Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini berasal dari
India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita
membandingkan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan kemiripan itu.
Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan yang kita miliki masih sangat
sederhana. Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi atau keraton. Tata
kota di pusat kerajaan juga dipengaruhi kebudayaan hindu. Demikian pula dalam hal
kebudayaan yang lain seperti peribadatan dan kesastraan.
Candi Prambanan merupakan salah satu peninggalan agama hindu yang ada di Jawa
Tengah. Sedangkan Borobudur adalah merupakan candi peninggalan agama budha. Agama
hindu dan budha masuk di berbagai tempat di Indonesia melalui berbagai jalur, antara lain
pendidikan, perdagangan, dan lain-lain. Agama budha berkembang lebih dahulu, bahkan
untuk beberapa waktu, Indonesia (sriwijaya) pernah menjadi pusat pendidikan dan
pengetahuan agama budha yang bertaraf internasional.
Setelah itu Pada tahun 30 Hijrih atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun
dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina
untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang
memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di
Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah
telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama
penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus
berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil
berdakwah. dalam makalah ini akan di bahas lebih mendalam mengenai sejarah
perkembangan islam di Indonesia.

A. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana masuknya agama hindu-budha di indonesia?
2. Bagaimana masuknya agama islam di indonesia?
3. Apa saja kerajaan Hindu-Budha yang ada di Indonesia ?
4. Apa saja kerajaan Islam yang ada di Indonesia ?
5. Bagaimana pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Budha di indonesia ?
6. Bagaimana pengaruh agama dan kebudayaan Islam di indonesia ?
7. Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Indonesia ?

B. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :
1. Menjelaskan kepada pembaca bagaimana proses masuknya agama hindu-budha di
indonesia.
2. Menjelaskan kepada pembaca bagaimana proses masuknya agama Islam di indonesia.
3. Memberikan informasi kepada pembaca tentang kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
4. Memberikan informasi kepada pembaca tentang kerajaan Islam di Indonesia
5. Memaparkan kepada pembaca tentang pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di
Indonesia
6. Memaparkan kepada pembaca tentang pengaruh agama dan kebudayaan Islam di Indonesia
7. Memberikan informasi kepada pembaca tentang tokoh-tokoh yang berperan dalam
penyebaran agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. INDONESIA ZAMAN HINDU-BUDHA

Agama Hindu dan Budha berasal dari Jazirah India yang sekarang meliputi wilayah
negara India, Pakistan, dan Bangladesh. Kedua agama ini muncul pada dua waktu yang
berbeda (Hindu: ±1500 SM, Budha: ±500 SM), namun berkembang di Indonesia pada
waktu yang hampir bersamaan. Munculnya agama Hindu dan Budha di Indonesia berawal
dari hubungan dagang antara pusat Hindu Budha di Asia seperti China dan India dengan
Nusantara. Hubungan dagang antara masyarakat Nusantara dengan para pedagang dari
wilayah Hindu Budha inilah yang menyebabkan adanya asimilasi budaya, sehingga agama
Hindu dan Budha lambat laun mulai berkembang di Nusantara.
Kepulauan Nusantara yang diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) serta oleh dua
samudra (Hindia dan Pasifik), mempunyai letak yang sangat strategis dalam jalur
perdagangan dunia kala itu. Hal ini membuat para pedagang asing dari negeri-negeri lain
seperti Cina, India, Persia, dan Arab sering singgah di kepulauan Nusantara. Para pedagang
asing ini tidak hanya berkepentingan untuk berdagang di Nusantara. Mereka juga menjalin
interaksi secara sosial budaya dengan masyarakat lokal, sehingga masuklah pengaruh-
pengaruh kebudayaan mereka ke Nusantara, termasuk pengaruh kebudayaan Hindu dan
Budha.

1. Teori-teori masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di


Indonesia
1. Teori Brahmana
Teori yang diprakarsai oleh Van Leur ini menyatakan bahwa kaum Hindu dari kasta
Brahmanalah yang mempunyai peran paling besar dalam proses masuknya agama dan
budaya Hindu di Indonesia. Hal ini mengingat bahwa Kitab Weda ditulis dengan Bahasa
Sansekerta yang hanya dipahami oleh kaum Brahmana. Para Brahmana yang berasal dari
pusat-pusat Hindu di dunia ini datang karena undangan para penguasa lokal yang ingin
yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai agama Hindu. Para raja/penguasa pribumi
tersebut adalah penganut kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum datangnya
pengaruh Hindu dan Budha.
2. Hipotesa Ksatria
Menurut teori yang diusung oleh C.C. Berg ini, agama Hindu dibawa ke Indonesia oleh
kaum ksatria (kaum prajurit kerajaan). Hal ini terjadi karena pada awal abad Masehi sering
terjadi kekacauan politik di India sehingga sering terjadi perang antargolongan di negeri
ini. Para prajurit perang yang terdasak musuh atau telah jenuh berperang akhirnya
meninggalkan tanah air mereka. Diantara para ksatria yang mencari tempat pelarian ini,
sebagian ada yang mencapai Indonesia. Mereka inilah yang kemudian membuat koloni dan
beralkulturasi dengan penduduk lokal. Hal ini membuat semakin banyak masyarakat lokal
yang menganut agama Hindu, pada perkembangan berikutnya, akhirnya lahirlah kerajaan
Hindu di Nusantara.
3. Hipotesa Waisya
Menurut teori ini, kaum Hindu dari kasta Waisya adalah yang paling berjasa dalam
penyebaran agama Hindu di Indonesia. Kaum Waisya adalah mereka yang berasal dari
kalangan pekerja ekonomi seperti pedagang dan saudagar. Para pedagang yang berasal
dari India atau pusat-pusat Hindu lain di Asia ini banyak melakukan hubungan dagang
dengan masyarakat atau penguasa pribumi. Hali inilah yang membuka peluang bagi
masuknya agama Hindu di Indonesia. Teori Waisya ini diprakarsai oleh Dr. N. J. Krom.
4. Hipotesa Sudra
Orang-orang yang tergolong dalam Kasta Sudra adalah mereka yang dianggap sebagai
orang buangan. Kaum Sudra ini diduga datang ke Indonesia bersama kaum Waisya atau
Ksatria. Karena datang dalam jumlah yang sangat besar, kaum Sudra inilah yang telah
memberikan andil paling besar terkait masuknya agama Hindu ke Indonesia.
Meskipun disampaikan oleh para ahli, keempat teori diatas tetap mempunyai
kelemahannya masing-masing. Hal tersebutkarena kitab Weda yang merupakan kitab suci
agama Hindu ditulis menggunakan bahasa Sansekerta dan Pallawa yang notabene hanya
dikuasai oleh kaum Brahmana. Kaum Ksatria, Waisya, dan Sudra tentu saja akan sangat
kesulitan menyebarkan agama Hindu di Indonesia karena mereka tidak memahami Bahasa
Sansekerta yang merupakan bahasa dalam kitab Weda. Namun demikian, menurut
kepercayaan India kuno, kaum Brahmana tidak boleh menyeberangi lautan sehingga
hampir mustahil untuk kaum Brahmana menyebarkan Hindu di Indonesia Secara langsung.
Karena keempat teori yang saya sampaikan diatas memiliki banyak kelemahan, maka
muncullah teori lain yaitu teori arus balik. Teori ini dicetuskan oleh F.D.K Bosch,
menurutnya Agama Hindu masuk ke Indonesia karena dibawa oleh orang Indonesia
sendiri. Orang-orang Indonesia yang membawa Agama Hindu ke Indonesia ini berasal dari
golongan pemuda yang memang sengaja dikirim oleh para penguasa pribumi untuk
mempelajari agama Hindu dan Budha di India. Setelah selesai belajar di India, mereka
kemudian pulang ke Nusantara lalu mulai menyebarkan agama Hindu atau Budha.

2. Peta jalur masuknya Hindu-Budha di Indonesia

3. Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia


A. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai atau Kerajaan Kutai Martadipura (Martapura) merupakan kerajaan Hindu
yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Diperkirakan
kerajaan kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini dibangun oleh
Kudungga. Diduga ia belum menganut agama Hindu.

Peninggalan terpenting kerajaan Kutai adalah 7 Prasasti Yupa, dengan huruf Pallawa dan
bahasa Sansekerta, dari abad ke-4 Masehi. Salah satu Yupa mengatakan bahwa “Maharaja
Kundunga mempunyai seorang putra bernama Aswawarman yang disamakan dengan
Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga orang putra. yang paling
terkemuka adalah Mulawarman.” Salah satu prasastinya juga menyebut kata
Waprakeswara yaitu tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.

B. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegera di Jawa Barat hampir bersamaan waktunya dengan Kerajaan
Kutai. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun
358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382 – 395). Maharaja
Purnawarman adalah raja Tarumanegara yang ketiga (395 – 434 M). Menurut Prasasti
Tugu pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga
sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km).

Dari kerajaan Tarumanegara ditemukan sebanyak 7 buah prasasti. Lima diantaranya


ditemukan di daerah Bogor. Satu ditemukan di desa Tugu, Bekasi dan satu lagi ditemukan
di desa Lebak, Banten Selatan. Prasasti-prasasti yang merupakan sumber sejarah Kerajaan
Tarumanegara tersebut adalah sebagai berikut :

Prasasti Tugu
1. Prasasti Kebon Kopi,

2. Prasasti Tugu,

3. Prasasti Munjul atau Prasasti Cidanghiang,

4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor

5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor

6. Prasasti Jambu, Bogor

7. Prasasti Pasir Awi, Bogor.

C. Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak agama Budha. Raja yang pertamanya
bernama Sri Jaya Naga, sedangkan raja yang paling terkenal adalah Raja Bala Putra Dewa.

Letaknya yang strategis di Selat Malaka (Palembang) yang merupakan jalur pelayaran dan
perdagangan internasional.Keadaan alam Pulau Sumatera dan sekitarnya pada abad ke-7
berbeda dengan keadaan sekarang. Sebagian besar pantai timur baru terbentuk kemudian.
Oleh karena itu Pulau Sumatera lebih sempit bila dibandingkan dengan sekarang,
sebaliknya Selat Malaka lebih lebar dan panjang. Beberapa faktor yang mendorong
perkembangan kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan besar antara lain sebagai berikut :

 Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina melintasi selat Malaka,
sehingga membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya.
 Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan kerajaan Kamboja
memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim
(sarwajala) yang selama abad ke-6 dipegang oleh kerajaan Funan.
Berdasarkan berita dari I Tsing ini dapat kita ketahui bahwa selama tahun 690 sampai 692,
Kerajaan Melayu sudah dikuasai oleh Sriwijaya. Sekitar tahun 690 Sriwijaya telah
meluaskan wilayahnya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Hal ini juga
diperkuat oleh 5 buah prasasti dari Kerajaan Sriwijaya yang kesemuanya ditulis dalam
huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti-prasasti tersebut adalah sebagai beikut :

1. Prasasti Kedukan Bukit

2. Prasasti Talang Tuwo

3. Prasasti Kota Kapur

4. Prasasti Telaga Batu

5. Prasasti Karang Birahi


6. Prasasti Ligor

Selain peninggalan berupa prasasti, terdapat peninggalan berupa candi. Candi-candi budha
yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara
Takus, dan Biaro Bahal, akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat
dari batu andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah.

Beberapa arca-arca bersifat budhisme, seperti berbagai arca budha dan bodhisatwa
Awalokiteswara ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang, Jambi, Bidor, Perak dan Chaiya.

Pada masa pemerintahan Bala Putra Dewa Sriwijaya menjadi pusat perdagangan sekaligus
pusat pengajaran agama Budha. Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya
menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari
Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di
Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya
menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha.
Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di
pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana
juga turut berkembang di Sriwijaya.

Letak Sriwijaya strategis membawa keberuntungan dan kemakmuran. Walaupun demikian,


letaknya yang strategis juga dapat mengundang bangsa lain menyerang Sriwijaya.
Beberapa faktor penyebab kemunduran dan keruntuhan :

 Adanya serangan dari Raja Dharmawangsa 990 M.


 Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah oleh Raja
Rajendracoladewa.
 Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275 – 1292.
 Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
 Adanya serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah
Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan Majapahit.
D. Kerajaan Mataram ( Hindu-Budha )
Kerajaan Mataram diketahui dari Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi yang
ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa
pada mulanya Jawa (Yawadwipa) diperintah oleh Raja Sanna. Setelah ia wafat Sanjaya naik
tahta sebagai penggantinya. Sanjaya adalah putra Sannaha (saudara perempuan Sanna).

Prasasti Mantyasih (Prasasti Kedu) yang di dikeluarkan oleh Raja Balitung pada tahun 907
memuat daftar raja-raja keturunan Sanjaya, sebagai berikut :

1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya

2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran

3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan

4. Sri Maharaja Rakai Warak

5. Sri Maharaja Rakai Garung

6. Sri Maharaja Rakai Pikatan

7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi

8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang

9. Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung


Prasasti Kelurak, 782 M di desa Kelurak disebutkan bahwa Raja Dharanindra membangun
arca Majusri ( candi sewu). Pengganti raja Dharanindra, adalah Samaratungga.
Samaratungga digantikan oleh putrinya bernama Pramodawardhani. Dalam Prasasti Sri
Kahulunan ( gelar Pramodawardhani) berangka tahun 842 M di daerah Kedu, dinyatakan
bahwa Sri Kahulunan meresmikan pemberian tanah untuk pemeliharaan candi Borobudur
yang sudah dibangun sejak masa pemerintahan Samaratungga.

Pramodhawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang beragama Hindu. Adik


Pramodhawardhani, Balaputradewa menentang pernikahan itu. Pada tahun 856
Balaputradewa berusaha merebut kekuasaan dari Rakai Pikatan, namun usahanya itu
gagal. Setelah pemerintahan Rakai Pikatan, Mataram menunjukkan kemunduran. Sejak
pemerintahan Raja Balitung banyak mengalihkan perhatian ke wilayah Jawa Timur. Raja-
raja setelah Balitung adalah :

1. Daksa (910 – 919). Ia telah menjadi rakryan mahamantri I hino (jabatan terttinggi
sesudah raja) pada masa pemerintahan Balitung.
2. Rakai Layang Dyah Tulodong (919 – 924)
3. Wawa yang bergelar Sri Wijayalokanamottungga (924 – 929)
Wawa merupakan raja terakhir kerajaan Mataram. Pusat kerajaan kemudian dipindahkan
oleh seorang mahapatihnya (Mahamantri I hino) bernama Pu Sindok ke Jawa Timur.

Kepindahan Kerajaan Mataram ke Jawa Timur


Pu Sindok yang menjabat sebagai mahamantri i hino pada masa pemerintahan Raja Wawa
memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur tersebut. Pada tahun 929 M, Pu Sindok
naik tahta dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmattunggadewa. la
mendirikan dinasti baru, yaitu Dinasti Isana. Pu Sindok memerintah sampai dengan tahun
947. Pengganti-penggantinya dapat diketahui dari prasasti yang dikeluarkan oleh
Airlangga, yaitu Prasasti Calcuta.

Berdasarkan berita Cina diperoleh keterangan bahwa Raja Dharmawangsa pada tahun 990
– 992 M melakukan serangan terhadap Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 1016, Airlangga
datang ke Pulau Jawa untuk meminang putri Dharmawangsa. Namun pada saat upacara
pernikahan berlangsung kerajaan mendapat serangan dari Wurawuri dari Lwaram yang
bekerjasama dengan Kerajaan Sriwijaya. Peristiwa ini disebut peristiwa Pralaya. Selama
dalam pengassingan ia menyusun kekuatan. Setelah berhasil menaklukkan raja Wurawari
pada tahun 1032 dan mengalahkan Raja Wijaya dari Wengker Pada tahun 1035 ia berhasil
mengembalikan kekuasaan. Airlangga wafat pada tahun 1049 dan disemayamkan di
Parthirtan Belahan, di lereng gunung Penanggungan.

E. Kerajaan Kediri/Kadiri
Pada akhir pemerintahannya Airlangga kesulitan dalam menunjuk penggantinya, sebab
Putri Mahkotanya bernama Sanggramawijaya menolak menggantikan menjadi raja. la
memilih menjadi seorang pertapa. Maka tahta diserahkan kepada kedua orang anak laki-
lakinya, yaitu Jayengrana dan Jayawarsa. Untuk menghindari perselisihan di antara
keduanya maka kerajaan di bagi dua atas bantuan Pu Barada yaitu Jenggala dengan
ibukotanya Kahuripan dan Panjalu dengan ibukotanya Daha (Kadiri)

Sampai setengah abad lebih sejak Airlangga mengundurkan diri tidak ada yang dapat
diketahui dari kedua kerajaan itu. Kemudian hanya Kadiri yang menunjukkan aktifitas
politiknya. Raja pertama yang muncul dalam pentas sejarah adalah Sri Jayawarsa dengan
prasastinya yang berangka tahun 1104 M. Selanjutnya berturut-turut raja-raja yang
berkuasa di Kadiri adalah sebagai berikut : Kameswara (±1115 – 1130), Jayabaya (±1130 –
1160), 1135), Sarweswara (±1160 – 1170), Aryyeswara (±1170 – 1180), Gandra (1181),
Srengga (1190-1200) dan Kertajaya (1200 – 1222).

Pada tahun 1222 terjadilah Perang Ganter antara Ken arok dengan Kertajaya. Ken Arok
dengan bantuan para Brahmana (pendeta) berhasil mengalahkan Kertajaya di Ganter
(Pujon, Malang).
F. Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok. Dalam kitab Pararaton Ken Arok digambarkan
sebagai seorang pencuri dan perampok yang sakti, sehingga menjadi buronan tentara
Tumapel. Setelah mendapatkan bantuan dari seorang Brahmana, Ken Arok dapat mengabdi
kepada Akuwu (bupati) di Tumapel bernama Tunggul Ametung. Setelah berhasil
membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok menggantikannya sebagai penguasa Tumapel. Ia
juga menjadikan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, sebagai permaisurinya. Pada waktu itu
Tumapel masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kadiri.

Setelah merasa memiliki kekuatan yang cukup, Ken Arok berusaha untuk melepaskan diri
dari Kadiri. Pada tahun 1222 Ken Arok berhasil membunuh Kertajaya, raja Kadiri terakhir.
Ia kemudian naik tahta sebagai raja Singasari dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti
Girinda.

Tidak lama kemudian, Ken Dedes melahirkan seorang putra bernama Anusapati hasil
pernikahannya dengan Tunggul Ametung. Sedangkan dari istri yang lain, yaitu Ken Umang,
Ken Arok mempunyai seorang putra bernama Tohjaya. Pada tahun 1227, Ken Arok
dibunuh oleh

Anusapati. Hal ini dilakukan sebagai balas dendam atas kematian ayahnya, Tunggul
Ametung. Anusapati mengantikan berkuasa di Singasari. Ia memerintah selama 21 tahun.
Sampai akhirnya ia dibunuh oleh Tohjaya, juga sebagai balas dendam atas kematian
ayahnya.

Tohjaya naik tahta. Ia memerintah dalam waktu sangat singkat. Ia kemudian terbunuh oleh
Ranggawuni (putra Anusapati). Pada tahun 1248 Ranggawuni naik tahta dengan gelar
Srijaya Wisnuwardhana. Pada tahun 1254 Wisnuwardhana mengangkat putranya
Kertanegara sebagai Yuwaraja atau Raja Muda. Wisnuwardana wafat pada tahun 1268 di
Mandragiri.

Pada tahun 1268 Kertanegara naik tahta. la merupakan raja terbesar kerajaan Singasari.
Kertanegara merupakan raja pertama yang bercita-cita menyatukan Nusantara. Pada tahun
1275, Kertanegara mengirimkan Ekspedisi Pamalayu ke Sumatera (Jambi) dipimpin oleh
Kebo Anabrang. Ekspedisi ini bertujuan menuntut pengakuan Sriwijaya dan Malayu atas
kekuasaan Singasari. Ekspedisi ini juga untuk mengurangi pengaruh Kubilai Khan dari Cina
di Nusantara.

Ekspedisi ini menimbulkan rasa khawatir raja Mongol tersebut. Oleh karena itu pada tahun
1289 Kubilai Khan mengirimkan utusan bernama Meng-chi menuntut Singasari mengakui
kekuasaan Kekaisaran Mongol atas Singasari. Kertanegara menolak tegas, bahkan utusan
Cina itu dilukai mukanya. Perlakukan tersebut dianggap sebagai penghinaan dan tantangan
perang.

Untuk menghadapi kemungkinan serangan dari tentara Mongol pasukan Singasari


disiagakan dan dikirim ke berbagai daerah di Laut Jawa dan di Laut Cina Selatan. Sehingga
pertahanan di ibukota lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak senang
terhadap Kertanegara, diantaranya Jayakatwang penguasa Kadiri dan Arya Wiraraja
(bupati Madura). Pasukan Kadiri berhasil menduduki istana dan membunuh Kertanegara.

G. Kerajaan Majapahit
Setelah Kertanegara terbunuh oleh Jayakatwang, 1292. Raden Wijaya menantu
Kertanegara berhasil melarikan diri ke Madura untuk minta bantuan Arya Wiraraja, bupati
Sumenep. Atas nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada
Jayakatwang. Atas jaminan dari Arya Wiraraja, Raden Wijaya diterima dan diperbolehkan
membuka hutan Tarik yang terletak di dekat Sungai Brantas. Dengan bantuan orang-orang
Madura, pembukaan hutan Tarik dibuka dan diberi nama Majapahit.
Kemudian datanglah pasukan Tartar yang dikirim Kaisar Kubilai Khan untuk menghukum
raja Jawa. Walaupun sudah mengetahui Kertanegara sudah meninggal, tentara Tartar
bersikeras mau menghukum raja Jawa. Hal ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk
membalas dendam kepada Jayakatwang. Jayakatwang berhasil dihancurkan. Pada waktu
tentara Tartar hendak kembali kepelabuhan, Raden Wijaya menghancurkan tentaraTartar,
Setelah berhasil mengusir tentara Tartar, Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit
dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana pada tahun 1293.

Kertarajasa meninggal pada tahun 1309. Satu-satunya putra yang dapat menggantikannya
adalah Kalagamet. la dinobatkan sebagai raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanagara. Ia
bukanlah raja yang cakap. Selain itu ia juga mendapatkan banyak pengaruh dari Mahapati.
Akibatnya masa pemerintahannya diwarnai dengan adanya beberapa kali pemberontakan.

Pemberontakan yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti, pada tahun 1319. Kuti
berhasil menduduki ibukota Majapahit, sehingga Jayanagara harus melarikan diri ke desa
Bedander yang dikawal oleh pasukan Bhayangkari dipimpin oleh Gajah Mada.
Pemberontakan Kuti ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada. Karena jasanya Gajah Mada
diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun 1328 Jayanagara mangkat dibunuh oleh
tabib istana, Tanca. Tanca kemudian dibunuh oleh Gajah Mada. Jayanagara tidak
meninggalkan keturunan.

Karena Jayanagara tidak mempunyai keturunan, maka yang berhak memerintah


semestinya adalah Gayatri atau Rajapatni. Akan tetapi Gayatri telah menjadi bhiksuni.
Maka pemerintahan Majapahit kemudian dipegang oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan
gelar Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani. la menikah dengan Kertawardhana.
Dari perkawinan ini lahirlah Hayam Wuruk. Pada tahun 1331 terjadi pemberontakan
Sadeng dan Keta. Pemberontakan yang berbahaya ini dapat ditumpas oleh Gajah Mada.
Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai Patih Mangkubumi Majapahit. Pada saat
pelantikan, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.

Pada tahun 1350 M, lbu Tribhuwanatunggadewi, Gayatri meninggal. Sehingga Tribhuwana


turun tahta. Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam Wuruk yang bergelar
Rajasanagara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada sebagai
Mahapatihnya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Dengan Sumpah Palapa-nya
Gajah Mada berhasil menguasai seluruh kepulauan Nusantara ditambah dengan Siam,
Martaban (Birma), Ligor, Annom, Campa dan Kamboja.

Pada tahun 1364, Patih Gajah Mada wafat ditempat peristirahatannya, Madakaripura, di
lereng Gunung Tengger. Setelah Gajah Mada meninggal, Hayam Wuruk menemui kesulitan
untuk menunjuk penggantinya. Akhirnya diputuskan bahwa pengganti Gajah Mada adalah
empat orang menteri.

Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389. Ia disemayamkan di Tayung daerah Berbek,
Kediri. Seharusnya yang menggantikan adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani.
Namun ia menyerahkan kekuasaannya kepada suaminya, Wikramawardhana. Sementara
itu Hayam Wuruk juga mempunyai anak laki-laki dari selir yang bernama Bhre Wirabhumi
yang telah mendapatkan wilayah keuasaan di Kedaton Wetan (Ujung Jawa Timur). Pada
tahun 1401 hubungan Wikramawardhana dengan Wirabhumi berubah mejadi perang
saudara yang dikenal sebagai Perang Paregreg. Pada tahun 1406 Wirabhumi dapat
dikalahkan di dibunuh. Tentu saja perang saudara ini melemahkan kekuasaan Majapahit.
Sehingga banyak wilayah-wilayah kekuasaannya melepaskan diri.

4. Pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia

Datangnya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia membawa pengaruh terhadap semua aspek
kehidupan bangsa Indonesia, yakni terjadinya perubahan perubahan menurut pola Hindu
Buddha. Perubahan-perubahan tersebut mencakup bidang:

a. Agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat indonesia menganut kepercayaan animisme dan
dinamisme. Masyarakat mulai menerima kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Budha sejak
berinteraksi dengan orang-orang India. Meskipun demikian, kepercayaan asli tidak hilang
akibat tergeser oleh agama Hindhu dan Buddha. Budaya baru tersebut membawa perubahan
pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata cara krama, upacara-upacara pemujaan
dan bentuk tempat peribadatan.

b. Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-
kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang
terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu lahir kerajaan-
kerajaan Hindu dan Buddha seperti Sriwijaya, Singasari, Mataram Kuno, Kutai, Tarumanegara,
dan lain-lain. Sistem pemerintahan mengikuti pola dari India yaitu kerajaan, dimana kekuasaan
dipegang oleh raja dan bersifat turun temurun. Pergantian penguasaan berdasarkan keturunan

Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha, bangsa Indonesia telah mengenal sistem


pemerintahan. Sistem pemerintahan kepala suku berlangsung secara demokratis, yaitu salah
seorang kepala suku merupakan pemimpin yang dipilih dari kelompok sukunya, karena
memiliki kelebihan dari anggota kelornpok suku lainnya. Akan tetapi, setelah masuknya
pengaruh Hindu-Buddha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem kepala pemerintahan
yang berkembang di India. Seorang kepala pemerintahaii bukan lagi seorang kepala suku,
melainkan seorang raja, yang memerintah wilayah kerajaannya secara turun-temurun (Bukan
lagi ditentukan oleh kemampuan, melainkan oleh keturunan).

c. Arsitektur dan Seni Budaya


Pengaruh Hindhu Buddha dalam bidang seni dan budaya dapat dilihat dari penyelenggaraan
upacara keagamaan seperti : seni tari, seni sastra, sesaji, dan arsitektur pada bangunan candi
dan seni relief. Salah satu tradsi megalitikum adalah punden berudak. Tradisi tersebut berpadu
dengan budaya India yang mengilhami perbuatan bangunan candi. Jika kita memperhatikan candi
borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya beberbentuk limas yang berundak-undak. Hal ini
menjadi bukti adanya paduan budaya India-Indonesia.

d. Bahasa dan Ilmu Pengetahuan


Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti besar berhuruf
pallawa dan berbahasa Sanskerta. Di kenalnya sistem pengetahuan yaitu seperti huruf pallawa
dan bahasa Sansekerta menjadi pembuka jalan bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan.
Para Brahmana berperan sebagai rohaniawan sekaligus ilmuwan.

Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri
dengan bahasa sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil
serapan dari bahasa sanskerta yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya
Purnakarya Nugraha, dsb.

e. Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra.
Bahasa Sanskerta sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra Indonesia.
Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, seperti yang
ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat, Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam
bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab
Ramayan dan Mahabarata. Adanya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk
menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia:

a. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa pemerintahan Airlangga.
b. Sotasoma, karya Mpu Tantular
c. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan Kediri.
d. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan Kediri.
e. Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun pada aman kerajaan
Majapahit.
f. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada aman kerajaan Majapahit.
g. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun pada aman kerajaan
Majapahit.

f. Bidang Sosial
Sebelum masuk pengaruh Hindhu dan Buddha, stratifikasi sosial didasarkan pada profesi.
Namun setelah masuk pengaruh Hindhu dan Buddha, sistem stratifikasi mengikuti pola dari
india yaitu pembagian masyarakat berdasarkan sistem kasta.

g.Kalender

Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di Indonesia merupakan wujud dari
akulturasi, yaitu dengan penggunaan tahun Saka. Di samping itu, juga ditemukan Candra
Sangkala atau kronogram dalam usaha memperingati peristiwa dengan tahun atau kalender
Saka. Candra Sangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat atau gambaran kata. Bila
berupa gambar harus dapat diartikan ke dalam bentuk kalimat.

h.Seni Rupa/Seni Lukis

Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan telah
ditemukannya area Buddha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha
berlanggam Amarawati ditemu-kan di Sikendeng (Sulawesi Selatan). Seni rupa India pada
Candi Borobudur ada pada relief-relief ceritera Sang Buddha Gautama. Relief pada Candi
Borobudur pada umumnya lebih menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya
lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu, juga terdapat hiasan
perahu bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan lukisan asli Indonesia, karena lukisan
seperti itu tidak pernah ditemukan pada candi-candi yang ada di India. Juga relief Candi
Prambanan yang memuat ceritera Ramayana.

B. ZAMAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

Teori-teori masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia

1. Teori Gujarat, Teori Orientalis Pemecah KeBhinekaan Indonesia


Siapa sangka justru teori besutan Snouck Hurgronje lah yang kondang dan dipercaya orang
Indonesia. Hanya akibat sistem penulisan yang katanya berasal dari negara maju, sejarah
masuknya Islam ke Indonesia mengikuti hasil penulisan sarjana Belanda. Padahal metode
penulisannya dan bukti sejarahnya pun cukup nyeleneh dan amat lemah.

Teori gujarat dikomandoi orientalis ulung, Snouck Hurgronje. Didoktrinkan Islam masuk ke
Indonesia melalui Gujarat,India. Menuurtnya Islam tidak mungkin masuk ke Nusantara
Indonesia langsung dari Arabia tanpa melalui ajaran tasawuf yang berkembang di India.

Yang dijelaskan pula perkembangan Islam di daerah India yakni Gujarat.

Menurut anggapan Snouck daerah yang pertama dimasuki Islam adalah kesultanan
Samudra Pasai, di abad ke-13 Masehi. Snouck pun tidak dapat menjelaskan antara
masuknya Islam dengan perkembangan penyebaran Islam di Indonesia.

Demikian pula tidak mampu menjelaskan mazhab apa yang dianut di Gujarat dan di
Samudra pasai menganut mazhab apa? pertanyaan yang seharusnya disadari
adalah “Mungkinkah Islam begitu masuk ke samudra pasai langsung mendirikan
kesultanan?”

Suatu kekeliruan teori yang tidak berhasil dijawab oleh Guru Besar Studi Islam dari
Universitas Leiden tersebut.

2. Teori Makkah: Jejak Muawiyah di Abad ke-7 M


Dalam sebuah seminar di Medan tahun 1963 “Masuknya Agama Islam ke Indonesia”,
Prof Dr. Buya Hamka dapat lebih menggunakan fakta yang diangkat dari berita Cina Dinasti
Tang.
Bukti kuat yang disertai adanya peninggalan jejak Muawiyah, adapun waktu masuknya
Islam ke Nusantara terjadi pada abad ke-7 M. Dalam beritanya dituturkan ditemuinya
hunian wirausahwan arab Islam di pantai barat Sumatra, sehingga disimpulkan Islam
masuk ke Indonesia langsung dari Arab yang dibawa oleh para pengusaha Arab.

Sementara kerajaan samudra pasai yang disangkakan Snouck baru didirikan pada abad
1275M atau abad ke-13M. Yang bukan awal masuknya Islam melainkan awal
perkembangan mazhab Sya’fii di Indonesia.

3. Teori Persia:
Adapula teori yang lemah namun tidak digaungkan dan tidak pula dijadikan pakem
layaknya teori Gujarat milik Snouck. Yakni teori Persia hasil pemikiran Prof. Dr. Abubakar
Atjeh yang mengikuti pandangan Dr. Hosein Djajadinigrat. Dikatakan Islam masuk ke
Indonesia lewat persia dan bermazhab Syi’ah (menyimpang).

Pandangan masuknya Islam ke Indonesia didasari atas sistem mengeja membaca huruf Al-
Quran yang mirip dengan persia. Seperti yang sudah diduga teori ini cukup lemah karena:

1. Tidak semua masyarakat persia menganut mazhab Syi’ah


2. ketika pada saat Baghdad menjadi ibu kota Khilafah Abbasiyah, masyarakat dan pemimpinnya
(umumnya) penganut Ahlul Shunnah wal Jama’ah
3. Pengguna sistem baca persia dijawa barat bukan penganut mazhab Syiah, yang justru
masyarakatnya menganut mazhab Syafi’i

4. Teori Cina: Kronik Klenteng Sam Po Kong


Adalah pendapat Dr. Slamet Muljana ditahun 1968 dalam “Runtuhnja hindu Djawa dan
Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara” yang mengatakan Sultan demak adalah
peranakan Cina bahkan menyimpulkan bahwa para wali sanga pun peranakan cina.

Pendapat ini, bertolak dari Kronik Klenteng Sam Po Kong.

Misalnya Sultan Demak Panembahan fatah dalam Kronik Klenteng Sam Po Kong bernama
panembahan Jin Bun (nama Cinanya). Demikian pula dengan Sultan Trenggana disebutkan
dalam nama Cina, Tung Ka Lo.

Bagaimana dengan Wali Sanga?

Yap, demikian juga mereka ‘bertransformasi’ yang antara lain Soenan Ampel dengan
nama Cina Bong Swi Hoo. Soenan Goenoeng Djati dengan nama Cina, Toh A Bo.

Sebenarnya menurut budaya Cina dalam penulisan sejarah nama tempat yang bukan negri
Cina, dan nama orang yang bukan bangsa Cina, juga diCinakan penulisnya.

Oleh sebab itu tafsir Prof. Dr. Slamet Muljana tergolong aneh.

Mengapa tidak seluruh pelaku sejarah dan nama tempat yang diCinakan ditafsirkan sebagai
Cina semua? Sehingga tidak ada pribumi ataupun bangsa lainnya.

Apakah kita akan berkesimpulan pendiri Nahdlatoel Oelama, Hasjim Asj’ari dan K.H.
Achmad Dahlan pendiri Muhammadiyah berasal dari Arab? karena namanya dari bahasa
Arab

5. Teori Maritim
Berawal dari N.A. Baloch sejarahwan asal Pakistan, berpendapat masuknya Islam ke
Nusantara akibat umat Islam memiliki navigator ulung dalam penguasaan maritim /
kelautan dan pasar. Yang kemudian melalui aktivitas ini penyebaran Islam berlangsung di
sepanjang jaln laut niaga di pantai pantai persinggahan pada abad ke-1 H atau abad ke-7 M.

Dijelaskan pula rentang waktunya, terjadi pada abad ke-1 H atau 7M, yang proses
penyebaran dan perkembangan dakwah ajaran Islam ini berlangsung selama lima abad
dari 1H hingga 5H atau 7M hingga 12M.

N.A. Baloch juga menjelaskan mulai abad ke-6 H / 13M terjadi pengembangan Dakwah
Islam hingga ke pedalaman oleh masyarakat pribumi. Selain itu Aceh pada abad ke-9M
yang diikuti di wilayah lainnya di Nusantara.

Nah, itulah sejarah masuknya Islam ke Indonesia serta penyebarannya hingga abad ke-13.
Yang diambil dari buku Api Sejarah, Ahmad Mansur Suryanegara. Jika mengacu pada teori
teori diatas, pemikiran mana yang kamu yakini?

2. Tokoh-tokoh pembawa yang berperan dalam penyeberan agama


islam di indonesia

1. Para Wali yang menyebarkan agama Islam di Jawa jumlahnya ada sembilan wali yang lebih dikenal
dengan nama Wali Songo.
2. Sunan Maulana Malik Ibrahim
3. Sunan Ngampel
4. Sunan Bonang
5. Sunan Drajat
6. Sunan Giri
7. Sunan Kalijaga
8. Sunan Kudus
9. Sunan Muria
10. Sunan Gunung Jati

3.Kerajaan kerajaan islam di indonesia

1. Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai didirikan oleh Marah Silu atau Sultan Malik Al Shaleh (1285-1297). Pada
masa Sultan Ahmad atau Malik al Tahir II (1326-1350) inilah kerajaan Samudra Pasai mencapai
puncak kejayaannya. Kerajan Samudra pasai mengalami kemunduran sejak diperintah oleh Sultan
Zainal Abidin 1350 hali ini disebabkan karena adanya serangan kerajaan Siam dari Muangthai
tahun1350, Serangan Kerajaan Majapahit sekitar 1400an, serangan bangsa Portugis pada tahun
1521 dan terakhir dikuasai oleh kerajaan Aceh.

2. Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Munghayat Syah (1514-1528) dan mencapai kejayaannya
pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda 1608-1667. Kerajaan Aceh memiliki kitab hukum Adat
Mahkota Alam yang berisi peraturan-peraturan agama tentang pemerintahan, perdagangan dan
upacara istana. Pada awal abad ke 18 kerajaan Aceh mengalami kemuduran karena tidak ada
pemimpin yang cakap setealah wafatnya Sultan Iskandar Muda dan putranya Sultan Iskandar Tani.

3. Kerajaan Malaka

Kerajaan Malaka didirikan oleh bangsawan asal Majapahit Parameswara (Paramisora) yang
bergelar sultan Muhammad Syah 1405-1414 kemudian mecapai puncak kebesaran pada masa
pemerintahan Sultan Mansyur Syah 1458-1477. Pada masa inilah hidup panglima yang terkenal
bernama Laksamana Hang Tuah. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah 1488-1511
mengalami kemunduran karena dikuasai Portugis pada tahun 1511.
4. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak didirika oleh raden Patah 1475-1518. Dengan gelar Sultan Alam Akbar al Fatah
dan berpusat di Bintoro. Pada masa Sultan Trenggana 1524-1546 kerajaan Demak mengalami masa
kejaayaan. Dibawah pimpinan Fatahillah Suda kelapa berhasil direbut kemudian namanya diganti
dengan Jayakarta yang artinya Kemengan Abadi. Demak mengalami kemunduran karena adanya
perang saudara antar kerabat kerajaan sampai akhirnya pada tahun 1546-1552 raja Arya
Penangsang dikalahkan Adipati Pajang yang bernama Hadiwijaya dan sejak saat itu kerajaan
pindah di Pajang.

5. Kerajaan Pajang

Munculnya kerajaan pajang karena perjuangan Jaka Tingkir (Pangeran Adi Wijaya) 1568-1582.
Perdagangan di daerah pesisir dan pertanian di pedalaman berkembang pesat hingga menjadi
agraris.

6. Kerajaan Mataram

Kerajaan Mataram didirikan oleh Sutawijaya atau Panembahan Senopati 1586-1601 dan mencapai
puncak keajayaannya pada waktu Sultan Agung Anyokrokusuma 1613-1645. Setelah Sultan Agung
wafat, beliau digantikan oleh putranya Sunan Amangkurat I dan kerajaan pecah menjadi 2 karena
ada perjanjian dengan Belanda. Perjanjian itu diberinama perjanjian gianti 1755 dan perjanjian
Salatiga 1757

7. Kerajaan Banten

Kerajaan Banten didirikan oleh Fatahillah 1527 tetapi pada waktu itu masih menjadi daerah
kekuasaan Kerajaan Demak setelah diperintah oleh Sultan Hasanudin 1522-1570 Kerajan Banten
melepaskan diri dari Demak. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1682 Banten
mengalami masa kejayaan. Sejak tahun 1682 Kerajaan Banten menjadi boneka Belanda dengan
Sultan Haji sebagai rajanya.

8. Kerajan Gowa Tallo

Kerjaan Gowa Tallo awalnya merupakan 2 kerajaan berbeda namun pada abad 10 disatukan oleh
Ratu Tumanurunga dengan sebutan Kerajaan Makasar. Kerajaan Makasar mencapai puncak
kejayaannya waktu diperintah Sultan Hasanudin 1653-1669 meluas kekuasaannya ke Sopeng,
Buton, Selayar termasuk Bone hingga menyebabkan perselisihan dengan Arupalaka raja Bone yang
dibantu oleh Cornelis Spelman dan berhasil memaksa Sultan Hasanudin menandatangani
perjanjian Bongaya pada 13 November 1667.

9. Kerajaan Ternate dan Tidore

Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan 2 kerajaan yang berdiri sendiri dan saling bersaing.
Kerajaan Ternate didirikan oleh raja Mansyur Maloma sekitar abad ke 6 dan mencapai puncak
kejayaannya pada masa Sultan Babullah 1570-1583 yang wilayahnnya meliputi Maluku sampe Irian
Jaya Sulawesi, Bima dan kepulauan Sulu (Philipina) sehingga mendapatkan julukan Tuan dari 72
Pulau. Kerajaan Tidore didirikan oleh raja Syahadati sekitar abad ke 6 dan mencapai
puncak kejayaan pada masa Sultan Nusu 1780-1805.

4. Pengaruh agama dan budaya islam di indonesia

1. Huruf, Bahasa, dan Nama-Nama Arab

Al-Quran, sebagai kitab suci Islam, menggunakan bahasa Arab, bahasa-ibu Nabi Muhammad. Dalam
perkembangannya, bahasa Arab digunakan juga oleh para muslim yang non-Arab dalam berbagai
kegiatan agama, terutama shalat dan mengaji (membaca Al-Quran). Tak jarang seorang muslim
yang pandai membaca Al- Quran dakam bahasa Arab namun ia kurang atau tidak mengerti arti
harfiah teks-teks dalam kitab suci tersebut. Dan memang salah satu hadis menyatakan bahwa
sangat diwajibkan bagi setiap muslim untuk membaca Quran meski orang bersangkutan tak
mengetahui arti dan makna ayat-ayat yang dibacakan (kecuali ia membaca terjemaahannya).
Dari kebiasaan tersebut, pengaruh bahasa Arab lambat laut merambat dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia. Persebarah bahasa Arab ini lebih cepat dari pada persebaran bahasa
Sansekerta karena dalam Islam tak ada pengkastaan, karena itu dari raja hingga rakyat jelata
mampu berbahasa Arab. Pada mulanya memang hanya kaum bangsawan saja yang pandai meulis
dan membaca huruf dan bahasa Arab, namun pada selanjutnya rakyat kecil pun mampu berbahasa
Arab, setidaknya membaca dan menulis Arab kendati tak begitu paham akan maknanya.
Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat pada batu nisan di Leran Gresik, yang
diduga makam salah seorang bangsawan Majapahit yang telah masuk Islam. Dalam perkembangan
selanjutnya, pengaruh huruf dan bahasa Arab terlihat pada karya-karya sastra di wilayah-wilayah
yang keislamannya lumayan kuat seperti di Sumatera, Sulawesi, Makassar, dan Jawa. Penggunaan
bahasa Arab pun berkembang di pesantren-pesanten Islam.
Penulisan huruf Arab berkembang pesat ketika karya-karya yang bercorak Hindu-Buddha disusupi
unsur-unsur Islam. Huruf yang lebih banyak dipergunakan adalah aksara Arab gundul (pegon),
yakni abjad arab yang ditulis tanpa tanda bunyi.
Sedangkan bahasanya masih menggunakan bahasa setempat seperti Melayu, Jawa, dan bahasa-
bahasa ibu lainnya. Sebelum bersentuhan dengan budaya Eropa (Portugis dan Belanda}, kitabkitab
(sastra, hukum, sejarah) ditulis dengan huruf pegon ini. Di samping melalui kesusatraan,
penggunaan bahasa dan huruf Arab terjadi di kalangan pedagang.
Dalam kalender Masehi, nama-nama hari yang berjumlah tujuh dalam seminggu, di Indonesia
menggunakan nama-nama Arab, yakni Senin (Isnain), Selasa (Sulasa), Rabu (Rauba’a), Kamis
(Khamis), Jumat (Jum’at), Sabtu (Sabt). Enam dari tujuh hari tersebut semuanya berasal dari bahasa
Arab, kecuali Minggu (bahasa Arabnya: Ahad) yang berasal dari Flaminggo dari bahasa Portugis.
Hanya orang-orang tertentu yang menggunakan kata “ahad” untuk hari Minggu.
Pengabadian istilah “minggu” dilakukan oleh umat Nasrani Portugis ketika melakukan ibadah di
gereja pada hari bersangkutan. Selain huruf, sistem angka (0, 1, 2, 3, dan seterusnya) pun diadopsi
dari budaya Arab; bahkan semua bangsa mempergunakannya hingga kini. Selain nama-nama hari,
nama-nama Arab diterapkan pula pada nama-nama orang, misalnya Muhammad, Abdullah, Umar,
Ali, Musa, Ibrahim, Hasan, Hamzah, dan lain-lain.
Begitu pula kosa kata Arab—kebanyakan diambil dari kata-kata yang ada dalam Al-Quran—banyak
yang dipakai sebagai nama orang, tempat, lembaga, atau kosakata (kata benda, kerja, dan sifat)
yang telah diindonesikan, contohnya: nisa (perempuan), rahmat, berkah (barokah), rezeki (rizki),
kitab, ibadah, sejarah (syajaratun), majelis (majlis), hebat (haibat), silaturahmi (silaturahim),
hikayat, mukadimah, dan masih banyak lagi. Banyak di antara kata-kata serapan tersebut yang
telah mengalami pergeseran makna (melebar atau menyempit), seiring dengan perkembangan
zaman.

2. Bangunan Fisik (Arsitektur)

Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam Bentuk bangunan. Surutnya Majapahit yang diikuti
oleh perkembangan agama Islam menentukan perubahan tersebut. Islam telah memperkenalkan
tradisi bangunan, seperti mesjid dan makam. Islam melarang pembakaran jenazah yang merupakan
tradisi dalam ajaran Hindu-Buddha; sebaliknya jenazah bersangkutan harus dimakamkan di dalam
tanah. Maka dari itu, peninggalan berupa nisan bertuliskan Arab merupakan pembaruan seni
arsitektur pada masanya.
Islam pertama kali menyebar di daerah pesisir melalui asimilasi, perdagangan dan penaklukan
militer. Baru pada abad ke-17, Islam menyebar di hampir seluruh Nusantara. Persebaran bertahap
ini, ternyata tidak berpengaruh terhadap kesamaan bentuk arsitektur di seluruh kawasan Islam.
Sebagian arsitektur Islam banyak terpengaruh dengan tradisi Hindu-Buddha yang juga telah
bersatu padu dengan seni tradisional. Persebaran Islam tidak dilakuan secara revolusioner yang
berlangsung secara tibatiba dan melalui pergolakan politik dan sosial yang dahsyat.
Memang, menurut Tome Pires (De Graaf dan Pigeaud), terdapat penyerbuan secara militer
terhadap ibukota Majapahit yang masih Hindu-Buddha yang dilakukan oleh sejumlah santri dari
Kudus yang dipimpin oleh Sunan Kudus dan Rahmatullah Ngudung atau Undung. (Nama Kudus
diambil dari kata al-Quds atau Baitul Maqdis di Yerusalem, Palestina, yang merupakan kota suci
umat Islam ketiga setelah Mekah dan Madinah). Namun, secara umumnya proses islamisasi
berlangsung dengan damai. Dengan jalan damai ini, Islam dapat diterima dengan tangan terbuka.
Pembangunan tempat-tempat ibadah tidak sepenuhnya mengadospi arsitektur Timur Tengah.
Ada masjid yang bangunannya merupakan perpaduan budaya Islam-Hindu- Buddha, misalnya
Masjid Kudus—meskipun pembangunannya diragukan, apakah dibangun oleh umat Hindu atau
Islam. Ini terlihat dari menara masjid yang berwujud seperti candi dan berpatung. Masjid lain yang
bercorak campuran adalah Masjid Sunan Kalijaga di Kadilangu dan Masjid Agung Banten. Atap pada
Masjid Sunan Kalijaga berbentuk undak-undak seperti bentuk atap pura di Bali atau candi-candi di
Jawa Timur.
Tempat sentral perubahan seni arsitektur dalam Islam terjadi di pelabuhan yang meruapkan pusat
pembangunan wilayah baru Islam. Sementara para petani di pedesaan dalam hal seni arsitektur
masih mempertahankan tradisi Hindu-Buddha. Tak diketahui seberapa jauh Islam mengambil
tradisi India dalam hal seni, karena beberapa keraton yang terdapat di Indonesia usianya kurang
dari 200 tahun. Pengaruhnya terlihat dari unsur kota.
Masjid menggantikan posisi candi sebagai titik utama kehidupan keagamaan. Letak makam selalu
ditempatkan di belakang masjid sebagai penghormatan bagi leluhur kerajaan. Adapula makam yang
ditempatkan di bukit atau gunung yang tinggi seperti di Imogiri, makam para raja Mataram-Islam,
yang memperlihatkan cara pandang masyarakat Indonesia (Jawa) tentang alam kosmik zaman
prasejarah. Sementara, daerah yang tertutup tembok masjid merupakan peninggalan tradisi Hindu-
Buddha.
Terdapat kesinambungan antara seni arsitektur Islam dengan tradisi sebelum Islam. Contoh
arsitektur klasik yang berpengaruh terhadap arsitektur Islam adalah atap tumpang, dua jenis pintu
gerbang keagamaan, gerbang berbelah dan gerbang berkusen, serta bermacam unsur hiasan seperti
hiasan kaya yang terbuat dari gerabah untuk puncak atap rumah. Ragam hias sayap terpisah yang
disimpan pada pintu gerbang zaman awal Islam yang mungkin bersumber pada relief makara atau
burung garuda zaman pra-Islam. Namun sayang, peninggalan bentuk arsitektur itu banyak yang
dibuat dari kayu sehingga sangat sedikit yang mampu bertahan hingga kini.

3. Kesusastraan

Karya sastra merupakan alat efektif dalam penyebaran sebuah agama. Jalur sastra inilah yang
ditempuh masyarakat muslim dalam penyebaran ajaran mereka. Karya-karya sastra bercorak Islam
yang ditulis di Indonesia, terutama Sumatera dan Jawa, awalnya merupakan gubahan atas karya-
karya sastra klasik dan Hindu-Buddha. Cara ini ditempuh agar masyarakat pribumi tak terlalu kaget
akan ajaran Islam.
Selanjutnya, tema-tema yang ada mulai bernuansa Islami seperti kisah atau cerita para nabi dan
rasul, sahabat Nabi, pahlawan-pahlawan Islam, hingga raja-raja Sumatera dan Jawa. Adakalanya
kisah-kisah tersebut bersifat setengah imajinatif; dalam arti tak sepenuhnya benar.

4. Seni Rupa dan Kaligrafi

Seni rupa dalam dunia Islam berbeda dengan seni rupa dalam Hindu-Buddha. Dalam ajaran Islam
tak diperbolehkan menggambar, memahat, membuat relief yang objeknya berupa makhluk hidup
khususnya hewan. Maka dari itu, seni rupa Islam identik dengan seni kaligrafi.
Seni kaligrafi adalah seni menulis aksara indah yang merupakan kata atau kalimat. Dalam Islam,
biasanya kaligrafi berwujud gambar binatang atau manusia (tapi hanya Bentuk siluetnya saja). Ada
pula, seni kaligrafi yang tidak berbentuk makhluk hidup, melainkan hanya rangkaian aksara yang
diperindah. Teks-teks dari Al-Quran merupakan tema yang sering dituangkan dalam seni kaligrafi
ini. Sedangkan, bahanbahan yang digunakan sebagai tempat untuk menulis kaligrafi ini adalah
nisan makam, pada dinding masjid, mihrab masjid, kain tenunan atau kertas sebagai pajangan atau
kayu sebagai pajangan. Selain huruf Arab, tradisi kaligrafi dikenal pula di Cina, Jepang, dan Korea.

5. Seni Tari dan Musik

Dalam bidang seni tari dan musik, budaya Islam hingga sekarang begitu terasa dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia. Dalam perjalanannya, kebudayaan Islam sebelum masuk ke
wilayah Indonesia telah dahulu bercampur dengan kebudayaan lain, misalnya kebudayaan Afrika
Utara, Persia, anak Benua India, dan lain-lain. Dan telah menjadi hukum alam, bahwa setiap tarian
memerlukan iringan musik. Begitu pula seni tari Islami, selalu diiringi alunan musik sebagai
penyemangat sekaligus sebagai sarana perenungan.
Lazimnya tarian-tarian ini dipraktikkan di daerah pesisir laut yang pengaruh Islamnya kental,
karena daerah pesisir merupakan tempat pertama kali Islam berkembang, baik sebagai kekuatan
ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

6. Seni Busana

Dalam agama Islam, ada jenis pakaian tertentu yang menunjukkan identitas umat Islam. Jenis
pakaian tersebut adalah sarung, baju koko, kopeah, kerudung, jilbab, dan sebagainya

Anda mungkin juga menyukai