Anda di halaman 1dari 37

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN September 2019

UNIVERSITAS PATTIMURA

OSTEOARTHRITIS GENU

Oleh:

Imelda Lie

2018-84-073

Pembimbing :

Dr. dr. Yusuf Huningkor Sp.PD-KKV, FINASIM

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan

rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul

“Osteoarthritis Genu” dengan baik. Penulisan laporan hemodialisa ini merupakan

salah satu tugas Kepaniteraan Klinik pada Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Pattimura Ambon. Penulis menyadari akan kekurangan

dalam penyusunan laporan ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dalam perbaikan referat ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya.

Ambon, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

BAB II. ISI .................................................................................................. 4

A. Definisi....................................................................................... 4

B. Epidemiologi .............................................................................. 4

C. Etiologi ....................................................................................... 5

D. Klasifikasi .................................................................................. 7

E. Patofisiologi ................................................................................ 9

F. Manifestasi Klinis ....................................................................... 10

G. Diagnosis.................................................................................... 14

H. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 21

I. Penatalaksanaan ........................................................................... 24

J. Komplikasi .................................................................................. 32

K. Prognosis .................................................................................... 32

BAB III. PENUTUP ..................................................................................... 33

A. Kesimpulan ................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Osteoarthritis (OA) merupakan suau penyakit degeneratif akibat kegagalan sendi yang

bersifat kronis dan menyerang persendian, terutama kartilago sendi. Kartilago merupakan

suatu jaringan keras bersifat licin yang melingkupi sekitar bagian akhir tulang keras di dalam

persendian. Jaringan ini berfungsi sebagai penghalus gerakan antar tulang dan sebagai

peredam pada saat persedian melakukan aktivitas atau gerakan. Berdasarkan penulusuran

World Health Organization (WHO) pada tahun 2014, penderita osteoarthritis di dunia

mencapai angka 151 juta dan 24 juta jiwa pada kawasan Asia Tenggara, sedangkan

berdasarkan National Centers for Health Statistics pada tahun 2018, memperkirakan terdapat

15,8 juta (12%) orang dewasa antara rentang usia 25-74 tahun memiliki keluhan

osteoarthritis.1

Prevalensi OA di dunia termasuk dalam kategori tinggi berkisar antara 2.3% hingga

11.3%, Prevalensi OA pada lansia usia > 60 tahun diestimasikan sebesar 10 -15% dengan

angka kejadian 18.0% pada perempuan dan 9.6% pada laki - laki, dari angka tersebut dapat

dilihat bahwa prevalensi OA pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki.

Bagi masyarakat barat, OA merupakan masalah yang semakin umum dan sering terjadi.

Diperkirakan 8,5 juta orang di Inggris menderita penyakit Osteoarthritis sehingga

menyebabkan rasa sakit bahkan kecacatan. Amerika Serikat terdapat 15% dari total penduduk

yang menderita OA, 85% dari jumlah tersebut adalah penderita dengan usia diatas 75 tahun

dan 50% dari

1
jumlah tersebut adalah penderita berumur diatas 65 tahun, sedangkan pada usia dibawah 65

tahun hanya berkisar 15% saja. Diperkirakan pada tahun 2020 penderita osteoarthritis akan

meningkat 11,6 juta penderita.1,2 Di Indonesia, OA merupakan penyakit reumatik yang paling

banyak ditemui dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Berdasarkan data Badan

Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang mengalami gangguan OA di Indonesia tercatat

mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun.

Untuk osteoarthritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada

wanita.2

Osteoartritis merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi dan

menimbulkan gejala pada orang – orang usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada

orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering

disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga

orang dengan usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai

sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas,

sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat

deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis

osteoartritis muncul paling sering pada sendi leher, vertebra lumbosakral, panggul, lutut,

pergelangan kaki dan sendi tangan. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat

dengan bertambahnya usia .1

Klinis osteoartritis disertai adanya nyeri sendi yang kronik. Banyak pasien dengan

osteoartritis juga mengalami keterbatasan gerakan, krepitasi dengan gerakan, dan efusi sendi.

Pada kondisi yang berat dapat terjadi deformitas tulang dan subluksasi. Sebagian besar pasien

dengan osteoartritis datang dengan keluhan nyeri sendi. Pasien sering menggambarkan nyeri

2
yang dalam, ketidaknyamanan yang sukar dilokalisasikan, yang telah dirasakan selama

bertahun-tahun. Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas biasanya terasa segera setelah

penggunaan sendi dan nyeri dapat menetap selama berjam-jam setelah aktivitas.1

3
BAB II

ISI

A. DEFINISI

Osteoarthritis (OA) berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro

yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi, merupakan suatu penyakit degeneratif pada

persendiaan yang disebabkan oleh beberapa macam faktor. Penyakit ini mempunyai

karakteristik berupa terjadinya kerusakan pada kartilago (tulang rawan sendi). Kartilago

merupakan suatu jaringan keras bersifat licin yang melingkupi sekitar bagian akhir tulang

keras di dalam persendian. Jaringan ini berfungsi sebagai penghalus gerakan antar tulang dan

sebagai peredam pada saat persediaan melakukan aktivitas atau gerakan. Predileksi sendi

terkena ialah weight bearing joint : sendi leher, vertebra lumbosakral, panggul, lutut,

pergelangan kaki, dan sendi metatarsal falangeal pertama, serta sendi tangan carpo meta

carpal joint (CMC), proximal inter phalangeal joint (PIP) dan distal inter phalangeal joint

(DIP).2,3

B. EPIDEMIOLOGI

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak mengenai terutama pada

orang-orang diatas 50 tahun. Di atas 85% orang berusia 65 tahun menggambarkan

osteoarthritis pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50% hanya mengalami gejala.

Umur di bawah 45 tahun prevalensi terjadinya Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada pria

sedangkan pada umur 55 tahun lebih banyak terjadi pada wanita. Pada beberapa penelitian

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya Osteoarthritis pada obesitas, pada sendi

penahan beban tubuh.4

4
Progresifitas dari OA biasanya berjalan perlahan-lahan, terjadi dalam beberapa tahun

atau bahkan dekade. Nyeri yang timbul biasanya menjadi sumber morbiditas awal dan utama

pada pasien dengan OA. Pasien dapat secara progresif menjadi semakin tidak aktif

beraktivitas, membawa kepada morbiditas karena berkurangnya aktivitas fisik (termasuk

penurunan berat yang bermakna). Prevalensi OA berbeda-beda pada berbagai ras. OA lutut

lebih banyak terjadi pada wanita Afrika Amerika dibandingan dengan ras yang lainnya.

Terdapat kecenderungan bahwa kemungkinan terkena OA akan meningkat seiring dengan

pertambahan usia. Penyakit ini biasanya sebanding jumlah kejadiannya pada pria dan wanita

pada usia 45-55 tahun. Setelah usia 55 tahun, cenderung lebih banyak terjadi pada wanita.4

C. ETIOLOGI

Sampai saat belum diketahui dengan pasti penyebab dari osteoartritis, tetapi ada

beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit osteoartritis. 5

1. Usia

Faktor resiko yang paling utama pada penyakit osteartritis adalah usia, biasanya

mengenai usia dewasa muda hingga lansia, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering

pada umur di atas 60 tahun. Prevalensi dan beratnya osteoartritis akan meningkat sesuai

dengan pertumbuhan umur, namun osteoartritis bukan terjadi akibat pertumbuhan usia saja,

melainkan juga dapat terjadi akibat perubahan pada tulang rawan sendi. Hal ini disebabkan

karena adanya hubungan antara umur dengan penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan

pada kartilago sendi.5

5
2. Jenis Kelamin

Prevalensi osteoartritis lebih meningkat pada jenis kelamin wanita dibanding dengan

pria, 3,2% : 3%. Diperkirakan hal ini terjadi akibat perbedaan bentuk pinggul antara pria dan

wanita. Setelah menopause kisaran umur diatas 50 tahun frekuensi OA lebih banyak pada

wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA. 5

3. Faktor Herediter/Genetik

Faktor herediter juga berpengaruh terhadap kejadian osteoartritis, misalnya pada

seorang ibu dengan osteoartritis pada sendi lutut, maka kemungkinan anaknya berpeluang tiga

kali lebih sering untuk terkena penyakit yang sama. Hal ini disebabkan adanya mutasi dalam

gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti

kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis,

selain itu beberapa kasusorang lahir dengan kelainan sendi tulang akan lebih besar

kemungkinan mengalami osteoarthritis.5

4. Obesitas dan Penyakit Metabolik

Obesitas merupakan faktor risiko osteoartritis yang dapat dimodifikasi. Selama

berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut oleh karena itu peningkatan berat

badan akan melipat gandakan beban sendi lutut saat berjalan. Kegemukan ternyata tidak

hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan

osteoartritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada timbulnya

kaitan tersebut antara lain penyakit jantung koroner,diabetes melitus dan hipertensi. Pasien

6
OA ternyata mempunyai risiko penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi dari

pada orang-orang tanpa OA. 5

5. Trauma, Pekerjaan dan Olahraga

Cedera sendi pinggul akan menimbulkan perubahan retikular pada sendi sehingga

berdampak pada kejadian penyakit osteoartritis. Selain itu pekerjaan yang berat akan menjadi

penentu beratnya osteoartritis yang dialami. Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu

sendi yang terus-menerus, berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis. Demikian juga

cedera sendi dan oleh raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan resiko

osteoartritis yang lebih tinggi.5

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi OA berdasarkan etiologi dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA

sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui dan

tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi.

OA sekunder adalah OA yang didasari adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik,

pertumbuhan, herediter, serta imobilisasi yang terlalu lama. OA primer lebih sering

ditemukan dibanding OA sekunder.6

7
Tabel 1. Penyebab OA sekunder6

Klasifikasi OA berdasarkan lokasi sendi yang sering terkena:

Tabel 2. Klasifikasi OA berdasarkan lokasi sendi yang sering terkena6

8
E. PATOFISIOLOGI

Perkembagan osteoarthritis terbagi atas tiga fase yaitu sebagai berikut: 7

1. Fase 1: Terjadi penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Metabolisme kondrosit

menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti metalloproteinase yang

kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat protease

yang akan mempengaruhi proteolitik. Kondisi ini memberikan manifestasi pada penipisan

kartilago.

2. Fase 2: Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi pada permukaan kartilago disertai

adanya pelepasan proteoglikandan fragmen kolagen ke dalam cairan sinovia.

3. Fase 3: proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respon inflamasi

pada sinovia. Produksi makrofag sinovia seperti interleukin 1 (IL-1), tumor necrosis factor

alpha (TNFα), dan metalloproteinase menjadi meningkat. Kondisi ini memberikan

manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung meberikan dampak adanya destruksi

pada kartilago. Molekul-molekul pro-inflamasi lainnya seperti nitric oxide (NO) juga ikut

terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi, dan memberikan

dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitetektur sendi dan

stess inflamasi memberikan pengaruh pada permukaan artikular menjadikan kondisi gangguan

yang progresif.

Gambar 1. Patogenesis destruksi kartilago pada OA7

9
Gambar 2. Perbedaan persedian lutut normal dan sendi lutut pasien OA7

F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari OA biasanya terjadi secara perlahan-lahan. Awalnya

persendian akan terasa nyeri di persendian, kemudian nyeri tersebut akan menjadi persisten

atau menetap, kemudian diikuti dengan kekakuan sendi terutama saat pagi hari atau pada

posisi tertentu pada waktu yang lama. 6,7

Tanda kardinal dari OA adalah kekakuan dari persendian setelah bangun dari tidur atau

duduk dalam waktu yang lama, swelling (bengkak) pada satu atau lebih persendian, terdengar

bunyi atau gesekan (krepitasi) ketika persendian digerakkan.6,7

10
Pada kasus-kasus yang lanjut terdapat pengurangan massa otot. Terdapatnya luka

mencerminkan kelainan sebelumnya.Perlunakan sering ditemukan, dan dalam cairan sendi

superfisial, penebalan sinovial atau osteofit dapat teraba. 7

Pergerakan selalu terbatas, tetapi sering dirasakan tidak sakit pada jarak tertentu; hal ini

mungkin disertai dengan krepitasi.Beberapa gerakan lebih terbatas dari yang lainnya oleh

karena itu, pada ekstensi panggul, abduksi dan rotasi interna biasanya merupakan gerakan

yang paling terbatas. Pada stadium lanjut ketidakstabilan sendi dapat muncul dikarenakan tiga

alasan: berkurangnya kartilago dan tulang, kontraktur kapsuler asimetris, dan kelemahan

otot.7

Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tak dapat didasarkan hanya pada

satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya dilakukan pemeriksaan reumatologi ringkas

berdasarkan prinsip GALS (Gait, arms, legs, spine) dengan memperhatikan gejala-gejala dan

tanda-tanda sebagai berikut :8

1. Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat, bertambah berat secara

perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

2. Nyeri Sendi

Merupakan keluhan utama yang sering kali membawa pasien datang ke dokter.Nyeri

biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa

gerakan tertentu menimbulkan rasa sakit yang berlebih dibanding gerakan lain. Nyeri

juga dapat menjalar (radikulopati) misalnya pada osteoarthritis servikal dan lumbal.

Claudicatio intermitten merupakan nyeri menjalar ke arah betis pada osteoartritis

lumbal yang telah mengalami stenosis spinal. Asal nyeri dapat dibedakan, yaitu :

11
- Peradangan

Nyeri yang berasal dari peradangan biasanya bertambah pada pagi hari ( morning

stiffness ) atau setelah istirahat beberapa saat dan berkurang setelah bergerak. Hal

ini karena sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam

ruang sendi yang menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi.

Semua ini menimbulkan rasa nyeri.

- Mekanik

Nyeri akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang

pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang

telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya terlokalisasi

hanya pada sendi yang terkena, tetapi dapat juga menjalar.

3. Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi yang sakit.

4. Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan berupa

perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi.

5. Kaku Sendi

Merupakan keluhan pada hampir semua penyakit sendi dan osteoartritis yang tidak

berat. Pada beberapa pasien, nyeri dan kaku sendi dapat timbul setelah istirahat

beberapa saat misalnya sehabis duduk lama atau bangun tidur. Berlawanan dengan

penyakit inflamasi sendi seperti artritis rheumatoid, dimana pada artritis rheumatoid

kekakuan sendi pada pagi hari berlangsung lebih dari 1 jam,maka pada osteoartritis

kekakuan sendi jarang melebihi 30 menit.

12
6. Pembengkakan Sendi

Merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi.

Biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan. Pada sendi yang terkena akan terlihat

deformitas yang disebabkan terbentuknya osteofit. Tanda-tanda adanya reaksi

peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan

warna kemerahan) mungkin dijumpai pada osteoartritis karena adanya sinovitis.

7. Perubahan Gaya Jalan

Salah satu gejala yang menyusahkan pada pasien osteoartritis adalah adanya

perubahan gaya jalan. Hampir pada semua pasien osteoartritis, pergelangan kaki,

tumit, lutut atau panggulnya berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan

gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman besar untuk kemandirian pasien

lanjut usia.

8. Gangguan Fungsi

Timbul karena ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi. Adanya kontraktur,

kemungkinan adanya osteofit, nyeri dan bengkak merupakan penyebab yang

menimbulkan gangguan fungsi. Pada osteoartritis tidak terdapat gejala-gejala sistemik

seperti kelelahan, penurunan berat badan atau demam.

13
G. DIAGNOSIS

Diagnosis osteoarthritis lutut berdasrkan klinis, klinis dan radiologis, serta klinis dan

laboratoris berdasarkan American College Of Rheumatology:7,8

a. Klinis:

Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:

1. umur > 50 tahun

2. kaku sendi < 30 menit

3. krepitus

4. nyeri tekan tepi tulang

5. pembesaran tulang sendi lutut

6. tidak teraba hangat pada sendi

Catatan: Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.

b. Klinis, dan radiologis:

Nyeri sendi dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:

1. umur > 50 tahun

2. kaku sendi <30 menit

3. krepitus disertai osteofit

Catatan: Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.

c. Klinis dan laboratoris:

Nyeri sendi ditambah adanya 5 dari kriteria di bawah ini:

1. usia >50 tahun

2. kaku sendi <30 menit

3. Krepitus

14
4. nyeri tekan tepi tulang

5. pembesaran tulang

6. tidak teraba hangat pada sendi terkena

7. LED<40 mm/jam

8. RF <1:40

9. analisis cairan sinovium sesuai osteoarthritis

Catatan: Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%.

Kriteria diagnosis osteoarthritis tangan adalah nyeri tangan, ngilu atau kaku dan

disertai 3 atau 4 kriteria berikut:

1. pembengkakan jaringan keras > 2 diantara 10 sendi tangan

2. pembengkakan jaringan keras > 2 sendi distal interphalangea (DIP)

3. pembengkakan < 3 sendi metacarpo-phalanea (MCP)

4. deformitas pada ≥ 1 diantara 10 sendi tangan

Catatan: 10 sendi yang dimaksud adalah: DIP 2 dan 3, PIP 2 dan 3 dan CMC 1 masing-

masing tangan. Sensitivitas 94% dan spesifisitas 87%.

15
Gambar 3. Kriteria diagnosis OA lutut7

16
Gambar 4. Kriteria diagnosis OA tangan

Gambar 5. Kriteria diagnosis OA panggul6

17
Pada pemeriksaan fisik fokus didapatkan hal-hal sebagai berikut:6

1. Look : Deformitas sendi, deformitas tulang perubahan kesejajaran disertai

pembesaran sendi, tanda peradangan (kemerahan pada sendi).

2. Feel : Krepitus, spasme otot perartikular.

3. Move : Keterbatasan rentang gerak sendi.

Tes-tes provokasi yang dapat dilakukan untuk memeriksa sendi lutut: 9


1. Tes McMurray
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi meniskus. Pada tes
ini penderita berbaring terlentang. Dengan satu tangan pemeriksa memegang tumit penderita
dan tangan lainnya memegang lutut. Tungkai kemudian ditekuk pada sendi lutut. Tungkai
bawah eksorotasi/ endorotasi dan secara perlahan-lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi
“klek‟ atau teraba sewaktu lutut diluruskan, maka meniskus medial atau bagian posteriornya
yang mungkin terobek.9

Gambar 6. Pemeriksaan McMurray

2. Anterior Drawer Test


Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum lutut. Penderita
harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi 45˚.Lutut fleksi dan kedua kaki sejajar.
Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas maka akan terjadi gerakan hiperekstresi

18
sendi lutut dan sendi lutut akan terasa kendor. Posisi pemeriksa di depan kaki penderita. Jika
terdorong lebih dari normal, artinya tes drawer positif.9

Gambar 7. Pemeriksaan Anterior Drawer Test

3. Posterior Drawer Test


Posterior Drawer Test sama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya saja
menggenggam tibia kemudian didorong kearah belakang. 9

Gambar 8. Pemeriksaan Posterior Drawer Test

4. Lachman Test
Test Lachman dikelola dengan meletakkan lutut pada posisi fleksi kira-kira dalam sudut
0
30 , dengan tungkai diputar secara eksternal. Satu tangan dari pemeriksaan menstabilkan
tungkai bawah dengan memegang bagian akhir atau ujung distal dari tungkai atas, dan tangan
yang lain memegang bagian proksimal dari tulang tibia, kemudian usahakan untuk digerakkan
ke arah anterior.9

19
Gambar 9. Pemeriksaan Lachman

5. Apley Compresion Test


Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh robeknya meniskus.
Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai bawah ditekukkan pada sendi lutut
kemudian dilakukan penekanan pada tumit pasien. Penekanan dilanjutkan sambil memutar
tungkai ke arah dalam (endorotasi) dan luar (eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di
samping medial atau lateral garis persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan lateral
sangat mungkin ada.9

Gambar 10. Pemeriksaan Apley Compresion Test


6. Apley Distraction Test
Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskal atau ligamental pada persendian
lutut.Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley Comppresion Test.
Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai bawah keluar dan kedalam dan

20
lakukan fiksasi. Apabila pada distraksi eksorotasi dan endorotasi itu terdapat nyeri maka hal
tersebut disebabkan oleh lesi di ligamen. 9

Gambar 11. Pemeriksaan Apley Distraction Test

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berguna untuk menyingkirkan penyakit sendi lain, karena

tidak ada satupun yang spesifik untuk osteoartritis. Pemeriksaan hematologis umumnya

normal, jumlah leukosit dan laju endap darah normal, kecuali jika disertai infeksi lain. 6,10

Cairan sendi dapat diambil dari sendi manapun yang bengkak dan tindakan ini dapat

mengurangi rasa nyeri penderita. Pada osteoartritis, cairan sendi akan meningkat jumlahnya,

berwarna kuning transparan, kental, terdapat gumpalan musin, jumlah leukosit kurang dari

2000/mm3 dengan proporsi sel normal (25% PMN). Mungkin ditemukan kristal kalsium

pirofosfat dan hidroksi-apatit sebagai penyebab reaksi peradangan. Dapat juga ditemukan

serpihan tulang rawan pada tingkat lanjut penyakit. 6,10

21
2. Radiologis

Pemeriksaan radiologis membantu diagnosis osteoartritis, tetapi adanya kelainan

radiologis tidak terlalu berarti bahwa ini sebagai penyebab satu-satunya keluhan penderita.

Kriteria radiologis osteoartritis adalah sebagai berikut : 10

 Osteofit pada tepi sendi atau tempat melekatnya ligamen

 Adanya periartikuler ossikel terutama pada DIP dan PIP

 Penyempitan celah sendi disertai sklerosis jaringan tulang subkondrial

 Adanya kista dengan dinding yang sklerotik pada daerah subkondrial

 Perubahan bentuk tulang, misal pada caput femur.

Kriteria diagnosis radiologis, yaitu :10

1. Meragukan : bila ditemukan 1 dari 5 kriteria diatas

2. Osteoartritis ringan : bila ditemukan 2 dari 5 kriteria diatas

3. Osteoartritis moderate : bila ditemukan 3 dari 5 kriteria diatas

4. Osteoartritis berat : bila ditemukan 4 dari 5 kriteria diatas

22
Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren &
Lawrence:6,10

(A) (B)

(C) (D)
Gambar 12. Kriteri Kellgren and Lawrence
(A) Derajat 1. (B) Derajat 2. (C) Derejat 3. (D )Derajat 4

1. Derajat 0 : radiologi normal.


2. Derajat 1 : penyempitan celah sendi meragukan.
3. Derajat 2 : osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.
4. Derajat 3 : osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sklerosis
sedang dan kemungkinan deformitas kontur tulang.
5. Derajat 4 : osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata, sklerosis yang
berat dan deformitas kontur tulang yang nyata.

23
I. PENATALAKSANAAN
Strategi pengelolaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan oleh letak sendi

yang mengalami OA, sesuai dengan karakteristik masing-masing serta kebutuhannya. Oleh

karena itu diperlukan penilaian yang cermat pada sendi dan pasiennya secara keseluruhan,

agar pengelolaannya aman, sederhana, memperhatikan edukasi pasien serta melakukan

pendekatan multidisiplin atau holistic.10

Gambar 13. Pendekatan holistik pasien OA.

24
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelolaan pasien dengan osteoarthritis yaitu :10

 Meyakinkan penderita bahwa penyakitnya tidak progresif karena biasanya penderita

takut sekali menjadi lumpuh atau cacat. Rencana pengobatan selanjutnya dijelaskan

dan disesuaikan dengan keadaan umum penderita, sendi-sendi yang terkena, keluhan

dan sikap hidup sehari-hari.

 Istirahat atau proteksi terhadap sendi yang terkena

 Koreksi semua faktor-faktor yang menimbulkan stress berlebihan pada rawan sendi.

Tindakan ini bukan saja akan mengurangi beban pada rawan sendi, tetapi juga

memperlambat proses degenerasi sehingga akan lebih memberi kesempatan proses

regenerasi berlangsung.

 Diet, selain untuk mengurangi berat badan, tidak ada bukti bahwa diet berperan

langsung terhadap pengobatan osteoarthritis. Dengan menghilangkan kegemukan

penderita osteoarthritis sendi penyokong berat badan maka akan mengurangi keluhan.

 Fisioterapi, terutama pemanasan dan latihan yang adekuat. Pemanasan badan (moist

health) lebih nyaman daripada pemanasan kering. Massage, penggunaannya sangat

terbatas karena hanya berefek pada otot yang melingkupi sendi, sedang sendinya

sendiri tidak dapat dicapai. Massage berguna untuk mengurangi nyeri karena spasme

otot.

Alat bantu, misalnya traksi atau pemakaian soft collar untuk spondilosis leher, korset untuk

spondilosis lumbal, tongkat untuk osteoartritis lutut atau pinggul.

25
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah: 10

1. Meredakan nyeri

2. Mengoptimalkan fungsi sendi

3. Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan kualitas

hidup

4. Menghambat progresivitas penyakit

5. Mencegah terjadinya komplikasi

Penatalaksanaan pada pasien dengan osteoarthritis yaitu: 7,10

Nonfarmakologis:

 Modifikasi pola hidup

 Edukasi

 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada sendi

 Modifikasi aktivitas

 Menurunkan berat badan

 Rehabilitasi medik/ fisioterapi

o Latihan statis dan memperkuat otot-otot

o Fisioterapi, yang berguna untuk mengurangi nyeri, menguatkan otot, dan

menambah luas pergerakan sendi

 Penggunaan alat bantu .

26
Farmakologis:10

a. Sistemik

1. Analgetik

- Non narkotik: parasetamol

- Opioid (kodein, tramadol)

2. Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

- Oral

- injeksi

- suppositoria

3. DMOADs (disease modifying OA drugs)

Pada sebuah studi, telah ditetapkan bahwa sekelompok zat yang sebelumnya dikenal

sebagai food supplement, berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan diakui sebagai

nutraceutical atau disease modifying osteorthritis drugs. Bahan yang tergolong nutraceutical

ini berfungsi memperbaiki metabolisme kartilago sendi apabila dipergunakan dalam jangka

panjang ( 2-3 tahun). Disamping itu beberapa penelitian juga membuktikan bahwa obat ini

bersifat anti inflamasi ringan dengan memperbaiki konstituen cairan sinovial. Diantara

nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah Glucosamine sulfate dan Chondroitine

sulfate.10

Karena tersedia dalam berbagai dosis dan kombinasi dengan vitamin C atau mineral,

maka dianjurkan untuk mempelajari konstituen masing-masing sediaan.

27
b. Topikal

1. Krim rubefacients dan capsaicin.

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada umumnya bersifat

counter irritant.10

2. Krim NSAIDs

Selain zat berkhasiat yang terkandung didalamnya, perlu diperhatikan campuran yang

dipergunakan untuk penetrasi kulit. Salah satu yang dapat digunakan adalah gel piroxicam,

dan sodium diclofenac. 10

c. Injeksi intraartikular/intra lesi

Injeksi intra artikular ataupun periartikular bukan merupakan pilihan utama dalam

penanganan osteoartritis. Diperlukan kehati-hatian dan selektifitas dalam penggunaan

modalitas terapi ini, mengingat efek merugikan baik yang bersifat lokal maupun sistemik.

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan simtomatik dengan

steroid, dan viskosuplementasi dengan hyaluronan untuk modifikasi perjalanan penyakit.

Dengan pertimbangan ini yang sebaiknya melakukan tindakan, adalah dokter yang telah

melalui pendidikan tambahan dalam bidang reumatologi. 9,10

1. Steroid:

( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami nyeri dan inflamasi

yang kurang responsif terhadap pemberian NSAIDs, tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada

komorbiditas yang merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs. Teknik

penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar untuk menghindari penyulit yang timbul. Sebagian

28
besar literatur tidak menganjurkan dilakukan penyuntikan lebih dari sekali dalam kurun 3

bulan atau setahun 3 kali terutama untuk sendi besar penyangga tubuh.

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mg/injeksi, sedangkan untuk sendi-sendi

kecil biasanya digunakan dosis 10 mg. 10

2. Hyaluronan: high molecular weight dan low molecular weight

Di Indonesia terdapat 3 sediaan injeksi Hyaluronan. Penyuntikan intra artikular

biasanya untuk sendi lutut (paling sering), sendi bahu dan koksa. Diberikan berturut-turut 5

sampai 6 kali dengan interval satu minggu masing-masing 2 sampai 2,5 ml Hyaluronan.

Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar. Kalau tidak dapat timbul berbagai penyulit

seperti artritis septik, nekrosis jaringan dan abses steril. Perlu diperhatikan faktor alergi

terhadap unsur/bahan dasar hyaluronan misalnya harus dicari riwayat alergi terhadap telur.

(ada 3 sediaan di Indonesia diantaranya adalah Hyalgan, dan Osflex.10

d. Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus dipertimbangkan terlebih dahulu

risiko dan keuntungannya.

Pertimbangan dilakukan tindakan operatif bila :8,10

1. Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

2. Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa dan rehabilitatif

29
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement joint.9,10

1. Realignment osteotomi

Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan merubah sudut dari

weight bearing. Tujuan : Membuat karilago sendi yang sehat menopang sebagian besar berat

tubuh. Dapat pula dikombinasikan dengan ligamen atau meniscus repair.9

2. . Arthroplasty

Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang baru ditanam.

Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang berada dalam high-density

polyethylene.9

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis :10

a) Partial replacement/unicompartemental

b) High tibial osteotmy : orang muda

c) Patella &condyle resurfacing

d) Minimally constrained total replacement : stabilitas sendi dilakukan sebagian oleh ligament

asli dan sebagian oelh sendi buatan.

e) Cinstrained joint : fixed hinges : dipakai bila ada tulang hilang&severe instability. 9

Indikasi dilakukan total knee replacement apabila didapatkan nyeri, deformitas,

instability akibat dari Rheumatoid atau osteoarthritis. Sedangankan kontraindikasi meliputi

non fungsi otot ektensor, adanya neuromuscular dysfunction, Infeksi, Neuropathic Joint,

Prior Surgical fusion.10

30
Gambar14. Algoritme tatalaksana pasien osteoarthritis

31
J. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada OA antara lain adalah: 7

1. Penurunan kualitas hidup karena adanya hambatan dalam melakukan aktivitas

sehari-hari akibat nyeri dan peradangan

2. Efusi sendi akibat artrosentesi atau injeksi intra-artikular

3. Stenosis spinal

4. Osteonekrosis spontan sendi lutut

K. PROGNOSIS

Prognosis pasien lebih baik jika dilakukan penggantian sendi total.9

32
BAB III

PENUTUP

Osteoarthritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai dengan

perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang

rawan/kartilago hialin. Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi,

terutama pada orang tua. Selain itu, osteoarthritis ini juga merupakan penyebab

kecacatan paling banyak pada orang tua. Etiologi osteoarthritis belum diketahui

secara pasti, namun faktor biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor

terpenting dalam proses terjadinya osteoarthritis. Osteoarthritis menyerang

sendi-sendi tertentu terutama sendi-sendi yang mendapat beban cukup berat dari

aktivitas sehari-hari.

Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur anatomis dan

atau gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Gejala yang sering muncul pada

osteoarthritis adalah nyeri sendi yang diperburuk oleh aktivitas dan gejala akan

mereda setelah istirahat.

Diagnosis osteoarthritis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan dilakukan

pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologis berupa foto sinar-x sebagai

penunjang diagnosis.

Sampai saat ini belum ada terapi definitif untuk mengobati osteoarthritis.

Terapi yang sudah ada bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan meminimalisasi

hilangnya fungsi fisik. Hal ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien

dengan cara membantu pasien agar tetap bisa melakukan aktivitas sehari-hari.

33
DAFTAR PSUTAKA

1. Arya RK, Jain V. Osteoarthritis of the Knee Joint : an Overview.2015.JIACM


; 14(2):154-62, Newdelhi
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. RISKESDAS 2013.
Jakarta:Kementerian Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan; 2013.
3. British Orthopaedic Association (BOA). Commissioning Guide : Painful
Osteoarthritis of the Knee.2013.London.
4. Andriyasa K, Putra TR. Korelasi antara derajat beratnya osteoarthritis lutut
dan cartilage oligomeric matrix protein serum. 2012. J penyakit dalam : vol
13 N 1, Jakarta.
5. David, T. 2014. Osteoarthritis of the knee. The New England Journal of
Medicine
6. Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis :
Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3):737–747.
7. Perhimpunan Reumatologi Indonesia.2014.Rekomendasi Diagnosis dan
Pengeloahan Osteoarthritis.
8. Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis :
Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3):737–747.
9. Tjokroprawiro, Askandar, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya:
Airlangga University Press.
10. Michael JWP, Brust KUS, Eysel P. The Epidemiology, Etiology,Diagnosis
and Treatment of Osteoarthritis of the Knee. Deutsches Ärzteblatt
International. 2010; 107: p. 152-162.

34

Anda mungkin juga menyukai