Anda di halaman 1dari 12

ISSN : 1858-330X

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS


MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA SISWA KELAS XI IPA3
SMA NEGERI 8 MAKASSAR

Nurcaya, Agus Martawijaya, Bunga Dara Amin


Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar fisika melalui model pembelajaran berbasis masalah. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 8 Makassar pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010
yang terdiri dari 39 siswa. Penelitian dilaksanakan dua siklus yang terdiri dari empat kegiatan, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pada siklus I dilaksanakan selama dua kali
pertemuan dan pada siklus II dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar fisika siswa yang diambil dari tes setiap siklus
dan data mengenai situasi belajar mengajar diambil pada saat dilaksanakan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dengan menggunakan tes hasill
belajar pada evaluasi mata pelajaran fisika pada siklus I menunjukkan bahwa jumlah siswa yang
mencapai nilai di atas KKM adalah 14 orang dengan persentase 35,90% dan pada siklus II, jumlah siswa
yang mencapai nilai di atas KKM adalah 32 orang dengan persentase 82,05%. Berdasarkan hasil
penelitian ini dapat disimpulkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa SMA Negeri 8 Makassar kelas XI pada materi usaha dan energi.

KATA KUNCI : Hasil Belajar Fisika, Model Pembelajaran Berbasis Masalah

I. PENDAHULUAN menjadi kendala yang serius bagi tercapainya


tujuan pengajaran.
Kegiatan pembelajaran merupakan hal
yang pokok dan merupakan kondisi yang
Pada umumnya, pengajaran di SMA
sengaja diciptakan oleh guru. Sebagai guru,
Negeri 8 Makassar menggunakan metode
hendaknya menyadari apa yang sebaiknya
ceramah sementara tidak semua bahan
dilakukan untuk menciptakan kondisi
pelajaran sesuai dengan metode ceramah. Guru
pembelajaran yang dapat mengantarkan peserta
yang selalu senang menggunakan metode
didik ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru
ceramah sementara tujuan pengajarannya
berusaha menciptakan kondisi pembelajaran
adalah agar peserta didik dapat memperagakan
yang dapat menggairahkan dan menyenangkan
alat, dan menuntut kreativitas peserta didik akan
bagi semua peserta didik sehingga
menghasilkan kegiatan pembelajaran yang
menghasilkan pembelajaran yang bermakna.
kurang kondusif. Akibatnya, hasil yang diperoleh
Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan
siswa tidak seperti apa yang diharapkan, Seperti
menyenangkan bagi peserta didik biasanya
pada data hasil belajar fisika siswa kelas XI
lebih banyak mendatangkan kegiatan
IPA3 SMA Negeri 8 Makassar semester genap
pembelajaran yang kurang harmonis. Peserta
tahun ajaran 2008/2009 menunjukkan bahwa
didik gelisah duduk berlama-lama di kursi
hanya 45% siswa yang memperoleh nilai di atas
mereka masing – masing. Kondisi ini tentu
KKM 66. Setelah melakukan pengamatan,
penulis menemukan bahwa dalam kegiatan

JSPF Vol. 13, Mei 2011 | 81


ISSN : 1858-330X

pembelajaran masih banyak siswa yang tidak Fisika dilihat dari segi hakekatnya, yang
memperhatikan pelajaran, ada yang mengantuk, tidak hanya sekedar pembelajaran teori, maka
bahkan banyak siswa yang hanya keluar masuk ceramah dipandang kurang tepat untuk
kelas. Setelah melakukan wawancara dengan digunakan. Oleh karena itu, diperlukan suatu
beberapa siswa, maka adapun alasan mereka model pengajaran yang lain. Model
melakukan hal tersebut adalah sebagai berikut : pembelajaran berbasis masalah adalah konsep
 Pelajaran fisika terlalu banyak rumus yang pembelajaran yang dapat menciptakan
harus dihafal lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan
 Pada saat mengajar, guru hanya seperti masalah yang penting dan relevan (bersangkut-
berceramah dan sibuk sendiri menerangkan paut) bagi siswa, dan memungkinkan siswa
sehingga siswa menjadi pasif yang memperoleh pengalaman belajar yang lebih
mengundang kemalasan untuk belajar realistik (nyata). Dalam pembelajaran berbasis
 Guru selalu berpatokan pada buku paket,
masalah siswa memahami konsep suatu materi
metode mengajar yang monoton dan dalam
dimulai dari belajar dan bekerja pada situasi
mengajar tidak ada umpan balik yang
masalah. Pembelajaran berbasis masalah
diberikan pada siswa sehingga siswa merasa
adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan
jenuh
untuk membantu siswa mengembangkan
Berdasarkan alasan – alasan siswa
kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan
diatas maka penulis mengambil suatu
keterampilan intelektual. Sehingga dalam
kesimpulan bahwa rendahnya hasil belajar
pembelajarannya siswa dituntut untuk bekerja,
siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 8 Makassar
kreatif dan menggunakan berbagai cara untuk
dikarenakan kurang aktifnya siswa dalam
menjawab permasalahan yang berkaitan
pembelajaran dan kurangnya rangsangan yang
dengan materi pelajaran. Model pembelajaran
diberikan oleh guru di awal pembelajaran
ini merupakan salah satu model pembelajaran
sehingga minat siswa untuk mengikuti pelajaran
yang sangat aplikatif jika diterapkan pada mata
sangat kurang.
pelajaran fisika.
Sementara itu, seperti yang kita ketahui
Dari latar belakang di atas, maka rumusan
bahwa Fisika adalah ilmu empiris yang
masalah dalam penelitian ini adalah :
merupakan bagian dari sains (IPA), pada
1. Apakah penggunaan problem based
hakikatnya adalah kumpulan pengetahuan, cara
learning dapat meningkatkan hasil
berpikir, dan penyelidikan. Fisika dipandang
belajar siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri
sebagai suatu proses dan sekaligus produk
8 Makassar?
sehingga dalam pembelajarannya harus 2. Bagaimana cara menggunakan model
mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran berbasis masalah supaya
pembelajaran yang efektif dan efesien yaitu hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA
salah satunya melalui kegiatan eksperimen. Hal Negeri 8 Makassar meningkat ?
ini dikarenakan melalui kegiatan eksperimen,
subjek dapat melakukan olah pikir dan juga II. LANDASAN TEORI

olah tangan. 1. Pembelajaran Fisika Di Sekolah


Menengah Atas

JSPF Vol. 13, Mei 2011 | 82


ISSN : 1858-330X

Jika ditanyakan kepada siswa sekolah Ilmu fisika sebenarnya adalah ilmu yang
menengah di tentang pelajaran apa yang mencoba menjelaskan tentang keadaan-
dianggap paling sulit, umumnya sebagian besar keadaan yang kita temui sehari-hari. Misalnya
menjawab fisika. Jika pertanyaannya kemudian gerak benda, bagaimana kita bisa melihat
diteruskan mengapa fisika menjadi pelajaran benda, sifat suatu benda dan lain-lain. Jadi
yang dianggap paling sulit dipahami barangkali justru seharusnya Fisika membahas hal-hal
jawabannya adalah karena dalam pelajaran yang sangat konkrit dan nyata keberadaannya.
fisika sangat banyak hal abstrak yang harus d. Peranan Kegiatan Praktikum Dalam
Pembelajaran Fisika
dipahami, banyak rumus yang harus dihapal dan
lain-lain. Oleh karena itu, ada beberapa hal Fisika dipandang sebagai ilmu yang
yang harus ditinjau mengenai pembelajaran memiliki karakteristik tersendiri dalam
fisika di sekolah, antara lain : mempelajarinya tidak cukup hanya melalui
a. Rumus : Hanyalah Bahasa minds – on, tetapi juga harus melalui hands –
Rumus, sebenarnya bukanlah esensi on,dan nyata dihadapi oleh peserta didik
ilmu fisika itu sendiri. Rumusan matematik sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang
hanyalah bahasa untuk mengkomunikasikan ide merupakan bagian integral dari konsep, prinsip
kepada orang lain. dan hukum fisika yang akan dipelajari.
b. Esensi Fisika : Pengamatan Dalam pemebelajaran fisika, kegiatan
Para ilmuwan zaman dulu, yang saling praktikum memiliki peranan yang sangat
menyumbangkan kontribusinya untuk fondasi penting, yaitu :
ilmu pengetahuan saat ini, selalu memulai dari  Memotivasi siswa dalam belajar
pengamatan. Dari mengamati sesuatu Kegiatan praktikum fisika dapat memotivasi
kemudian mencoba menduga-duga, lalu siswa untuk mengembangkan sejumlah
menguji dugaannya dan kemudian mengambil keterampilan proses yang penting dan sikap
kesimpulan. Sebuah metode yang kita kenal yang positif , yakni sikap ilmiah. Hal ini
dengan metode ilmiah. dimungkinkan terjadi, karena kegiatak
Kita bisa memulai dengan mengamati praktek sangat menarik, mengasyikkan, dan
sekeliling kita, juga dengan memberikan mendorong siswa untuk berinisiatif,
peragaan sederhana yang nantinya dapat berimajinasi, dan bekerja sama ( dalam
mendukung atau menjelaskan paparan teori kelompok).
yang telah ada di buku. Peragaan atau  Memberikan kesempatan kepada siswa
percobaan jangan dulu digunakan untuk untuk mengembangkan sejumlah
membuktikan teori yang telah ada di buku, keterampilan
karena teori di buku telah banyak memasukkan  Meningkatkan kualitas belajar siswa
anggapan-anggapan idealisasi. Peragaan dan Dengan pengalaman langsung (first hand
percobaan lebih ditujukan untuk menumbuhkan experiences), siswa dapat belajar lebih muda
sense siswa dalam menangkap fenomena fisis dibandingkan dengan belajar melalui sumber
yang terjadi di sekitarnya. sekunder, buku misalnya.
c. Fisika : Ilmu Tentang Sekitar Kita

JSPF Vol. 13, Mei 2011 | 83


ISSN : 1858-330X

2. Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap Tingkah laku guru


(Problem Based Learning) Tahap I Guru menjelaskan tujuan
Orientasi siswa pembelajaran, menjelaskan
kepada masalah logistik yang dibutuhkan,
Pembelajaran Berbasis Masalah atau
memotivasi siswa terlibat
Problem-based learning (PBL) adalah suatu pada aktivitas pemecahan
pendekatan pembelajaran dengan membuat masalah
Tahap II Guru membantu siswa
konfrontasi kepada peserta didik dengan
Mengorientasi mendefinisikan dan
masalah-masalah praktis, berbentuk ill- siswa untuk mengorganisasikan tugas
structured, atau open-ended melalui stimulus belajar belajar yang berhubungan
dalam belajar. PBL memiliki karakteristik- dengan masalah tersebut
Tahap III Guru mendorong siswa
karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai Membimbing untuk mengumpulkan
dengan suatu permasalahan, (2) memastikan penyelidikan informasi yang sesuai,
bahwa permasalahan yang diberikan individual maupun melaksanakan eksperimen,
kelompok untuk mendapatkan
berhubungan dengan dunia nyata peserta didik, penjelasan dan pemecahan
(3) mengorganisasikan pelajaran di seputar masalah
permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu, (4) Tahap IV Guru membantu siswa
Mengembangkan dalam merencanakan dan
memberikan tanggung jawab sepenuhnya dan menyajikan menyiapkan karya yang
kepada peserta didik dalam mengalami secara hasil karya sesuai dengan laporan,
langsung proses belajar mereka sendiri, (5) video, dan model serta
membantu mereka untuk
menggunakan kelompok kecil, dan (6)menuntut
berbagi tugas dengan
peserta didik untuk mendemonstrasikan apa temannya
yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk Tahap V Guru membantu siswa
Menganalisis dan untuk melakukan refleksi
atau kinerja (performance).
mengevaluasi atau evaluasi terhadap
Pada pemebelajaran berbasis masalah proses penyelidikan mereka dan
ada beberapa urutan yang harus dilalui siswa pemecahan proses – proses yang
masalah mereka gunakan
dalam memecahkan masalah yang diberikan,
yaitu sebagai berikut :
1. Menemukan masalah. Mendefinisikan 3. Peranan Guru Dalam Pembelajaran
masalah. Berbasis Masalah

2. Mengumpulkan fakta-fakta. Pembelajaran berbasis masalah


3. Menyusun dugaan sementara. membuat perubahan dalam proses
4. Melakukan penyelidikan. pembelajaran khususnya dalam segi peranan
5. Menyempurnakan permasalahan yang guru. Meskipun sangat mengandalkan
telah didefinisikan. kemandirian peserta didik, baik dalam
6. Menyimpulkan alternatif-alternatif berdiskusi, mencari sumber pembelajaran,
pemecahan secara kolaboratif. membuat laporan dan mempresentasikannya,
7. Menguji solusi permasalahan. pembelajaran berbasis masalah tetap
memerlukan dukungan pendidik dalam hal ini
Adapun sintaks model pembelajaran adalah guru. Bahkan tidak berlebihan jika
berbasis masalah adalah : dikatakan bahwa bagaiman guru memfasilitasi

JSPF Vol. 13, Mei 2011 | 84


ISSN : 1858-330X

pembelajaran berbasis masalah ini merupakan b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan
salah satu faktor kritis keberhasilan model investigation) yang mencakup kegiatan
pembelajaran ini mengeksplorasi dan mendistribuskan
Guru tidak hanya berdiri di depan kelas informasi.
dan berperan sebagai pemandu siswa dalam c. Performansi (performnace) yaitu
menyelesaikan permasalahan dengan menyajikan temuan.
memberikan langkah-langkah penyelesaian d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji
yang sudah jadi melainkan guru berkeliling kelas keakuratan dari solusi dan melakukan
memfasilitasi diskusi, memberikan pertanyaan, refleksi terhadap proses pemecahan
dan membantu siswa untuk menjadi lebih sadar masalah.
akan proses pembelajaran. Untuk menjalankan Meskipun karakteristik diatas dapat
peran sebagai fasilitator, guru perlu meninjau dijalankan dengan fleksibel oleh guru, akan
kembali beberapa pandangan mengenai : tetapi ada beberapa hal yang perlu diketahui,
pengetahuan dan bagaimana seharusnya yaitu :
peserta didik mendapatkannya, interaksi antara  Seperti apa profil umum para peserta
guru – peserta didik, interaksi antar peserta didik
didik, serta interaksi antara guru dan peserta  Sejauh mana karakteristik masalah yang

didik dengan informasi. ingin dibuat berkaitan dengan: otensitas,

Menurut I Wayan Santyasa (2008), ciri relevansinya dengan kurikulum, sejauh

utama pembelajaran berbasis masalah meliputi mana integrasinya dengan disiplin ilmu

mengorientasikan siswa kepada masalah atau yang lain


 Sejauh mana tingkat kontekstualnya;
pertanyaan yang autentik. multidisiplin,
apakah sangat mengambang atau tidak,
menuntut kerjasama dalam penyelidikan, dan
apakah hal yang sangat baru atau
menghasilkan karya. Dalam pembelajaran
sudah cukup populer, dan sebagainya
berbasis masalah situasi atau masalah menjadi  Sumber–sumber pembelajarannya,
titik tolak pembelajaran untuk memahami sejauh mana mendukungnya
konsep, prinsip dan mengembangkan
keterampilan memecahkan masalah. Kejadian- Pembelajaran berbasis masalah membuat

kejadian yang harus muncul pada waktu siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya

pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih

adalah sebagai berikut: strategi belajar yang sesuai, terampil

a. Keterlibatan (engagement) meliputi menggunakan strategi tersebut untuk belajar

mempersiapkan siswa untuk berperan dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta

sebagai pemecah masalah yang bisa termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu

bekerja sama dengan pihak lain, (Depdiknas, 2003). Dalam pembelajaran

menghadapkan siswa pada situasi yang berbasis masalah siswa memahami konsep

mendorong untuk mampu menemukan suatu materi dimulai dari belajar dan bekerja

masalah dan meneliti permasalahan pada situasi masalah (tidak terdefinisi dengan

sambil mengajukan dugaan dan rencana baik) atau open ended yang disajikan pada awal

penyelesaian. pembelajaran, sehingga siswa diberi kebebasan

JSPF Vol. 13, Mei 2011 | 85


ISSN : 1858-330X

berpikir dalam mencari solusi dari situasi Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
masalah yang diberikan. dengan tahapan-tahapan pelaksanaan yang
Pada intinya pembelajaran berbasis meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
masalah merupakan suatu pembelajaran yang observasi, evaluasi, serta refleksi.
menggunakan masalah dunia nyata disajikan di B. Variabel Penelitian
awal pembelajaran.Kemudian masalah tersebut Berdasarkan rumusan masalah dan
diselidiki untuk diketahui solusi dari pemecahan tujuan penelitian yang telah dipaparkan
masalah tersebut. Menurut khairil (2008), model sebelumnya, maka terdapat 2 variabel dalam
pembelajaran yang berorientasi pada penelitian ini, yaitu :
pemecahan masalah seperti pada pembelajaran 1. Model pembelajaran berbasis masalah
berbasis masalah merupakan suatu 2. Hasil belajar siswa
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
potensi yang dimiliki oleh siswa, salah satunya C. Defenisi Operasional Variabel
adalah kreativitas siswa. Situasi masalah yang 1. Model pembelajaran berbasis masalah
disajikan dalam pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran yang
merupakan suatu stimulus yang dapat digunakan pada kelas XI IPA 3 SMA
mendorong potensi kreativitas dari siswa Negeri 8 Makassar dengan memberikan
terutama dalam hal pemecahan masalah yang permasalahan dunia nyata di awal
dimunculkan. pembelajaran sebagai suatu konteks
bagi siswa untuk belajar tentang cara
4. Kerangka Pikir
berpikir kritis dan keterampilan
Model pembelajaran yang digunakan oleh
menyelesaikannya.
guru pada hakekatnya adalah upaya guru dalam
2. Hasil belajar yaitu hasil perolehan siswa
mengembangkan kreativitas siswa sehingga
setelah dilakukan testing (hasil tes tiap
pembelajaran menjadi bermakna. Model
siklus) terhadap materi fisika yang telah
pembelajaran berbasis masalah merupakan
diajarkan dengan problem based
salah satu model pembelajaran yang aplikatif
learning.
untuk diterapkan pada mata pelajaran fisika
karena memiliki beberapa kelebihan : (a) dapat D. Waktu dan Tempat Penelitian
menyederhanakan dan mengorganisasi materi. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil
(b) memudahkan siswa mengkontruksi tahun ajaran 2009/2010 yang beralokasi di SMA
pengetahuannya dan melatih keterampilan Negeri 8 Makassar.
kognitif. (c) dapat divariasikan. Dengan
pembelajaran yang bervariasi, siswa menjadi E. Prosedur Penelitian
tidak bosan dan jenuh. sehingga diharapkan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam
hasil belajar fisika yang diperoleh siswa dapat dua siklus dengan setiap siklus mencakup 4
meningkat. tahap. Keempat tahapan tersebut adalah tahap
perencanaan , tahap pelaksanaan tindakan,
III. METODE PENELITIAN
tahap observasi, dan tahap refleksi.
A. Jenis Penelitian

JSPF Vol. 13, Mei 2011 | 86


ISSN : 1858-330X

Untuk lebih memperjelas tahapan tiap siklus observasi kegiatan siswa pada saat
pelaksanaan tindakan kelas dapat dilihat seperti penelitian berlangsung.
gambar di bawah ini.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Perencanaan Tindakan I Pada tahap pelaksanaan tindakan,
dilakukan dua kali pertemuan yakni pada
SIKLUS I tanggal menit yaitu mulai tanggal 29 september–
Pengamatan dan
Refleksi 07 Oktober 2009 dengan langkah-langkah
pengumpulan data
sebagai berikut:
Bila 1) Memberikan informasi tentang rencana
permasalahan
belum selesai pembelajaran dan materi pelajaran getaran
2) Membentuk kelompok yang heterogen yang
Perencanaan tindakan II Tindakan II terdiri dari 5 – 6 orang tiap kelompok
3) Menggali pengetahuan dasar siswa tentang
SIKLUS II
materi getaran
Pengamatan/Pengumpulan 4) Memunculkan sebuah fenomena tentang
Refleksi II
Data II
getaran yaitu tentang ayunan sederhana
dan orang yang sedang demam
5) Dari fenomena tersebut guru memberi
Hasil
masalah yang berhubungan dengan getaran
dengan bertanya kepada siswa bahwa dari
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
kedua fenomena tersebut, yang manakah
termasuk dalam peristiwa getaran?
Berdasarkan model penelitian di atas, adapun
Mengapa?
prosedur penelitian tindakan kelas dapat
6) Mengumpulkan jawaban sementara dari
dijabarkan sebagai berikut:
siswa
SIKLUS I 7) Membimbing siswa menyelesaikan masalah
Tahap pelaksanaan siklus I dilaksanakan dalam yang diberikan melalui percobaan dan
2 kali pertemuan atau 4 x 45 . mengarahkan siswa dalam menjawab
pertanyaan pada LKS.
a. Tahap Perencanaan 8) Menunjuk salah satu kelompok untuk
1) Melakukan diskusi dengan guru mata mengemukakan hasil pengamatannya
pelajaran fisika di sekolah tempat dalam diskusi kelas
9) Kelompok lain menanggapi hasil
penelitian untuk membahas materi
pengamatan kelompok yang
yang akan diberikan kepada siswa.
2) Mempersiapkan perangkat mengemukakan hasil diskusi kelompoknya
10) Mengumpulkan semua jawaban siswa dan
pembelajaran yaitu berupa rencana
meluruskan jika terjadi miskonsepsi
pelaksanaan pembelajaran (RPP)
11) Guru kembali ke masalah awal dan meminta
tentang getaran, lembar kerja siswa
siswa menjawab kembali masalah tersebut
dan buku referensi. 12) Guru memberi penekanan tentang materi
3) Mempersiapkan alat dan bahan yang
getaran
diperlukan sesuai dengan materi yang 13) Memberikan tugas rumah
14) Melakukan observasi setiap pertemuan.
diajarkan serta mempersiapkan lembar

JSPF Vol. 13, Mei 2011 | 87


ISSN : 1858-330X

15) Memberikan ulangan akhir siklus pada alat ukur dengan baik sehingga
tanggal 9 Oktober 2009. pembelajaran menjadi terhambat.
c. Tahap Observasi
Observasi dilakukan bersamaan dengan SIKLUS II
tahap pelaksanaan dengan berpedoman pada Kegiatan dalam siklus II adalah mengulangi
lembar observasi siswa. Sedangkan evaluasi langkah kerja pada siklus I yang telah
dilaksanakan pada pertemuan terakhir siklus I. mengalami perbaikan dan pengembangan yang
d. Refleksi Siklus I disesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus I.
Pada akhir pertemuan siklus I diadakan tes a. Tahap Perencanaan
siklus yang berupa tes hasil belajar terdiri dari Pada tahap ini langkah – langkah yang
10 butir soal. . Keberhasilan siswa dilihat pada dilakukan adalah :
perolehan nilai yang mencapai KKM fisika. KKM 1) Melanjutkan materi siklus I, yaitu usaha
fisika adalah 66. Setelah dianalis ternyata hasil dan energy
2) Mempersiapkan perangkat
yang diperoleh belum memenuhi indikator
pembelajaran yaitu berupa rencana
keberhasilan, siswa yang memperoleh nilai ≥
pelaksanaan pembelajaran (RPP),
KKM berjumlah 25 orang siswa dengan
lembar kerja siswa dan buku referensi
persentase 64,10%. Persentase tersebut belum
tentang materi usaha dan energi
memenuhi indikator kinerja yang harus dicapai
3) Mempersiapkan alat dan bahan yang
yakni 66% siswa yang memperoleh nilai ≥ KKM
diperlukan sesuai dengan materi usaha
sehingga penelitian ini dilanjutkan ke Siklus II.
dan energi
Hal tersebut terjadi karena dalam pelaksanaan 4) Mempersiapkan lembar observasi
tindakan terdapat beberapa kekurangan. kegiatan siswa pada saat penelitian
Adapun kekurangan – kekurangan tersebut berlangsung
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
adalah sebagai berikut :
1) Jumlah siswa dalam tiap kelompok Pada tahap ini tindakan yang dilakukan
masih banyak, sehingga dalam tiap sama dengan tindakan yang dilakukan pada
kelompok hanya ada beberapa orang siklus I, namun ada beberapa tindakan yang
saja yang aktif berkontribusi dala dilakukan untuk memperbaiki hasil yang telah
kelompoknya diperoleh pada siklus I, diantaranya adalah :
2) Pada saat diskusi kelas hanya kelompok
1) Memperkecil jumlah siswa tiap kelompok
yang memaparkan hasil diskusi
sehingga satu kelompok hanya terdiri dari 3
kelompoknya saja yang aktif
3) Masih banyak siswa yang hanya diam orang. Dengan demikian setiap anggota
dan tidak melakukan apapun dalam kelompok diharapkan berpartisipasi aktif
kelompoknya dan hanya mencatat dalam kelompoknya
2) Memperhatikan siswa yang dianggap
jawaban dari teman sekelompoknya
4) Dalam pelaksanaan tindakan masih kurang, dengan menjadikan mereka sebagai
banyak hal – hal yang bersifat teknis ketua di kelompok masing – masing
seperti pada saat praktikum, masih sehingga siswa tersebut memiliki tanggung
banyak siswa yang belum memahami jawab terhadap kelompok masing – masing
cara pengambilan data dan penggunaan

JSPF Vol. 13, Mei 2011 | 88


ISSN : 1858-330X

3) Pada diskusi kelas, setiap kelompok kuantitatif berupa hasil belajar yang diperoleh
memaparkan hasil diskusi kelompoknya dari tes hasil belajar tiap siklus.
masing – masing sehingga setiap kelompok
G. Teknik Analisis Data
menjadi aktif
4) Mengarahkan siswa untuk aktif merespon Data yang diperoleh dari hasil observasi dan
hasil diskusi tentang masalah fisika yang tanggapan siswa dianalisis secara kualitatif.
diberikan dengan cara mengontrol kelompok Sedangkan data yang diperoleh dari tes belajar
yang berada di barisan belakang sehingga fisika dianalisis secara kuantitatif dengan
semua kelompok menjadi aktif dan menggunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-
pembelajaran dapat berjalan efektif. rata, persentase, standar deviasi, nilai minimum,
c. Tahap Observasi dan Evaluasi
dan maksimum yang dicapai setiap siklus
Observasi yang dilakukan pada siklus II
dengan menggunakan bantuan komputer
juga hampir sama dengan observasi pada siklus
program Microsoft office excel.
I, perbedaannya terletak pada materi yang
Kriteria yang digunakan dalam penilaian
diberikan yaitu usaha dan energi dan ketegasan
hasil belajar fisika siswa berdasarkan pada nilai
guru dalam hal menindak tegas siswa yang
ketuntasan belajar yang ditetapkan di SMA
melakukan tindakan indisipliner sehingga tidak
Negeri 8 Makassar untuk mata pelajaran Fisika
ada lagi siswa yang melakukan hal – hal yang
adalah 66. Dari ketuntasan belajar yang
dapat mengganggu proses pembelajaran.
diperoleh setiap siswa, ketuntasan belajar
klasikal dikatakan tercapai jika dari 39 siswa
d. Tahap Refleksi
kelas XI IPA3 minimal sebanyak 66% siswa
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi
mencapai ketuntasan belajar secara
dan evaluasi dikumpul dan dianalisis seperti
perorangan. adapun kategorisasi ketuntasan
pada siklus I. Hasil yang diperoleh pada siklus II
belajar siswa yang terdiri dari kriteria tuntas dan
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada
tidak tuntas dapat dilihat pada tabel berikut :
siklus I. Ternyata hasil siklus II telah memenuhi
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi dan
indikator kinerja sehingga penelitian ini hanya Persentase Kategori Ketuntasan Belajar
sampai pada siklus II. Fisika Siswa SMA Negeri 8 Makassar

Kategori Daya Serap Siswa


F. Teknik Pengumpulan Data Tidak tuntas 0% – 65%
Tuntas 66% - 100%
Teknik pengumpulan data yang dilakukan (Sumber : SMA Negeri 8 Makassar)
adalah sebagai berikut:
H. Indikator Keberhasilan
1. Sumber data
Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah
Sumber data pada penelitian ini adalah
apabila terjadi peningkatan siswa yang
siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 8 Makassar.
mengalami ketuntasan hasil belajar yaitu di atas
2. Jenis data
66% dari jumlah siswa yang ada setelah
Jenis data yang diperoleh dari sumber
dilaksanakan proses pembelajaran dengan
data adalah data kuantitatif dan kualitatif. data
menggunakan pembelajaran berbasis masalah.
kualitatif diperoleh dari hasil observasi, dan data

JSPF Vol. 13, Mei 2011 | 89


ISSN : 1858-330X

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dari 35,90% menjadi 82,05%. Hal ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran
A. Hasil Penelitian
berbasis masalah yang digunakan dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Hai ini
Gambaran peningkatan hasil belajar melalui
terjadi karena pada pembelajaran berbasis
tes pemahaman konsep disajikan dalam tabel
masalah siswa dituntut untuk melakukan
4.1. berikut.
pemecahan masalah-masalah yang disajikan
Tabel 4.1. Distribusi Peningkatan Frekuensi
dan Persentase Skor Hasil Belajar Fisika Siswa dengan cara menggali informasi sebanyak-
SIKLUS banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi
Kategori I II dari permasalahan yang ada. Solusi dari
frekuensi (%) frekuensi (%)
0 - 34 2 5,13 0 0,00 permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai
35 - 54 14 35,89 2 5,13
55 - 64 9 23,08 5 12,82
satu jawaban yang benar, artinya siswa dituntut
65 - 84 12 30,77 28 71,79 pula untuk belajar secara kreatif sehingga siswa
85 - 100 2 5,13 4 10,26
cenderung untuk mengerahkan semua
Apabila daya serap siswa terhadap materi fisika kemampuannya untuk mencari jawaban
dikelompokkan ke dalam kategori tuntas dan permasalahan yang diberikan sehingga
tidak tuntas, maka berdasarkan standar KKM pembelajaran yang dialami menjadi bermakna
mata pelajaran di fisika di SMA Negeri 8 dan terserap dalam pikiran tiap siswa.
Makassar yaitu 66 diperoleh distribusi frekuensi Namun, secara individual, tidak semua
dan persentase ketuntasan belajar fisika pada siswa mengalami peningkatan hasil belajar
siklus II sebagai ditunjukkan dalam table 4.2. fisika, terlihat dari masih ada sekitar 7,69% (3
berikut. orang) siswa yang tidak mengalami peningkatan
Tabel.4.2. Peningkatan Frekuensi dan hasil belajar. Hal ini dikarenakan oleh beberapa
Persentase Ketuntasan Belajar Fisika Siswa
sebab diantaranya :
Daya Kategori SIKLUS
ketuntasan  Siswa – siswa tersebut tingkat
serap I II
(%) jumlah (%) jumlah (%) kehadirannya kurang selama masa
0 - 65 Tidak tuntas 25 64,1 7 17,9
66 - 100 tuntas 14 35,9 32 82,0 pembelajaran
 Manajemen kelas yang kurang baik
dikarenakan jumlah kelompok yang harus
B. Pembahasan
guru awasi sangat banyak sehingga dalam
Penelitian ini termasuk dalam jenis
menangani seluruh siswa, guru mengalami
penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk
kesulitan
meningkatkan hasil belajar fisika siswa melalui
model pembelajaran berbasis masalah. Pada dasarnya pembelajaran berbasis
Pemberian tindakan dilakukan melalui dua masalah cocok untuk diterapakan pada kelas
siklus, yaitu siklus I dan siklusII. dengan jumlah siswa yang tidak terlalu banyak,
Setelah pemberian tindakan pada siklus I sehingga ketika guru menerapkan model
dan siklus II, secara klasikal, maka terjadi pembelajaran ini pada kelas dengan jumlah
peningkatan pada hasil belajar fisika siswa siswa yang banyak, maka guru mengalami
yang terlihat dari persentase ketuntasan belajar kesulitan dalam mengontrol kegiatan siswa

JSPF Vol. 13, Mei 2011 | 90


ISSN : 1858-330X

selama penyelidikan penyelesaian masalah berbasis masalah yang terlihat dari peningkatan
( utamanya dalam kegiatan praktikum). ketuntasan belajar fisika siswa dari 35,90%
Selain hasil belajar fisika siswa, juga menjadi 82,05%. Peningkatan hasil belajar fisika
terjadi peningkatan sikap siswa melalui siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 8 Makassar
perubahan sikap siswa yang terjadi pada saat yang diajar dengan model pembelajaran
proses pembelajaran berlangsung yang terlihat berbasis masalah dapat terjadi dengan
pada lembar aktivitas siswa. Adapun perubahan melakukan langkah – langkah sebagai berikut :
sikap yang terjadi dalam kelas selama penelitian 1. Pada tahap II yaitu mengorientasi siswa
berlangsung adalah sebagai berikut : untuk belajar, siswa dibagi dalam beberapa
1. Perhatian dan keaktifan siswa dalam kelompok kecil dengan jumlah siswa hanya
mengikuti pembelajaran semakin 3 orang tiap kelompok.
2. Pada tahap III yaitu membimbing
meningkat. Hal ini terlihat dari semakin
penyelidikan individual maupun kelompok
banyak siswa yang aktif dalam diskusi
guru aktif untuk mengontrol kegiatan siswa
kelompok maupun kelas dan keaktifan
serta mengarahkan agar setiap siswa aktif
siswa bertanya terhadap hasil yang
dalam kelompoknya masing – masing
diperoleh
3. Tahap IV yaitu mengembangkan
2. Sikap kerja sama yang membangun dalam
menyajikan hasil karya, guru mengarahkan
kelompok dalam hal diskusi kelompok
setiap kelompok memaparkan hasil
untuk menyelesaikan masalah yang
diskusinya masing – masing pada diskusi
diberikan semakin meningkat
kelas.
Hal tersebut telah terjadi karena dengan
B. Saran
pembelajaran berbasis masalah, siswa dituntut
Sehubungan dengan hasil ynag
untuk menjadi pemecah masalah yang bisa
diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti
bekerja sama dengan pihak lain, membuat
mengajukan saran sebagai berikut :
siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya
1. Model pembelajaran berbasis masalah
ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih
dapat menjadi salah satu alternatif model
strategi belajar yang sesuai, terampil
pembelajaran yang diterapkan pada mata
menggunakan strategi tersebut untuk belajar
pelajaran fisika untuk meningkatkan hasil
dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta
belajar siswa
termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu,
2. Bagi para peneliti, penelitian ini bisa
sehingga sikap siswa ikut berubah.
dilanjutkan dengan merangkaikan
pembelajaran fisika melalui model
V. PENUTUP
pembelajaran berbasis masalah
berorientasi pada Teknologi Informasi dan
A. Simpulan
Komunikasi (TIK).
Berdasarkan hasil data yang diperoleh
dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkam
bahwa terjadi peningkatan hasil belajar fisika
DAFTAR PUSTAKA
siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 8 Makassar
yang diajar dengan model pembelajaran

JSPF Vol. 13, Mei 2011 | 91


ISSN : 1858-330X

Abdullah, 1987, Pokok-Pokok Pelayanan


Bimbingan Belajar, Ujung Pandang: FIP
Ujung Pandang.

Amir taufiq, M. 2009, Inovasi Pendidikan Melalui


Problem Based Learning, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group

Arikunto S, 2005, Dasar-Dasar Evaluasi


Pendidikan, Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Dewey , John, 1948, Democracy and Education,


New York: Macmillan Company
.
Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan
Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, Bahri Syaiful. 1995. Strategi Belajar


Mengajar. Jakarta: PT. RinekaCipta

Hamalik, umar. 2001. Perencanaan Pengajaran


Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta : PT. Bumi Aksara

http//:IWayanSantyasa.blogspot.com/2008/05/
Pembelajaran Berbasis Masalah dan
PembelajaranKooperatif.html/05/21/
2009/ 09.30 AM

http//:wordpress.com/Mengembangkan
Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran
Berbasis Masalah. html/05/21/2009/
10.30 AM

Kusnandar . 2008. Langkah Mudah Penelitian


Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta :
PT. Raja Grafindo

Muhammad Natsir. 2004. Strategi Pembelajaran


Fisika. Makassar : Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar

Mulyasa. 2005. Kurikulum yang Disempurnakan


Pengembangan Standar Kompetensi
Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prasetyo , Zuhdan K, 2006, Kapita Selekta


Pembelajaran Fisika, Jakarta:
Universitas Terbuka

Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar.


Makassar :BadanPenerbit UNM

JSPF Vol. 13, Mei 2011 | 92

Anda mungkin juga menyukai