Anda di halaman 1dari 20

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam Sosiologi, “penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati

wilayah geografi dan ruang tertentu” 1. Seiring dengan perkembangan zaman,

penduduk di seluruh dunia mengalami perkembangan yang sangat pesat, termasuk

penduduk di Indonesia. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

jumlah penduduk cukup padat. Tidak bisa di pungkiri bahwa laju pertumbuhan

penduduk Indonesia begitu pesat dan tidak dapat di-hindari, tingkat kompleksitas

penduduk Indonesia akan semakin tinggi pula, yang berdampak pada tingkat

kriminalitas yang tinggi pula. Meskipun pemerintah telah melakukan upaya dan

berbagai solusi serta berbagai semboyan pengurangan kelahiran penduduk telah di

tawarkan kepada masyarakat, namun tetap saja laju pertumbuhan penduduk tidak

bisa terbantahkan.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

Badan Pusat Statistik jumlah penduduk di Indonesia sebesar 237.641.326 jiwa.

Untuk Propinsi Bali jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 3.890.757 jiwa.

Jumlah ini terus mengalami peningkatan dari sensus penduduk tahun 2000

mencapai 3.146.999 jiwa, sensus penduduk tahun 1990 mencapai 2.777.356 jiwa,

sensus penduduk tahun 1980 mencapai 2.469.724 jiwa.

“Penduduk kabupaten Buleleng pada tahun 2010 mencapai 624.125 jiwa

dengan jumlah laki-laki 311.394 jiwa dan jumlah perempuan 312.731 jiwa “ 2.

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk SP2010 BPS Buleleng, “total jumlah

1
www..babelprov.go.id. Diakses pada tanggal 21 April 2014.
2
www.bali.bps.go.id. Diakses pada tanggal 30 April 2014
2

penduduk kabupaten Buleleng pada tahun 2011 mencapai 637.038 jiwa,

sedangkan pada tahun 2012 mencapai 641.135 jiwa “3. Data tersebut

menunjukkan bahwa perkembangan laju pertumbuhan penduduk di Propinsi Bali

khususnya di kabupaten Buleleng sangat pesat.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya membawa beberapa


keuntungan, di antaranya adalah ketersediaan tenaga kerja yang melimpah.
Namun, jika pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak dibarengi oleh
kebijakan pemerintah yang baik dalam menghadapi masalah ini, maka
pertumbuhan penduduk yang tinggi hanya akan membawa dampak yang
buruk bagi suatu Negara 4.

Salah satu dampak negatif dari pesatnya pertumbuhan penduduk yang saat

ini paling mengkhawatirkan adalah makin meningkatnya tindak kriminalitas di

masyarakat. Jumlah penduduk yang tinggi yang tidak dibarengi dengan lapangan

kerja yang cukup hanya akan menimbulkan masalah kriminalitas. Orang yang

tidak mempunyai pekerjaan bisa saja beralih menjadi kriminal. Sebagai contoh, di

kota-kota besar, banyak orang yang tidak mendapatkan pekerjaan, sehingga sulit

untuk mencukupi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhannya mereka

terpaksa mencari nafkah dengan menjadi seorang kriminal seperti pencopet,

perampok, dan sebagainya. Menurut Kapolres Buleleng selama ini “kabupaten

Buleleng menduduki peringkat kedua untuk angka kriminalitas di propinsi Bali” 5.

Permasalahan ini harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah

agar masyarakat tidak mengalami hal-hal buruk yang dapat merugikan masyarakat

itu sendiri. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini

3
www.bulelengkab.bps.go.id Diakses pada tanggal 30 April 2014 Statistik Kabupaten
Buleleng 2013. Denpasar: Arysta Jaya.
4
Ibid.
5
BPS Provinsi Bali. 2013. Statistik Kriminal Provinsi Bali 2012. Denpasar: Arysta Jaya.
3

adalah mengoptimalkan peranan Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan

Perempuan guna menekan laju pertumbuhan penduduk untuk mengurangi tingkat

kriminalitas khususnya di kabupaten Buleleng.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang diuraikan, maka

dapat diajukan permasalahan yang merupakan pokok bahasan dalam tulisan ini.

Permasalahan-permasalahan tersebut apabila dirumuskan adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana peranan Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan

Perempuan dalam menekan laju pertumbuhan penduduk untuk mengurangi

tingkat kriminalitas di wilayah kabupaten Buleleng ?

2. Kendala-kendala apa saja yang di hadapi badan Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan dalam usaha untuk menekan laju pertumbuhan

penduduk untuk mengurangi tingkat kriminalitas di wilayah kabupaten

Buleleng?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk mendapatkan suatu pembahasan yang tidak menyimpang dari

permasalahan yang ada, maka dalam penulisan ini akan dibatasi ruang lingkupnya

yaitu peranan Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan dalam

menekan laju pertumbuhan penduduk untuk mengurangi tingkat kriminalitas di

wilayah kabupaten Buleleng, serta kendala-kendala yang di hadapi Badan

Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan dalam usaha untuk menekan


4

laju pertumbuhan penduduk untuk mengurangi tingkat kriminalitas di wilayah

kabupaten Buleleng.

1.4 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan masalah yang telah dirumuskan maka ada 2 tujuan

yang diharapkan dari penelitian ini, yakni :

1. Untuk mengetahui peranan Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan

Perempuan dalam menekan laju pertumbuhan penduduk untuk mengurangi

tingkat kriminalitas di wilayah kabupaten Buleleng.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi Badan Keluarga Berencana

Dan Pemberdayaan Perempuan dalam menekan laju pertumbuhan penduduk

untuk mengurangi tingkat kriminalitas di wilayah kabupaten Buleleng.

1.5 Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat mendatangkan manfaat, sebagai

berikut ini :

1. Manfaat teoritis; penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan

pemahaman mengenai peranan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan

Perempuan dalam menekan laju pertumbuhan penduduk untuk mengurangi

tingkat kriminalitas di wilayah kabupaten Buleleng.

2. Manfaat praktis; sebagai masukan bagi para pemegang kebijakan bahwa

pentingnya Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dalam


5

menekan laju pertumbuhan penduduk untuk mengurangi tingkat kriminalitas

di wilayah kabupaten Buleleng.

2. LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Sejarah Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional

Upaya Keluarga Berencana mula-mula timbul atas prakarsa kelompok

orang-orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu, yaitu

pada awal abad XIX di Inggris yaitu Marie Stopes (1980-1950) yang
menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan buruh. Di Amerika
Serikat dikenal dengan Margareth Sanger (1883-1966) dengan program
“birth control” nya merupakan pelopor Keluarga Berencana (KB) Modern.
Pada tahun 1948 Margareth Sanger turut aktif di dalam pembentukan
International Committee on Planned Parenthood yang dalam
konferensinya di New Delhi pada tahun 1952 meresmikan berdirinya
International Planned Parenthood Federation (IPPF). Federasi ini memilih
Margareth Sanger dan Lady Rama Ran dari India sebagai pimpinannya.
Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang merupakan cabang-cabang
IPPF tersebut 6.

Sejalan dengan perkembangan KB di luar negeri, di Indonesia telah

banyak dilakukan usaha membatasi kelahiran secara tradisional dan bersifat

individual. Dalam kondisi angka kematian bayi dan ibu yang melahirkan di

Indonesia cukup tinggi, upaya mengatur kelahiran tersebut makin meluas terutama

di kalangan dokter. Sejak tahun 1950-an para ahli kandungan berusaha mencegah

angka kematian yang terlalu tinggi dengan merintis Bagian Kesehatan Ibu dan

Anak (BKIA). Diantara pelopor keluarga berencana tersebut Dr. Sulianti Saroso.

6
www.bkkbn.go.id. Diakses pada tanggal 5 Mei 2014
6

Pada tahun 1957, didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana yang dalam

perkembangannya berkembang menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana

Indonesia (PKBI). Namun dalam kegiatan penerangan dan pelayanan masih

dilakukan terbatas mengingat PKBI, sebagai satu-satunya organisasi sosial yang

bergerak dalam bidang KB masih mendapat kesulitan dan hambatan, terutama

KUHP pasal 283 yang melarang penyebarluasan gagasan keluarga

berencana(KB). Pada tahun 1967 PKBI diakui sebagai badan hukum oleh

Departemen Kehakiman.

Di dalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta diambil keputusan

diantaranya bahwa PKBI dalam usahanya mengembangkan dan memperluas

usaha keluarga berencana (KB) akan bekerjasama dengan instansi pemerintah.

Pada tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi Kependudukan

Dunia yang berisikan kesadaran betapa pentingnya menentukan atau

merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran dalam keluarga sebagai

hak asasi manusia.

Pada tanggal 16 Agustus 1967 di depan Sidang DPRGR, Presiden

Soeharto pada pidatonya “Oleh karena itu kita harus menaruh perhatian secara

serius mengenai usaha-usaha pembatasan kelahiran, dengan konsepsi keluarga

berencana yang dapat dibenarkan oleh moral agama dan moral Pancasila”.

Sebagai tindak lanjut dari Pidato Presiden tersebut, Menkesra membentuk Panitia

Ad Hoc yang bertugas mempelajari kemungkinan program KB dijadikan Program

Nasional.
7

Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968 Presiden mengeluarkan

Instruksi Presiden Nomor. 26 tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat,

yang isinya antara lain:

a. Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di

dalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana.

b. Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang dapat

menghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta terdiri

atas unsur Pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra pada tanggal 11

Oktober 1968 mengeluarkan Surat Keputusan Nomor. 35/KPTS/Kesra/X/1968

tentang Pembentukan Tim yang akan mengadakan persiapan bagi Pembentukan

Lembaga Keluarga Berencana. Setelah melalui pertemuan-pertemuan Menkesra

dengan beberapa menteri lainnya serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat

dalam usaha KB, Maka pada tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga

Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan Surat Keputusan Nomor.

36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembanga ini statusnya adalah sebagai Lembaga Semi

Pemerintah.

Pada Periode Pelita I (1969-1974) mulai dibentuk Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berdasarkan Keppres Nomor. 8 Tahun

1970 dan sebagai Kepala BKKBN adalah dr. Suwardjo Suryaningrat. Dua tahun

kemudian, pada tahun 1972 keluar Keppres Nomor. 33 Tahun 1972 sebagai

penyempurnaan Organisasi dan tata kerja BKKBN yang ada. Status badan ini
8

berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan

langsung dibawah Presiden.

Pada tahun 2009, diterbitkan Undang Undang Nomor. 52 Tahun 2009

tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN

berubah dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Sedangkan di

tingkat provinsi bernama BKKB Daerah dan di kabupaten/kota bernama BKKB

Daerah yang antara laian memiliki tugas dan wewenang dalam pengendalian

penduduk, peningkatan kualitas dan mobilitas penduduk 7.

Untuk di kabupaten Buleleng BKKB daerah bergabung dengan Badan

Pemberdayaan Perempuan yang bernama Badan Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan (BKBPP).

2.1.2 Tugas dan Fungsi Pokok BKBPP

Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten

Buleleng, mempunyai Tugas Pokok melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah

dibidang pengendalian, pengelolaan Keluarga Berencana, Keluarga Sejahtera

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Untuk melaksanakan tugas pokok diatas, Badan Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Buleleng mempunyai fungsi ;

a. Perumusan Kebijakan Tehnis dibidang Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan yang meliputi administrasi KB/KS,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak berdasarkan Kebijakan


7
Ibid.
9

yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan

yang berlaku;

b. Pembinaan Umum dan Teknis berdasarkan Kebijakan Bupati;

c. Penyelengaraan Pelaksanaan Pelayanan Umum dibidang Keluarga

Berencana dan Pemberdayaan Perempuan;

d. Menyusun rencana dan program kerja dibidang Kelarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan;

e. Pelaksanaan Penyuluhan, Penyimpanan, Pengolahan, Pemeliharaan,

Penyajian dan Pelayanan data dibidang Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan;

f. Pelaksanaan koordinasi terhadap kegiatan instansi Pemerintah, Swasta,

lembaga sosial dan organisasi masyarakat dibidang Keluarga Berencana

dan Pemberdayaan Perempuan;

g. Penyelengaraan Urusan Tata Usaha Badan 8.

2.1.3 Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah bertambah atau berkurangnya jumlah

penduduk di suatu daerah atau negara dalam kurun waktu tertentu. Penduduk

Indonesia dari tahun ke tahun selalu bertambah. Tingkat pertumbuhan penduduk

di Indonesia masih tergolong tinggi.

Pertumbuhan penduduk di suatu daerah/Negara disebabkan oleh faktor-

faktor :

8
BKKBN Provinsi Bali.2008.Mekanisme Operasional Program KB Nasional Era
Desentralisasi di Provinsi Bali. Denpasar.
10

1. Angka kelahiran

2. Angka kematian

3. Migrasi masuk (imigrasi) yaitu masuknya penduduk ke suatu daerah

tempat tujuan (area of destination)

4. Migrasi keluar (emigrasi) yaitu perpindahan penduduk keluar dari suatu

daerah asal (area of origin)

Untuk mengatasi pertumbuhan penduduk diperlukan usaha mengendalikan

jumlah penduduk. Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi pertumbuhan

penduduk dengan mengurangi angka kelahiran. Hal ini dapat mengurangi ledakan

pertumbuhan penduduk yang dapat menimbulkan masalah di masa datang.

Sebagaimana diketahui bahwa kepadatan penduduk dapat menimbulkan

masalah kemanusiaan dan lingkungan alam tidak mampu lagi memenuhi

kebutuhan manusia sehingga menimbulkan kelaparan. Untuk itu diperlukan upaya

dan langkah konkret guna menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan

meningkatkan kualitas penduduk melalui berbagai program baik dalam aspek

kualitas maupun kuantitas. Oleh sebab itulah di Indonesia diterapkan program

KB( Keluarga Berencana ) karena dinilai berhasil untuk menekan tingkat

pertumbuhan penduduk, dan menunda masa perkawinan dini agar dapat

mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi 9.

2.1.4 Kriminalitas

9
http://www.blogspot.com . Diakses pada tanggal 12 Mei 2014
11

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Kriminalitas

atau tindak kriminal segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak
10
kejahatan . Kejahatan merupakan suatu fenomena yang komplek yang dapat

dipahami dari berbagai sisi yang berbeda. Usaha untuk memahami kejahatan ini

sudah dimulai berabad-abad tahun yang lalu, hal ini dibuktikan dengan adanya

pendapat dari para pakar, salah satunya Plato dalam bukunya yang berjudul

“Republiek” yang menyatakan bahwa emas, manusia adalah sumber dari


11
kejahatan . Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang

dianggap kriminal adalah seorang preman, pencuri, pembunuh, perampok, atau

teroris.

Tindakan kriminal atau tindakan kejahatan umumnya dilihat bertentangan

dengan norma hukum, norma sosial, dan norma agama. Yang termasuk ke dalam

tindakan kriminal antara lain adalah pencurian, penganiayaan, pembunuhan,

penipuan, pemerkosaan, dan perampokan. Tindakan kejahatan ini biasanya

menyebabkan pihak lain kehilangan harta benda, cacat tubuh, bahkan kehilangan

nyawa. Tindakan kejahatan mencakup pula semua kegiatan yang dapat

mengganggu keamanan dan kestabilan Negara, seperti korupsi, makar, subversi,

dan terorisme.

Apabila kita berbicara tentang kejahatan sering yang kita maksudkan

adalah jenis kejahatan yang tercantum dalam KUHP, seperti pembunuhan,

perampokkan, penganiayaan, pemerkosaan, pencurian dengan kekerasan,

penipuan, atau berbagai jenis kejahatan yang disebut sebagai violent


10
Ibid
11
Remaja, I Nym Gede. 2012.Kriminologi. Singaraja.Hlm:1.
12

offens (kejahatan yang disertai kekerasan pada orang lain) dan property

offens (kejahatan yang menyangkut hak milik orang).

Namun ada ahli sosiologi yang membuat klasifikasi berbeda dengan

klasifikasi yang dianut masyarakat atau penegak hukum. Light, Keller, dan

Calhoun membedakan tipe kejahatan menjadi empat, yaitu sebagai berikut.

1. Kejahatan tanpa korban (crime without victim)

Kejahatan ini tidak mengakibatkan penderitaan pada korban akibat tindak

pidana orang lain. Contoh : perbuatan berjudi, penyalahgunaan obat bius, mabuk-

mabukan, hubungan seks yang tidak sah yang dilakukan secara sukarela oleh

orang dewasa. Meskipun tidak membawa korban, perilaku-perilaku tersebut tetap

di golongkan sebagai perilaku menyimpang dan ini merupakan permasalahan

sosial juga. Kejahatan jenis ini dapat mengorbankan orang lain apabila

menyebabkan tindakan negatif lebih lanjut, misalnya seseorang ingin berjudi tapi

karena ia tidak memiliki uang lalu ia mencuri harta milik orang lain.

2. Kejahatan terorganisasi (organized crime)

Pelaku kejahatan merupakan komplotan yang secara berkesinambungan

melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang atau kekuasaan dengan jalan

menghindari hukum. Misalnya, komplotan korupsi, penyediaan jasa pelacur,

perjudian gelap, penadah barang curian, atau pinjaman uang dengan bunga tinggi.

3. Kejahatan kerah putih (white collar crime)

Kejahatan ini merupakan tipe kejahatan yg mengacu pada kejahatan yang

dilakukan oleh orang terpandang atau orang yang berstatus tinggi dalam rangka
13

pekerjaanya. Contoh : penghindaran pajak, penggelapan uang perusahaan oleh

pemilik perusahaan, atau pejabat Negara yang melakukan korupsi.

4. Kejahatan korporat (corporate crime)

Kejahatan ini merupakan kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi

dengan tujuan menaikkan keuntungan atau menekan kerugian. Misalnya, suatu

perusahaan membuang limbah beracun ke sungai dan mengakibatkan penduduk

sekitar mengalami berbagai jenis penyakit 12.

2.2 Kerangka Berpikir


12
Ibid.
14

Peningkatan Laju
Pertumbuhan
Penduduk

Dampak Positif Dampak Negatif

Kemudahan Meningkatnya tingkat


memperoleh tenaga kriminalitas
kerja

Peranan BKBPP
(Undang No. 52 Tahun 2009)
dalam menekan laju
pertumbuhan penduduk
sehingga dapat mengurangi
tingkat kriminalitas

Kerangka berpikir sebagaimana bagan tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut.

1. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk memiliki dampak positif dan

dampak negatif.

2. Salah satu dampak positifnya adalah mudahnya mencari tenaga kerja,

sedangkan dampak negatifnya salah satunya adalah meningkatnya

tindak kriminalitas.
15

3. Meningkatnya tindak kriminalitas memerlukan perhatian yang serius

dari pemerintah. Salah satunya dengan mengoptimalkan peranan

BKBPP dalam menekan laju pertumbuhan penduduk sehingga tindak

kriminalitas dapat dikurangi.

3. Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Soerjano Soekanto membedakan penelitian hukum dari sudut tujuannya


13
menjadi dua, yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris .

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum empiris

memberikan gambaran yang lengkap tentang fakta hukum, kenyataan yang

dihadapi dalam praktek hukum, dimana menggunakan pendekatan yuridis dan

sosiologis.

3.2 Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif atau

menggambarkan, yang bertujuan untuk menggambarkan sifat-sifat suatu individu,

keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan penyebaran suatu

gejala atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala lainnya

dalam masyarakat.

Penelitian ini akan menggambarkan mengenai pentingnya peranan badan

keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan dalam menekan laju

13
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press. Hlm.51.
16

pertumbuhan penduduk untuk mengurangi tingkat kriminalitas di wilayah

kabupaten Buleleng.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Keluarga Berencana Dan

Pemberdayaan Perempuan kabupaten Buleleng. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu dan untuk memudahkan proses

pencarian data. Penelitian kepustakaan dilakukan di Perpustakaan Kantor Badan

Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan kabupaten Buleleng.

3.4 Sumber dan Jenis Data

Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-

sumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan


14
hukum sekunder . Sumber data penelitian ini terdiri dari sumber data

kepustakaan dan sumber data lapangan. Sebagai penelitian yang bersifat empiris,

akan lebih mengutamakan sumber data lapangan. Dari sumber data lapangan

diharapkan diperoleh data primer, sedangkan dari sumber data kepustakaan

diharapkan akan diperoleh data sekunder berupa bahan-bahan hukum yang terbagi

atas :

1. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang

mengatur mengenai peranan badan keluarga berencana dan pemberdayaan

perempuan.

2. Bahan hukum sekunder meliputi :


14
Peter Mahmud Marzuki.2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Prenada Media Group
17

a. Hasil-hasil penelitian terdahulu;

b. Pendapat para pakar, karya tulis hukum yang termuat dalam media massa;

c. Buku-buku/literature hukum (text book), jurnal-jurnal hukum.

3. Bahan buku tersier berupa kamus hukum

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa, hal-hal

keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh


15
elemen populasi yang akan menunjang dan mendukung penelitian . Dalam

penelitian ini dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti :

1. Teknik studi dokumen/kepustakaan yaitu serangkaian usaha untuk

memperoleh data dengan cara membaca, menelaah, mengklasifikasikan,

mengidentifikasi, dan dilakukan pemahaman terhadap bahan-bahan hukum

yang berupa peraturan perundang-undangan dan buku-buku literatur yang ada

kaitannya dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.

2. Teknik Wawancara bebas terpimpin, yaitu merupakan kombinasi antara

wawancara bebas dan terpimpin, yaitu suatu wawancara yang menggunakan

pedoman tentang garis-garis besar yang akan dipertanyakan kepada responden

secara tertulis tetapi dalam proses tanya jawab terjadi pengembangan-

pengembangan pertanyaan yang masih ada kaitannya dengan permasalahan

yang diteliti. Teknik ini yakni tanya jawab secara lisan antara interviewer

15
Iqbal Hasan, M.2002.Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hlm.83.
18

dengan pihak informan yang dalam hal ini dilakukan kepada pihak BKBPP,

BPS dan kepolisian kabupaten Buleleng.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Didalam pengolahan data yang diperoleh , dipergunakan metode analisis

data kualitatif, dalam penelitian dengan teknik ini, maka keseluruhan data yang

terkumpul baik dari data primer maupun data sekunder, akan diolah dan dianalisis

dengan cara menyusun data secara sistematis, digolongkan dalam pola dan thema,

dikatagorisasikan dan diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data dengan data

lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial,

dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluruhan

kualitas data 16.

Proses analisis tersebut dilakukan secara terus menerus sejak pencarian

data dilapangan dan berlanjut terus sampai pada tahap analisis. Setelah dilakukan

analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif

dan sistematis.

16
Remaja. I Nym Gede, Dkk. 2010. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Singaraja:
Unipas.uHlm.24.
19

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2009. Materi Advokasi dan KIE Program KB Nasional. Jakarta:


Direktorat Advokasi dan KIE BKKBN.

BPS Provinsi Bali. 2013. Statistik Kriminal Provinsi Bali 2012. Denpasar: Arysta
Jaya.

BPS Kabupaten Buleleng. 2013. Statistik Kabupaten Buleleng 2013. Denpasar:


Arysta Jaya.

BPS Kabupaten Buleleng. 2013. Kabupaten Buleleng Dalam Angka 2013.


Denpasar: Arysta Jaya.

Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Iqbal Hasan, M.2002.Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

Remaja, I Nym Gede, Dkk. 2010. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Singaraja:
Unipas.

Peter Mahmud Marzuki.2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Prenada Media Group

Remaja, I Nym Gede. 2012.Kriminologi. Singaraja.

BKKBN Provinsi Bali.2008.Mekanisme Operasional Program KB Nasional Era


Desentralisasi di Provinsi Bali. Denpasar.

“Sejarah BKKBN”, melalui http://www.bkkbn.go.id, diakses tanggal 5 Mei 2014

“Tabel”, melalui http://www.bps.go.id, diakses tanggal 30 April 2014

“Sosial dan Kependudukan”, melalui http://www.bulelengkab.bps.go.id, diakses


tanggal 30 April 2014

“Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan dampaknya”, melalui http://infoduk-


babelprov.go.id, diakses tanggal 21 April 2014

“Polres buleleng libatkan masyarakat tekan kejahatan”, melalui


http://www.antarabali.com, diakses tanggal 1 Mei 2014

“Pengaruh pertumbuhan penduduk”, melalui http://singgh-blogspot.com, diakses


tanggal 12 Mei 2014
20

“Kekerasan premanisme”,melalui http://juliardiheri-blogspot.com, diakses


tanggal 12 Mei 2014

“Tindakan kriminal dan permasalahan kriminal”, melalui http//adeunderscore-


blogspot.com, diakses tanggal 12 Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai