Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
1. Menentukan konsentrasi asam basa secara konduktomteri
2. Menentukan konstanta sel konduktansi
3. Menentukan kelarutan AgCl secara konduktometri

1.2. Landasan teori


1.2.1 Hantaran Larutan
Penghantar listrik merupakan fenomena transport, yakni perpindahan sesuatu
yang bermuatan (baik dalam bentuk elektron maupun ion) melalui sistem. Oleh karena
itu, hukum atau persamaan yang berlaku untuk penghantar logam juga berlaku untuk
penghantar yang lainya termasuk elektrolit.
∆ǿ
I= ...........................................................................(1.1)
R

Persamaan (1.1) dikenal sebagai hukum ohm. Pada persamaan tersebut, I


merupakan kuat arus yang mengalir melalui medium (konduktor), ∆ ǿ beda potensial
listrik sepanjang medium dan R tahanan dari medium. Dalam sistem SI, kuat arus
dinyatakan dalam ampere (A), perbedaan potensial dalam volt (v) dan tahanan dalam
ohm (Ω). Tahanan sepanjang medium bergantung pada ukuran dari konduktor. Untuk
konduktor dengan luas penampang yang sama:
𝑝𝑙
R= A ............................................................................(1.2)

Dimana:
l =panjang (cm)

A= luas penampang (cm)


p= tahanan jenis (cm)
R= tahanan dari medium ohm (Ω)
Tahanan jenis merupakan sifat khas dari zat penyusun konduktor. Kebalikan dari
tahanan adalah hantaran, l dan kebalikan dari tahanan jenis adalah jenis atau daya
hantar jenis, dari simbol huruf Yunani , k (dibaca: kappa).

1.2.2 Daya Hantaran (k)


Tahanan (R) dari suatu penghantar listrik berbanding lurus dengan panjang (l)
dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A). Jika R dinyatakan dalam ohm
(Ώ), l dalam meter (m) dan A dalam m2 maka satuan dari ρ adalah Ώ m, sedangkan 1/
ρ adalah daya hantaran (k ) dengan satuan ohm-1 cm-1 (Ώ cm-1).
1
𝐿 = 𝑅 ……………………………………..………(1.3)

𝐴
𝐿 = 𝐿𝑠 ……………………………………………….(1.4)
𝑙

Dimana,
L= daya hantar (mho)
Ls= daya hantaran jenis (mho/cm)
A = luas penampang bahan, luas elektroda (cm2)
l = panjang bahan, jarak antar elektroda (cm)
a. Mekanisme Penghantar Listrik
Aliran listrik melalui suatu konduktor (penghantar) melibatkan perpindahan
elektron dari potensial negatif yang tinggi ke potensial lainnya yang lebih rendah.
Dalam penghantar elektronik, seperti padatan dan lelehan logam, penghantaran
berlangsung melalui perpindahan elektron langsung melalui penghantar dengan
pengaruh dari potensial yang di terapkan. Dalam hal ini atom-atom penyusun
penghantar tidak terlibat dalam proses tersebut. Akan tetapi pada penghantar
elektrolitik, yang mencakup larutan elektrolit dan lelehan garam-garam, penghantaran
berlangsung melalui perpindahan ion-ion baik positif maupun negatif menuju
elektroda-elektroda.
Mekanisme elektrolisis bahwa elektron masuk dan keluar dari larutan terjadi
melalui perubahan kimia pada elektroda-elektrodanya.
b. Pengukuran hantaran jenis larutan
Hantaran jenis larutan tidak dapat diukur langsung, yang dapat diukur langsung
adalah tahanan dari suatu larutan elektrolit. Selanjutnya hantaran jenis dapat digunakan
dengan menggunakan persamaan (1.5).
1
𝐿𝑠 = 𝐿 𝐴...............................................................(1.5)

Tahanan (R) dari suatu larutan elektrolit tidak dapat diukur dengan baik jika
digunakan arus searah, karena akan terjadi peristiwa, karena akan terjadi elektrolisis
yang mengakibatkan perubahan konsentrasi elektrolit dan penumpukan hasil
elektrolisis pada elektroda akan mengubah tahanan larutan. Untuk menghilangkan hal
tersebut digunakan arus bolak-balik. Elektroda yang digunakan adalah platina yang
dilapisi platina hitam (Nugroho, 2010).
Untuk memaksimumkan kepekaan dalam pengukuran larutan dengan hantaran
tinggi diperlukan suatu sel dengan tetapan sel yang tinggi. Suatu larutan dengan
konsentrasi yang berbeda akan mempunyai hantaran jenis yang berbeda, karena
volume larutan dengan konsentrasi berbeda mengandung ion yang berbeda. Karena itu,
untuk memperoleh ukuran kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu
elektrolit, disebut hantaran molar. Dalam hal ini hantaran dinyatakan dalam bentuk
jumlah muatan individual yang diangkut.
c. Hantaran molar
Meskipun hantaran jenis dapat diukur dengan mudah, tetapi besaran ini tidak
biasa digunakan dalam membahas proses penghantaran dalam suatu larutan elektrolit.
Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan mempunyai hantaran jenis yang
berbeda karena volume larutan dengan konsentrasi berbeda mengandung jumlah ion
yang berbeda. Karena itu untuk memperoleh ukuran kemampuan mengangkut listrik
dari sejumlah tertentu elektrolit, di definisikan hantaran molar (A).
Dengan C konsentrasi elektrolit (perhatikan bahwa hantaran molar bukan
hantaran jenis per mol), melainkan hantaran jenis persatuan konsentrasi molar. Dapat
dilihat dari persamaan (1.6) :
𝐿𝑠
𝐴= ........................................................................(1.6)
𝐶

Keterangan :
C = konsentrasi molar zat terlarut (mol dm-3 )
Ls = daya hantaran jenis (S m-1 )
A = hantaran molar(S m-1 )
d. Kebergantungan Hantaran Molar Terhadap Konsentrasi
Berdasarkan hantarannya, elektrolit dibedakan menjadi dua, yakni elektrolit kuat
(garam-garam dan sebagian asam seperti nitrat, sulfat, klorida) dan elektrolit lemah
(seperti asam asetat dan asam organik lainnya). Elektrolit kuat mempunyai hantaran
molar yang lebih tinggi dan dengan pengenceran mengalami kenaikan yang tidak
terlalu besar. Sedangkan elektrolit lemah mempunyai hantaran yang jauh lebih rendah
pada konsentrasi tinggi, tetapi nilainya meningkat tajam dengan semakin encernya
larutan (Nugroho, 2010).
Untuk elektrolit kuat yang tidak mengandung asosiasi ion, konsentrasi ionnya
berbanding lurus dengan konsentrasi elektrolitnya. Hal ini terjadi karena ada antaraksi
diantara ion-ion yang mempengaruhi hantaran jenisnya. Interaksi ini berubah dengan
berubahnya konsentrasi.
Menurut Kohlrausch, pada pengenceran tak hingga dimana disosiasi untuk
semua elektrolit berlangsung sempurna dan semua gaya antar ion hilang, masing-
masing ion dalam larutan bergerak bebas dan tidak bergantung pada ion pasangannya.
Kontribusinya terhadap daya hantar molar hanya bergantung pada sifat dari ionnya
tersebut. Jadi gaya hantar molar setiap elektrolit pada pengenceran tak hingga
merupakan jumlah dari daya hantar molar ion-ionnya pada pengenceran tak hingga
(Nugroho, 2010).
1.2.3 Titrasi konduktometri
Titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan kadar ion, dengan
syarat ion tersebut terlibat dalam reaksi kimia sehingga terjadi penggantian satu jenis
ion dengan yang lain yang berarti terjadi perubahan konduktivitas. Sebelum ditambah
NaOH, didalam larutan terdapat ion H+ dan Cl- yang masing-masing mempunyai harga
konduktivitas molar ( 25 °C ) sebesar 349,8 cm2/mol dan 76,3 cm2/mol. Pada
penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H+dengan OH- membentuk H2O, sehingga
jumlah H+ didalam larutan berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na+
mempunyai harga konduktivitas molar 50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih kecil dari H+
sehingga harga konduktivitas total dari larutan turun. Pada titik akhir titrasi, H+ dalam
larutan telah bereaksi seluruhnya dengan OH-, sehingga penambahan NaOH lebih
lanjut akan menaikkan harga konduktivitas total larutan, karena terdapat OH- dengan
konduktivitas molar 198,3 S cm-1/mol.
Titrasi konduktometri sangat sesuai untuk asam atau basa lemah, karena
penggunaan potensiograph atau titroprocessor dengan elektroda kaca menghasilkan
titik akhir yang kurang jelas. Namun titrasi konduktometri tidak dapat dilakukan dalam
cuplikan yang mengandung konsentrasi ion lain yang tinggi, karena titik akhir menjadi
kurang tajam. Titrasi konduktometri sangat berguna untuk melakukan titrasi
pengendapan. Keuntungan titrasi konduktometri adalah grafik titrasi seluruhnya
digunakan untuk menentukan titik akhir sedangkan pada kurva titrasi potensiometri
titik akhir ditentukan dari bentuk grafik dekat titik akhir saja. Kepekaan cara
konduktometri jauh lebih baik. Titrasi konduktometri masih memberi titik akhir yang
jelas untuk asam atau basa lemah dalam konsentrasi encer, sedangkan dengan
potensiometri titik akhir tidak jelas lagi. Elektroda yang kering sebelum dipakai
direndam sebentar dalam etanol lalu dibilas dengan air. Sehabis dipakai elektroda
dibilas lagi dengan air lalu disimpan lagi dalam air. Elektroda yang akan disimpan
untuk jangka waktu yang panjang harus dikeringkan lalu disimpan kering. Sekali-sekali
elektroda perlu dilapis ulang dengan platinum (platinizing) sesuai dingin procedure
dalam manual. Secara berkala dan sehabis setiap kali platinizing elektroda perlu
dikalibrasi ulang dengan larutan kalibrasi yang telah disediakan oleh metrohm,
lasimnya dengan larutan kalibrasi KCl. Tetapan elektroda distel pada 1,0 x 1 di
konduktometer, lalu koefisien suhu 2,0 untuk KCl 1 mol/liter.
Pengukuran daya hantar dapat digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi.
Sebagai contoh kita tinjau titrasi asam basa. Pertama kita kaji dulu titrasi asam kuat
seperti HCI oleh basa kuat seperti NaOH. Daya hantar H+ dan OH- jauh lebih besar dari
pada kation-kation dan anion-anion lainnya. Sebelum ditambahkan basa, larutan HCl
mengandung banyak ion H+ yang menyebabkan daya hantar larutan tersebut tinggi.
+
Ketika ditambahkan basa ion H dari HCl akan bereaksi dengan OH- dari NaOH
membentuk air dan H+ yang bereaksi digantikan oleh Na (dari basa) yang daya
hantarnya lebih rendah. Sehingga daya larutan turun. Demikian seterusnya sampai
penambahan basa mencapai titik ekivalen. Penambahan basa selanjutnya akan
meningkatkan kembali daya hantar karena larutan sekarang kelebihan Na+ dan OH-
(Nugroho, 2010).
Titrasi konduktometri sangat berguna bila hantaran sebelum dan sesudah reaksi
cukup banyak berbeda. Metode ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan
konsentrasi ionic terlalu tinggi, misalkan titrasi Fe3+ dengan KMnO4, dimana
perubahan hantaran sebelum dan sesudah titik ekivalen terlalu kecil dibandingkan
besarnya konduktasi total (Khopkar, 2008).
Kelebihan titrasi konduktometeri :
a. Titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada titik keivalen sudah dapat
ditentukan dengan daya hantar dari larutan tersebut.
b. Dapat digunakan untuk titrasi yang berwarna
c. Dapat digunakan untuk titrasi yang dapat menimbulkan pengendapatan
d. Lebih praktis
e. Lebih cepat atau waktu yang diperlukan lebih sedikit
f. Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi volumetri
Kekurangan titrasi konduktometeri :
a. Hanya dapat diterapkan pada larutan elektrolit saja
b. Sangat dipengaruhi temperatur
c. Dapat ditunjukka dengan tidak langsung
d. Peralatan cukup mahal
e. Jika tidak hati – hati maka akan cepat rusak
f. Tidak bisa digunakan pada larutan yang sangat asam atau basa karena akan meleleh.
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya bergantung
pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit
diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan
untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang terpisah
1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan
naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-
efek antar-ionik untuk elektrolit - elektrolit kuat oleh kenaikan derajat
disosiasi untuk elektrolit - elektrolit lemah (Muizliana, 2010).
Menurut Scribd (2010), besarnya daya hantar bergantung pada beberapa faktor,
antara lain:
1. Jumlah partikel-partikel bermuatan dalam larutan (+) dan (-)
2. Jenis ion yang ada
3. Mobilitas ion
4. Media/pelarutnya
5. Suhu
6. Gaya tarik menarik ion (+) dan (-)
7. Jarak elektroda

1.2.4 Konduktivitas
Pengukuran konduktivitas dapat juga digunakan untuk menentukan titik akhir
titrasi. Titrasi konduktometri dapat dilakukan dengan dua cara dan tergantung pada
frekuensi arus yang digunakan. Jika arus frekuensinya bertambah besar, maka
kapasitas dan induktif akan semakin besar. Konduktometri merupakan salah satu
metode analisis yang berdasarkan daya hantar larutan. Daya hantar ini bergantung pada
jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Menurut hukum ohm arus (I) berbanding
lurus dengan potensial listrik (E) yang digunakan, tetapi berbanding terbalik dengan
tahanan listrik (R).
𝐸
I = 𝑅 ………………………………………………..(1.7)
𝐼
𝐺 = 𝑅 ……………………………………………….(1.8)

Daya hantar (G) merupakan kebalikan dari tahan yang mempunyai satuan ohm
atau Siemens (S), bila arus listrik dialirkan ke suatu larutan melalui luas bidang
elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (I), maka:
𝐼 𝑘𝑥𝐴
𝐺=𝑅= …………………………………………(1.9)
𝐼

Dimana:
A / I = tetapan sel
K = daya hantar arus (konduktivitas) dengan satuan SI ohm cm-1 atau s cm-1
Prinsip kerja Prinsip kerja dari konduktometri ini adalah sel hantaran dicelupkan
kedalam larutan ion positif dan negative yang ada dalam larutan menuju sel hantaran
menghasilkan sinyal listrik berupa hambatan listrik larutan. Hambatan listrik
dikonversikan oleh alat menjadi hantaran arus listrik. Daya Hantar Ekivalen (Equivalen
Conductance) adalah kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik
disebut daya hantar ekivalen yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen
zat terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua electroda 1cm. Yang dimaksud
dengan berat ekuivalen adalah berat molekul dibagi jumlah muatan positif atau negatif.
Pengukuran Daya Hantar Listrik Pengukuran daya hantar memerlukan sumber
listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan (rangkaian elektronik) untuk
mengukur tahanan larutan.
1. Sumber listrik Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari baterai) melalui
larutan merupakan proses faraday, yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua
elektroda. Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi elektro kimia pada
elektroda- elektrodanya, dalam hal ini aliran arus listrik bukan akibat proses
faradai. Perubahan karena proses faradai dapat merubah sifat listrik sel, maka
pengukuran konduktometri didasarkan pada arus nonparaday atau arus AC.
2. Tahanan Jembatan Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang digunakan
untuk pengukuran daya hantar.
3. Sel Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang
elektroda yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa logam
yang dilapisi logam platina untuk menambah efektifitas permukaan elektroda.
Menurut hukum Ohm I = E/R; di mana: I = arus dalam ampere, E = tegangan
dalam volt, R = tahanan dalam ohm. Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi
elektroda tidak terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan dari
tahanan sehingga I = EL. Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho. Hantaran L
suatu larutan berbanding lurus pada luas permukaan elektroda Titrasi konduktometri
merupakan metode analisa kuantitatif yang didasarkan pada perbedaan harga
konduktansi masing-masing ion. Dalam konduktometri diperlukan sel
konduktometrinya, yaitu alat mengukur tahanan sel. Namun titrasi ini kurang
bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik yang terlalu tinggi (Muizliana,
2010).
Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaski titrasi jika
perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen.
Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran berturut-turut jarak elektroda
harus tetap. Hantaran sebanding dengan kosentrasi larutan pada temperatur tetap, tetapi
pengenceran akan menyebabkan hantaran nya tidak berfungsi secara linier lagi dengan
konsentrasi. (Khopkar, 1990).
Biasanya konduktometri merupakan prosesur titrasi, sedangkan konduktometri
bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktasi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi
titrasi jika perbedaan antara konduktasi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan
reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut
jarak elektroda harus tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak
berfungsi secara linear dengan konsentrasi (Khopkar, 2008).

Gambar 1.1 Konduktivitas (a) cairan atau gas, (b) logam, (c) semi konduktor
(Sumber: Sinaga, 2010)
Dalam cairan atau gas, umumnya terdapat baik ion positif atau ion negatif yang
bermuatan tunggal atau kembar dengan massa yang sama atau berbeda. Konduktivitas
akan terpengaruh oleh semua faktor-faktor tersebut. Tapi kalau kita anggap semua ion
adalah sama, demikian pula ion positif, maka konduktivitasnya hanya terdiri dari dua
suku, seperti yang ditunjukkan Gambar 1.1.
Pada konduktor logam, hanya elektron valensi saja yang bebas bergerak. Pada
Gambar 1.1 (b) elektron-elektron itu digambarkan bergerak ke kiri. Konduktivitas di
sini hanya mengandung satu suku, yakni hasil kali rapat muatan elektron-elektron
muatan muatan konduksi (ρe) dengan mobilitas (µe) (Sinaga, 2010).
Dalam semikonduktor , seperti germanium dan silikon, konduksi tadi lebih
kompleks. Dalam struktur kristal, setiap atom mempunyai ikatan kovalen dengan dua
atom yang berdekatan. Seperti yang terlihat pada Gambar 1.1 (c), konduktivitas (σ)
disini terdiri dari dua suku, satu untuk elektron, lainnya untuk lubang. Dalam
konduktivitas (σ) salah satu kerapatan ρe dan ρh akan jauh melampaui yang lainnya
(Sinaga, 2010).
a. Konduktivitas Elektrik
Pengukuran konduktivitas elektrik adalah penentuan konduktivitas spesifik dari
larutan. Konduktivitas spesifik adalah kebalikan dari tahanan untuk 1 cm3 larutan.
Pemakaian cara untuk pengukuran ini antara lain mendeteksi pengotoran air karena
zeolit atau zat kimia., seperti limbah industri, pengolahan air bersih dan lain-lain.
Karena ada relevansi antara konduktivitas dengan konsentrasi suatu larutan, maka
untuk menentukan konsentrasi larutan dapat dilakukan dengan cara mengukur
konduktivitas larutan tersebut. Dalam hal itu hubungan antara konsentrasi dan
konduktivitas larutan telah ditentukan (Sinaga, 2010).
Larutan asam, basa dan garam dikenal sebagai elektrolit yang dapat menghantarkan
arus listrik atau disebut konduktor listrik. Konduktivitas listrik ditentukan oleh sifat
elektrolit suatu larutan, konsentrasi dan suhu larutan. Pengukuran konduktivitas suatu
larutan dapat dilakukan dengan pengukuran konsentrasi larutan tersebut, yang
dinyatakan dengan persen dari berat, part per million (ppm) atau satuan lainnya.

Gambar 1.2 Grafik Hubungan Konduktivitas dengan Konsentrasi


(Sumber: Sinaga, 2010)
Jika harga konduktivitas dari bermacam konsentrasi larutan elektrolit diketahui,
maka untuk menentukan konsentrasi larutan tersebut dapat dilakukan dengan
mengalirkan arus melalui larutan dan mengukur resistivitas atau konduktivitasnya.
Gambar 1.2 menunjukkan grafik hubungan antara konduktivitas dan konsentrasi untuk
beberapa jenis larutan pada suhu tertentu.
Elemen pertama pada pengukuran konduktivitas listrik berbentuk konduktivitas
sel yang terdiri atas sepasang elektroda yang luas permukaannya ditetapkan dengan
teliti. Konduktivitas yang diukur dengan sel konduktivitas dinyatakan dengan rumus:
𝑙
𝑘 = 𝐶 𝐴..………………………………………(1.10)

Dimana :
k = konduktivitas (mho/cm)
C = konduktansi (mho)
3
A = Luas elektroda (cm )
l = Jarak antara elektroda (cm)
Dari persamaan (1.10) suatu konduktansi dengan nilai 1 mho dapat dinyatakan
sebagai kemampuan hantar dari zat cair yang berukuran luas penampang 1 cm2 dan
jarak 1 cm atau volume zat cair sebesar 1 cm3 untuk arus 1 ampere dengan tegangan 1
volt. Jika arus yang dapat dihantarkan lebih besar lagi, maka konduktansinya lebih
besar pula. Jika pada suatu resistor dialirkan arus yang membesar, maka tahanan atau
resistansinya akan mengecil. Hal ini berarti bahwa konduktivitas adalah kebalikan dari
dari resistansi, mho = 1/ohm (Sinaga, 2010).

Tabel 1.1. Konduktivitas berbagai material


Material Tipe 𝑺
σ.𝒎

Kuarsa Isolator 10-17


Belerang Isolator 10-15
Mika Isolator 10-15
Parafin Isolator 10-15
Karet Isolator 10-15
Porcelain Isolator 10-10
Kaca Isolator 10-12
Bakelit Isolator 10-9
Air destilasi Isolator 10-4
Tanah pasir Isolator lemah 10-3
Tanah rawa Isolator lemah 10-2
Air segar Isolator lemah 10-2
Germanium Semikonduktor 2
Air laut Konduktor 5
Tellurium Konduktor 5×102
Karbon Konduktor 3×104
Graphine Konduktor 105
Besi tuang Konduktor 106
Mercury Konduktor 106
Chrome Konduktor 2,26×106
Constantan Konduktor 2×106
Silicon Konduktor 3×106
Perak Konduktor 3×106
Timah hitam Konduktor 5×106
Timah Konduktor 9×106
Fosfor Konduktor 1,0×107
Kuningan Konduktor 1,1×107
Seng Konduktor 1,7×107
Tungsten Konduktor 1,8×107
Duralumin Konduktor 3×107
Alumunium Konduktor 3.5×107
Emas Konduktor 4,1×107
Tembaga Konduktor 5,7×107
Perak Konduktor 6,1×107
Nb3(Al-Ge) Super konduktor ͚
(Sumber: Sinaga, 2010)
Dalam satuan Sistem Internasional (SI), satuan mho diganti dengan Siemens.
Untuk suatu konduktivitas, mho/cm sama dengan mikro siemens per centimeter
(μS/cm). Namun karena pada SI satuan panjang yang digunakan adalah dalam satuan
meter maka satuan konduktivitas adalah mikro siemens per meter, μS/cm = 100 S/m.
Pada peralatan ukur konduktivitas di industri, luas permukaan elektroda dapat
lebih ataupun kurang dari 1 cm dan jaraknya dapat lebih jauh ataupun lebih dekat dari
1 cm. Hubungan satuan antara elektroda-elektroda dengan sel konduktivitas standar
disebut dengan konstanta sel (K). Hal itu dapat diturunkan dengan persamaan :

……………..……………………………(1.11)

Jarak l dan A besarnya tetap, sehingga l/A merupakan tetapan yang disebut
sebagai konstanta sel. Jika l/A = F, maka C=K/F. F adalah konstanta sel dengan satuan
-1
1/cm atau cm . Konstanta sel berkisar antara 0,01 sampai 100 untuk sel konduktivitas.
Untuk konstanta sel tertentu memilliki daerah ukur konduktivitas, seperti yang
tercantum pada tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2. Konstanta sel dan rentang ukur konduktivitas
Konstanta sel Rentang ukur konduktivitas (mikro mho)
0,01 1-200
0,10 100-2000
1,00 1000-5000
10,00 5000-200.000
100,00 100.000-2.000.000
(Sumber: Sinaga, 2010)
b. Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik (Konduktivitas)
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi 2 golongan yaitu
larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Perbedaan antara kedua larutan ini terlihat
pada tabel 1.3 berikut :
Tabel 1.3. Perbandingan larutan elektrolit dan larutan non elektrolit
No Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit
1. Mengandung ion Tidak mengandung ion
2. Dapat menghantarkan listrik Tidak dapat menghantarkan listrik
(konduktor) (isolator)
3. Mempunyai kutub (polar) Tidak mempunyai kutub (non polar)
4. Jika dites dengan alat elektrolit Jika dites dengan alat elektrolit tester,
tester, maka akan menghasilkan tidak ada gelembung gas dan lampu
gelembung gas dan lampu menyala tidak menyala
dengan terang
5. Zat terlarutnya dapat terionisasi Zat terlarutnya tidak dapat terionisasi
6. A=1 atau 0<a<1 A=0
(Sumber: Sinaga, 2010)

Anda mungkin juga menyukai