasilkan alkohol primer. RCHO + H2→ ROH
Sedangkan reaksi keton oleh hidrogen menghasilkan alkohol sekunder. ROR + H2→ ROH
Alkohol tersier tidak dapat dihasilkan melalui reaksi reduksi.

Hidrolisis Alkil Hidrogensulfat


Pembuatan alkohol dengan cara hidrolisis alkil hidrogen sulfat banyak digunakan untuk membuat etanol
perdagangan. Senyawa etil hidrogensulfat yang diperlukan dibuat dari reaksi adisi H2SO4 pada etena.
Contoh: CH3-CH2-SO3 H + H2O → CH3CH2OH + H2SO4

Hidrasi Alkena
Alkena jika dikenai reaksi hidrasi dengan adanya asam encer akan menghasilkan alkohol. Sebagai
contoh, hidrasi etilena akan menghasilkan etil alkohol (etanol).
Reaksinya adalah: CH2=CH2+ H2O⇌CH3CH2OH

Hidrolisis Ester
Rumus ester suatu asam organik adalah RCOOR'. Bila ester tersebut dihidrolisis dapat menghasilkan
alkohol dan asam karboksilat menurut persamaan reaksi: RCOOR' + H2O ⇌ RCOOH + R'OH

17
Cara hidrolisis ini ditempuh saat tidak ada cara lain untuk membuat suatu alkohol yang diperlukan.
2. Pembuatan sirup glukosa
Proses pembuatan Sirup glukosa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: - Hidrolisis secara
enzimatis. - Hidrolisis secara asam.
1. Hidrolisis secara enzimatis
Hidrolisis secara enzimatis memutus rantai pati secara spesifik pada percabangan tertentu. Hidrolisis
enzimatis memiliki beberapa keuntungan, yaitu prosesnya lebih spesifik, kondisi prosesnya dapat
dikontrol, biaya pemurnian lebih murah, dihasilkan lebih sedikit abu dan produk samping, dan kerusakan
warna dapat diminimalkan. Pada hidrolisis pati secara enzimatis untuk menghasilkan sirup glukosa,
enzim yang dapat digunakan adalah α-amilase, β-amilase, amiloglukosidase, glukosa isomerase,
pullulanase, dan isoamilase. Tahapan pembuatan sirup glukosa dengan cara hidrolisis menggunakan
enzim terdiri dari likuifikasi, sakarifikasi, purifikasi, dan evaporasi. Tingkat mutu sirup glukosa yang
dihasilkan ditentukan oleh kadar air, warna sirup, dan tingkat konversi pati menjadi komponen-
komponen glukosa, maltosa, dan dekstrin, yang dihitung sebagai ekuivalen dekstrosa (DE). Nilai
ekuivalen dekstrosa (DE) sirup glukosa yang tinggi dapat diperoleh dengan optimalisasi proses
likuifikasi dan sakarifikasi, sedangkan kadar padatan dan warna sirup glukosa yang sesuai standar (SNI)
diperoleh dengan proses evaporasi.
(sumber: https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

2. Hidrolisis secara asam


Hidrolisis pati dengan menggunakan katalis asam, molekul pati akan dipecah secara acak oleh asam
dan gula yang dihasilkan sebagian besar merupakan gula pereduksi. Pada hidrolisis pati menggunakan
katalis enzim, molekul pati akan dipecah atau diputus oleh enzim secara spesifik pada percabangan
tertentu. Hidrolisis pati secara asam hanya akan mendapatkan sirup glukosa dengan dektrosa equivalen
(DE) sebesar 55. Sedangkan hidrolisis pati secara enzimatis akan mendapatkan sirup glukosa dengan DE
lebih dari 95%.
(sumber: https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

3. Pembuatan Asam Asetat


Dalam pabrik pembuatan asam asetat lebih sering menggunakan metode karbonilasi methanol. Ada
dua macam proses pembuatan asam asetat dalam pabrik yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses
monsanto menggunakan katalis kompleks Rhodium, sedangkan proses cativa menggunakan katalis
iridium yang didukung oleh ruthenium.
(sumber: https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

4. Pembuatan Asam Sitrat


Dalam proses produksi asam sitrat yang sampai saat ini lazim digunakan, biakan kapang Aspergillus
niger diberi sukrosa agar membentuk asam sitrat. Setelah kapang disaring dari larutan yang dihasilkan,
asam sitrat diisolasi dengan cara mengendapkannya dengan kalsium hidroksida membentuk garam
kalsium sitrat. Asam sitrat di-regenerasi-kan dari kalsium sitrat dengan penambahan asam sulfat.
Cara lain pengisolasian asam sitrat dari hasil fermentasi adalah dengan ekstraksi menggunakan
larutan hidrokarbon senyawa basa organik trilaurilamina yang diikuti dengan re-ekstraksi dari larutan
organik tersebut dengan air.
(sumber: https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

5. Pembuatan Enzim
Bakteri tunggal mampu memproduksi enzim dalam jumlah yang kecil, semakin banyak
mikroorganisme yang terlibat maka akan menghasilkan jumlah enzim yang lebih banyak. Proses
penggandaan mikroorganisme inilah yang disebut dengan proses fermentasi. Untuk menghasilkan enzim
dalam skala industri, tetap saja diawali oleh sebotol kecil mikroorganisme yang dipersiapkan untuk itu.
Umumnya mikroorganisme dalam bentuk kering atau sudah dalam bentuk terbekukan untuk menjaga
dari gangguan lingkungan yang mampu mengubah keadaan mikroorganisme tersebut atau malah dapat
mematikannya. Mikroorganisme tertentu yang dipersiapkan tersebut dinamakan “production strain”, atau
mikroorganisme jenis tertentu yang merupakan cikal bakal produk enzim.
Hal yang sangat penting diperhatikan dalam proses fermentasi adalah sterilisasi. Untuk memperoleh
enzim sesuai dengan yang diinginkan, strain produksi dan bahan baku yang digunakan dalam proses
pembuatan enzim haruslah benar-benar terjaga dari kontaminan atau mikroorganisme lain yang tidak
diinginkan. Hal ini untuk menjaga produk dan menghilangkan kegagalan produk, Jika strain produksi
tidak dijaga dari kontaminan,
kemungkinan akan terjadi penggandaan yang tidak terkendali, mikroorganisme “antah barantah”
akan muncul dengan tujuannya masing-masing dan dalam keadaan ini produk yang diinginkan tidak akan
diperoleh. Strain produksi, disebut juga bibit untuk produksi enzim, pada mulanya dibiakan dalam labu
kecil yang mengandung nutrien. Nutrien adalah persediaan bahan makanan untuk mikroorganisme
tertentu yang akan dikembangbiakkan. Labu tersebut ditempatkan dalam inkubator, sebuah alat yang
mampu menjaga temperatur optimal bagi pertumbuhan mikroorganisme yang dimaksud.
(sumber: https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

6. Pembuatan keju

18
Pembuatan keju adalah proses yang dilakukan untuk mengolah susu hingga menjadi berbagai jenis
keju. Pembuatan keju pada dasarnya sama walaupun ada ratusan jenis keju yang diproduksi di seluruh
dunia. Keju memiliki gaya dan rasa yang berbeda-beda, tergantung jenis air susu yang digunakan, jenis
bakteri atau jamur yang dipakai dalam fermentasi, lama proses fermentasi maupun penyimpanan
("pematangan"). Faktor lain misalnya jenis makanan yang dikonsumsi oleh mamalia penghasil susu dan
proses pemanasan susu. Ada lima tahapan utama dalam pembuatan keju.
(sumber: https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

2.3.6. Mikrobiologi Kesehatan


Suatu mikroorganisme yang membuat kerusakan atau kerugian terhadap tubuh inang disebut sebagai patogen.
Sedangkan kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit disebut pathogenesis. Ketika suatu
mikroorganisme memasuki inang yang memasuki jaringan tubuh dan memperbanyak diri, mikroorganisme dapat
menimbulkan infeksi. Jika keadaan inang rentan terhadap infeksi dan fungsi biologinya rusak, maka hal ini dapat
menimbulkan penyakit. Patogen merupakan beberapa jenis mikroorganisme atau organisme lain yang berukuran
yang lebih besar yang mampu menyebabkan penyakit.(Iskandar Zulkarnain,2014)
Derajat kemampuan suatu pathogen oportunistik untuk menyebabkan penyakit disebut virulensi. Komponen
mikroorganisme yang meningkatkan pathogenesis disebut factor virulensi. Jika suatu mikroorganisme lebih
mampu menyebabkan suatu penyakit, dikatakan lebih virulen dari yang lain. Factor virulensi beberapa pathogen
mudah diidentifikasi. Sebagai contoh, sel Streptococcus pnemoniae yang memiliki kapsul bersifat virulen dan
menyebabkan pneumonia, sebaliknya yang tidak berkapsul bersifat avirulen. Strain virulen dari Corynebacterium
diptheriae menghasilkan suatu toksin yang menyebabkan diphtheria. Untuk kebanyakan pathogen, factor
virulensi tidak begitu nyata.
Mekanisme suatu pathogen untuk menyebabkan penyakit infeksi, adalah melalui tahapan sebagai berikut :
a. Harus menginfeksi inang (suatu pathogen primer harus memasuki inang).
b. Harus melakukan metabolism dan memperbanyak diri dalam jaringan inang.
c. Harus melawan pertahanan inang, untuk sementara.
d. Harus merusak inang.

Menguntungkan Merugikan
Nama MO Produk Nama MO Produk
Lactobacillus Yakult Bacillusantracis Penyakit antrak
shirota

Corynebacterium Asam Glutamat Clostridiumtetani Penyakit tetanus


glutamicum

Penicilium Penisilin Mycobacterium PenyakitTBC


crysogenum tuberculosis

Yeast(Ragi) Roti,Tape Neisseria Penyakit


meningitidis meningitis

Aspergilusniger AsamSitrat Clostridium botulinium menghasilkan toksin dan


membusukkan makanan
(sumber:silabusperkuliahan mikrobiologi industri)

2.3.7. Mikrobiologi Kesenjataan


Senjata biologi (bahasa Inggris: biological weapon) adalah senjata yang menggunakan patogen (bakteri,
virus, atau organisme penghasil penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan
musuh. Dalam pengertian yang lebih luas, senjata biologi tidak hanya berupa organisme patogen, tetapi juga
toksin berbahaya yang dihasilkan oleh organisme tertentu. Dalam kenyataanya, senjata biologi tidak hanya
menyerang manusia, tetapi juga hewan dan tanaman.(Iskandar zulkarnain,2014)

Pembuatan dan penyimpanan senjata biologi telah dilarang oleh Konvensi Senjata Biologi 1972 yang
ditandatangani oleh lebih dari 100 negara. Alasan pelarangan ini adalah untuk menghindari efek yang dihasilkan
senjata biologi, yang dapat membunuh jutaan manusia, dan menghancurkan sektor ekonomi dan sosial. Namun,
Konvensi Senjata Biologi hanya melarang pembuatan dan penyimpanan senjata biologi, tetapi tidak melarang
pemakaiannya. Penggunaan senjata biologi mempunyai keuntungan dan ada juga kerugian seperti :

Keuntungan : Penggunaan senjata biologi memiliki beberapa keuntungan dan keunggulan dibandingkan jenis
senjata militer lainnya. Beberapa keuntungan pemakaian senjata biologi adalah biaya produksi relatif murah
dibandingkan senjata penghancur lainnya, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan agen biologi
cukup sederhana, dan waktu yang diperlukan dalam pembuatannya relatif lebih pendek. Secara ekonomis,
pembuatan senjata biologi juga menguntungkan karena dapat dibuat vaksin atau penawar dari senjata biologi
yang telah diciptakan dengan alat yang sama namun vaksin dapat diperdagangkan kembali dengan harga tinggi.
Penyerangan dengan senjata biologi disukai oleh banyak negara karena penyebarannya tidak terdeteksi dan
musuh tidak menyadari adanya penyerangan dengan senjata biologi. Selain itu, agen biologi yang hidup di dalam
tubuh manusia dapat berkembang biak dan menyebar dari individu satu ke individu lain secara alami. Hal ini
sangat mungkin terjadi karena agen biologi (terutama virus) yang disebar tidak terlihat oleh mata telanjang, tidak
berbau, dan tidak berasa. Dibandingkan dengan senjata nuklir, senjata biologi lebih unggul karena

19
penggunaannya tidak merusak infrastruktur atau fasilitas yang ada dalam daerah yang diserang, sehingga
infrastruktur yang tertinggal dapat dimanfaatkan kembali.

Kerugian: Penggunaan senjata biologi juga memiliki kelemahan yang apabila tidak diperhitungkan secara
cermat dapat merugikan. Di antaranya adalah perlunya perhitungan cuaca atau kondisi yang tepat untuk
melakukan penyebaran senjata tersebut karena sedikit perubahan arah angin dapat mengakibatkan agen biologi
berbalik menyerang diri sendiri. Untuk agen biologi yang disebar melalui udara, waktu tinggal atau ketahanan
mereka di udara merupakan hal yang penting untuk diketahui agar tidak terjadi infeksi sekunder pada pasukan
penyerang ketika mereka memasuki daerah yang telah berhasil dilumpuhkan/diinfeksi. Pasukan yang bertugas
menyebarkan senjata biologi juga harus dilengkapi dengan berbagai alat pelindung karena resiko terinfeksi agen
biologi yang digunakan sebagai senjata dapat dialami oleh mereka. Beberapa jenis senjata biologi juga diketahui
rentan terhadap radiasi matahari maupun perubahan cuaca sehingga agen biologi dapat terinaktivasi dan tidak
dapat berfungsi dengan baik. Untuk beberapa jenis senjata biologi seperti itu, biasanya dilakukan penyebaran
pada larut malam atau pagi subuh sehingga radiasi matahari tidak akan mengganggu dan agen biologi dapat
menyebar pada ketinggian yang rendah dan menyelimuti daerah yang diserang. Kerugian lain dari penggunaan
senjata biologi adalah adanya beberapa agen biologi yang dapat bertahan lama di lingkungan (seperti spora
Bacillus anthracis) sehingga daerah yang telah diinfeksi tidak dapat dihuni/ditinggali dalam jangka waktu yang
cukup lama.
(sumber: https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

1. Dasar Perang Biologi


Penggunaan jasad/agensia biologi di dalam sistem perang, tidak mengenal waktu. Artinya senjata tersebut
dapat dipergunakan di waktu perang ataupun di waktu damai. Bahkan masa damai merupakan waktu yang paling
menguntungkan untuk penggunaan senjata tersebut kalau dibandingkan dengan masa perang. Setiap jasad yang
dipergunakan sebagai agensi-persenjataan harus memenuhi kriteria dasar, antara lain :
a. Dapat membunuh atau melumpuhkan lawan secara langung ataupun tidak langsung secara cepat ataupun
lambat.
b. Dapat menurunkan semangat tempur (daya tempur) lawan dengan cara:
- Melemahkan dengan kekuatan lawan secara langsung ataupun tidak langsung.
- Menggagalkan sarana penunjang lawan (industri, pertanian, dan sebagainya).
c. Menurunkan mental lawan.
d. Merawankan masyarakat yang mengakibatkan timbulnya rasa ketidak percayaan terhadap penguasa
(pemerintah).

2. Target Senjata Biologi


Jenis jasad hidup yang umum dipergunakan sebagai agensia-persenjataan, umumnya teriri dari : Bakteri,
Jamur dan Virus.

3. Persyaratan jasad
Syarat utama untuk suatu jenis jasad sebagai agensia-persenjataan biologi antara lain : sifat kerahasiaan, baik
dalam bentuk, sifat, cara penyebaran, cara penggunaan serta kecepatan dapat diketahui/dideteksi. Persyaratan
lainnya meliputi :
a. Mudah menyebar pada daerah yang luas. Penyebarannya dapat melalui udara, angin, air, hewan ataupun
manusia.
b. Sukar dilihat (karena tidak berwarna, berbentuk halus), sukar diraba dan sukar dicium (tidak berbau).
c. Mempunyai daya penyakit yang tinggi secara langsung (tanpa masa inkubasi) ataupun sacara tidak
langsung (melalui masa inkubasi terlebih dahulu ).
Disamping itu diperlukan lagi persyaratan dasar yang harus dimiliki oleh jasad sebagai agensia biologi, yaitu :
a. Kemampuan jasad untuk beradabtasi secara cepat/singkat tanpa harus mengurangi sifat keganasan.
b. Kemampuan jasad untuk menetap di dalam lingkungan baru/asing secara cepat/singkat tanpa mengurangi
keganasannya.
c. Kemampuan jasad untuk mempertahankan sifat-sifat aslinya walau harus hidup/berkembang pada
lingkunga yang baru.
d. Kemampuan jasad untuk melakukan penyebaran pada wawasan sebaran yang luas melalui angin, air,
hewan ataupun manusia.
e. Kemampuan untuk memperbanyak diri didalam waktu yang singkat tanpa berubah sifat asli/asalnya.
(sumber: https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

2.3.8. Mikrobiologi analitik


Ada beberapa teknik dasar di dalam analisa mikrobiologi yang harus diketahui, meliputi : teknik transfer
aseptis, Agar Slants (Agar miring), Turbiditas media broth (kekeruhan kaldu),Teknik Dilusi (pengenceran),
TeknikPour-Plate (lempeng tuang), Teknik Spread Plate (lempeng sebar), Teknik Streak Plate (lempeng gores).
Selanjutnya yang akan dibahas hanya teknik transfer aseptis. Teknik transfer aseptis a dalah suatu metode atau
teknik di dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis
agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial dan
kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis
mikrobiologi.(Iskandar Zulkarnain,2014)

A. Analisi Terhadap Air

20
Air merupakan kebutuhan esensial bagi seluruh makhluk hidup dan merupakan habitat yang secara alami
sangat mudah tercemar oleh faktor biotik dan abiotik. Untuk dapat digunakan sebagai air minum, maka air
tersebut harus memenuhi 3 syarat, yaitu nilai MPN koliform dan coli adalah 0 cell/ml, nilai TPC < 102
CFU/ml, dan bakteri patogen harus bernilai 0 atau nihil. Untuk itu, maka pada praktikum ini akan dilakukan
uji mikrobiologi air untuk mengetahui kelayakan air tersebut untuk dapat digunakan sebagai air minum atau
tidak. Dan dari uji tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut
1. Uji pada air kemasan
Pada tahap pemeriksaan kuantitatif, baik pada uji pendugaan, uji penegasan, maupun uji pelengkap,
semuanya bernilai negatif. Sehingga nilai MPN yang didapatkan adalah 0 cell/100 ml. Sedangkan pada
metode TPC dengan media NA didapatkan jumlah mikroba 5 CFU/ml. Dan pada uji patogen dengan medium
EMB ditemukan bakteri E. coli dengan jumlah 7 CFU/ml, dan pada medium SSA ditemukan bakteri
Salmonella dan Shigella dengan jumlah 3 CFU/ml. Dari beberapa nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa air
kemasan tersebut tidak layak untuk diminum.

2. Uji pada air isi ulang


Pada tahap pemeriksaan kuantitatif, baik pada uji pendugaan, uji penegasan, maupun uji pelengkap,
semuanya bernilai negatif. Sehingga nilai MPN yang didapatkan adalah 0 cell/100 ml. Sedangkan pada
metode TPC dengan media NA didapatkan jumlah mikroba 149 CFU/ml. Dan pada uji patogen dengan
medium EMB ditemukan bakteri E. coli dengan jumlah 87 CFU/ml, dan pada medium SSA ditemukan
bakteri Salmonella dan Shigella dengan jumlah 197 CFU/ml. Dari beberapa nilai tersebut dapat disimpulkan
bahwa air isi ulang tersebut tidak layak untuk diminum.

3. Uji pada air PDAM


Pada tahap pemeriksaan kuantitatif, baik pada uji pendugaan, uji penegasan, maupun uji pelengkap,
semuanya bernilai negatif. Sehingga nilai MPN yang didapatkan adalah 0 cell/100 ml. Sedangkan pada
metode TPC dengan media NA didapatkan jumlah mikroba 325 CFU/ml. Dan pada uji patogen dengan
medium EMB ditemukan bakteri E. coli dengan jumlah 129 CFU/ml, dan pada medium SSA ditemukan
bakteri Salmonella dan Shigella dengan jumlah 1 CFU/ml. Dari beberapa nilai tersebut dapat disimpulkan
bahwa air PDAM tersebut tidak layak untuk diminum.

4. Uji pada air sumur


Pada tahap pemeriksaan kuantitatif, baik pada uji pendugaan, uji penegasan, maupun uji pelengkap,
semuanya bernilai negatif. Sehingga nilai MPN yang didapatkan adalah cell/100 ml. Sedangkan pada metode
TPC dengan media NA didapatkan jumlah mikroba 154 CFU/ml. Dan pada uji patogen dengan medium EMB
ditemukan bakteri E. coli dengan jumlah 206 CFU/ml, dan pada medium SSA ditemukan bakteri Salmonella
dan Shigella dengan jumlah 304 CFU/ml. Dari beberapa nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa air sumur
tersebut tidak layak untuk diminum.
(sumber: https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

B. Analisis Terhadap Bahan Makanan


Mikrobilogi pangan adalah ilmu yang mempelajari pengaruh proses pengolahan terhadap sel
mikroorganisme, termasuk mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan. Disamping
itu, ilmu mikrobiologi pangan merupakan ilmu yang juga mempelajari perubahan-perubahan yang merugikan
seperti kebusukan dan keracunan makanan, maupun perubahan-perubahan yang menguntungkan seperti
dalam fermentasi makanan. Proses pengolahan dan pengawetan makanan tidak sepenuhnya dapat mencegah
semua perubahan-perubahan yang merugikan.(Prasetya Ramadhan) Contonya, pada makanan-makanan yang
telah diawetkan dengan pembekuan atau pengeringan, enzim-enzim yang terdapat di dalam bahan pangan
masih mungkin aktif dan menyebabkan perubahan warna, tekstur maupun citarasa dari suatu produk pangan.
1) Perhitungan total count (bakteri, ragi dan jamur)
2) Deteksi dan enumerasi terhadap :
o Bakteri patogen (salmonella, Shigella, Vibrio).
o Bakteri penghasil toksin seperti Clostridium (hidup anaerobik ), Pseudomonas,
Vibrio,Salmonella, Staphylococcus (hidup aerobik).
o Bakteri pembusuk, pemecah protein, penghasil lendir.
o Jamur penghasil mikotoksin (Aspergilus, Penicillium, Fusarium)
o Jamur perubah warna rasa dan bau.
3) Jumlah perkiraan terdekat terhadap bakteri Coli (Umum dan fekal).
(sumber: https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

C. Analisis Terhadap Air Buagan


a) Total count terhadap bakteri, fungi dan mikroalga.
b) Deteksi dan enumerasi terhadap :
- Bakteri patogen (salmonella, Shigella, Vibrio).
- Bakteri penghasil toksin (Clostridium, vibrio, Salmonella, Pseudemonas, Staphylococcus)
- Bakteri pemecah selulosa, lignin.
- Bakteri pengguna (deterjen,pestisida, minyak bumi)
- Bakteri penyebab korosi, deteriorasi, degradasi.
c) Jumlah perkiraan terdekat (Coli-umum, coli-fekal)
d) Indeks pencemar biologis.

21
D. Esei Biologis
Esei biologis dimaksudkan sebagai cara analisis pengukuran suatu bahan yang berhubungan dengan
nilai, kekuatan dan kemampuan serta kandungan dengan menggunakan jasad hidup ( di sini mikroba) sebagai
jasad pengetes. Umumnya senyawa yang dianalisis (diukur) berbentuk:
1) Antibiotik : Antibakteri, anti jamur, anti virus, dan sebagainya.
2) Vitamin: Umumnya vitamin B12
3) Asam amino
4) Senyawa pengatur tumbuh: auksin, giberelin.
(sumber: https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN)

2.3.9. Mikroorgnisme dalam pengolahan Limbah Industri

Industri selalu menghasilkan produk samping yang merupakan sisa hasil produksi. Sisa hasil produksi
tersebut adalah limbah yang tidak semua industry bisa mengolahnya dengan benar. Terkadang ada industry yang
hannya membuang limbah hasil produksi begitu saja, tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu yang
membahayakan lingkungan sekitarnya.(Prasetya Ramadhan,2013)
Jika ditelaah lebih mendalam, dalam dunia mikrobiologi banyak sekali mikroorganisme yang mampu
mendegradasi limbah industri. Berikut adalah jenis industry dan limbah yang dihasilkannya :

Jenis Industri Komponen Limbah Cair


1. Industri Etanol
 Air bekas pencucian tangki dan alat lain
 Limbah bahan sisa fermentasi
 Minyak fusel, salah satu fraksi dari kolom destilasi.
2. Industri Karet
 Air dari sisa pemprosesan
 Sedikit latex yang tidak menggumpal
 Serum yang mengandung bahan organik dan anorganik.
3. Industri Minyak Kelapa Sawit
 Limbah cair dari kegiatan sterilisasi, penjernihan,dan hidrosiklon
 Air cuci dari kegiatan pemerasan minyak, pemisahan biji atau serat, dan
pencucian daging dalam.
4. Industri Pulp dan Kertas
 Air pencucian pulp setelah pemasakan dan pemisahan secara mekanis
 Air dari proses pengelantangan konvensional dengan klor dan penghilangan lignin pada pembuatan pulp
secara kimiawi.
5. Industri Gula
 Air pendingin dan kondensor barometrik
 Air dari proses pencucian pada penghilangan warna, pencucian endapan saringan, dan pencucian alat.
6. Industri Pupuk Nitrogen
 Kondensat yang mengandung amonia, nitrogen organik, urea, dan metanol.
 Buangan dari sistem pengolahan air, demineralisasi, air ketel, dan air pendingin, absorber, dan
tangkipenyimpan bahan.
7. Industri Tekstil
Limbah cair dari proses pengkajian, penghilangan kanji, pengelantangan,pewarnaan,pencetakan dan
proses penyempurnaan.
(sumber: Prasetya Ramadhan, mikrobiologi industri)

A. Mekanisme Pengurain Limbah Secara Aerob


Proses pengolahan air limbah secara mikrobiologis aerob adalah pemanfaatan aktivitas mikroba
aerob dalam kondisi aerob untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air limbah menjadi zat
inorganik yang stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran terhadap lingkungan.
Mikroba aerob ini sebenarnya sudah terdapat di alam dalam jumlah yang tidak terbatas dan
selaludiperoleh dengan sangat mudah. Dalam kapasitas yang terbatas, alam sendiri sudah mampu menetralisir
zat organik yang ada dalam limbah. Namun, dalam kuantitas limbah yang sangat banyak diproduksi sebagai
hasil sampingan dari sekian banyak industri, perlu diadakan usaha pengolahan limbah untuk menjaga
kelestarian alam di samping mendapatkan produk baru yang mempunyai nilai yang ekonomis.

22
Gambar 2.3.1 Pengolahan Air
Limbah secara aerobic
(Aerobic Waste Water
Treatment)
(Sumber: republika.co.id)

Sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia dan kegiatannya, maka timbul pula berbagai jenis dan
jumlah bahan sisa dalam waktu yang relatif sangat singkat, senyawa organik tadi secara aeorob maupun secara
anaerob. Denan adanya oksigen, mikroba aerob akan mengoksidasi senyawa organik senyawa membentuk sel-sel
baru dan bentuk yang lebih stabil disamping menghasilkan CO2, NH3, dan H2O, sedangkan mikraoba anaerob
dengan tidak adanya oksigen akan mengoksidasi senyawa organik menjadi sel-sel baru dan senyawa akhir seperti
CH4, CO2, NH3 dan lain-lain.
Kecepatan reaksi mikrobilogis ini dikontrol oleh adanya enzim sebagai katalis biologis yang dihasilkan oleh
mikroba. Enzim mempunyai spesifik yang tinggi, mengkatalisanya hanya reaksi yang khusus dan dipengaruhi
oleh beberapa faktor lingkungan : suhu, pH, dan lain sebagainya. Macammacam enzim yang sering dijumpai
dalam proses mikrobiologis antara lain : hidrolase, reduktase, oksidase, lipase, amilase, fosfatase dan lain-lain.
Pada proses aerob dimana oksigen merupakan faktor yang harus ada. Ada tiga tipe proses aerob, yaitu :

1. Tricking Filter ( Saringan Tetes )

Tricking filter merupakan salah satu aplikasi pengolahan limbah cair dengan menggunakan teknologi biofilm.
Proses biologis yang terjadi pada biofilm adalah pseudo steady state, yaitu pengabaian reaksi pertumbuhan
biofilm dan difusi substrat pada suatu skala waktu tertentu Saringan tetes dirancang untuk menangani limbah cair
yang encer. Saringan tetes bukan filter tetapi unit-unit oksidasi aerob yang menyerap dan mengoksidasi bahan
organik dalam limbah yang melalui media filter. Media yang dalam saringan tetes umumnya adalah hancuran
batu atau karang dengan ukuran besar, umumnya 2 sampai 4 inci, atau media plastik dengan berbagai
konfigurasi.(Prasetya Ramadhan,2013)
Bakteri fakultatif heterotrofik merupakan populasi mikroorganisme terbesar dalam saringan tetes Protozoa
dan bentuk-bentuk kehidupan hewan yang lebih tinggi terdapat dalam saringan dan ganggang akan tumbuh
dalam permukaan saringan yang muatannya tidak berlebihan, tetapi tidak akan tumbuh dibawah permukaan
karena sinar matahari tidak dapat tembus. Bahan organik di dalam air limbah akan merangsang pertumbuhan
biologik pada permukaan media. Bahan organik tersebut akan diuraiakan oleh mikroorganisme yang menempel
pada media filter. Bahan organik sebagai substrat yang terlarut dalam limbah cair diabsorbsi biofilm (lapisan
berlendir). Pada bagian luar lapisan biofilm, bahan organik diuraikan mikroorganisme aerob. Pertumbuhan
mikroorganisme akan mempertebal lapisan biofilm. Oksigen yang terdifusi dapat dikonsumsi sebelum biofilm
mencapai ketebalan maksimium. Apabila mencapai ketebalan penuh, oksigen tidak mencapai penetrasi secara
penuh, sehingga bagian dalam atau permukaan media menjadi anaerob.
Pada saat lapisan biofilm mengalami penambahan ketebalan, bahan organik yang diabsorbsi dapat diuraikan
oleh mikroorganisme, namun tudak dapat mencapai mikroorganisme yang berada di permukaan media. Dengan
kata lain, tidak tersedia bahan organik untuk sel karbon pada bagian permukaan media, sehingga organisme pada
bagian permukaan akan mengalami fase indigenous (mati). Pada akhirnya, mikroorganisme sebagai biofilm
tersebut akan lepas dari media dan cairan yang masuk akan turut melepas dan mendorong biofilm keluar. Setelah
itu, lapisan biofilm baru akan segera tumbuh. Penting diperhatikan agar pertumbuhan mikroba tidak dibunuh
oleh kondisi toksik dalam limbah karena penyaring tidak akan berfungsi pada efisiensi yang telah dirancang
sampai prtumbuhan mapan kembali yang dapat memakan waktu yang lama.
(sumber: Prasetya Ramadhan, mikrobiologi industri)

2. Activated Sludge ( Lumpur Aktif)


Sistem pengolahan lumpur aktif adalah pengolahan dengan cara membiakkan bakteri aerobic dalam tangki
aerase yang bertujuan untuk menurunkan organik karbon atau organik nitrogen. Dalam penurunan organik
karbon, bakteri yang berperan adalah bekteri heterotrifik. Sumber energi berasal dari oksidasi senyawa organik
dan sumber karbon yang bersal dari organik karbon. BOD atau COD dipakai sebagai ukuran atau satuan yang
menyatakan konsentrasi organik karbon yang selanjutnya disebut substrat.(Prasetya Ramadhan,2013)

23
Proses activated sludge didasarkan atas pengguanaan sejumlah mikroba yang terdapat dalam bentuk flog
tersuspensi akibat agitasi, sehingga akan terjadi kontak dengan senyawa organik dalam air limbah dalam
frekuensi yang sering. Agitasi ini dapat dilakukan dengan agitasi mekanik dengan turbin atau dengan
mengalirkan udara (aerasi).
Pada proses lumpur aktif terdiri atas 2 tangki yaitu, tangki aerasi dimana terjadi reaksi penguraian zat organic
secara biokimia oleh mikroba dalam keadaan cukup oksigen dan tangki biosolid tempat lumpur aktif dipisahkan
dari cairan.
Air limbah bersama lumpur aktif masuk ke dalam tangki aerasi, dimana dilakukan aerasi terus-menerus untuk
memberikan oksigen. Di dalam tangki aerasi ini, terjadi reaksi penguraian zat organik yang terkandung di dalam
air limbah secara biokimia oleh mikroba yang terkandung di dalam lumpur aktif menjadi gas CO2 dan sel baru.
Jumlah mikroba dalam tangki aerasi akan bertambah banyak dengan dihasilkannya sel-sel baru.
Reaksi oksidasi dan sintesis sel yang terjadi adalah sebagai berikut:
Reaksi Oksidasi
CHONS + O2 + Nutrien BAKTERI CO2 + NH3 + C5H7NO2
biomassa
Sintesis/ Respirasi BAKTERI
C5H7NO2 + 5O2 5 CO2 + H2O + NH3 + Energi
(sumber: Prasetya Ramadhan, mikrobiologi industri)

3. Waste Stabilitation Ponds /Oxydation Ponds ( Kolam Stabilisasi/ Oksidasi)


Kolam oksidasi mirip kolam dangkal yang kedalamannya 1-1,5 m, berstruktur tanggul dengan luas
permukaan yang besar untuk mempertahankan kondisi aerobik. Di daerah di mana lahan relatif datar dan
harganya murah, kolam oksidasi akan lebih ekonomis dibandingkan jenis penanganan biologik aerobik lainnya.
Efluen (limbah buangan) yang dihasilkan cukup stabil. Hambatan penggunaan sistem ini adalah membutuhkan
lahan yang luas, sistem cenderung anaerobic bila bahan organik berlebihan dan terjadi perubahan suhu. Masalah
yang dihadapi adalah bau yang timbul karena pergantian musim dari kondisi aerobik menjadi aerobik. Untuk
mencegah hal ini dapat ditambahkan oksidator seperti penambahan nitrat. Penanganan limbah dengan sistem ini
membutuhkan waktu beberapa minggu atau bulan.
Pada kolam oksidasi terdapat bakteri dan ganggang (algae) yang merupakan mikroorganisme kunci dalam
kolam oksidasi.Bakteri hetrotrofik bertanggung jawab untuk stabilisasi bahan organic dalam kolam.Ketika
limbah organik dimetabolisme oleh bakteri yang menghasilkan produk akhir yang dapat digunakan oleh
ganggang. Karena adanya sinar matahari maka terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen. Bakteri
bertanggung jawab untuk proses-proses oksidasi dan reduksi dan ganggang memegang peranan dalam
menggunakan kelebihan karbon dioksida untuk menghasilkan oksigen
(sumber: Prasetya Ramadhan, mikrobiologi industri)

4. Nitrifikasi
Proses pengolahan limbah indusri lain yang dilakukan dengan cara mikrobiolgis aerob adalah dengan proses
penghilangan nitrogen (Nitrifikasi). Nitrifikasi dapat didefenisikan sebagai konversi biologis nitrogen dari
komponen organik atau anorganik dari bentuk tereduksi ke bentuk teroksidasi.Nitrifikasi adalah reaksi yang
bersifat eksotermal.

Gambar 2.3.2 Alur Nitrifikasi


(Sumber: edubio.info)

Pada penanganan polusi air, nitrifikasi adalah proses biologis yang akan mengoksidasi ion
amonium menjadi bentuk nitrit atau nitrat.
Bakteri nitrifikasi yang dikenal untuk proses nitrifikasi adalah Nitrosomonas yang mengoksidasi amoniak
menjadi nitrit dan Nitrobacter menjadi nitrat. Secara singkat reaksi
perubahannya adalah sebagai berikut :

NH4 + + CO2 + O2 NITROSOMONASBiomassa + NO2- + H2O + H+


Kemudian dilanjutkan dengan proses nitratasi sebagai berikut :
NO2- + CO2 + O2 NITROBACTER Biomassa + NO- + H+

Bakteri-bakteri lain yang mampu mengoksidasi amonia menjadi nitrit antara lain bakteribakteri dari genus
Nitrosospira, Nitrosococcus, dan Nitrocystis. Sedangkan bakteri yang mampu mengoksidasi nitrit menjadi nitrat
selain Nitrobacter tersebut, juga dari genus Nitrogleoea dan Nitrocystis.Dan masih banyak mikroba lain dari
jenis bakteri heterotrofik dan kapang yang juga dikenal sebagai organisme nitrifikasi.

24
Proses pengolahan anaerobik merupakan proses pengolahan air buangan dengan memanfaatkan
aktivitas pertumbuhan mikroorganisme yang berkontak dengan air buangan, sehingga mikroorganisme
tersebut dapat menggunakan pencemar-pencemar yang ada sebagai bahan makanan dalam kondisi lingkungan
tanpa keberadaan oksigen (Qasim, 1985).
Sejak tahun 1980-an proses pengolahan anaerobik telah mengalami berbagai macam perkembangan.

(sumber: Prasetya Ramadhan, mikrobiologi industri)

B. Mekanisme Proses Pengolahan Limbah Secara Anaerob


Tahap utama pada proses pengolahan secara umum adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3.3. proses pengolahan limbah secara anaerob


(Sumber: ujubandung.files.wordpress.com)

Proses biokimia anaerobik dibagi menjadi tiga fase yaitu:


1. Hidrolisa
Fasa hidrolisa adalah pemecahan molekul yang besar dan kompleks, baik terlarut maupun tidak
terlarut, menjadi molekul yang lebih kecil dan sederhana, yang dapat diserap sel mikroorganisme dan
mngalami metabolisme. Enzim ekstraseluler berperan dalam proses ini. Dalam fasa hidrolisa tidak terjadi
pembentukan metan.

2. Asetogenesa dan pembentukan asam


Produk akhir fasa hidrolisa akan difermentasi menjadi asam organik, senyawa lain dengan berat
molekul kecil, hidrogen, dan karbondioksida. Produk utama fasa ini adalah asam asetat dan propionat (gas
karbondioksida dibebaskan selama pembentukan asam propionat). Kondisi pH yang optimal untuk tahap ini
adalah 5-6 tanpa pengoperasian proses yang tepat, khususnya menyangkut kontrol pH, pembentukan asam
yang berlebihan (tidak seimbang dengan pembentukan metan) akan menurunkan pH dan menghambat
pertumbuhan bakteri metan.

3. Metanogenesa
Pembentukan metan, yang merupakan produk akhir penguraian anaerobik. Reaksi utama adalah
fermentasi produk utama fasa pembentukan asam (asam asetat) menjadi metan dan karbondioksida bakteri
yang berperan adalah bakteri asetofilik. Persamaan reaksi umum adalah :

CH3COOH → CH4 + CO2

Bakteri pembentuk metan lebih sensitif terhadap kondisi lingkungan daripada bakteri pembentuk
asam. Kecepatan metabolisme bakteri pembentuk metan juga lebih kecil daripada bakteri pmbentuk asam,
sehingga produksi metan merupakan tahap rate-limiting (reaksi pembatas) dalam penguraian anaerobik.
Adapun pH optimal bagi pembentukan metan adalah sekitar 7,0 dan aktivitas mikroorganisme pembentuk
metan akan turun drastis ketika ph diluar 6,0 – 8,0. Ketiga fasa dekomposisi secara anaerobik dapat dilihat
pada gambar berikut.

Gambar 2.3.4 Diagram


Skematik Pola
Penguraian Karbon
Secara Anaerobik

(Sumber: jujubandung.files.wordpress.com)

25
Dari Gambar tersebut terlihat bahwa lebih banyak gas yang terbentuk dari konversi asam asetat (72
%) dibandingkan dari Hidrogen (28 %).
Proses pengolahan buangan secara anaerobik mempunyai beberapa keuntungan dasar yang penting
bila dibandingkan dengan proses pengolahan biologi secara aerobik. Keuntungan-keuntungan tersebut antara
lain :
 Mampu mengolah buangan dengan beban organik yang tinggi, karena proses tidak dibatasi oleh
kemampuan transfer oksigen pada tingkat konsumsi oksigen yang tinggi.
 Produksi kelebihan lumpur (biomassa) yang terstabilisasi rendah, sehingga kebutuhan lahan
 untuk pembuangan lumpur juga menurun.
 Lumpur mempunyai karakteristik yang baik, sehingga memiliki nilai fungsional sebagai pupuk yang nilai
per unit berat kira kira sama dengan lumpur yang diproduksi oleh proses aerobik.
 Kebutuhan akan nutrien sedikit, berarti juga kebutuhan nitrogen dan fosfor berkurang.
 Tidak diperlukan aerasi, sehingga biaya dan energi yang diperlukan untuk aerasi dapat dihindari.
 Terbentuknya produk akhir yang berguna yaitu metan. Untuk produksi gas, Droste, 1997 menyatakan
bahwa komposisi normal biogas hasil proses anaerobik terdiri dari 60-70 % gas metan dan 30-40 % gas
karbondioksida. Terdapat juga gas hydrogen hidrogen sulfida, uap air, amonia dan gas lain dalam jumlah
yang relatif kecil.
 Tidak sensitif terhadap senyawa beracun.

(sumber: Prasetya Ramadhan, mikrobiologi industri)

Untuk memperlihatkan perbandingan keseimbangan karbon dan energi yang digunakan antara proses
aerobik dan anaerobik dalam penguraian substrat, dapat dilihat pada tabel berikut :

Gambar 2.3.5 Tabel


Perbandingan
Keseimbangan Karbon dan
energi antara
penguraianSubstrat secara
Anaerobik dan aerobik

(Sumber : https://jujubandung.files.wordpress.com)

Dari tabel terlihat bahwa pada proses aerobik lebih banyak karbon dan energi yang digunakan untuk
pembentukan sel baru. Hal ini menyebabkan lumpur biomassa hasil aerobik relatif lebih besar. Sedangkan
pada proses anaerobik, karbon dan energi lebih banyak digunakan untuk pembentukan biogas.
Sedangkan kelemahan proses pengolahan secara anaerobik adalah:
 Diperlukan waktu 8-12 minggu untuk memulai proses ini.
 Temperatur cukup tinggi dibutuhkan untuk mepertahankan aktivitas mikroba pada tingkat yang layak.

26
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari materi tentang sejarah mikrobiologi yang mencakup definisi mikrobiologi, perkembangan mikrobiologi, dan
mikrobiologi keteknkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berkut :

1. Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari atau membahas tentang organisme hidup yang kecil yang
hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Organisme yang dipelajari dalam mikrobiologi yaitu
mikroorganisme, yang meliputi bakteri, virus, jamur, protozoa. Cabang ilmu mikrobiologi ada yang didasarkan pada
kelompok mikroba yang dipelajari, seperti bakteriologi, virologi dan mikologi.

2. Perkembanga mikrobiologi ditandai oleh beberapa peristiwa penting, yaitu:


a. Penemuan mikroskop.
b. Jatuhnya teori Generatio Spontanea / Abiogenesis.
c. Pembusukan disebabkan oleh mikroorganisme (germ theory of fermentation).
d. Penyakit disebabkan oleh bibit penyakit (germ theory of desease).
e. Perkembangan teknik laboratorium

3.Mikrobiologi keteknikan berarti mencakup penerapan atau pemanfaatan mikroorganisme tersebut, untuk kepentingan
industri yang selanjutnya menghasilkan produk makanan dan minuman, Obat obatan Bahan Kimia, Pengolahan
Limbah dan lain lain. Serta untuk peningkatan suatu produk dari segi kualitas maupun kuantitas.
4.Berdasarkan penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwa mikrobiologi terapan terdapat beberapa bagian dan ada bagian
yang menguntungkan adajuga yang merugikan seperti pada mikrobiologi makanan terdapat mikroba pada bahan
makanan yang mendatangkan keuntungan seperti Lactobacillus yang dapat digunakan untuk memnuat yogurt,
Pediococcus cerevisiae yang digunakan untuk pembuatan sosis. Dan yang merugikan antara lain Closidium botulinium
yang dapat menghasilkan toksin dan membusukkan makanan, Leuconostoc mesenteroides dapat menyebabkan
pelendiran makanan, penurunan pH, dan pembentukkan gas dan Burkholderia gladioli (sin. Pseudomonas
cocovenenans), dapat menghasilkan asam bongkrek, terdapat pada tempe bongkrek.

27
Daftar Pustaka

Diakses tanggal 25-08-2019


https://apriariani.wordpress.com/2014/09/21/tugas-makalah-mikrobiologi/

Diakses tanggal 25-08-2019


https://www.academia.edu/36573028/Definisi_Mikrobiologi

Diakses tanggal 26-08-2019


https://www.academia.edu/8253549/MIKROBIOLOGI_TERAPAN

Diakses tanggal 26-08-2019


https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjFuvnV96HkAhV
67XMBHRnBCekQFjAFegQIAxAB&url=https%3A%2F%2Fwww.academia.edu%2F36573028%2FDefinisi_Mikrobiologi&u
sg=AOvVaw2ZqaKgr1fRUgE-440sJC55

Ramadhan, Prastya. 2011. Mikrobiologi Industri. Jawa Tengah:nulisbuku.com

Diakses tanggal 26-08-2019


https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi_gY-B-
KHkAhU1muYKHZlZDdUQFjADegQIBBAB&url=http%3A%2F%2Fmurtisariutami.blogspot.com%2F2016%2F06%2Fcaba
ng-cabang-ilmu-mikrobiologi.html&usg=AOvVaw0lkw4K85FyKVGOzMd1Fwvx

Diakses tanggal 27-08-2019


https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjO172U-
KHkAhUo7HMBHSmBAQ0QFjAAegQIBBAB&url=https%3A%2F%2Fwww.academia.edu%2F8253549%2FMIKROBIOL
OGI_TERAPAN&usg=AOvVaw04yfpN8xriIzIVYqaqxDQh

28

Anda mungkin juga menyukai