Asma
Asma
PENDAHULUAN
Pandangan tentang patogenesis asma telah mengalami perubahan pada beberapa
dekade terakhir. Dahulu dikatakan bahwa asma terjadi karena degranulasi sel mast
yang terinduksi bahan alergen, menyebabkan pelepasan beberapa mediator seperti
histamin dan leukotrien sehingga terjadi kontraksi otot polos bronkus.
13 Saat ini telah dibuktikan bahwa asma merupakan penyakit inflamasi kronik
saluran napas yang melibatkan beberapa sel, menyebabkan pelepasan mediator yang
dapat mengaktivasi sel target saluran napas sehingga terjadi bronkokonstriksi,
kebocoran mikrovaskular, edema, hipersekresi mukus dan stimulasi refleks saraf.
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran napas yang berhubungan
dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi
berulang, sesak napas dan batuk terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini ber
hubungan dengan luas inflamasi, menyebabkan obstruksi saluran napas yang
bervariasi derajatnya dan bersifat reversibel secara spontan maupun dengan
pengobata
Proses inflamasi pada asma khas ditandai dengan peningkatan eosinofil, sel mast,
makrofag serta limfositT di lumen dan mukosa saluran napas. Proses ini dapat
terjadi pada asma yang asimptomatik dan bertambah berat sesuai dengan berat
klinis penyakit.
INFLAMASI SALURAN NAPAS
Inflamasi saluran napas pada asma merupakan proses yang
sangat kompleks, melibatkan faktor genetik, antigen, berbagai
sel inflamasi, interaksi antar sel dan mediator yang membentuk
proses inflamasi kronik dan remodelling.
Mekanisme imunologi inflamasi saluran napas
Sistem imun dibagi menjadi dua yaitu imunitas humoral dan selular. Imunitas
humoral ditandai oleh produksi dan sekresi antibodi spesifik oleh sel limfosit B
sedangkan selular diperankan oleh sel limfosit T. Sel limfosit T mengontrol fungsi
limfosit B dan meningkatkan proses inflamasi melalui aktivitas sitotoksik cluster
differentiation 8 (CD8) dan mensekresi berbagai sitokin. Sel limfosit T helper
(CD4) dibedakan menjadi Thdan Th Sel Thmensekresi interleukin2 (IL2), IL3,
granulocytet monocyte colony stimulating factor (GMCSF), interferon (IFN) dan
tumor necrosis factor(TNF) sedangkan Thmensekresi IL3, IL4, IL5, IL9, IL
13, IL16 dan GMCSFRespos imun dimulai dengan aktivasi sel T oleh antigen
melalui sel dendrit yang merupakan sel pengenal antigen primer ( primary antigen
presenting cells/ APC).
(Gambar 1). Mekanisme limfosit T IgE Setelah APC mempresentasikan alergen
/ antigen kepada el limfosit T dengan bantuan major histocompatibility (MHC) klas
II, limfosit T akan membawa ciri antigen spesifik, teraktivasi kemudian
berdiferensiasi dan berproliferasi. Limfosit T spesifik (Th dan produknya akan
mempengaruhi dan mengontrol limfosit B dalam memproduksi imunoglobulin.
Interaksi alergen pada limfosit B dengan limfosit T spesifikalergen kan
menyebabkan limfosit B memproduksi IgE spesifik alergen. Pajanan ulang oleh
alergen yang sama akan meningkatkan produksi IgE spesifik. Imunoglobulin E
spesifik akan berikatan dengan selsel yang mempunyai reseptor IgE seperti
selmast, basofil, eosinofil, makrofag dan platelet. Bila alergen berikatan dengan sel
tersebut maka sel akan teraktivasi dan berdegranulasi mengeluarkan mediator yang
berperan pada reaksi inflamasi.
Mekanisme limfosit T nonIgE
Setelah limfosit T teraktivasi akan mengeluarkan sitokin IL3, IL4, IL5, IL9, IL
13 dan GMCSF. Sitokin bersama sel inflamasi yang lain akan saling berinteraksi
sehingga terjadi proses inflamasi yang kompleks, degranulasi eosinofil, menge
luarkan berbagai protein toksik yang merusak epitel saluran napas dan merupakan
salah satu penyebab hiperesponsivitas saluran napas (airway hyperresponsiveness /
AHR).
GAMBARAN HISTOPATOLOGI
Hasil pemeriksaan histopatologi penderita yang meninggal karena serangan asma
menunjukkan gambaran inflamasi saluran napas. Lumen saluran napas tertutup
oleh sumbatan mukus lengket yang terdiri atas protein plasma berasal dari
pembuluh darah saluran napas dan glikoprotein mukus berasal dari sel epitel
permukaan. Terjadi pelepasan sel epitel, penebalan lapisan subepitel, penebalan
lapisan otot polos karena hipertrofi dan hiperplasi sel goblet dan kelenjar mukus.
an napas. Lumen saluran napas tertutup oleh sumbatan mukus lengket yang terdiri
atas protein plasma berasal dari pembuluh darah saluran napas dan glikoprotein
mukus berasal dari sel epitel permukaan. Terjadi pelepasan sel epitel, penebalan
lapisan subepitel, penebalan lapisan otot polos karena hipertrofi dan hiperplasi sel
goblet dan kelenjar mukus.Kurasan (lavage) bronkoalveolar penderita asma menun
jukkan kenaikan jumlah limfosit, sel mast dan eosinofil serta aktivasi makrofag
sedangkan biopsi bronkus menunjukkan infiltrasi eosinofil, pelepasan epitel dan
fibrosis subepitel.
Gambar 2 memperlihatkan gambaran saluran apas pada orang normal dan pada
penderita asma yang menunjukkan penyempitan saluran napas. Gambar 3
menunjukkan gambaran mukosa normal dan pada penderita asma. Kurasan
(lavage) bronkoalveolar penderita asma menunjukkan kenaikan jumlah limfosit,
sel mast dan eosinofil serta aktivasi makrofag sedangkan biopsi bronkus
menunjukkan
nfiltrasi eosinofil, pelepasan epitel dan fibrosis subepitel.
MHC kls IILimfosit TIL12+ IL12 Th
2
GEJALA ASMA
SEL INFLAMASI
Banyak sel inflamasi terlibat dalam patogenesis asma meskipun peran tiap sel yang
tepat belum pasti. Gambar 4 menunjukkan berbagai macam sel dan mediator yang
terlibat pada asma..
Sel mast
Sel mast berasal dari sel progenitor di sumsum tulang.Sel mast banyak didapatkan
pada saluran napas terutama di sekitar epitel bronkus, lumen saluran napas, dinding
alveolus dan membran basalis.Sel mast melepaskan berbagai mediator seperti
histamin, PGDLTCIL1, IL2, IL3, IL4, IL5, GMCSF, IFN dan TNF
.Interaksi mediator dengan sel lain akan meningkatkan permeabilitas vaskular,
bronkokonstriksi dan hipersekresi mukus.Se mast juga melepaskan enzim triptase
yang merusak vasoactive intestinal peptide (VIP) dan heparin. Heparin meru
pakan komponen penting granula yang berikatan dengan histamin dan diduga
berperan dalam mekanisme antiinflamasi yang dapat menginaktifkan MBP yang
dilepaskan eosinofil.Heparin menghambat respons segera terhadap alergen pada
subyek alergi dan menurunkan AHR.
Makrofag
Makrofag berasal dari sel monosit dan diaktivasi oleh alergen lewat reseptor IgE
afinitas rendah.Makrofag ditemukan pada mukosa, submukosa dan alveoli yang
diaktivasi oleh mekanisme IgEdependent sehingga berperan dalam proses infla
masi.Makrofag melepaskan berbagai mediator antara lain LTBPGFtromboksan A
2PAF, IL1, IL8, IL10, GMCSF, TNF reaksi komplemen dan radikal bebas.
Makrofag berperan penting sebagai pengatur proses inflamasi alergi. Makrofag juga
berperan sebagai APC yang akan menghantarkan alergen pada limfosit T.
Eosinofil
Diproduksi oleh sel progenitor dalam sumsum tulang dan diatur oleh IL3, IL5 dan
GMCSF.Infiltrasi eosinofil merupakan gambaran khas saluran napas penderita
asma dan membedakan asma dengan inflamasi saluran napas lain. Inhalasi alergen
akan menyebabkan peningkatan jumlah eosinofil dalam kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage = BAL). Didapatkan hubungan langsung antara jumlah
eosinofil darah tepi dan cairan BAL dengan AHR.
SEL INFLAMASI
Sel mast Makrofag osinofil Limfosit T Basofil Neutrofil Platelet SEL STRUKTURAL
Sel epitel Sel otot polos Sel endotel Fibroblas
Sel saraf MEDIATOR Histamin Leukotrien Prostaglandin Tromboksan PAF Kinin
Adenosin Endotelin Oksigen reaktif Sitokin Kemokin EFEK Bronkokonstriksi plasma
Hipersekresi mukus AHR Perubahan struktural Eosinofil berkaitan dengan perkembangan
AHR lewat pelepasan protein dasar dan oksigen radikal bebas.Eosinofil melepaskan
mediator LTCPAF, radikal bebas oksigen, MBP, eosinophyl cationic protein (ECP)
dan eosinophyl derived neurotoxin (EDN) sehingga terjadi kerusakan epitel saluran
napas serta degranulasi basofil dan sel mast.Eosinofil yang teraktivasi
menyebabkan kontraksi otot polos bronkus, peningkatan permeabilitas
mikrovaskular, hipersekresi mukus, pelepasan epitel dan merangsang AHR.
Neutrofil
Peran neutrofil pada penderita asma belum jelas.
Diduga neutrofil menyebabkan kerusakan epitel akibat pelepasan bahanbahan
metabolit oksigen, protease dan bahan kationik. Neutrofil merupakan sumber
beberapa mediator seperti PG, tromboksan, LTBdan PAF.Neutrofil dalam jumlah
besar ditemukan pada saluran napas penderita asma kronik dan berat selama
eksaserbasi atau setelah pajanan alergen.Biopsi bronkus dan BAL menunjukkan
bahwa neutrofil merupakan sel pertama yang ditarik ke saluran napas dan yang
pertama berkurang jumlahnya setelah reaksi lambat berhenti.
Limfosit T
Didapatkan peningkatan jumlah limfosit T pada saluran napas penderita asma yang
dibuktikan dari cairan BAL dan mukosa bronkus.Biopsi bronkus penderita asma
stabil mendapatkan limfosit intraepitelial atipik yang diduga merupakan limfosit
teraktivasi.1Limfosit T yang teraktivasi oleh alergen akan mengeluarkan berbagai
sitokin yang mempengaruhi sel inflamasi. Sitokin seperti IL3, IL5 dan GMCSF
dapat mempengaruhi produksi dan maturasi sel eosinofil di sumsum tulang (sel
prekursor), memperpanjang masa hidup eosinofil dari beberapa hari sampai
minggu, kemotaktik dan aktivasi eosinofil.
Basofil
Peran basofil pada patogenesis asma belum jelas, merupakan sel yang melepaskan
histamin dan berperan dalam fase lambat. Didapatkan sedikit peningkatan basofil
pada saluran napas penderita asma setelah pajanan alergen.
Sel dendrit
Sel dendrit merupakan sel penghantar antigen yang paling berpengaruh dan
memegang peranan penting pada respons awal asma terhadap alergen. Sel dendrit
akan mengambil aleren, mengubah alergen menjadi peptida dan membawa ke lim
fonodi lokal yang akan menyebabkan produksi sel T spesifik alergen.Sel dendrit
berasal dari sel progenitor di sumsum tulang dan sel di bawah epitel saluran napas.
Sel dendrit akan bermigrasi ke jaringan limfe lokal di bawah pengaruh GMCSF.
Sel struktural
Sel struktural saluran napas termasuk sel epitel, sel endotel, miofibroblas dan
fibroblas merupakan sumber penting mediator inflamasi seperti sitokin dan
mediator lipid pada respons inflamasi kronik.Pada penderita asma jumlah mio
fibroblas di bawah membran basal retikular akan meningkat. Terdapat hubungan
antara jumlah miofibroblas dan ketebalan membran basal retikular.
8
MEDIATOR INFLAMASI
Banyak mediator yang berperan pada asma dan mempunyai pengaruh pada saluran
napas. Mediator tersebut antara lain histamin, prostaglandin, PAF , leukotrien dan
sitokin yang dapat menyebabkan kontraksi otot polos bronkus, peningkatan
kebocoran mikrovaskular, peningkatan sekresi mukus dan penarikan sel inflamasi.
Interaksi berbagai mediator akan mempengaruhi AHR karena tiap mediator
memiliki beberapa pengaruh.
Histamin
Histamin berasal dari sintesis histidin dalam aparatus Golgi di sel mast dan basofil.
Histamin mempengaruhi saluran napas melalui tiga jenis reseptor. Rangsangan pada
reseptor H1 akan menyebabkan bronkokonstriksi, aktivasi refleks sensorik dan
meningkatkan permeabilitas vaskular serta epitel. Rangsangan reseptor H2 akan
meningkatkan sekresi mukus glikoprotein. Rangsangan reseptor H3 akan merang
sang saraf sensorik dan kolinergik serta menghambat reseptor yang menyebabkan
sekresi histamin dari sel mast.
Prostaglandin
Prostaglandin (PG)Ddan PGFmerupakan bronkokonstrikstor poten.Prostaglandin E
2menyebabkan bronkodilatasi pada subyek normal invivo, menyebabkan
bronkokonstriksi lemah pada penderita asma dengan merangsang saraf aferen
saluran napas.Prostaglandin menyebabkan kontraksi otot polos saluran napas
dengan cara mengaktifkan reseptor tromboksanprostaglandin.
Platelet activating factor (PAF)
Dibentuk melalui aktivasi fosfolipase Apada membran fosfolipid, dapat dihasilkan
oleh makrofag, eosinofil dan neutrofil.Pada percobaan in vitro ternyata PAF tidak
menyebabkan bronkokonstriksi otot polos saluran napas, jadi PAF tidak
menyebabkan kontraksi otot polos saluran napas. Kemungkinan penyempitan
saluran napas in vivo merupakan akibat sekunder edema saluran napas karena
kebocoran mikrovaskular yang disebabkan rangsangan PAF.Platelet activating
factor juga dapat merangsang akumulasi eosinofil, meningkatkan adesi eosinofil
pada permukaan sel endotel, merangsang eosinofil agar melepaskan MBP dan
meningkatkan ekspresi reseptor IgE terhadap eosinofil dan monosit.
Leukotrien
Berasal dari jalur 5lipooksigenase metabolisme asam arakidonat, berperan penting
dalam bronkokonstriksi akibat alergen, latihan, udara dingin dan aspirin.
Leukotrien dapat menyebabkan kontraksi otot polos melalui mekanisme nonhis
tamin dan terdiri atas LTA LTBLTCLTDdan LTELeukotrien dapat menyebabkan
edema jaringan, migrasi eosinofil, merangsang sekresi saluran napas, merangsang
proliferasi dan perpindahan sel pada otot polos dan meningkatkan permeabilitas
mikrovaskular saluran napas.
Sitokin
Sitokin merupakan mediator peptida yang dilepaskan sel inflamasi, dapat
menentukan bentuk dan lama respons inflamasi serta berperan utama dalam
inflamasi kronik.Sitokin dihasilkan olehlimfosit T, makrofag, sel mast, basofil, sel
epitel dan sel inflamasi.Sitokin IL3 dapat mempertahankan sel mast dan eosinofil
pada saluran napas. Interleukin5 dan GMCSF berperan mengumpulkan sel
eosinofil, Interleukin4 dan IL13 akan merangsang limfosit B membentuk IgE.
Endotelin
Endotelin dilepaskan dari makrofag, sel endotel dan sel epitel. Merupakan mediator
peptida poten yang menyebabkan vasokonstriksi dan bronkokonstriksi. Endotelin1
meningkat jumlahnya pada penderita asma. Endotelin juga menyebabkan proliferasi
sel otot polos saluran napas, meningkatkan fenotip profibrotik dan berperan dalam
inflamasi kronik asma.
Nitric oxide (NO)
Berbentuk gas reaktif yang berasal dari Larginin jaringan saraf dan nonsaraf,
diproduksi oleh sel epitel dan makrofag melalui sintesis NO. Berperan sebagai
vasodilator, neurotransmiter dan mediator inflamasi saluran napas. Kadar NO pada
udara yang dihembuskan penderita asma lebih tinggi dibandingkan orang normal.
Radikal bebas oksigen
Beberapa sel inflamasi menghasilkan radikal bebas seperti anion superoksida,
hidrogen peroksidase (H), radikal hidroksi (OH), anion hipohalida, oksigen tunggal
dan lipid peroksida. Senyawa tersebut sering disebut senyawa oksigen reaktif.Pada
binatang percobaan, hidrogen peroksida dapat menyebabkan kontraksi otot polos
saluran napas. Superoksid berperan dalam proses inflamasi dan kerusakan epitel
saluran napas penderita asma.Jumlah oksidan yang berlebihan pada saluran napas
akan menyebabkan bronkokonstriksi, hipersekresi mukus dan kebocoran
mikrovaskular serta peningkatan respons saluran napas. Radikal bebas oksigen
dapat merusak DNA, menyebabkan pembentukan peroksida lemak pada membran
sel dan menyebabkan disfungsi reseptor adrenergik saluran napas.
Bradikinin
Berasal dari kininogen berat molekul tinggi pada plasma lewat pengaruh kalikrein
dan kininogenase. Secara in vivo merupakan konstriktor kuat saluran napas dan
secara in vitro merupakan konstriktor lemah.Pada penderita asma bradikinin
merupakan aktivator saraf sensoris yang menyebabkan keluhan batuk dan sesak
napas, menyebabkan eksudasi plasma, meningkatkan sekresi sel epitel dan kelenjar
Bradikinin dapat merangsang serat C sehingga terjadi hipersekresi mukus dan
pelepasan takikinin.
Neuropeptida
Neuropeptida seperti substan P (SP), neurokinin A dan calcitonin generelated
peptide (CGRP) terletak di saraf sensorik saluran napas. Neurokinin A
menyebabkan bronkokonstriksi, substan P menyebabkan kebocoran mikrovaskular
dan CGRP menyebabkan hiperemi kronik saluran napas.
Adenosin
Merupakan faktor regulator lokal, menyebabkan bronkokonstriksi pada penderita
asma. Secara in vitro merupakan bronkokonstriktor lemah dan berhubungan dengan
pelepasan histamin dari sel mast.
MEKANISME SARAF
Berbagai proses yang terjadi pada asma dapat disebabkan melalui mekanisme saraf
yaitu mekanisme kolinergik, adrenergik dan nonadrenergik nonkolinergik. Kontrol
saraf pada saluran napas sangat kompleks.
Mekanisme kolinergik
Saraf kolinergik merupakan bronkokonstriktor saluran napas dominan pada
binatang dan manusia. Peningkatan refleks bronkokonstriksi oleh kolinergik dapat
melalui neurotransmiter atau stimulasi reseptor sensorik saluran napas oleh
modulator inflamasi seperti prostaglandin, histamin dan bradikinin.
Mekanisme adrenergik
Saraf adrenergik melakukan kontrol terhadap otot polos saluran napas secara tidak
langsung yaitu melalui katekolamin/ epinefrin dalam tubuh. Mekanisme adrenergik
meliputi saraf simpatis, katekolamin dalam darah, reseptor adrenergik dan reseptor
adrenergik. Perangsangan pada reseptor adrenergik menyebabkan bronkokonstriksi
dan perangsangan reseptor adrenergik akan menyebabkan bronkodilatasi.
Mekanisme nonadrenergik nonkolinergik (NANC)
Terdiri atas inhibitory NANC (iNANC) dan excitatory NANC (eNANC) yang
menyebabkan bronkodilatasi dan bronkokonstriksi. Peran NANC pada asma belum
jelas, diduga neuropeptida yang bersifat sebagai neurotransmiter seperti subsaraf
NANC sehingga terjadi bronkokonstriksi. Kemungkinan lain karena gangguan
reseptor penghambat saraf NANC menyebabkan pemecahan bahan neurotransmiter
yang disebut vasoactive intestinal peptide (VIP).
PATOFISIOLOGI ASMA
Perubahan akibat inflamasi pada penderita asma merupakan dasar kelainan faal.
Kelainan patologi yang terjadi adalah obstruksi saluran napas, hiperesponsivitas
saluran napas, kontraksi otot polos bronkus, hiperesekresi mukus, keterbatasan
aliran udara yang ireversibel, eksaserbasi, asma malam dan analisis gas darah.
Obstruksi saluran napas
Bersifat difus dan bervariasi derajatnya, dapat membaik spontan atau dengan
pengobatan. Penyempitan saluran napas ni menyebabkan gejala batuk, rasa berat di
dada, mengi dan hiperesponsivitas bronkus terhadap berbagai stimuli. Penyebab
nya multifaktor, yang utama adalah kontraksi otot polos bronkus yang diprovokasi
oleh mediator yang dilepaskan sel inflamasi.
Hiperesponsivitas saluran napas
Mekanisme pasti hiperesponsivitas saluran napas belum diketahui jelas, diduga
karena perubahan sifat otot polos saluran napas sekunder terhadap perubahan
fenotip kontraktilitas. Inflamasi dinding saluran napas terutama di daerah peribron
kial dapat menambah penyempitan saluran napas selama kontraksi
ottpolos.Hiperesponsivitas saluran napas dapat diukur dengan uji provokasibronkus.
Konstraksi otot polos bronkus
Pada penderita asma terjadi peningkatan pemendekan otot polos bronkus saat
kontraksi isotonik. Perubahan fungsi kontraksi mungkin disebabkan oleh
perubahan aparatus kontraksi.
Hipersekresi mukus
Terjadi hiperplasia kelenjar submukosa dan sel goblet pada saluran napas penderita
asma. Penyumbatan saluran napas oleh mukus hampir selalu didapatkan pada asma
yang fatal Hipersekresi mukus akan mengurangi gerakan silia, mempengaruhi lama
inflamasi dan menyebabkan kerusakan struktur/ fungsi epitel.
Keterbatasan aliran udara ireversibel
Penebalan dinding saluran napas adalah karakteristik remodelling yang terdapat
pada saluran napas besar maupun kecil. Gambaran ini terlihat secara patologi
maupun radiologi.
Eksaserbasi
Episode eksaserbasi merupakan gambaran yang umum pada asma. Faktor penyebab
eksaserbasi antara lain rangsangan penyebab bronkokonstriksi saja (inciter) seperti
latihan, udara dingin, kabut / asap dan rangsangan penyebab inflamasi (inducer)
seperti pajanan alergen, sensitisasi zat di tempat kerja, ozon dan infeksi saluran
napas oleh virus.
Asma malam
Biopsi transbronkus pada penderita asma malam menunjukkan akumulasi eosinofil
dan makrofag pada malam hari di alveolar dan jaringan peribronkus.
Analisis gas darah
Asma menyebabkan gangguan pertukaran gas; derajat hipoksemia berkorelasi
dengan penyempitan saluran napas akibat ketidakseimbangan ventilasi perfusi.
REMODELLING SALURAN NAPAS
Gambaran utama penderita asma adalah radang saluran napas; ditemukan pula
kelainan saluran napas ireversibel seperti hipertrofi otot polos saluran napas,
hiperplasia kelenjar mukosa, proliferasi pembuluh darah dan deposisi kelenjar pada
membran subbasalisRemodelling merupakan reaksi tubuh untuk memperbaiki
jaringan yang rusak akibat inflamasi dan diduga menyebabkan perubahanireversibel
pada asma.Fibroblas berperan penting dalam remodelling dan proses inflamasi.
Fibroblas menghasilkan kolagen, serat elastik dan retikular, proteoglikans dan
glikoproteindari matriks ekstraselular ( ECM ).
KESIMPULAN
1.Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan
hambatan aliran udara dan peningkatan AHR.
2.Proses inflamasi pada asma khas ditandai dengan peningkatan eosinofil, sel
mast, makrofag dan limfosit T di lumen dan mukosa saluran napas.
3.Kontrol saraf kolinergik, adrenergik dan nonadrenergik nonkolinergik ikut
berperan dalam AHR.
4.Remodelling diduga merupakan penyebab obstruksi saluran napas yang
ireversibel pada penderita asma.