*email: ratrisekarpertiwi@yahoo.com
11
PENDAHULUAN tidak ada; dan elaborasi adalah suatu
Ilmu pengetahuan dan teknologi kemampuan untuk mengembangkan
berkembang begitu pesat. Siswa ide sehingga dihasilkan ide yang rinci
dituntut dapat mengusai berbagai ke- dan detail. Setiap komponen-komponen
terampilan agar dapat bersaing secara berpikir kreatif tersebut memiliki
global. NSTA (2011) menyatakan indikatornya masing-masing.
bahwa dalam pendidikan dapat di- Namun kenyataannya, keterampilan
kembangkan berbagai keterampilan berpikir siswa Indonesia masih ter-
abad 21, seperti keterampilan berpikir golong rendah, khususnya dalam
dan keterampilan pemecahan masalah. bidang sains. Hal ini dapat terlihat dari
Pendidikan mengajarkan cara berpikir hasil TIMSS (Trends in International
yang tepat, serta memberikan informasi Mathematics and Science Study) dan
akurat untuk membawa keterampilan hasil PISA (Programme for
berpikir yang benar pada siswa International Student Assessment).
(Bacanlı et al, 2009). Keterampilan Hasil TIMSS terbaru tahun 2011,
berpikir tersebut merupakan suatu literasi sains siswa Indonesia berada di
proses dan perilaku siswa yang peringkat ke-40 dari 42 negara peserta
diintegrasikan untuk mempelajari dan dengan skor rata-rata 406, masih di
memahami konten materi pembelajaran bawah skor rata-rata internasional,
(Beers, 2011). Salah satu keterampilan yaitu 500 (IEA, 2012). Kondisi yang
berpikir tersebut adalah keterampilan tak jauh berbeda terlihat dari PISA
berpikir kreatif. terbaru tahun 2012, literasi sains siswa
Kreativitas digambarkan sebagai Indonesia berada di peringkat ke-64
kemampuan berpikir berbeda, peka dari 65 negara peserta dengan skor
terhadap suatu permasalah, kemampu- rata-rata 382, di mana skor rata-rata
an untuk memecahkan masalah, dan 501 (OECD, 2014).
mencari solusi yang tidak biasa untuk Hasil studi TIMSS dan PISA
permasalahan tersebut (Bacanlı et al, menunjukkan bahwa keterampilan
2009). Mendefinisikan, menganalisis, berpikir siswa masih rendah. Siswa
dan memecahkan masalah adalah belum memiliki keterampilan untuk
langkah-langkah penting dari suatu menjadi pemikir yang kreatif dan
proses berpikir kreatif, sehingga jika pemecah masalah. Pengembangan
tidak ada pemecahan masalah, maka kreativitas siswa bergantung pada guru
tidak ada pemikiran kreatif (Bayindir & dalam mengetahui bagaimana
Inan, 2008). Guilford dalam Alghafri kreativitas tersebut dikembangkan
dan Ismail (2014) menyatakan bahwa (Bayindir & Inan, 2008). Kebanyakan
terdapat empat komponen utama dari guru masih menerapkan pembelajaran
keterampilan berpikir kreatif yang yang bersifat konvensional, di mana
meliputi: fluency (kelancaran), proses pembelajaran pada umumnya
flexibility (fleksibilitas), originality hanya melatih proses berpikir
(orisinalitas), dan elaboration konvergen, sehingga bila dihadapkan
(elaborasi). Kelancaran adalah suatu suatu permasalahan, siswa akan
kemampuan untuk menghasilkan kesulitan memecahkan masalah secara
banyak ide; fleksibilitas adalah suatu kreatif (Munandar, 2001). Guru perlu
kemampuan dalam menghasilkan ide- menggunakan suatu pendekatan
ide yang lebih bervariasi; orisinalitas pembelajaran yang dapat melatih
merupakan kemampuan menghasilkan keterampilan berpikir kreatif siswa.
ide baru atau ide yang sebelumnya Salah satu pendekatan pembelajaran
12
yang dapat digunakan untuk melatih Namun kebanyakan LKS yang
keterampilan berpikir kreatif adalah digunakan saat ini kurang mem-
pendekatan pembelajaran STEM fasilitiasi siswa untuk mengembangkan
(Beers, 2011). keterampilan berpikir kreatifnya. LKS
STEM (Science, Technology, tersebut berisikan materi secara singkat
Engineering, and Mathtematics) dan soal-soal yang harus dikerjakan
merupakan isu penting dalam siswa, meskipun dapat mendukung
pendidikan saat ini (Becker & Park, siswa dalam belajar, tetapi masih
2011). Pembelajaran STEM merupakan kurang efektif dilihat dari tingkat
integrasi dari pembelajaran sains, keaktifan siswa yang masih rendah dan
teknologi, teknik, dan matematika yang siswa belum menunjukkan keterampil-
disarankan untuk membantu an berpikir kreatifnya (Putri, 2015).
kesuksesan keterampilan abad ke-21 Padahal LKS seharusnya berisikan
(Beers, 2011). Tujuan dari pendidikan pekerjaan yang membuat siswa lebih
STEM adalah untuk menghasilkan aktif dalam mengambil makna dari
peserta didik yang kelak pada saat proses pembelajaran (Ozmen &
mereka terjun di masyarakat, mereka Yildirim, 2005).
akan mampu mengembangkan Materi yang disajikan dalam LKS
kompetensi yang telah dimilikinya STEM ini adalah materi Fluida Statis
untuk mengaplikasikannya pada yang mencangkup materi tekanan
berbagai situasi dan permasalahan yang hidrostatis, Hukum Pascal, dan Hukum
mereka hadapi di kehidupan sehari-hari Archimedes. Pemilihan materi tersebut
(Mayasari et al, 2014). STEM dapat dikarenakan banyaknya aplikasi dalam
berkembang apabila dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan
lingkungan, sehingga terwujud sebuah dengan materi tersebut. Selain itu,
pembelajaran yang menghadirkan materi Fluida Statis dapat diajarkan
dunia nyata yang dialami siswa dalam dengan menggunakan pendekatan
kehidupan sehari-hari (Subramaniam et STEM, yaitu sains dalam menemukan
al, 2012). Hal ini berarti melalui konsepnya, dalam hal teknologi dapat
pendekatan STEM, siswa tidak hanya diajarkan dengan menjelaskan berbagai
sekedar menghapal konsep, tetapi lebih penerapan teknologi yang berkaitan
kepada bagaimana siswa mengerti dan dengan materi, melalui teknik siswa
memahami konsep-konsep sains dan dapat diajarkan membuat alat-alat
kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. sederhana terkait materi dan
Selain penggunaan pendekatan pem- matematika digunakan untuk mem-
belajaran yang tepat, penggunaan formulasikan persamaan matematis
bahan ajar pun harus sesuai agar terkait konsep materi serta dalam hal
keterampilan berpikir siswa dapat perhitungannya.
terlatih. Bahan ajar memainkan peran Berdasarkan penelitian pendahulu-
penting dalam memastikan efektivitas an yang dilakukan terhadap guru dan
kegiatan belajar mengajar, salah siswa diketahui bahwa 68% guru telah
satunya adalah Lembar Kerja Siswa memberikan kesempatan kepada siswa
(Kaymakci, 2012). untuk mengajukan berbagai pertanya-
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah an, jawaban, dan gagasan. Namun
materi ajar yang dikemas secara siswa masih sulit untuk menyampaikan
integrasi sehingga memungkinkan berbagai pertanyaan, jawaban, dan
siswa mempelajari materi tersebut gagasan secara bervariasi, berbeda, dan
secara mandiri (Suyanto et al, 2011). terperinci. Untuk penggunaan LKS,
13
60% guru menyatakan telah meng- Hasil perhitungan Gain kemudian
gunakan LKS, di mana LKS yang diinterpretasikan dengan meng-
digunakan belum menyajikan materi- gunakan klasifikasi seperti pada
materi kontekstual terkait sains, Tabel 1.
teknologi, teknik, dan matematika yang
berimplikasi pada peningkatan ke- Tabel 1. Klasifikasi Gain
terampilan berpikir kreatif siswa. Rata-rata gain Klasifikasi
Semua guru menyatakan belum ternormalisasi
mengetahui seperti apa pendekatan (g) ≥ 0,70 Tinggi
STEM dalam pembelajaran, sehingga 0,30 ≤ (g) > 0,70 Sedang
dapat dikatakan bahwa guru belum (g) < 0,30 Rendah
pernah menerapkan pendekatan STEM (Meltzer, 2002)
dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, perlu dilakukan 2. Uji Statistik
penelitian untuk mengetahui efektivitas Untuk mengetahui adanya
LKS STEM yang berguna untuk peningkatan antara pre-test dengan
melatih keterampilan berpikir kreatif post-test juga dapat dilakukan
siswa. dengan uji hipotesis menggunakan
paired sample t-test, sedangkan
METODE PENELITIAN untuk mengetahui adanya per-
Desain penelitian yang digunakan bedaan rata-rata nilai antara kelas
adalah quasi experimental design eksperimen yang menggunakan
dalam bentuk nonequivalent pre-post LKS dengan pendekatan STEM
control group design. Desain ini dan kelas kontrol yang meng-
digunakan untuk melihat perbandingan gunakan LKS konvensional di-
kemajuan siswa setelah pembelajaran lakukan dengan uji hipotesis
dengan sebelum pembelajaran antara menggunakan Independent Sample
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. t-Test. Dasar pengambilan
Data dalam penelitian ini diperoleh keputusan berdasarkan nilai
melalui instrumen tes, berupa soal-soal probabilitas, di mana jika sig >
yang ditujukan kepada siswa, baik 0,05, maka diterima, tetapi jika
pada kelas ekperimen maupun kelas sig < 0,05 maka ditolak.
kontrol. Kegiatan analisis data dari
kegiatan uji efektivitas dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan pendekatan deskriptif Uji efektivitas LKS dilakukan
kualitatif dan analisis statistik terhadap dua kelas, yakni kelas
kuantitatif. Untuk analisis statistik eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
kuantitatif terhadap data hasil eksperimen adalah kelas yang
penelitian dilakukan uji dibawah ini: menggunakan LKS STEM pada proses
1. Uji N-Gain pembelajaran, sedangkan kelas kontrol
Mengetahui terdapat peningkatan adalah kelas yang menggunakan LKS
antara pre-test dengan post-test atau yang biasa siswa gunakan. Uji
Gain. Besarnya peningkatan efektivitas ini dilakukan untuk
dihitung dengan rumus gain mengetahui peningkatan nilai pre-test
ternormalisasi yaitu: dengan post-test, mengetahui
𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 perbedaan rata-rata nilai pada kelas
(𝑔) =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠 − 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 eksperimen dan kelas kontrol, serta
14
peningkatan keterampilan berpikir hipotesis statistik menggunakan paired
kretaif siswa. sample t-test. Rerata nilai hasil uji n-
Untuk mengetahui peningkatan nilai gain pada kelas eksperimen dan kelas
pre-test dengan post-test dapat kontrol dapat dilihat pada Tabel 2.
menggunakan uji n-gain dan uji
Hasil uji efektivitas diperoleh nilai kelas kontrol dilakukan dengan uji
pada kelas eksperimen yakni rerata hipotesis menggunakan Independent
nilai post-test (81,4) > rerata nilai pre- Sample t-Test. Berdasarkan hasil uji,
test (42,3). Selain itu, hasil nilai rerata diketahui nilai Sig sebesar 0,000 <
n-Gain pada kelas eksperimen (0,71) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan
nilai rerata n-Gain pada kelas kontrol bahwa terdapat perbedaan antara rata-
(0,45). Berdasarkan hasil perhitungan rata nilai pada kelas eksperimen
n-gain pada kelas eksperimen, dengan nilai pada kelas kontrol.
diketahui bahwa 42,85% siswa Pada keterampilan berpikir kreatif
termasuk dalam kategori tinggi dan siswa juga dilakukan penilaian.
57,14% siswa termasuk dalam kategori Penilaian dilakukan untuk mengetahui
sedang. Pada kelas kontrol diketahui keterampilan berpikir kreatif awal dan
5% siswa termasuk dalam kategori akhir siswa, serta peningkatan
tinggi, 90% siswa termasuk dalam keterampilan berpikir kreatif berdasar-
kategori sedang, dan 5% siswa kan indikatornya. Berdasarkan hasil
termasuk dalam kategori rendah. perhitungan diketahui bahwa
Berdasarkan hasil uji hipotesis persentase berpikir kreatif akhir siswa
statistik menggunakan paired sample t- mengalami peningkatan dari persentase
test, diperoleh nilai Sig sebesar 0,000 < berpikir kreatif awal siswa tiap
0,05, sehingga dapat disimpulkan kategorinya.
bahwa secara signifikan nilai post-test Peningkatan keterampilan berpikir
setelah menggunakan LKS STEM lebih kreatif berdasarkan indikatornya pada
tinggi daripada nilai pre-test sebelum kelas eksperimen dan kelas kontrol
menggunakan LKS STEM. dapat dilihat pada Tabel 3.
Untuk mengetahui perbedaan rata-
rata nilai pada kelas eksperimen dan
15
Berdasarkan Tabel 3, diketahui Berdasarkan hasil penilaian,
bahwa semua indikator keterampilan diketahui bahwa keterampilan berpikir
berpikir kreatif pada kelas eksperimen kreatif awal siswa masih dalam
mengalami peningkatan setelah kategori rendah dan cukup. Hal ini
menggunakan LKS STEM dalam pem- menunjukkan bahwa keterampilan
belajaran. Indikator keterampilan berpikir kreatif siswa sebelumnya
berpikir luwes termasuk dalam kategori masih kurang dilatih. Hal tersebut
tinggi dengan nilai N-Gain sebesar disebabkan oleh siswa yang masih
0,72. Sementara indikator keterampilan belum terbiasa untuk memunculkan
berpikir merinci, keterampilan berpikir banyak gagasan untuk berbagai
asli, serta keterampilan berpikir lancar pertanyaan serta belum terbiasa untuk
termasuk dalam kategori “sedang” melalakukan lagkah-langkah secara
dengan masing-masing nilai N-Gain terperinci. Namun setelah perlakuan
sebesar 0,67, 0,63, dan 0,63. Pada kelas menggunakan produk yang
kontrol, semua indikator yakni dikembangkan, keterampilan berpikir
indikator keterampilan berpikir luwes, kreatif mengalami peningkatan yakni
keterampilan berpikir merinci, masuk kategori tinggi dan sangat
keterampilan berpikir asli, dan tinggi. Setelah perlakuan dengan meng-
keterampilan berpikir lancar termasuk gunakan produk yang dikembangkan,
dalam kategori “sedang” dengan siswa diajarkan untuk mencari data
masing-masing nilai N-Gain sebesar melalui kegiatan pemecahan masalah
0,45, 0,44, 0,50, dan 0,42. Berdasarkan serta melalui langkah-langkah secara
hasil perhitungan N-Gain ketercapaian terperinci dan sistematis sehingga
indikator berpikir kreatif, diketahui siswa dapat menjawab berbagai per-
bahwa indikator yang paling tinggi tanyaan secara bervariasi, sehingga
kenaikannya pada kelas eksperimen semua indikator berpikir kreatif siswa
adalah indikator berpikir luwes, yakni indikator berpikir luwes, berpikir
sedangkan pada kelas kontrol adalah merinci, berpikir asli, dan berpikir
berpikir asli. lancar mengalami peningkatan.
0.72 0.63
0.67
0.63
16
Indikator berpikir luwes telah Hal ini sesuai dengan penelitian
terpenuhi, dilihat dari siswa yang telah Roberts (2012) bahwa pendekatan
dapat menafsirkan gambar atau STEM dapat menanamkan teknik
fenomena sebagai hipotesis awal pemecahan masalah yang kreatif serta
penelitian, sedangkan indikator berpikir dapat menimbulkan kreativitas dan rasa
asli juga telah terpenuhi, dilihat dari ingin tahu pada siswa.
siswa yang telah dapat memikirkan hal
baru tentang aplikasi yang terkait SIMPULAN
materi Fluida Statis. Indikator berpikir LKS telah efektif digunakan dalam
merinci telah terpenuhi, dilihat dari proses pembelajaran, dilihat dari hasil
siswa yang telah dapat menjawab rerata nilai posttest (81,4) > nilai rerata
pertanyaan dari langkah-langkah yang pretest (42,3) dan nilai n-Gain kelas
telah dilakukan secara terperinci, dan eksperimen (0,71) > kelas kontrol
indikator berpikir lancar juga telah (0,45). Berdasarkan hasil uji hipotesis
terpenuhi, dilihat dari siswa yang telah dengan nilai Sig sebesar 0,000 < 0,05,
mampu merancang sendiri desain dan diketahui bahwa terdapat perbedaan
langkah kegiatan percobaan yang akan antara rata-rata nilai pada kelas
dilakukan. Hal ini sejalan dengan eksperimen dengan nilai pada kelas
penelitian Wulandari (2011) yang kontrol. LKS yang telah dikembangkan
menyatakan bahwa siswa terlatih untuk efektif melatih keterampilan berpikir
merinci jawaban dengan melakukan kreatif siswa dilihat dari peningkatan
hal-hal detil, seperti membuat prosedur keterampilan berpikir siswa pada setiap
praktikum untuk menyelesaikan indikatornya.
masalah, merinci tujuan, alat dan
bahan, langkah-langkah percobaan, DAFTAR RUJUKAN
tabel pengamatan, analisis data, dan
kesimpulan yang merupakan indikator Alghafri, A. S. R., & Ismail, H.
berpikir merinci, serta indikator N. B. 2014. The Effects of Integrating
berpikir lancar terlihat dari antusias Creative and Critical Thinking on
siswa dalam mencoba mencari Schools Students' Thinking.
penyelesaian dari sebuah artikel International Journal of Social Science
permasalah. and Humanity, 4(6), 518.
Hal ini dapat dicapai karena salah
satu kegiatan pembelajaran yang Bacanlı, H., Dombaycı, M. A.,
disajikan dalam LKS STEM diawali Demir, M., & Tarhan, S. 2011.
dengan memberikan suatu permasalah- Quadruple thinking: Creative thinking.
an atau fenomena untuk dapat melatih Procedia-Social and Behavioral
keterampilan berpikir kreatif siswa. Hal Sciences, 12, 536-544.
ini serupa dengan penelitian
Subramaniam et al (2012) yang Bayindir, N., & Inan, H. Z. 2008.
menyatakan bahwa pembelajaran Theory into practice: Examination of
STEM dapat berkembang apabila teacher practices in supporting
dikaitkan dengan lingkungan, sehingga children's creativity and creative
terwujud sebuah pembelajaran dialami thinking. Ozean Journal of Social
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Science, 1(1).
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa
pembelajaran STEM dapat meningkat- Becker, K., & Park, K. 2011.
kan keterampilan berpikir kreatif siswa. Effects of integrative approaches
17
among science, technology, National Science Teacher
engineering, and mathematics (STEM) Association. 2011. Quality Science
subjects on students' learning: A Education and 21st-Century Skills.
preliminary meta-analysis. Journal of [Online], (http://www.nsta.org/about/
STEM Education: Innovations and positions/21stcentury.aspx), diakses 28
Research, 12(5/6), 23. Februari 2016.
18
Suyanto, S., Paidi., & Wilujeng, Wulandari, M. W., Liliasari, M.,
I. 2011. Lembar Kerja Siswa (LKS). & Supriyanti, M. T. 2011. Problem
Makalah disampikan dalam acara Based Learning untuk Meningkatkan
Pembekalan SM3T (Sarjana Mengajar Keterampilan Berpikir Kreatif dan
di Daerah Terpencil, Terluar, dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi
Tertinggal) di Akademi Angkatan Larutan Penyangga. Jurnal Pengajaran
Udara Yogyakarta tanggal 26 Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Nopember-6 Desember 2011. Alam, 16(2), 116-121.
19