Anda di halaman 1dari 5

PEDOMAN PENILAIAN

PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS PUISI

Nurhidayati
Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
2017

Pendahuluan
Taman kanak-kanak sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan usia dini, berada pada
jalur pendidikan formal sebagaiamana tertuang pada pasal 28 ayat (3) bahwa “ pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal
(RA), atau bentuk lain yang sederajat”. Implikasinya adalah bahwa keberadaan dan
penyelenggaraan TK perlu diatur dalam suatu kebijakan tertentu oleh pemerintah dalam hal ini
Departemen Pendidikan Nasional.
Pembelajaran di TK dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan
berbagai potensi baik fisik maupun psikis yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial-
emosional dan kemandirian, berbahasa, kognitif, fisik-motorik, dan seni agar siap memasuki
pendidikan dasar. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan kurikulum TK terdapat beberapa
kompetensi yang harus dicapai oleh anak didik, yang untuk mengetahui ketercapaian kompetensi
tersebut dilaksanakanlah penilaian.
Penilaian terhadap perkembangan anak didik dilakukan secara terencana, sistematis, dan
berkesinambungan untuk memberikan umpan balik bagi guru agar mampu menyempurnakan
proses pembelajaran. Dengan demikian penilaian merupakan kegiatan yang penting dalam
serangkaian program pendidikan sehingga perlu ada pedoman yang dapat dijadikan sebagai salah
satu acuan oleh guru dan penyelenggara TK.

Penilaian dan Tujuannya


Sesuai dengan standar penilaian pendidikan yang tercantum dalam Permendikbud Nomor
66 Tahun 2013 penilaian yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian otentik.
Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari
masukan (input), proses , dan keluaran (output) pembelajaran. Hal yang membedakan kriteria
penilaian otentik dengan kriteria penilaian sebelumnya adalah terdapat penilaian diri dan
penguatan penilaian berbasis portofolio (Yani,2013:144).
Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara
reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan. Adapun
penilaian portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas
proses belajar peserta didik baik secara individu maupun kelompok di dalam maupun di luar
kelas, khususnya pada sikap, prilaku, maupun keterampilan.
Tujuan penilaian ialah untuk mengamati tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak
dengan cara membanding-bandingkan indikator yang ada pada diri anak (Yusuf, 2008:2). Untuk
penilaian bersastra anak, pembandingan difokuskan pada indikator yang terkait dengan unsur-
unsur yang terdapat pada sastra anak, misalnya, bahasa yang digunakan, perilaku, sikap, dan
hasil kerja berkesenian. Oleh karena itu, setiap pendidik atau orang tua harus mengetahui
indikator-indikator sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam mengukur perkembangan anak
dalam bersastra.
Penilaian pada PAUD/TK bukan untuk mengukur prestasi belajar atau capaian belajar
skolastik. Akan tetapi, penilaian itu bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan dan
kemampuan yang telah dimiliki atau yang telah dilakukan oleh anak dalam berbagai tindakan,
sikap, kinerja, dan performa yang terkait dengan bersastra (lihat Yusuf, 2008:2). Oleh karenanya,
penilaian kemampuan dan kemajuan bersastra pada anak bukanlah hasil dari pembandingan
dengan kemampuan bersastra pada anak yang lainnya, melainkan pemahaman perkembangan
bersifat individual yang dilakukan secara berkesinambunangan.
Ada alasan yang mendasar, mengapa aktivitas bersastra pada diri anak perlu dinilai.
Nurgiyantoro (2005:35) menyatakan bahwa sastra anak memiliki kontribusi yang besar bagi
perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan sebagai manusia yang
mempunyai jati diri yang jelas. Sejalan dengan itu, Tarigan (1995:9—12) menyatakan bahwa
sastra anak dapat memberikan sumbangan terhadap empat aspek, yaitu (1) perkembangan
bahasa, misalnya melalui peniruan, pendengaran, pengekspresian, dan sebgainya; (2) aspek
perkembangan kepribadian, yaitu ketika anak mengekspresikan emosinya, perasaannya, dan
mengekspresikan empatinya terhadap orang lain, serta mengembangkan jati diri dan harga
dirinya, yang dalam cerita digambarkan oleh tokohnya; (3) perkembangan kognitif, yaitu ketika
anak mengamati, memahami, membandingkan, mengklasifikasikan, menghipotesiskan,
mengorganisasikan, merangkum, menerapkan, dan mengkritisi terhadap apa yang terdapat pada
sebuah karya; (4) perkembangan sosial, yaitu melalui proses sosialisasi daari apa yang terekam
dalam karya sastra. Uraian di atas memberikan penjelasan bahwa penilaian terhadap kegiatan
bersastra pada anak sangat penting dilakukan. Ada perkembangan dan potensi diri yang perlu
direkam (dinilai) sebagai bahan untuk melanjutkan pendidikan sesuai dengan tahapan
perkembangan anak.

Membaca Puisi sebagai Kegiatan Bersastra


Membaca puisi termasuk dalam kegiatan bersastra. Sastra anak terdiri atas berbagai genre
yang dapat berwujud tulisan dan lisan. Sastra anak membentang dari lagu-lagu ninabobo, puisi
lagu, tembangtembang dolanan, huruf-huruf, gambar, hingga berbagai cerita khas untuk anak.
Belum saatnya berpikir sastra tulis bagi anak karena mereka belum dapat membaca. Oleh
karenanya, bagi anak lebih ditekankan pada sastra lisan dan kegiatan (aktivitas) bersastra.
Meskipun anak belum dapat membaca, tetapi tidak berarti boleh merampas hak anak
mengapresiasi sastra. Lewat suara dan gerak itulah sebuah nilai, kenikmatan dan keindahan.
Anak dapat berekspresi sastra melalui bahasa yang digunakan, sikap dan perilaku, serta unjuk
kerja. Sastra tulis diberikan kepada anak dalam konteks pemahaman sebagai aktivitas dan
menumbuhkan budaya baca (Nurgiyantoro, 2005:99--100).

Huck et al. (1987:16--17) menyatakan bahwa dalam sastra anak ada dua nilai mendasar
yang dapat dipetik, yaitu adanya nilai personal (personal values) dan nilai pendidikan
(educational values). Dikatakan mempunyai nilai personal apabila sastra anak mampu (1)
memberikan kesenangan pada anak, (2) menawarkan narasi sebagai cara bernalar, (3)
mengembangkan daya imajinasi anak, (4) memberikan keanekaragaman pengalaman, (5)
mengembangkan pandangan interpersonal (insight opinion) terhadap perilaku manusia, dan (6)
dapat menghadirkan pengalaman yang umum (universal). Dan, dikatakan mempunyai nilai
pendidikan karena sastra anak (1) mampu mengembangkan kepamampuan berbahasa pada anak,
(2) mampu mengembangkan kemampuan membaca, (3) mampu mengembangkan bercerita, (4)
mampu menunjang kemampuan menulis, dan (5) dapat memperkenalkan khazanah sastra pada
anak. Dari hal di atas dapat dipahami bahwa kegiatan bersastra pada anak menyiratkan adanya
kemampuan, perkembangan, dan potensi tertentu yang terdapat pada diri anak. Karenanya,
penilaian (assessment) aktivitas bersastra anak menjadi sangat penting dilakukan. Penilaian itu
bukan saja dilakukan oleh para guru di sekolah, tetapi juga oleh para orang tua di rumah. Perlu
ada sinergi antara orang tua dan guru dalam melakukan penilaian (Maksum, 2016).

Peran Guru dalam Penilaian

Lima peran guru dalam penilaian, yaitu guru sebagi mentor, petunjuk jalan, akuntan,
reporter, dan direktur program. Kelima hal tersebut dikaitkan dengan tujuan penilaian dapat
dielaborasi sebagai berikut.

Peranan Guru dan Tujuannya dalam penilaian

Peranan Tujuan
Guru sebagai monitoring Memberikan umpan balik dan bantuan kepada
setiap siswa
Guru sebagai petunjuk jalan Mengumpulkan informasi untuk diagnostik
kelompok siswa melalui pekerjaan yang telah
dikerjakan sebagai bahan pemberian bimbingan
selanjutnya.
Guru sebagai akuntan Memperbaiki dan memelihara catatan prestasi
dan kemajuan siswa
Guru sebagai reporter Melaporkan pada orang tua, siswa, dan pengurus
sekolah tentang prestasi dan kemajuan siswa
Guru sebagai direktur program Membuat keputusan dan revisi praktik
pengajaran

(Pantar, 2009).

CONTOH FORMAT DAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN PAUD/TK

Instrumen Penilaian anak PAUD/TK sebagaimana tertuang pada daftar berikut.


1. Pengumpulan Data Observasi dan Catatan Anekdot
2. Contoh Format Analisis dan Evaluasi Data Anak
3. Contoh Format Penggunaan Data untuk Perbaikan Pembelajaran Individu
4. Contoh Format Penggunaan Data untuk Pelaporan
5. Contoh Format Deskripsi Laporan Perkembangan
6. Contoh Format Observasi Anak Didik
7. Contoh Format Penilaian Penugasan Anak
8. Contoh Format Penilaian Unjuk Kerja Anak Didik
9. Contoh Format Penilaian Unjuk Karya Anak Didik
10. Contoh Format Laporan Perkembangan Anak Didik
Uraian dan contoh penilaian sebagaimana terdapat pada lampiran berikut.

Rujukan

Bahan Materi Diklat Guru TK PAUD. 2012. http://paudjateng.xahzgs.com

Yusuf, A.M. 2008. Penilaian Hasil Belajar Taman Kanak-Kanak. (Bahan Diklat Profesi Guru).
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Pantar, Ferdy. 2009. Peranan Penilaian dalam Pembelajaran.


http://sarkomkar.blogspot.co.id/2009/12/peranan-penilaian-dalam-pembelajaran.html (akses 8-9-
2016)

Maksum, Ifrod. 2016. Penilaian Kemampuan Bersastra.


http://www.nomifrod.com/2016/08/cara-dan-teknik-penilaian-
pembelajaran.htmlbalaibahasa.org/file/6PENILAIAN_KEMAMPUAN_BERSASTRA.pdf

Yani, Ahmad. 2013. Mindset Kurikulum 2013. Bandung: Penerbit ALFABETA Bandung.

Anda mungkin juga menyukai