Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN Chronic kidney desease (CKD)


DI RUANGAN DAHLIA 2 RSUD NGUDI WALUYO WLINGI
KABUPATEN BLITAR

Oleh :
M. PERDANA SIGO PRADIKDA
NIM. 40219013

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2019
Lembar pengesahan

Nama : M. Perdana Sigo Pradikda


NIM : 40219013
Prodi : S1 Keperawatan

Pembimbing Institusi Pembimbing lahan

(……………..………) (……………………)
1. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration
rate (GFR) (Nahas & Levin,2010).
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius)
dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
2. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus)
dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft – Gault sebagai
berikut :

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)


1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

3. Etiologi

1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis


2. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteria renalis
3. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
4. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus
ginjal
5. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
7. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
Suwitra (2006).
D. Manifestasi klinis
Menurut (Smeltzer, 2001 ) antara lain :
1. Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin –
aldosteron).
2. Gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan)
3. Perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual,
muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).
E. Patofisiologi
Fungsi ginjal menurun menyebabkan BUN dan creatinin meningkat . Akibatnya semakin
banyak timbunan produk sampah di aliran darah ,semakin banyak produk sampah maka gejala
akan semakin nampak dalam komdisi ini akan nampak lesi pada kulit sehingga terjadi kerusakan
intergeritas kulit. Hal ini juga meningkatkan asam basa dalam metaboisme yang mempengaruhi
produksi asam lambung dan akan menimbulkan mual, muntah sehingga menyebabkan gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Kerusakan glomerulus mengakibatkan laju filtrasi glomerulus pun juga menurun ini
menyebabkan kerusakan sebagian nefron, selanjutnya jumlah nefron yang rusak banyak yang
mengakibatkan retensi Natrium dan air, Retensi cairan dan natrium akibat dari penurunan fungsi
ginjal dapat mengakibatkan edema dan kelebihan volume cairan.

Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan sekresi eriprotein yang berperan dalam


merangsang produksi sel dalah merah ikut menurun hal ini juga menyebabkan suplai oksigen ke
jaringan menurun sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan, menurunnya suplai oksigen juga
menyebabkan fatigue dan menimbulkan intoleransi aktifitas
F. Komplikasi
Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006) antara lain
adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit
berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium
akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
b. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada
usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
c. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
d. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal
e. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
f. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu untuk
mengetahui etiologinya.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah :
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht,
Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin)
b. Pemeriksaan Urin :
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP,
TKK/CCT
(Nurarif, A.H 2015)
H. Penatalaksanaan Medis
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius,
seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas
biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ;
menghilangkan kecendurungan perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka.
2. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ;
hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh
karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan
kadar elektrolit serum, perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat
tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan
pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral
atau melalui retensi enema.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran
tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan
status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase
lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar
untuk terapi penggantia cairan.
(Aru, S. 2009)
I. Pathway
Terlampir.

J. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
b. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
c. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau
tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
d. Pengkajian fisik
a) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung
kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah,
mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
d) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
e) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi
basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
f) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
g) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
h) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
i) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan
terjadi perikarditis.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi
cairan dan natrium.
b) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual
muntah
c) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan sekunder.
d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialysis
e) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic, edema, kulit
kering, pruritus
3. Intervensi Keperawatan.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & KH Intervensi Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan Tujuan: 1. Kaji status cairan ; timbang berat badan,keseimbangan
b.d penurunan haluaran Setelah dilakukan asuhan keperawatan masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema
urin dan retensi cairan dan selama 3x24 jam volume cairan seimbang. 2. Batasi masukan cairan
natrium. Kriteria Hasil: 3. Identifikasi sumber potensial cairan
1. Terbebas dari edema, efusi, anasarka 4. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan cairan
2. Bunyi nafas bersih,tidak adanya 5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.
dipsnea
3. Memilihara tekanan vena sentral,
tekanan kapiler paru, output jantung
dan vital sign normal.
2 Gangguan nutrisi kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Monitor adanya mual dan muntah
dari kebutuhan tubuh b.d selama 3x24 jam nutrisi seimbang dan 2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan perubahan status
anoreksia mual muntah. adekuat. nutrisi.
Kriteria Hasil: 3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin, dan hematocrit
1. Nafsu makan meningkat level yang menindikasikan status nutrisi dan untuk perencanaan
2. Tidak terjadi penurunan BB treatment selanjutnya.
3. Masukan nutrisi adekuat 4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
4. Menghabiskan porsi makan 5. Berikan makanan sedikit tapi sering
5. Hasil lab normal (albumin, kalium) 6. Berikan perawatan mulut sering
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet sesuai terapi

3 Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi
berhubungan dengan selama 3x24 jam perfusi jaringan adekuat. periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler refil, temperatur
penurunan suplai O2 dan Kriteria Hasil: ekstremitas).
nutrisi ke jaringan 1. Membran mukosa merah muda 2. Kaji nyeri
sekunder. 2. Conjunctiva tidak anemis 3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
3. Akral hangat 4. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk
4. TTV dalam batas normal. memperbaiki sirkulasi.
5. Tidak ada edema 5. Monitor status cairan intake dan output
6. Evaluasi nadi, oedema
7. Berikan therapi antikoagulan.
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam Pasien bertoleransi 2. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
keletihan anemia, retensi terhadap aktivitas dengan penguatan
produk sampah dan Kriteria Hasil : 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
prosedur dialysis 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa dilakukan
disertai peningkatan tekanan darah, nadi 4. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
dan RR 5. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari merencanakan progran terapi yang tepat
secara mandiri
3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat
5 Resiko tinggi kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik,warna
integritas Jaringan b.d selama 3x24 jam kerusakan integritas cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal,
gangguan status metabolic, jaringan pasien teratasi dengan formasi traktus
edema, kulit kering, kriteria hasil: 2. Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
pruritus 1. Perfusi jaringan normal 3. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
3. Ketebalan dan tekstur jaringan normal 5. Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
4. Menunjukkan pemahaman dalam 6. Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP, vitamin
proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cidera berulang
5. Menunjukkan terjadinya proses
penyembuhan luka
Daftar Pustaka

Aru, S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.

Nurarif, A.H., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC NOC. Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta : MediaAction.

Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical–surgical nursing. 8th
Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)

Smeltzer, S.C., & Bare B.G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8 Volume 2. Alih Bahasa H. Y. Kuncara, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta : EGC.

Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2001

Anda mungkin juga menyukai