Nurhidayati
Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
2017
Pendahuluan
Taman kanak-kanak sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan usia dini, berada pada
jalur pendidikan formal sebagaiamana tertuang pada pasal 28 ayat (3) bahwa “ pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal
(RA), atau bentuk lain yang sederajat”. Implikasinya adalah bahwa keberadaan dan
penyelenggaraan TK perlu diatur dalam suatu kebijakan tertentu oleh pemerintah dalam hal ini
Departemen Pendidikan Nasional.
Pembelajaran di TK dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan
berbagai potensi baik fisik maupun psikis yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial-
emosional dan kemandirian, berbahasa, kognitif, fisik-motorik, dan seni agar siap memasuki
pendidikan dasar. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan kurikulum TK terdapat beberapa
kompetensi yang harus dicapai oleh anak didik, yang untuk mengetahui ketercapaian kompetensi
tersebut dilaksanakanlah penilaian.
Penilaian terhadap perkembangan anak didik dilakukan secara terencana, sistematis, dan
berkesinambungan untuk memberikan umpan balik bagi guru agar mampu menyempurnakan
proses pembelajaran. Dengan demikian penilaian merupakan kegiatan yang penting dalam
serangkaian program pendidikan sehingga perlu ada pedoman yang dapat dijadikan sebagai salah
satu acuan oleh guru dan penyelenggara TK.
Huck et al. (1987:16--17) menyatakan bahwa dalam sastra anak ada dua nilai mendasar
yang dapat dipetik, yaitu adanya nilai personal (personal values) dan nilai pendidikan
(educational values). Dikatakan mempunyai nilai personal apabila sastra anak mampu (1)
memberikan kesenangan pada anak, (2) menawarkan narasi sebagai cara bernalar, (3)
mengembangkan daya imajinasi anak, (4) memberikan keanekaragaman pengalaman, (5)
mengembangkan pandangan interpersonal (insight opinion) terhadap perilaku manusia, dan (6)
dapat menghadirkan pengalaman yang umum (universal). Dan, dikatakan mempunyai nilai
pendidikan karena sastra anak (1) mampu mengembangkan kepamampuan berbahasa pada anak,
(2) mampu mengembangkan kemampuan membaca, (3) mampu mengembangkan bercerita, (4)
mampu menunjang kemampuan menulis, dan (5) dapat memperkenalkan khazanah sastra pada
anak. Dari hal di atas dapat dipahami bahwa kegiatan bersastra pada anak menyiratkan adanya
kemampuan, perkembangan, dan potensi tertentu yang terdapat pada diri anak. Karenanya,
penilaian (assessment) aktivitas bersastra anak menjadi sangat penting dilakukan. Penilaian itu
bukan saja dilakukan oleh para guru di sekolah, tetapi juga oleh para orang tua di rumah. Perlu
ada sinergi antara orang tua dan guru dalam melakukan penilaian (Maksum, 2016).
Lima peran guru dalam penilaian, yaitu guru sebagi mentor, petunjuk jalan, akuntan,
reporter, dan direktur program. Kelima hal tersebut dikaitkan dengan tujuan penilaian dapat
dielaborasi sebagai berikut.
Peranan Tujuan
Guru sebagai monitoring Memberikan umpan balik dan bantuan kepada
setiap siswa
Guru sebagai petunjuk jalan Mengumpulkan informasi untuk diagnostik
kelompok siswa melalui pekerjaan yang telah
dikerjakan sebagai bahan pemberian bimbingan
selanjutnya.
Guru sebagai akuntan Memperbaiki dan memelihara catatan prestasi
dan kemajuan siswa
Guru sebagai reporter Melaporkan pada orang tua, siswa, dan pengurus
sekolah tentang prestasi dan kemajuan siswa
Guru sebagai direktur program Membuat keputusan dan revisi praktik
pengajaran
(Pantar, 2009).
Rujukan
Yusuf, A.M. 2008. Penilaian Hasil Belajar Taman Kanak-Kanak. (Bahan Diklat Profesi Guru).
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Yani, Ahmad. 2013. Mindset Kurikulum 2013. Bandung: Penerbit ALFABETA Bandung.