Anda di halaman 1dari 7

III. TINJAUAN TEORITIS DAN KOMPILASI DATA.

III.1. Tinjauan Kebijakan

III.1.1. Arahan Berdasarkan Standarisasi Ruang Bermain Anak yang Disusun Oleh
Kementrian Pemberdayaaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia

 Klasifikasi Usia Anak sebagai Landasan Penyelenggara RBA (Ruang Bermain


Anak)

Penyelenggara RBA (Ruang Bermain Anak) mengakomodasi kegiatan bermain anak


sesuai pengelompokan usianya mulai dari 0 – 18 tahun sebagai berikut:

1. Usia di bawah 3 tahun


2. Usia antara 3 – 5 tahun
3. Usia antara 5 – 8 tahun
4. Usia antara 8 – 12 tahun
5. Usia antara 12 – 18 tahun

Selain mengacu pada kelompok usia anak berikut kebutuhan juga mengacu dan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut

1. Prinsip RBA
2. Persyaratan RBA
3. Perabot bermain yang ada, walaupun wujudnya dan jenisnya serupa, tetapi
dimensi, ketinggian, dan faktor lainnya harus disesuaikan dengan usia, berat
tubuh dan tinggi anak.
 Ketentuan RBA Berdasarkan Tipologi Lokasi

Indoor

1. Bandara
2. Dermaga
3. Terminal bus dan moda transportasi darat yang berskala besar
4. Stasiun Kereta Api
5. Tempat perbelanjaan modern (mall) atau tradisonal
6. Perkantoran
7. Gelanggang remaja

11
8. Perpustakaan
9. Museum
10. Sekolah dan perguruan tinggi
11. Rumah Sakit, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu)
12. Perumahan swadaya (tradisional) dan perumahan formal (real estate),
kelompok ruamh tunggal, kelompok rumah deret dan rumah susun
13. Hotel dan hunian komersial

Outdoor

1. Ruang terbuka hijau (RTH) lingkungan permukiman, taman kawasan


perkotaan, taman kota – misal : hutan kota, taman kota
2. Ruang terbuka non hijau (RTNH) lingkungan pemukiman, taman kawasan
perkotaaan, taman kota – misal : tempat perbelanjaan modern dan
tradisonal, sekolah, perguruan tinggi, museum, dll
3. Ruang terbuka biru (RTB) – misal: situ, danau, sungai, dan laut
 Ketentuan RBA Berdasarkan Bentuk Kegiatan
1. Penyelenggaraan RBA di dalam dan di luar bangunan tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan Nanalisa Mengenai dampak Lingkungan
(AMDAL)/ Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) – Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL), serta peuntukan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW), peruntukan dan intensitas dalam Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) dan/atau arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2. Ketentuan intensitas sesuai dengan arahan RDTR meliputi : (1) Koefisien
Dasar Bangunan (KDB); (2) Koefisen Lantai Bangunan (KLB); (3) Garis
Sempadan; (4) Tinggi bangunan; (5) Ketinggian Bangunan; (6) Koefisien
Daerah Hijau (KDH); (7) Ruang Terbuka Hijau (RTH); (8) Ruang Terbuka Non
Hijau (RTNH); (9) Ruang Terbuka Biru (RTB)
 Persyaratan Lokasi
1. Sesuai dengan peruntukan pemanfaatan ruang dan/atau perizinan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku berkaitan dengan
perencanaan tata ruang serta penataan bangunan dan lingkungan
2. Adanya kejelasan dari kepemilikan lahan, bukan lahan konflik
3. Ruang bermain anak harus didukung oleh masyarakat sekitarnya

12
4. Dalam proses perencanaan harus melibatkan masyarakat sekitar
 Persyaratan Pemanfaatan RBA
1. Perangkat bermain mendukung aktifitas bermain anak dengan
mempertimbangkan aspek-aspek ergonomi dalam pembuatannya, waktu
bermain anak, situasi dan kondisi aman serta iklim setempat
2. Sertifikasi Standarisasi RBA adalah sertifikat yang diberikan oleh KPPPA
terhadap sebuah RBA baik yang baru selesai dibangun ataupun baru selesai
diperbaiki sebelum dimanfaatkan oleh masyarakat. Untuk mendapatkan
sertifikat ini, sebuah RBA harus memenuhi persyaratan yang mencangkup
persyaratan lokasi, pemanfaatan, kemudahan, material, vegetasi,
peralatan/perabotan bermain dan perabot lingkungan, keselamatan,
keamanan, kesehatan dan kebersihan, kenyamanan, pencahayaan dan
pengelolaan.
3. Zonasi Pemisahan ruang bermain anak berdasarkan kelompok umur, berat
badan kelompok tinggi badan harus jelas
4. Setiap RBA yang tersertifikasi wajib untuk memiliki minimal 2 perabot
permainan seperti yang dicontohkan dalam Buku Standarisasi dan satu
permainan tradisional setempat dan tidak harus seperti yang dicontohkan
dalam Buku standarisasi
5. RBA wajib memliki sertifikasi standar RBA sebelum dimanfaatkan
6. Masa berlaku dari standarisasi RBA berlaku untuk jangka waktu 3 tahun, dan
dapat diajukan kembali dalam jangka waktu tertentu jika terjadi kondisi
memaksa seperti bencana alam
 Persyaratan Kemudahan
1. Tidak diskriminatif, Mudah diakses anak, termasuk anak dengan disabilitas
dan difabilitas, serta anak marjinal
2. Gratis atau bebas biaya
3. Tersedianya prasarana dan sarana pendukung menuju ke area permainan
4. Rambu dan marka harus ada, jelas dan mudah terbaca serta mudah terlihat
5. Harus ada papan khusus untuk pengumuman-pengumuman, disamping
papan informasi dan papan sertifikasi RBA. Papan pengumuman dapat
diisi/ditempeli dengan informasi/pengetahuan yang berkaitan dengan anak,
permainan, kesehatan,dll

13
6. Ada buku tamu penggunan ruang bermain anak
7. Harus ada kotak pengaduan dan saran
 Persyaratan Material
1. Material memiliki tingkat durabilitas tinggi
2. Material mengacu pada Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia
No.24?M-Ind/PER/4/2013 tetang Pemberlakuan SNI Mainan Secara Wajar,
dan Peraturan Dirjen Basis Industri Manufaktur no.02/BIM/PER/I?2014
tentang Pelaksanaan Pemberlakuan SNI Mainan Secara Wajar, dan SNI 12-
6527.1-2001 tentang Keamanan Mainan Anak
3. Penggunaan material dari bahan lokal, murah, dan mudah didapat
4. Material peralatan/perabotan bermain disesuaikan dengan usia dan
kemampuan pengguna, termasuk kelompok anak disabilitas dan difabilitas
 Persyaratan Vegetasi
1. Dapat menjadi bagian dari pembelajaran bagi anak
2. Diusahakan penggunaan vegetasi dari tanaman endemik lokal yang sekaligus
merupakan usaha konservasi
3. RBA yang berada pada lingkungan alami harus turut serta menjaga
kelestarian ekosistem yang ada
4. Semua jenis vegetasi harus diberi keterangan sebagai pembelajaran
5. Unsur vegetasi hendaknya bisa digunakan juga sebagai perangkat bermain,
contoh bermain menanam pohon/bermain berkebun
 Persyaratan Pengkondisian Udara/Penghawaan
1. RBA sebaiknya memperoleh pengkondisian udara/penghawaan semaksimal
mungkin secara alami
2. Sistem pengkondisian udara/penghawaan semaksimal mungkin
menghasilkan sirkulasi udara yang baik
3. Apabila menggunakan dukungan alat pendingin ruangan (AC), pemanas
ruangan (Heater) dan kipas angin (Fan), maka harus memperhatikan
berbagai hal yang berkaitan dengan antara lain : kecepatan angin, arah
angin, suhu udara
 Persyaratan Tempat dan Peralatan Perabotan Bermain
1. Terdapat platform, guardrails, dan Protective barriers
2. Platform terbuat dari karet yang aman bagi anak

14
3. Akses dalam peralatan/perabotan bermain berupa arch climber, chain net
climber, atau tire climber
4. Akses dalam peralatan/perabotan bermain juga dapat berupa tangga atau
ramp
5. Terdapat rungs dan hand gripping pada alat bermain
6. Jenis utama peralatan bermain adalah (1) balok keseimbangan, (2) panjatan
lengkung, (3) panjatan fleksibel, (4) panjatan horizontal, (5) overhead rings,
(6) sliding pole, (7) track ride, (8) log roll, (9) merry go round, (10) jungkat-
jungkit, (11) perosotan, (12) spring rock, (13) ayunan, (14) terowongan barrel
7. Terdapat permainan tradisional berupa (1) kasti, (2) gobak sodor, (3) engklek,
(4) engrang, (5) gasing, (6) lompat tali, (7) kelereng, (8) conglak, (9) bakiak
panjang

III.2. Tinjauan Teoritis

III.2.1. Pengertian RPTRA

Ruang Publik Terpadu Ramah Anak atau juga dikenal dengan singkatan RPTRA adalah
konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan
berbagai permainan menarik, pengawasan CCTV, dan ruangan-ruangan yang
melayani kepentingan komuniti yang ada di sekitar RPTRA tersebut, seperti ruang
perpustakaan, PKK Mart, ruang laktasi, dan lainnya. RPTRA juga dibangun tidak di
posisi strategis, namun berada di tengah pemukiman warga, terutama lapisan bawah
dan padat penduduk, sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh warga di sekitar
(https://id.wikipedia.org/wiki/Ruang_Publik_Terpadu_Ramah_Anak).

III.2.2. Pengertian RTH (Ruang Terbuka Hijau)


Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area yang memanjang berbentuk jalur dan atau
area mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di tanam. Dalam
Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang menyebutkan bahwa
30% wilayah kota harus berupa RTH yang terdiri dari 20% publik dan 10% privat. RTH
publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten
yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Contoh RTH Publik
adalah taman kota, hutan kota, sabuk hijau (green belt), RTH di sekitar sungai,

15
pemakaman, dan rel kereta api. Sedangkan RTH Privat adalah RTH milik institusi
tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas
antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang
ditanami tumbuhan. Penyediaan RTH memliki tujuan sebagai berikut :
1. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air,
2. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara
lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan
masyarakat.
Meningkatakan keserasian lingkunagn perkotaan sebagai sarana pengaman
lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
RTH yang telah ada baik secara alami ataupun buatan diharapkan dapat menjalankan
empat (4) fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi ekologis antara lain : paru-paru kota, pengatur iklim mikro, sebagai
peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitas satwa,
penyerap polutan dalam udara, air dan tanah, serta penahan angin.
2. Fungsi sosial budaya antara lain : menggambarkkan ekspresi budaya lokal,
media komunikasi, dan tempat rekreasi warga.
3. Fungsi ekonomi antara lain : sumber produk yang bisa dijual seperti tanaman
bunga, buah, daun, dan sayur mayur. Beberapa juga berfungsi sebagai bagian
dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lain-lain.
4. Fungsi estetika antara lain meningkatkan kenyamanan, memperindah
lingkungan kota baik skala mikro (halaman rumah/lingkungan pemukiman),
maupun makro (lansekap kota secara keseluruhan); menciptakan suasana
serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai
kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air,
keseimbangan ekologis. dan konservasi hayati.
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi dalam kategori sebagai berikut :
1. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu
membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan
mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, dan buah).
2. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu
pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan

16
persediaan air tanah, dan pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi
flora dan fauna yang ada (konservasi hayati dan keanekaragaman hayati)
Melihat besarnya fungsi dan peran RTH untuk menjamin kesimbangan kota, Medco
Foundation membuat sebuah program yang dinamakan GreenPOTS. GreenPOTS
merupakan kegiatan edukasi kepada masyarakat untuk menciptakan,
mempertahankan, dan memanfaatkan RTH privat yang ada disekitarnya. Masyarakat
diberikan pengetahuan dan penyadaran bahwa dengan melakukan kegiatan
penghijauan dalam skala kecil baik di rumah maupun komunitas akan berkontribusi
langsung dalam mendukung pencapaian target RTH perkotaan.
(http://www.medcofoundation.org/mengenal-ruang-terbuka-hijau/)

17

Anda mungkin juga menyukai